Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PENDAHULUAN

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan


dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini
dapat di cegah. Namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan
diobati secara memadai.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui


berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform.avaskuler dan deturgenses atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea.
Dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi epitel dan
endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera
kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat dari pada cedera pada epitel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat.

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma oleh benda asing, dan dengan
air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam
kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan
luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri. Menurunkan kejernihan
penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung. Diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya
komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata


seab kelainan ini menepati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan
kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur
dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan
mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan
Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut ulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah. Sekitar 0,65 di tepi,
dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior. Kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda : lapisan epitel (yang bersambung
dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan bowman, stroma, membrane
descemen dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus
kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar
+34 dioptri. Jika kornea edema dengan suatu sebab, maka kornea juga
bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar.
Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari lima lapisan dari luar kedalam :

1) Lapisan epitel
Tebalnya 50 um, terdiri dari 5 lapisan sel epital tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng. Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden : ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2) Membrane bowman
Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian dengan
stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3) Jaringan stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibrolast terletak
diantara serat kolagen stroma.
4) Membrane descement
Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan dihasilkan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 um.
5) Endotel
Brasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40
um. Endotel melekat pada membrane descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour


aquous dan air mata kornea superficial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atsmosfir. Tranparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam.
Gambar 2 lapisan kornea

1.1 Definisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian


jaringan kornea yang ditandai dengan adanya infiltrate supuratif disertai defek kornea
bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai
stroma.

1.2 Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahay dalam
perjalanan pembentukan ayangan di retina. Biasanya cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea, perubahan dalambentuk kejernihan kornea segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina, oleh karenanya kelainan
sekeil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguang penglihatan yang hebat.
Karena kornea vaskular maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka
badan kornea wandering sel dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea
segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai infeksi perikornea. Sesudahnya
baru terjadi infiltrasi dari sel monokuler, sel plasma, leukosit polimorfonuklear
(PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel dan timbul lah ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superficial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palpebra superior)
pada kornea dan menetap sampai sembuh.

1.3 Etiologi

a. Infeksi
Infeksi bakteri : streptococcus meumonia dan spesies moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hamper semua ulkus berbentuk sentral.
Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya secret yang keluar bersifat
mukopurulen yang bersifat khas.
Infeksi jamur : disebabkan oleh candida, fusarium, aspergilus dan
spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus : ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrite dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisi
epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
b. Noninfeksi
 Bahan kimia bersifat asam atau basa tergantung PH
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik. Bila
bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengedapan protein
permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak terjadi
destruktif.
 Radiasi atau suhu
Dapat terjadipada saat bekerja las dan menatap sinar matahri yang akan
merusak epitel kornea.
 Kelainan dari membrane basal misalnya karena trauma.

1.4 Klasifikasi

Berdasarkan lokasi dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea :

1. Ulkus kornea sentral


 Ulkus kornea bakteri
Ulkus streptokokus : khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi kea rah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus berwarna kuning ke abu-abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar kedalam dan menyebabkan perforasi kornea.
Ulkus stafilokokus :pada awalnya berupa ulkus berwarnah putih
kekuningan disertai infiltrate berbatas tegas, apapila tidak diobati secara
adekuat akan menjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali
indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus pseudomonas : lesi pada ulkus ini dimulai dari arah sentral kornea,
ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam
waktu 48 jam. Gambaran berupa ulkus berwarna abu-abu dengan kotoran
yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini
seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
banyak.
Ulkus pneumokokus : terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang
dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar kearah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpent. Ulkus
terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.
Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung
dan di daerah ini terdapat banyak kuman.
Gambar 3. Ulkus kornea bakterialis.

Gambar 4. Ulkus kornea pseudomonas

 Ulkus kornea fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada
permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu
pada bagian epitel yang baik.
Gambar 5. Ulkus kornea fungi

 Ulkus kornea virus


Ulkus kornea herpes zoster : biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit.
Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edema palpebra, konjungtiva
hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrate.
Ulkus kornea herpes simplex
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai
terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epiter kornea disusul dengan
bentuk dendrite.

Gambar 6. Ulkus kornea denritik


Gambar 7. Ulkus kornea herpetic

 Ulkus kornea acanthamoeba


Awal dirasakan sakit tidak sebanding dengan temuan kliniknya. Kemerahan
dan fotopobia, tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma
dan infiltrate perineural.

