Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Zat Pembantu Tekstil
oleh:
17020007
2018
BAB I
PENDAHULUAN
c. Berdasarkan sifat elektrokimia dan ionisasi molekul di dalam medium air adalah sebagai
berikut :
1. Zat aktif anion
2. Zat aktif kation
3. Zat aktif amfoter atau amfolitik
4. Zat aktif nonion
Zat Aktif Permukaan Anion
Zat aktif permukaan anion adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya didalam medium
air dengan rantai panjangnya membawa muatan negatif. Zat aktif anion berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan.
Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus
a. Senyawa karboksilat : -(R-COO-)-
b. Senyawa ester sulfat : -(R-COSO3)-
c. Senyawa aklil sulfonat : -(R-SO3)-
d. Senyawa anion lainnya yang bersifat hidrofil
Umum
- Sebagai larutan koloid.
- Mempunyai absorpsi positif dan negatif.
- Dapat membentuk misel sferik dan lamerar.
- Memiliki gaya untuk melarutkan kotoran
- Membentuk larutan koloid didalam air
khusus
- Zat aktif permukaan memiliki sifat khusus yang berupa pembasahan, pembasahan ini terdiri dari
beberapa, yaitu:
- pembasahan penyebaran (Spreading),
- pembasahan adisi Adhesion)
- pembasahan penyilaman (Immersion)
- pembasahan kapiler
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa
kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida
(MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa
dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.Kesadahan tetap (permanent hardness) disebabkan
oleh garam CaSO4, CaCl2, MgSO4, dan MgCl2.
Penghilangan kesadahan
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara :
1. Mendidihkan atau memanaskan air tersebut, karena garam karbonat mengendap pada
pemanasan.
Ca(HCO3)2 (aq) →CO3 (s) + CO2 (g) + H2O (l)
2. Menambahkan larutan Ca(OH)2
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) → 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
Sedangkan penggolongan lain menurut struktur kimia zat aktif permukaan yaitu Analisa
penggolongan berdasarkan struktur kimia dapat dilakukan menurut cara Linsenmeyer. Linsenmeyer
membagi ZAP menjadi 9 golongan yang condong menunjukkan sifat molekul ZAP, yaitu:
1. Sabun
2. Minyak tersulfonkan
3. Minyak tersulfonkan tingkat tinggi atau terkondensasi
4. Naftalin sulfonat
5. Alkilalkilol sulfonat
6. Mersolat
7. Kondensat asam lemak
8. Kondensat protein asam lemak
9. Kondensat etilena oksida
Dalam proses zat aktif permukaan akan mengaktifkan permukaan dan cenderung untuk
berpusat pada permukaan. Tergantung dari fungsinya, zat aktif permukaan bersifat menurunkan
tegangan permukaan seperti proses pemasakan, pembasahan, dan pencucian, selain itu juga bersifat
menaikkan tegangan permukaan seperti proses pelemasan dan tolak air (water proof). Zat aktif
permukaan bekerja pada permukaan serat maupun air, sifat umum zat aktif permukaan yaitu :
1. Tegangan permukaan
ZAP dapat menaikkan dan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan menurunkan
tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hydrogen pada permukaan.
Prosesnya yaitu dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan
ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air.
2. Sebagai larutan koloid
Zat aktif permukaan terdiri atas gugus hidrofil dan hidrofob.
3. Adsorpsi permukaan
Adsorpsi terdiri dari adsorpsi positif dan adsorpsi negatif. Adsorpsi positif terjadi jika
tegangan permukaan larutan lebih kecil dari tegangan permukaan zat terlarut. Zat terlarut
terkonsentrasi pada permukaan. Sedangkan adsorpsi negatif terjadi jika tegangan permukaan
larutan lebih besar dibanding tegangan permukaan zat terlarut. Zat terlarut terkonsentrasi
dalam rongga larutan.
4. Dapat melarutkan kotoran
Pembulatan kotoran : kotoran diikat membentuk misel
Konduktivitas misel sperik > konduktifitas misel lameral
Lemak larut dalam pelarut organik
Selain sifat-sifat diatas, ZAP juga mempunyai sifat khusus yaitu sifat pembasahan, yaitu terjadi
bila setetes cairan diatas permukaan benda padat dapat menutupi permukaan benda padat tersebut.
