Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN LUKA TUSUK YANG TERPASANG VENTILATOR


DI RUANG HCU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

I. KONSEP DASAR

1. LUKA TUSUK

Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan
tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau.
Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu :
1. Lokasi anatomi injury
2. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan
arah tusukan.

Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan
sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap
trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini
bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan
peradangan atau infeksi.

Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan karena perdarahan (syok
hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat digambarkan sbb :

Faktor penyebab (penurunan volume cairan)

Penurunan arus balik vena

Penurunan isi sekuncup

Penurunan curah jantung

Penurunan perfusi jaringan

Adapun tanda dan gejala dari hipovolemic syok mengarah pada berbagai sistem yaitu :
1. Sistem kardiovaskuler : takikardi, penurunan tekanan darah sistolik
2. Kulit : dingin, lembab, pucat, sianotik
3. Sistem Saraf Pusat : ansietas, keresahan, perubahan sensorium, penurunan tingkat kesadaran
4. Sistem Renal : penurunan haluaran urine, gagal ginjal akut atau kronis
5. Sistem Pernafasan : takipnea, peningkatan permiabilitas kapiler pulmonal (ARDS)
6. Sistem Hepatik : penurunan pembentukan faktor-faktor pembekuan, penurunan sintesis protein-
protein plasma, penurunan albumin serum, penurunan kadar glukosa serum
7. Sistem Gastro Intestinal : ileus adinamik, ulcerasi, penurunan absorpsi nutrien, peningkatan
masukan toksin dari lumen usus ke dalam aliran darah
8. Sistem vaskuler
2. KONSEP GAGAL NAFAS
Definisi :
Gagal nafas akut diartikan sebagai kegagaln pertukaran gas dalam paru, ditandai dengan turunnya
kadar oksigen di arteri (hipoksemia) atau naiknya kadar karbon dioksida (hiperkarbia) atau kombinasi
keduanya.

Kriteria diagnosis pada pasien yang bernafas pada udara kamar didapatkan hasil pemeriksaan analisa
gas darah :
1. PaO2 kurang dari 50 mmHg
2. PaCO2 lebih dari 50mmHg tanpa ada gangguan alkalosis metabolik primer

Gagal nafas dapat diakibatkan oleh bermacam penyakit baik akut maupun kronik; setiap gangguan
pada kelima tahap respirasi dapat menyebabkan gagal nafas.

1. Patofisiologi
Mekanisme yang menyebabkan terjadinya gagal nafas meliputi :
1. Hypoventilasi : keadaan dimana seseorang tidak dapat mempertahankan ventilasi alveolar yang
cukup, sehingga terjadi kenaikan kadar CO2 dalam darah
2. Gangguan perfusi dan difusi
Adanya emboli di salah satu cabang arteri pulmonali akan meningkatkan ruang rugi karena
banyak alveoli yang hanya mengalami ventilasi tanpa perfusi
3. Pintasan intra pulmoner dan gangguan perbandingan ventilasi perfusi
Pintasan intrapulmoner (Shunt) diartikan sebagai darah yang memperfusi paru yang tidak
mengalami pertukaran gas karena alveoliya tidak terventilasi seperti pada atelectasis

