Anamnesa:
Kucing jantan ras Persian bernama Jojo (Gambar) dibawa oleh klien ke PDHB
Jakarta Barat pada tanggal 20 Maret 2018. Kucing ini dibawa dengan keluhan
jalannya sempoyongan dan terlihat kesakitan saat buang air kecil serta hematuria.
Signalement hewan
Nama : Jojo
Jenis hewan : Kucing
Ras : Persian
Jenis Kelamin : Jantan
Warna bulu dan kulit : Abu-abu hitam
Umur : 4 tahun
Berat badan : 4 kg
Status Present
Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/Tingkah laku : Tulang punggung lurus/jinak
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri dengan ke 4 kakinya
Suhu tubuh : 38.5 oC
Frekuensi Nadi : 92 kali/menit
Frekuensi Nafas : 44 kali/menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Tenang
Pertulangan kepala : Simetris
Posisi tegak telinga : Tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : Baik
Telinga
Posisi : Tegak keduanya
Bau : Khas cerumen
Permukaan daun telinga : Licin, tidak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Refleks panggilan : Ada
Leher
Perototan : Simetris
Trachea : Teraba, tidak ada reaksi batuk
Esofagus : Teraba, isi kosong
Anus
Sekitar anus : Kotor
Refleks sphincter ani : Ada
Pembesaran kolon-kucing : Tidak ada perubahan
Kebersihan daerah perineal : Kotor
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : Tidak ada kelainan
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada kelainan
Cara bergerak berjalan : Koordinatif
Cara bergerak berlari : Koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan : Simetris
Kaki kanan depan : Simetris
Kaki kiri belakang : Simetris
Kaki kanan belakang : Simetris
Konsistensi pertulangan : Tidak ada kelainan
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi sakit
Letak reaksi sakit : Tidak ada reaksi sakit
Panjang kaki depan ka/ki : Sama
Panjang kaki belakang ka/ki : Sama
Kestabilan Pelvis
Konformasi : Tegas
Kesimetrisan : Simetris
Kucing dan anjing
Tuber ischii : Teraba
Tuber coxae : Teraba
Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik kucing Jojo menunjukan kelainan pada bagian abdomen. Daerah
hipogastrikum abdomen terasa tegang dan terdapat respon sakit ketika dilakukan palpasi,
sertaVU berisi urin, besar, dan menegang akibat retensi urin. Keadaan demikian membuat
abdomen terllihat besar sehingga membuat kucing cenderung membungkuk atau kifosis. Hal ini
mengindikasikan adanya gangguan pada saluran urinari atau FUS. Temuan gejala klinis tersebut
sesuai dengan pendapat Moore (2009) bahwa pada kasus FUS, hipogastrikus abdomen
cenderung sakit ketika dipalpasi, penis bengkak, serta bila terjadi obstruksi VU menjadi besar,
penuh, dan kesakitan ketika urinasi. Peneguhan kausa FUS juga dapat diperoleh melalui
anamnese, palpasi abdomen, pemeriksaan fisik, gejala klinis, urinalisis dengan pemeriksaan
sedimen, pemeriksaan kimia darah seperti kadar ureum dan kreatinin, urin kultur, uroendoscopy
dan pemeriksaan USG serta radiografi (Widmer et al.2004).
Rawat Inap
Jojo dirawat inap di Rumah Sakit Hewan PDHB Jakarta Barat selama 5 hari. Ditemukan
beberapa gejala klinis selama perawatan inap Jojo yang tersaji pada Tabel.
Tabel Temuan klinis dan terapi yang diberikan selama rawat inap kucing Jojo
Kucing diijinkan pulang atau rawat jalan pada tanggal 25 Mar 2018 dengan terapi yang
diberikan sebagai berikut:
R/ Claneksi s2dd 1.2 mL
Cystaid Feline Plus s2dd 1 caps
Diazepam s2dd ½ tab
Pembahasan Kasus
Kucing Jojo adalah kucing Persian berwarna abu-abu hitam berusia 4 tahun. Jojo dibawa
oleh pemilik hewan tanggal 20 Mar 2018 ke Rumah Sakit Hewan PDHB Jakarta Barat dengan
keluhan jalannya sempoyongan dan terlihat kesakitan saat buang air kecil serta hematuria.
Berdasarkan keluhan tersebut, Jojo diperiksa physical examinationnya dan mendapatkan
beberapa temuan klinis yaitu terdapat respon sakit saat bagian hipogastikus dipalpasi dan teraba
VU yang sangat besar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditarik diagnosa awal dari kucing Jojo menderita
FLUTD atau FUS. Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan
Feline Urologic Syndrome (FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing
terutama kucing jantan. Secara umum FUS merupakan sindrom akibat gangguan di traktus
urogenital. Adapun beberapa kausa utama yang diduga menjadi penyebab FUS yaitu Feline
Idiopathic Cystitis (FIS), urolithiasis, obstruksi saluran urinari, Urinary Tract Infection (UTI),
malformasi anatomi, neoplasia, dan gangguan syaraf (Gunn Moore 2004). Temuan klinis
distensi urin mengindikasikan adanya obstruksi saluran urinari. Kausa utama distensi urin diduga
obstruksi oleh urolith yang ditunjang dengan hasil urinalisis berupa temuan kristal oksalat (+++)
dan struvit (+++). Pembentukan kristal oksalat (asam) dan struvit (basa) diduga akibat perbedaan
suasana urin dalam waktu singkat (Brown 2013). Diet pakan diduga menjadi faktor utama yang
mempengaruhi suasana urin. Diet pakan tinggi kalsium dapat menginisiasi terjadi kristal oksalat,
sedangkan struvit terbentuk akibat pakan tinggi protein. Selain itu pada beberapa kasus,
pembentukan struvit berasosiasi dengan infeksi saluran urinari. Bakteri Staphylococcus sp. atau
Proteus sp. mampu memproduksi urease yang memecah urea menjadi amonia sehingga urin
menjadi basa (Gerber 2008). Indikasi adanya infeksi juga tercermin pada hasil urinalisis berupa
temuan leukosit. Gangguan filtrasi ginjal yang diindikasikan oleh proteinuria dan albuminuria
diduga terjadi akibat endapan kristal oksalat di glomerulus maupun tubulus. Keadaan demikian
dapat menginisiasi terjadinya peradangan atau infeksi.