Sifat pembasahan terdiri dari:
1. pembasahan penyebaran (spreading)
terjadi bila cairan mengembang diatas permukaan benda padat sehingga memindahkan masa
lainnya (udara/kotoran) dari permukaan benda padat tersebut.
2. pembasahan adisi (adhesion)
terjadi pada pelemasan, waterproof, jenis kationik, tegangan permukaan tinggi. Terjadi bila
cairan tepat berada pada permukaan benda padat sehingga mempunyai luas antar muka yang
sama.
3. pembasahan penyilaman (Immersion)
terjadi bila suatu benda padat dapat ditembusa suatu cairan sehingga benda padat tadi
melayang pada fasa cairan
4. pembasahan kapiler
terjadi bila serat tekstil dianggap sebagai suatu kapiler maka pembasahan pada pori-pori serat
merupakan gejala kenaikan pada pipa kapiler.
Untuk mengetahui secara langsung mutu zat aktif permukaan perlu dianalisa fungsi pokok dari
pada zat aktif permukaan yang digunakan dalam proses. Misalnya daya basah dan daya cuci untuk
zat pembasah, perata dan pencuci untuk deterjen. Untuk menentukan sifat keaktifan zat aktif
permukaan , hal itu dinyatakan sebagai hidrophile-lilophile-balance (HLB) yang merupakan skala
penentu sifat keaktifan zat aktif permukaan. Secara kwantitatif HLB dinyatakan dalam skala 0-
20 dari sangat hidrofob (HLB=0) menjadi sangat hidrofil (HLB=20). Porsi hidrofob dan hidrofil
yang seimbang menunjukkan skala HLB=10
BM hidrofil 100
HLB
BM surfak tan 5
Selain pengujian tersebut perlu dianalisa ketahanan zat aktif permukaan terhadap medium
diantaranya :
Ketahanan terhadap asam, yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap asam dengan
konsentrasi tertentu
Ketahanan terhadap alkali yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap alkali
Daya tahan sadah : untuk menguji daya tahan ZAP terhadap garam penyebab sadah dari
air sadah 20odH, 30 odH dan 40 odH
Daya tahan Basah yaitu untuk mengetahui daya basah ZAP terhadap benang kapas dengan
konstruksi tertentu
2.1.5. Solid content dan pH
Solid content adalah semua zat padat (pasir, lumpur,dan tanah liat) atau partikel
partikel yang tersuspensi dalam air dan dapt berupa komponen hidup ataupun komponen
mati. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau ke alkalian suatu larutan.
Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan pewarna organik yang
berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila oksigen pada sampel (air yang
tercemar yang sedang dianalisis) telah habis dipergunakan (Mahida, 1981).
Surfaktan anion bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru
yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang diukur setara dengan kadar
surfaktan anion (Anonim, 2009).
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Daya Tahan Sadah, Daya Tahan Asam & Daya Tahan Alkali
3.1.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Daya Tahan Sadah :
- Tabung reaksi
- Labu ukur 100 mL
- Pipet volume 10 mL
- Erlenmeyer 300 mL
- Refluks
- Batu didih
- Erlenmeyer 500 mL
- Gelas piala 250 mL
- Kertas saring
- Corong
- Refluks
a. Bahan
- H2SO4 10%
- H2SO4 pekat
- NaOH padat
- Indikator MO
- HCl pekat
- HCl 1 N
Penilaian
- Apabila terjadi kekeruhan dan pengendapan air sadah 20o, 30o dan 40o DH berarti ZAP
tidak tahan sadah.
- Apabila terjadi kekeruhan pada air sadah 30oDH dan pengendapan pada air sadah
40oDH dan tidak ada perubahan pada air sadah 20oDH, berarti ZAP cukup tahan sadah.
- Apabila sama sekali tidak ada perubahan pada ketiga air sadah tersebut berarti ZAP
tahan sadah.
1. 100 ml larutan ZAP 1 % (10 ml ZAP 10% encerkan menjadi 100 ml) masukkan
kedalam Erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml asam sulfat 10%.