2. Tanda dan gejala gagal nafas akut


Diagnosa pasti gagal nafas akut ditegakkan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Namun gejala
klinis gagal nafas akut dapat ditegakkan dengan mengamati hal-hal sbb :
Pola pernafasan : laju pernafasan meningkat, pernafasan dangkal mungkin ada pernafasan cuping
hidung dan terlihat otot pernafasan tambahan mulai aktif
Warna kulit : pada keadaan awal mungkin masih merah, bila proses berlanjut/bertambah berat kulit
berwarna pucat/biru yang menandakan hipoksemia yang bertambah berat.
Tensi/laju nadi : umumnya nadi cepat, bila ada aritmia mungkin disebabkan hiperkarbia (dan
hipoksia)
Nadi yang melemah dan bertambah lambat menandakan keadaan bertambah parah, yang memerlukan
tindakan segera. Tekanan darah, pada keadaan yang masih ringan mungkin masih dalam batas
normal. Bila keadaan bertambah berat, tekanan darah mula-mula naik karena pelepasan katekolamin,
bila tekanan darah mulai turun hal ini harus segera diatasi karena ini merupakan tanda perburukan.
Gagal nafas dengan tanda-tanda yang nyata sangat mudah dikenali. Yang sulit adalah awal dari
adanya gagal nafas, yang luput dari pengawasan ketat yang mungkin dalam waktu relatif singkat
dapat memburuk.
Pengawasan/observasi ketat memegang peranan penting sehingga bila therapi konvensional tidak
menolong dan keadaan memburuk, dapat segera diambil tindakan lain seperti intubasi dan pemakaian
alat bantu nafas/ventilator.
3. Penatalaksanaan dan pengobatan
Dasar pengobatan dibagi yang non spesifik dan spesifik, umumnya diperlukan kombinasi keduanya.
Pengobatan non spesifik ditujukan langsung untuk memperbaiki pertukaran gas, seperti pemberian
oksigen, pembersihan jalan nafas dan fisiotherapi dada serta usaha-usaha lain untuk menurunkan
kebutuhan oksigen seperti menurunkan panas badan dan pemberian sedasi.
Sedangkan pengobatan spesifik ditujukan kepada penyebab gagal nafas ; bila gagal nafas disebabkan
karena adanya benda asing di bronkhus maka dilakukan bronkoskopi untuk mengatasi sumbatan
karena benda asing tersebut juga melakukan pungsi pleura dan WSD pada efusi pleura yang masif dll.

4. Indikasi ventilasi bantu/artifisial


Pada keadaan yang ekstrem seperti penderita apneu atau pernafasan yang amat lemah, indikasi
ventilasi bantu/artifisial mudah ditegakkan. Namun pada keadaan di lapangan sering dijumpai kasus
yang sulit bagi kita untuk memutuskan apakah sudah merupakan indikasi untuk ventilasi artifisial,
sebab penundaan alat bantu nafas yang berlarut dapat berakibat fatal. Sebaliknya tindakan terlalu dini
dan agresif tidak selalu menguntungkan bahkan dapat merugikan. Beberapa patokan untuk
menentukan indikasi ventilasi adalah :

Parameter Indikasi Nilai Normal


1. Mekanik
- Laju napas Lebih 35/menit 10 – 20 (dewasa)
- Volume tidal Kurang 5 ml/kgBB 5–7
- Kapasitas vital Kurang 15 ml/kgBB 65 – 75
- Tekanan inspirasi Kurang 25 cmH2O 75 – 100
maksimal
2. Oksigenasi
- PaO2 Kurang 60 mmHg (FiO2 = 0,6) 75 – 100 (udara kamar)
3. Ventilasi
- PaCo2 Lebih 60 mmHg 35 – 45
- Vd/Vt Lebih 0,6 0,3

5.
6. Pemakaian alat bantu nafas (respirator/ventilator) bukanlah untuk menggantikan
fungsi paru dan jantung, melainkan hanya berfungsi sebagai alat ventilasi yang
memompakan udara/oksigen ke dalam paru dengan takanan positif. Fungsinya lebih
bersifat mempertahankan agar penderita tetap hidup sambil menunggu proses
reparatif badan dapat mengambil alih fungsi ventilasinya kembali.

7. Obat yang dipakai pada gagal nafas


Pada penderita gagal nafas karena asma, diberikan obat bronkhodilator baik per infus maupun per
inhalasi, pada keadaan berat biasanya ditambahkan kortikosteroid. Untuk infeksi biasanya diberikan
antibiotika ber spektrum luas.
Untuk penderita dengan ventilator, diberikan sedativ seperti diazepam (valium), dormikum dan
golongan narkotik untuk menekan pernafasan dan bila perelu obat pelumpuh otot seperti pavulon dll
agar penderita dapat mengikuti/seirama perbafasannya dengan alat ventilator tersebut.
8. PENGKAJIAN

Initial Klien : Tuan M.Y.


Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Cengkareng Timur, Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Tanggal Masuk RS : 29 November 1998
Tanggal Pengkajian : 1 Desember 1998
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomy ec. Luka tusuk tembus abdomen

3. Perjalanan Penyakit
Pasien masuk ke IGD tanggal 27 November 1998 Pk. 17.25 WIB dimana sekitar 20 menit
sebelumnya pasien terkena trauma tusuk di perut kemudian dilakukan operasi laparatomy tanggal 29
November 1998 dengan lama operasi 4 ½ jam dengan tindakan pembedahan :
- Laparatomi eksplorasi
- Nefrektomy kiri
- Splenektomy jahit dua lapis gaster, jejenum dan mesenterium
- Drain pada ginjal kiri

Hasil Laboratorium :
1. Tanggal 30 November 1998
WBC 3,5
RBC 3,47
HGB 10,0
PLT 36
HCT 29,1
Trombocyt 36.000
Ureum darah 30 mg/DL
Creatinin urine 1,15 mg/DL
Urinalisa
Sedimen +
Kejernihan jernih
Leukocyt 1 – 3 /LPB
Eritrosit >100/LPB
Kristal ( - )
Berat jenis 1010
.pH 5
Glukosa 2+
Protein ( - )
Keton ( - )
Bilirubin ( - )
Urobilinogen 0,1
Nitrit ( - )
2. Analisa Gas Darah Tanggal 30 November 1998 Pk. 06.49
Ventilator control TV : 450
FiO2 : 40%
.pH 3,84
PCO2 37,7
PO2 163,4
HCO3 22,2
TCO2 23,3
BE – 2,3
SBE – 2,2
SAT 99,2
SBC 22,4

3. Analisa Gas Darah Tanggal 1 Desember 1998 Pk. 05.14


Ventilator Assist Control
RR 12, TV 450
FiO2 40%
PH 7,508
PCO2 38,3
PO2 117,3
HCO3 30,5
TCO2 31,7
BE + 6,9
SBE + 6,8
SAT 98,7
SBC 30,7
Na 138
K 3,9
Cl ( - )

4. Analisa Gas Darah Tanggal 2 Desember 1998


Ventilator SIMV
FiO2 35%
PH 7,455
PCO2 34,7
PO2 127,8
HCO3 23,2
TCO2 24,2
BE – 0,3
SBE – 0,3
SAT 98,8
SBC 24,1
Na 136
K 3,9

5. Hasil Laboratorium Darah 2 Desember 1998


Ht 24 vol %
Hb 8,7 gr/DL
Leuko 12.700
Trombo 105.000

Pengukuran CVP : Tgl. 1-12-1998 + 11 cmH2O, Tgl 2-12-1998 10,5 cmH2O

6. Cairan Infus Tanggal 1-12-1998


KaEM MG3 500 cc
Pan Amin 600 : 500 cc
RL
FFP 2 x 300 cc

7. Cairan Infus Tanggal 2-12-1998


KaEM MG3
Pan Amin
Tranfusi Darah 500 cc
FFP 2 x 300 cc
RL

8. Cairan Infus Tanggal 3-12-1998


KaEM MG3
Pan Amin
RL
FFP 3 x 300 cc

9. Obat-obatan Tanggal 30 s/d 2-12-1998


Cimetidine 3 x 1
Alinamin F 3 x 1
Vit K 3 x 1
Kemicitin 3 x 1 gr ( Tanggal 3-12-1998 diganti dengan Penicillin Prokain)
Novalgin 3 x 50 mg

4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala : Simetris
Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : terpasang NGT, cairan warna coklat tua
Mulut : terpasang ETT, mukosa kering
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Dada : auskultasi paru, ronchi basah ringan +/+, wheezing (-) ; auskultasi jantung BJ
I, II murni, gallop (-)
Abdomen : luka laparatomy, balutan rapi, kering, bising usus (-)
Ekstremitas : tangan kanan terpasang triway infus, CVP KaEM MG3, RL, Pan Amin ; kaki
kanan terpasang infus NaCl spooling tranfusi

5. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produk mukosa akibat
adanya benda asing pada trachea (intubasi)
2. Resiko tinggi gangguan deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan, puasa
3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme, NPO
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma abdomen, luka operasi, prosedur
invasif (CVP, kateterisasi, ETT)
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya ETT
1. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn. M.Y
DI RUANG HCU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

N Dx. Perawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


o
1 Gangguan Kebersihan 1. Kaji kepatenan 1. Obstruksi dapat 1. Mengkaji kepatenan S : -
. pembersihan jalan nafas jalan nafas pasien disebabkan dari jalan nafas O:
jalan nafas dapat penumpukan sekresi, 2. Mengevaluasi Sianosis (-)
berhubungan terjaga 2. Evaluasi perdarahan, spasme jalan pengembangan dada CVP : + 11 cm
dengan pengembangan nafas dan mengkaji suara H2O, N :
peningkatan dada, dan kaji suara 2. Pengembangan dada nafas. Hasil : 72x/menit, TD :
produk mukosa nafas kedua belah yang simetris dan suara pengembangan dada 108/65 mmHg,
akibat adanya paru nafas yang seimbang dalam batas normal, RR : 18 x/menit
benda asing pada kedua belah paru suara nafas (ventilator 12)
pada trachea menunjukkan ETT berada auskultasi ronchi Kulit hangat
(intubasi) tepat dan tidak ada basah ringan +/+ Analisa Gas
Ditandai dengan : obstruksi. Obstruksi paru 3. Mencatat adanya Darah : PH
- sistem alarm (akibat pneumonia, batuk yang 7,455 ; PCO2
berbunyi atelektasis) dapat berlebihan, bunyi 34,2 ; PO2
- suara nafas : 3. Catat adanya menimbulkan suara alarm, sekret ETT, 127,8 ; HCO3
penumpuka batuk yang ronkhi dan wheezing peningkatan ronchi. 23,2 ; SAT 98,8
n sputum berlebihan, 3. Pasien yang diintubasi Hasil : batuk A : Masalah
terdengar peningkatan mengalami batuk yang berlebih (-), bunyi teratasi
- suara nafas dispneu, bunyi tidak efektif sehingga alarm (-), sekret P :
menurun alarm, adanya penumpukan sekret ETT (+) sedikit, Tetap observasi
(pada sekret pada ETT, terjadi peningkatan ronchi adanya sekret
obstruksi peningkatan ronchi (-) Jaga kepatenan
jalan 4. Monitor sistem 4. Memonitor sistem jalan nafas
nafas/kolaps humidifikasi dan 4. Pengentalan sekret humidifikasi dan Observasi analisa
paru) temperatur dapat timbul akibat temperatur. Hasil : gas darah
- pasien 5. Suction sesuai sistem humidifikasi humidifikasi cukup,
gelisah kebutuhan kurang temperatur 37^C
- usaha nafas 5. Suction tidak boleh 5. Melakukan suction
klien 6. Ajarkan tehnik rutin karena banyak sesuai kebutuhan.
meningkat : batuk efektif, nafas memiliki efek negatif Hasil : sekret (+),
penggunaan dalam pursed lip 6. Meningkatkan warna putih, encer
otot breathingbila pasien kemampuan 6. Mengubah posisi
tambahan kooperatif mengeluarkan sekret secara periodik
pernafasan secara efektif, 7. Melakukan postural
(+) 7. Ubah posisi menimbulkan retarged drainase
- AGD : P secara periodik ekspirasi sehingga
CO2 menurunkan kolaps paru
meningkat, 7. Meningkatkan
P O2 dan 8. Anjurkan pasien drainase sekret dan
PH menurun untuk minum ventilasi ke seluruh
banyak sesuai bagian paru, menurunkan
kondisi resiko atelektasis
8. Meningkatkan
Kolaboratif keenceran sekret
1. Lakukan
bronkhial washing,
fisiotherapi dada Kolaboratif :
(perkusi, 1. Membantu
vibrasi,postural mengencerkan,
drainase) meningkatkan mobilisasi
2. Berikan sekret sehingga mudah
bronkhodilator dikeluarkan
/mukolitik sesuai
indikasi. Evaluasi 2. Meningkatkan
efektifitasnya. keenceran sekret dan
melebarkan jalan nafas