Prinsip terapi pada obstruksi saluran urinari secara umumnya yaitu memperbaiki aliran
urin. Menurut Gerber (2008) terdapat 6 golongan obat untuk kasus FUS yaitu analgesik,
antibiotik, glycosaminoglycan, antidepresan, penghilang stress, dan diet pakan khusus. Perlakuan
dan terapi yang benar diharapkan mampu meningkatakan prognosa FUS.
Pada kucing Jojo dilakukan tindakan emergensi pengeluaran urin dengan pemasangan
tom catheter serta flushing VU menggunakan NaCl. Kateterisasi diharapkan mampu mendorong
urethrolit kembali ke VU sehingga aliran urin menjadi lancar. Adapun temuan hematuria yang
terjadi pada hari pertama sampai ke empat di rawat inap diduga akibat trauma dinding saluran
kemih oleh kateter dan penekanan VU.
Terapi cairan yang diberikan pada Jojo yaitu Ringer Laktat 250 mL/hari (IV). Menurut
Gerber (2008), 12% obstruksi saluran urinari pada kucing disebabkan oleh kondisi hiperkalemia,
sehingga diperlukan terapi cairan untuk menurunkan kadar kalium darah seperti infus NaCl
0.9%, Glukosa 5%, Kalsium Glukonat 10%.
Antibiotik Ampicilin 1.1 mL (IM) diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Menurut
Brown (2013), antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi sekunder serta agen infeksius dari
kateter. Pengantian pakan menjadi diet pakan khusus menggunakan Hill’s Prescription Diet
Urinary Care C/D dengan komposisi seimbang untuk melarutkan struvit dan mengurangi
pembentukan kristal oksalat. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (2013) bahwa hewan
penderita urolithiasis diberikan diet pakan rendah magnesium untuk mengasamkan urin,
sehingga diharapkan struvit akan larut. Studi menunjukan bahwa magnesium juga berperan
sebagai kristal inhibitor di tikus dan manusia. Pemberian diet rendah magnesium akan
menginisiasi pembentukan kristal oksalat. Maka dari itu, pemberian pakan khusus bagi penderita
gangguan urinari dengan komposisi seimbang sangat dianjurkan.
Cystaid Feline Plus diberikan sebagai suplemen pakan bagi kucing penderita gangguan
urinari. Suplemen tersebut mengandung glycosaminoglycans dan pereda stress.
Glycosaminoglycan diberlukan bagi penderita FUS untuk memperbaiki dinding VU (Gerber
2008). Pada tanggal 25 Mar 2018 Jojo diperbolehkan pulang atau rawat jalan dengan tambahan
obat yaitu diazepam tablet sebagai pereda stress.
Adapun tindakan pencegahan urolithiasis pada kucing yaitu hindari obesitas agar kucing
tetap aktif dan tidak malas untuk bergerak, litter box yang bersih dan mudah dijangkau oleh
kucing agar dapat urinasi. Kucing yang diberi pakan kering secara terus-menerus akan
meningkatkan terjadinya penyerapan Mg dan mineral-mineral lainnya. Pada pakan kering
terkandung ion-ion MgO2 dan MgSO4 yang bersifat basa. Urine yang bersifat basa akan
membuat ion Mg, phospat dan amonium akan mengkristal membentuk kristal struvit, sehingga
perlu diet rendah Mg (Nelson 2003).
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dapat ditarik kesimpulan bahwa kausa FUS kucing
Jojo diduga urolithiasis akibat diet pakan yang kurang seimbang.Terapi yang diberikan berupa
kateterisasi, antibiotik, infus, diet pakan khusus, dan pereda stres. Adapun saran yang dapat
diberikan yaitu pergantian pakan dengan pakan diet khusus, peningkatan intake air minum, serta
terapi cairan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
.
Brown SA. 2013. Urolithiasis in Small Animals. The Merck Veterinary Manual. [terhubung
berkala] Tersedia pada: www.merckvetmanual.com/mvm/
urinary_system/noninfectious_diseases_of_the_urinary_system_in_small_animal/urolithias
is_in_small_animal.html
Gerber B. 2008. Feline lower urinary track disease (FLUTD). [Proceeding] International
SCIVAC Congress. 201-203.
Gunn-Moore DA. 2004. Feline Urinary Tract Disease (FLUTD-Cystitis in Cats. University of
Edinburgh.
Moore Danièlle A. Gunn, 2009. Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) – Cystitis in
Cats. Professor of Feline Medicine, University of Edinburgh.
Moy ML, Matthess K, Stolzmann K, Reilly J, Garshick E. 2009. Free-living physical activity in
COPD: assessment with accelerometer and activity checklist. J Rehabil Res Dev 46: 277–
286
Nelson RW, Couto CG. 2003. Small Animal Internal Medicine. Ed ke-3. London (UK): Mosby
Inc.
Widmer WR., David S. Biller. 2004. Ultrasonography of the Urinary Tract in Small Animals.
JAVMA. 225(1): 46-54