2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan, apakah
terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau terjadi daya busa (Pengamatan I).
3. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml asam sulfat pekat didihkan dengan
refluks amati apakah ada perubahan dengan perlakuan dengan konsentrasi asam sulfat
1% ini (Pengamatan II).
4. Bila terjadi perubahan naikkan konsentrasi asam sulfat dalam larutan menjadi 3%
dengan menambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan kemudian direfluks selama 15 menit.
Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini (Pengamatan III).
5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml asam sulfat pekat agar konsentrasi asam
dalam larutan menjadi 10% kemudian refluks selama 15 menit. Amati apakah ada
perubahan (Pengamatan IV).
6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan IV terjadi
pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan dalam air dengan volume
yang sama dan dikocok-kocok dengan teratur, kemudian diamati apakah masih timbul
busa (Pengamatan V).
Evaluasi
- Bila pada pengamata I terjadi penguraian atau pemisahan minyak, ZAP dinyatakan
sangat tidak taha asam.
- Bila pada pengamatan II terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tak tahan asam.
- Bila pada pengamatan III terjadi perubahan ZAP dinyatakan agak tidak tahan asam.
- Bila pada pengamatan IV terjadi perubahan ZAP dinyatakan agak tahan asam.
- Bila pada pengamatan V ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan tahan terhadap asam.
- Bila pada pengamatan IV tidak terjadi perubahan. ZAP dinyatakan sangat tahan
terhadap asam.
1. Larutkan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air suling,
kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat dan 1-2 butir batu didih.
2. Kocoklah hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan (Pengamatan I).
3. Didihkan larutan tersebut, pada refluks selama 15 menit, amati adanya perubahan,
apakah terjadi penggaraman (Pengamatan II).
4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring sisa yang tidak larut pada kertas saring
dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.
5. Titrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III).
6. Kocok dengan hati-hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5 menit dang
dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (Pengamatan IV).
Evaluasi
- Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP dinyatakan
tidak tahan alkali.
- Bila pada pengamatan II terjadi penggaraman yang larut sempurna dalam asam
(Pengamatan III) ZAP dinyatakan tahan alkali.
- Bila pada pengamatan IV tidak terjadi penggaraman, ZAP dinyatakan sangat tahan
alkali
b. Bahan
3.3. Densitas&Viskositas
3.3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Densitas :
-Piknometer
-Thermometer
-Neraca
-Oven
-Eksikator
-Pipet ukur 10 mL
-Piala gelas
-Gelas ukur 100 mL
Viskositas :
-Viskometer
-Labu ukur
-Pipet volume
a. Bahan
Zat aktif permukaan no.27
Viskositas
16. Hitung waktu alir H2O.
17. Hitung waktu alir contoh uji
𝐝𝐂 𝐱 𝐭𝐂 𝐱 ƞ𝐬
ƞ 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 =
𝐝𝐬 𝐱 𝐭𝐬
Keterangan:
dC= Density Contoh
tC = Waktu alir contoh
ds = density air
ts = Waktu alir air
ƞs = lihat table
c. Bahan
- Larutan aktif zat anion
- Larutan aktif zat kation
- NaCl 10%
- Asam Tanin pH 7- 75
- Air sadah 200 DH
- Air sadah 300 DH
- Air sadah 400 DH
- H2SO4 pekat
- HCl 2N
- HCl pekat
- CH3COOH 15 %
- Campuran NaOH dan CuSO4 (lar. buret)
1. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1 ml asam asetat 15%, didihkan sebentar, kemudian
amati : keruh/tidak
2. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1 ml CaCl2 20 dH, didihkan sebentar, kemudian
amati : keruh/tidak
Kalau terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 1 dan 2 (A), (A) untuk golongan 1 dan 2.
Untuk golongan 2 l;arutan contoh uji ditambah BaCl2 10%Bila timbul endapan
putih/adanya penguraian menunjukan golongan2.
3. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1-2 tetesml HCl pekat, kemudian amati perubahan
yang terjadi : keruh/tidak
Kalau ada kekeruhan kemungkinan golongan 3 dan 8. (B) untuk golongan 3 dab 8. untuk
golongan 8 akan memberikan reaksi Biuret yakni NaOH dan CuSO4 5%, larutan contoh uji
ditambah NaOH 10% / NaOH 4N, ditambahkan CuSO4 5% kemudian dipanaskan akan
memberi warna merah ungu dan dengan HCL encer dipanaskan akan memberi warna coklat
dan bau ikan.
b. Bahan
Bila didalam tabel dinyatakan volume lebih besar dari 100 ml maka diperlukan ekstraksi dari
seluru volume tersebut, sedangkan volume lebih kecil dari 100ml memerlukan pengenceran
sampai 100 ml.
Metode ini baik untuk pengukuran dengan range konsentrasi antara 0,025-100 mg/l LAS.
Sensitifitas sebagai “minimum detectable quantity” adalah 0,010 mg/l LAS.
BAB IV
PERCOBAAN
1. 3% 2 detik 5,021gram
300
250
Waktu (detik)
200
150
100
50
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi
4.1.3 Densitas &Viskositas
- Densitas
ZAP yang digunakan = No 3
Volume piknometer = 25 ml
- Viskositas
Perhitungan
Densitas
Viskositas
dc x tc x ns
ds x ts
dc x tc x ns
- η ZAP 0,1% = ds x ts
0,930092x24x0,8360
= 0,929328x25,93
= 0,77441167 cps
dc x tc x ns
- η ZAP 0,2% = ds x ts
0,889288x26x0,8360
= 0,929328x25,93
= 0,828660624 cps
dc x tc x ns
- η ZAP 0,3% =
ds x ts
0,932245x27x0,8545
= 0,929328x25,93
= 0,9306580794 cps
A B C d e f g h
I - - - - - - - -
II - - - - - - - -
III + - - - - -/+ - -
IV - + - - - - + +
V - + - - - + - -
VI - - + + - + - -
VII - - - + + + - -
VIII + - - + - - + -
- Golongan I = -
- Golongan II = -
- Golongan III = +
- Golongan IV = -
- Golongan V = -
- Golongan VI = -
- Golongan VII = +
- Golongan VIII = -
- Golongan IX = -
*Sabun no. 3 termasuk golongan 3 dan golongan 7 : minyak tersulfonkan tingkat tinggi dan
kondensat asam lemak
pH = 7
14,21−10,5682
= 37,95−28,09
3,6418
=
9,86
= -0,3694
0,0362
= 5
= 0,00724
0.9
0.819
0.8
0.7
0.6
0.484
Adsorbansi
0.5
0.4
0.307
0.279
0.3
0.2
0.105
0.073
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
konsentrasi g/L
BAB V
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi
- Daya Tahan Sadah, Daya Tahan Asam & Daya Tahan Alkali
Daya tahan sadah
Pada percobaan ini praktikan diharuskan untuk melakukan pengujian daya tahan ZAP
terhadap air sadah, pada kesadahan 20 °dH, 30°dH dan 40°dH. Apabila terjadi kekeruhan
atau pengendapan pada larutan 1% detergen dalam air sadah tersebut, maka ZAP tidak
tahan air sadah. Apabila terjadi kekeruhan pada air 30°dH dan terjadi pengendapan pada
air 40°dH dan tidak ada perubahan pada air 20°dH berarti ZAP cukup tahan terhadap air
sadah. Apabila sama sekali tidak terjadi perubahan pada air 20°dH, 30°dH, 40°dH, berarti
ZAP sangat tahan terhadap air sadah.
Sampel ZAP yang digunakan adalah sampel ZAP no 3. Sampel ZAP no 3 ini tahan sadah
karena pada saat pengujian tidak menunjukkan kekeruhan ataupun pengendapan air sadah.