2 Resiko tinggi Gagguan 1. Monitor tanda vital, 1. Perubahan tanda vital 1. Memonitor tanda vital, S:-
. gangguan deficit CVP ; catat menandakan CVP, Tekanan Darah, O:
Suhu. Hasil : TD 104/62
deficit volume volume perubahan tekanan perkembangan penyakit, mmHg, N 79x/menit, S
Tanda vital TD
cairan cairan tidak darah, observasi CVP untuk mengetahui 37^C, CVP 7 cmH2O 107/65 mmHg, N
berhubungan terjadi kenaikan temperatur defisit volume cairan dan 2. Mempalpasi nadi 70x/menit, S
dengan respon terhadap therapi perifer, capillary 37,2^C, CVP +10
perdarahan, cairan pengganti. Demam refill, warna kulit, ½ cmH2O
puasa. terjadi karena peningkatan temperatur. Hasil : Intake 3640 cc,
FAKTOR metabolisme dan nadi perifer (+), output 3825 cc,
RESIKO : kehilangan cairan capilarry refill < 2’’, balance (+) 185 cc
TROMBOSITOP
ENIA
2. Palpasi nadi perifer, 2. Kondisi deficit cairan warna kulit tidak Capilarry refill <
catat capillary refill, menyebabkan tidak cyanosis, temperatur 2”, mukosa mulut
warna kulit, adekuatnya perfusi organ dingin cukup, turgor
temperatur dan mungkin 3. Memonitor output kulit baik.
menyebabkan syok urine, balance Perdarahan drain
3. Monitor output 3. Penggantian cairan cairan. Hasil : urine 5 cc, NGT (-)
urine, ukur dan berdasarkan jumlah cairan output 1650, balance Dicoba minum
estimasikan yang hilang (+) 65 cc, intake Aqua 4 x 100 cc /
kehilahangan cairan 2790 cc, NGT 300, NGT
dari lambung, Drain 275, IWL 500 Kembung (-),
drainase luka atau 4. Perubahan berat badan distensi abdomen
diphoresis merupakan tanda tidak Kolaboratif : (-), mual (-)
4. Timbang berat badan akurat dalam perubahan 1. Memonitor hasil Hasil
tiap hari, hitung intra vaskular laboratorium. Hasil : laboratorium : Hb
balance cairan, catat tgl 30-11-1998 Hb 8,7 g/DL, Ht 24
adanya oedema pada 5. Mukosa mulut dan bibir 10,0 gr%, Ht 291.00, vol%, trombo
tungkai cenderung kering trombosit 36.000, 105.000, Na 136,
5. Berikan perawatan elektrolit Na 130, K K 3,9
mulut, memandikan 3,9
pasien setiap hari 6. Meningkatnya agregasi 2. Memberikan A : Tidak terjadi
dan berikan lotion platelet mungkin cairan infus sesuai masalah, tapi
6. Kaji adanya dispneu, menyebabkan emboli indikasi. KaEM resiko tinggi
cyanosis, sistemik MG3, Pan Amin, mungkin terjadi
meningkatnya 7. Koreksi yang terlalu cepat RL, FFP, NaCl
kecemasan, gelisah terhadap kekurangan (sppoling tranfusi) P:
7. Monitor tanda-tanda cairan menyebabkan 3. Memberikan Tetap observasi
batuk produktif, gangguan tranfusi (FFP) 2 x balance cairan
dispneu, crakles kardiopulmonary, 300 cc Monitor trombosit
terutama untuk cairan 4. Memberikan Monitor status
koloid vitamin K 3 x 1 amp. hemodinamik

II. KOLABORATIF Kolaboratif :


1. Monitor hasil 1. Balance metabolik
laboratorium Hb, Ht, elektrolit membutuhkan
Trombosit, elektrolit, koreksi
glukosa, PH, PCO2
2. Berikan cairan
infus sesuai indikasi 2. Cairan : isotonis
- Cairan isotonis seperti merupakan kristaloid
NaCl 0,9, Dextrose 5% yang memberikan
- Cairan 0,45%, RL perbaikan sirkulasi secara
- Cairan koloid : tepat, RL adalah
Dextran, Plasma, hipotonis, koloid untuk
Albumin mengoreksi kekurangan
- Darah : whole blood konsentrasi protein
(tranfusi darah) plasma, darah diberikan
bila terindikasi
kehilangan darah yang
aktif.

