Anda di halaman 1dari 1

Nama : Zahra Aulia

NIM : 23010160350

Bagaimana pendidikan Islam mengantarkan madzhab Syafi’i kepada


masyarakat Indonesia hingga menjadikan madzhab terbesar di Indonesia?
Jawaban
Dimulai dari kerajaan Pasai, dimana Ismail ash-Shiddiq datang ke Pasai
mengajarkan Islam madzhab Syafi’i. Dengan usaha beliau, ummat Islam Pasai
menganut madzhab Syafi’i. Raja-raja Pasai pun sejak saat itu menjadi penganut
madzhab Syafi’i yang gigih. Ismail ash-Shiddiq juga berhasil mengangkat Merah
Silu, orang asli Indonesia menjadi raja di Pasai (1225-1297 M) dengan gelar al-
Malik ash-Shalih. Berkat pengaruh Sultan al-Malik ash-Shalih ini raja-raja Islam di
Malaka, Sumatera Timur, dan orang-orang Islam di Pulau Jawa sekitar abad ke 7
H. berbondong-bondong menganut madzhab Syafi’i.
Mulai tahun 1441 M sampai tahun 1476 M (820-855 H), di Malaka berkuasa
Sultan Manshur Syah I, penganut madzhab Syafi’i yang tangguh. Sultan ini
mengutus muballigh-muballigh Islam yang bermadzhab Syafi’i ke Minangkabau
Timur. Kemudian dari Miangkabau Timur madzhab Syafi’i berkembang ke
Sulawesi, Batak, Muara Sungai Asahan, dan Simalungun, disiarkan oleh muballigh-
muballigh Islam bermadzhab Syafi’i.
Dalam abad ke 15 M/9 H Kesultanan Samudra Pasai di Aceh dan
Kesultanan Malaka di Negeri Malaya sangat aktif mengembangkan Islam madzhab
Syafi’i ke Pulau Jawa, yaitu Demak dan Cirebon. Itulah sebabnya maka agama
Islam madzhab Syafi’i dianut oleh ummat Islam di Pulau Jawa. Terutama madzhab
syafi’i semakin berkembang pada periode Walisongo. Kerajaan Islam Demak
menganut madzhab Syafi’i berkat dakwah yang dilancarkan oleh muballighin Islam
bermadzhab Syafi’i yang diutus oleh Kerajaan Pasai
Kerajaan Goa kira-kira tahun 1606 M, berhasil menaklukkan Raja Bone,
kemudian pada tahun 1616-1626 M menaklukkan Raja Bima, Sumbawa dan Nusa
Tenggara dan Buton. Islam bermadzhab Syafi’i masuk bersamaan dengan Islam ke
Goa, Bone, Bima, Sumbawa, Lombok kemudian Buton.

Anda mungkin juga menyukai