Dalam proses tekstil , pengetahuan tentang daya tahan sadah diperlukan agar tidak terjadi
kemungkinan kerusakan – kerusakan yang disebabkan oleh logam - logam yang bereaksi
pada proses tekstil
Daya tahan Asam
Pada percobaan ini praktikan menguji daya tahan ZAP terhadap asam, contoh uji yang
digunakan adalah nomor 3. Pada pengujian asam zat yang ditambahkan adalah yang
bersifat asam yaitu H2SO4 10% sebanyak 1 ml lalu ditambahkan batu didih dan dididihkan
15 menit dalam reflux lalu diamati perubahannya . Pada saat pengamatan, ZAP yang sangat
tahan asam dengan ditambah konsentrasi asam pekat maka tidak adak terjadi perubahan
sama sekali sehingga pengujian dihentikan dan dilakukan pengujian dengan menambahkan
air dengan volume yang sama sehingga menghasilkan busa. Pada sampel ZAP
iniperubahan terjadi pada pengamatan IV ( tidak terjadi kekeruhan), yaitu saat larutan
ditambahkan 6,5 mL asam sulfat setelah sebelumnya dilakukan penembahan asam sulfat
beberapa kali dengan konsentrasi yang berbeda. Namun pada pengamatan ke V, ZAP
masih berbusa.Hasil yang didapat dari pengujian ini menunjukan bahwa ZAP tahan
terhadap asam.
- Daya Basah
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dalam pembasahan.Pada
pengujian ini harus diperhatikan loncatan variasi konsentrasinya karena akan sangat
mempengaruhi waktu tenggelam. Benang pembantu pun cukup berpengaruh karena jika
panjang benang lebih dari 2 cm, waktu tenggelamnya menjadi lebih lama. Praktikan
menguji daya tahan basah ZAP terhadap benang kapas degan konstruksi tertentu. Langkah
awal yang dilakukan praktikan adalah menimbang berat benang kapas seberat 5 gram 6
buah. Lalu menyiapkan larutan ZAP, larutan ZAP yag digunakan yaitu no 2. Lalu
diencerkan dengan air keran sampai 100 ml, konsentrasinya bebeda- beda sehingga
diperlukan perhitungan dengan menggunakan rumus. Kemudian pada ujung benang diikat
dengan pemberat dan masukkan ke dalam larutan dan hitung waktu saat benang yang
dijadikan pengikat pada pemberat mulai menyentuh dasar gelas ukur menggunakan
stopwatch. Pada grafik terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ZAP nya maka semakin
cepat waktu yang dibutuhkan untuk benang kapas terbasahi.
- Densitas&Viskositas
a. Densitas
Pada pengujian kali ini dilakukan dengan menggunakan sampel ZAP no 3, pengujian densitas
ini dimaksudkan untuk mengatahui berat jenis dari suatu larutan pada beberapa konsentrasi.
Penetapan berat jenis ini ditetapkan dengan piknometer yang membandingkan bobot larutan
pada volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar (t0C). Sampel
ZAP no 3 tersebut dibuat dengan beragam konsentrasi yaitu konsentrasi 1%, 2% dan 0%. Cara
membuat larutan contoh uji 0,1 %, yaitu pipet 1 ml larutan contoh uji kemudian larutkan dengan
100 ml air. Cara membuat contoh uji untuk konsentrasi 0,2 % dan 0,3 % sama seperti cara
membuat konsentrasi 0,1 %. Lalu piknometer dioven terlebih dahulu selama 1 jam agar tidak
ada kandungan air yang tersisa dan ditimbang beratnya, berat piknometernya adalah 28,7558
(sebagai a gram). Setelah itu larutan contoh uji dengan konsentrasi yang berbeda- beda
dimasukkan ke dalam piknometer dan juga masukkan thermometer lalu timbang berat tetap (b
gram). Untuk mengetahui berapa perbedaan bj sampel yang dihasilkan, bj air harus ditentukan
terlebih dahulu. Kemudian air dan sampel uji ditimbang secara bergantian dan suhu larutan
dicatat. Setelah mendapatkan hasil penimbangan maka berat jenis air dan sampel uji dapat
ditentukan. Dari percobaan ini didapatkan didapat hasil berat jenis contoh uji lebih kecil dari
berat jenis air (pada suhu saat pengujian 27oC). Hal ini dapat terjadi akibat penimbangan yang
kurang akurat, contoh uji yang diencerkan kurang homogen, air yang digunakan berasal dari
kran, sehingga kemungkinan air telah terkontaminasi oleh logam lainnya menyebabkan hasil
kurang akurat.