3 Resiko Gangguan 1. Mereview faktor 1. Mempengaruhi pilihan 1. Memonitor indikasi


S:-
. gangguan pemenuhan individual yang berefek intervensi pemberian nutrisi.
O:
terhadap kemampuan Hasil : NGT warna
pemenuhan nutrisi pencernaan makanan.
NGT
coklat tua, bising usus
cairan
nutrisi ; kurang tidak Contoh : keadaan puasa bening,
(+) lemah, klien masih
dari kebutuhan terjadi (NPO), nausea, ileus NPO perdarahan (-)
tubuh paralitik. 2. Mencatat intake dan Muntah (-),
berhubungan 2. Timbang berat 2. Mengidentifikasi status output. Hasil : intake
kembung (-)
badan, catat intake cairan sama pentingnya 2790 cc, output 1725 cc
dengan 3. Mengaulkutasi
Bising usus (+)
bising
peningkatan dan output untuk memastikan Program
usus, flatus. Hasil :
metabolisme, kebutuhan metabolik pemberian cairan
bising usus (+) lemah,
NPO 3. Menentukan kembalinya flatus (-) per NGT 4 x 100
3. Auskultasi peristaltik usus 2 – 4 hari cc
bising usus, palpasi setelah operasi Kolaboratif :
1. Menjaga kepatenan
Cairan infus :
abdomen, catat 4. Untuk meningkatkan NGT KaEMG3 (500
adanya flatus kerjasama pasien dalam 2. Memberikan cairan cc), Pan Amin
4. Identifikasi hal diet protein dan infus KaEm MG3, Pan (500 cc)
makanan yang vitamin C membantu Amin, RL
disukai atau yang perbaikan dan 3. Memberikan vitamin K
A : Gangguan
tidak disukai pemeliharaan jaringan per IV nutrisi tidak
pasien, beri 4. Memberikan Cimetidine terjadi
3x!
dorongan untuk
memilih makanan 5. Sindroma mal absorbsi P:
yang tinggi protein dapat terjadi setelah Tetap observasi
atau vitamin C operasi usus kecil indikasi
5. Observasi membutuhkan evaluasi pemberian
adanya diare selanjutnya dan makanan per
modifikasi diet. Contoh : NGT
diet rendah lemak Tetap/ teruskan
pemberian
Kolaborasi : parenteral cairan
1. Menjaga dekompresi sesuai indikasi
terhadap lambung, usus Timbang BB bila
Kolaborasi : halus dan meningkatkan memungkinkan
1. Menjaga kepatenan istirahat atau Observasi hasil
dari NGT penyembuhan dari usus laboratorium
2. Mengoreksi imbalance darah (albumin,
cairan dan elektrolit glubolin, glukosa,
2. Berikan infus cairan BUN)
seperti albumin, 3. Masalah intestinal dapat
lipid dan elektrolit menyebabkan absorbsi
3. Berikan vitamin dan cairan terganggu
terutama vitamin K 4. Antiemetik untuk
secara parenteral mencegah muntah,
4. Berikan obat-obat antasida untuk
lain sesuai indikasi menurunkan formasi
- Antiemetik asam untuk mencegah
- Antasida/histam erosi mukosa dan
in inhibitor kemungkinan ulkus
(antagamed)
5. Konsultasi dengan 5. Menentukan kebutuhan
ahli diet diet pasien
6. Berikan cairan, 6. Dimulainya pemberian
bertahap dari cair cairan dan diet adalah
sampai full diet penting untuk
sesuai dengan mengembalikan fungsi
toleransi setelah normal intestinal dan
NGT dicabut untuk meningkatkan
intake nutrisi yang
adekuat

Anda mungkin juga menyukai