b. Viskositas
Pada percobaan ini praktikan harus dapat menentukan kekentalan suatu larutan ZAP pada 3
konsentrasi yang berbeda, yaitu 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3 %. Hal yang pertama yang dilakukan
praktikan membuat larutan dengan cara mengencerkan 1 ml, 2 ml, 3 ml larutan contoh dengan
air hingga tepat 100 ml. Kita dapat mengetahui kekentalan suatu larutan dengan cara
menghitung waktu alir contoh uji dan membandingkannya dengan waktu alir air. Pada
praktikum ini alat yang digunakan untuk menghitung waktu alir adalah stopwatch dan
viscometer.
penghitungan waktu alir H2O dilakukan secara manual sehingga refleks saat menekan tombol stop
pada stopwatch keakuratannya tidak dapat dijamin ketepatan waktunya sehingga sangat mungkin
terjadinya kesalahan, sedangkan waktu alir H2O sangat dipengaruhi oleh :
Suhu
Volume
Tekanan
Kekentalan
ZAP memiliki berat jenis lebih basar daripada air, hal ini membuktikan bahwa ZAP tersebut lebih
pekat dan mempunyai molekul – molekul yang terlarut didalam larutannya. Pada penentuan
ketentuan atau viskositas dapat kita lihat dari tabel dengan data yang dilakukan berulang – ulang,
bahwa larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi maka viskositasnya lebih besar dan waktu
yang ditempuhnya akan lebih lama pula. Pengukuran viskositas dilakukan dengan membandingkan
waktu alir air dengan waktu alir ZAP pada pipa kapiler.
- Penggolongan ZAP Cara Wutzchmitt&Cara Linsenmeyer
a. Cara Wutzchmitt
Pada percobaan ini praktikan harus dapat menggolongkan ZAP nomor 3 cara Wurtzschmitt dan
Linsen Meyer. Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan maka perlu dibedakan antara
golongan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion dan aktif nonion
yang pada umumnya bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan golongan aktif kation yang
bersifat menaikan tegangan permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat
dilakukan menurut cara Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan pengendapan
dengan pereaksi tertentu yang dibagi menjadi 8 golongan.
Hal yang pertama dilakukan praktikan, yaitu membuat larutan ZAP 1%, lalu pengujian golongan
cara Wurtzschmitt, dari cara tersebut didapatkan bahwa ZAP mengendap atau keruh saat uji
kation, maka ZAP positif mengandung anion. Lalu diperiksa pada tabel golongan menurut
Wurtzschmitt. Apabila dalam pengujian ZAP positif mengandung uji anion maka termasuk ke
dalam ZAP golongan IV dan juga ketika pada pengujian tanin 3, zat aktif ini berubah warnanya
menjadi sedikit keruh yang artinya positif. Ketika pengujian yodium jenuh pun terlihat ZAP
positif karena larutannya berubah menjadi keruh juga.
b. Cara Linsenmeyer
Penggolongan cara Linsen Meyer digolongkan menurut struktur kimia zat aktif permukaan..
Praktikan uji golongan 1 sampai 9. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa sampel no 3
merupakan golongan 3 dan golongan 7 yaitu minyak tersulfokan tingkat tinggi dan kondensat
asam lemak.
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Jadi Dari seluruh rangkaian kegiatan praktikum yang telah selesai dilaksanakan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
- Daya Tahan Sadah, Daya Tahan Asam & Daya Tahan Alkali
DAYA TAHAN ASAM
Larutan Zat Aktif Permukaan (ZAP) NO.3 ini termasuk tahan terhadap asam.
Larutan Zat Aktif Permukaan (ZAP) NO.3 ini termasuk tahan terhadap sadah.
- Daya Basah
Semakin besar kosentrasi Zat Aktif Permukaan (ZAP), maka waktu yang dibutuh kapas
yang sudah direselling untuk menyentuh dasar semakin lama. Adapun titik KKM larutan Zat Aktif
Permukaan (ZAP) NO.2 ini berada pada konsentrasi 1,5%.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air
- https://id.wikipedia.org/wiki/Basa
- https://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas
- https://id.wikipedia.org/wiki/Massa_jenis
- https://www.scribd.com/document/261877550/ Praktikum-Zpt-Zap
- Juhana, Juju, AT. Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil “Lemak dan Minyak” dan
“SABUN”.Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.