Gambar 8. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer


 Ulkus marginal
Bentuknya dapat simple atau cincin, berwarna abu-abu dan terdapat pada
infeksi stapilokokus.
 Ulkus mooren
Ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. Terutama
terjadi pada usia lanjut. Penyebabnya tidak di ketahui, banyak teori yang
diajukan dan salah satunya adalah hipersensitivitas tuberculosis, virus dan
autoimun, biasanya menyerang satu mata, perasaan sakit sekali, sering
menyerang seluruh permukaan kornea.
 Ring ulcer
Terlihat injeksi perikorneal disekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, kadang-kadang timbul perforasi, ulkus
marginal yang banyak kadang-kadang dapat menyerupai menjadi satu
menyerupai ring ulcer.

Gambar 9. Ulkus marginal

Gambar 10. Moorens ulcer

1.5 Manifestasi klinis


Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

 Gejala subjektif
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
 Secret mukopurulen
 Merasa ada benda asing di mata
 Pandangan kabur
 Mata berair
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
 Silau
 Nyeri
 Gejala objektif
 Injeksi siliar
 Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrate
 Hipopion

1.6 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan bedasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang dengan menggunakan slit lamp dan pemriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi dan adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topical oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala objektif berupa adanya injeksi siliar,
kornea edema, terdapat infiltrate, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat
terjadi iritis yang disertai hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik, seperti :

 Ketajaman penglihatan
 Tes refraksi
 Pemeriksaan slit lamp
 Keratometri (pengukuran kornea)
 Respon reflek pupil
 Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH. Lebih baik lagi
dengan biopsy jaringan kornea dan diwarnai periodic acid Schiff.

Gambar 11. Pewarnaan gram ulkus kornea gambar 12. Pewarnaa


gram ulkus kornea herpes
simplek herpes zoster.
Gambar 13. Pewarnaan gram ulkus kornea

Gambar 14. Pewarnaan gram ulkus bakteri akantamoeba

1.7. Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung pada penyebabnya. Diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengan steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi. Pasien tidak dapat
memberikan obat sendiri.

Penatalaksaan ulkus kornea dirumah


 Jika memakai lensa kotak, seepatnya untuk melepaskan
 Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
 Mencegah penyebab infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
 Berikan anlgetik jika nyeri
Penatalaksaan medis
Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dikeluarkan ztau
dihilangkan. Lesi kornea sekeil apapun harus diperhatikan dan di obbati sebaik-
baiknya.

Infeksi pada mata harus diberikan :


 Sulfas atropine sebagai salap atau larutan
Kebanyakan dipaki sulfas atropine karena bekerja lam 1-2 minggu, efek kerja
sulfas atropine :
 Sedative, menghilangkan rasa sakit
 Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang
 Skopolamin sebagai midriatika
 Analgetik
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering
 Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspetrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva.

1.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi kepada


ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada
kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk
bagi mata.

 Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke mata
 Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak dapat menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
 Jika memakai lensa kotak harsu sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut

1.9 Komplikasi

 Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu yang sangat singkat


 Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
 Prolap iris
 Sikatrik kornea
 Katarak
 Glaucoma sekunder

1.10 Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat


lambatnya mendapat pertolongan. Jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama. Karena jaringan kornea bersifat avaskular, semakin tinggi
tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi.
Maka prognosis nya menjadi sangat buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga
dipengaruhi ketaatan penggunaan obat.
2. Hipopion

2.1 Definisi

Hipopion di definisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata
depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengedap di bawah bilik
mata depan. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari leukosit tanpa
adanya mikroorganisme pathogen, seperti bakteri, jamur, maupun virus, karena
hipopion adalah reaksi inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme pathogen.

2.2 Pathofisiologi

Bangunan yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan premeabilitas dari blood-
aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam
cairan aqueous, sehingga memberikan gambran hipopion. Adanya pus dibilik mata
depan biasanya memberikan gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna
kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi pseudomonas, sedangkan hipopion yang
berwarna kekuningan biasanya disebabkan oleh jamur.

Karena pus bersifat lebih berat dari caira aqueous, maka pus akan mengidap di bagian
bawah bilik mata depan. Beberapa organism biasanya menghasilkan pus lebih banyak
dan lebih cepat, diantaranya pnemokokus, pseudomonas, streptokokus dan
gonokokus.

2.3 Etiologi

Hipopian merupakan reaksi inflamasi dibilik mata depan. Karena itu semua
penyakit yang berhuungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya
hipopion. Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena
adanya infeksi. Misalnya pada keratitis, bakteri, jamur, amoba maupun herpes
simplek dapat menyebabkan terjadinya hipopion.
2.4 Manifestasi Klinis

Gejala subjektif yang biasanya menyertai hipopion adalah :

 Rasa sakit
 Iritasi
 Gatal
 Fotofobia pada mata yang terinfeksi
 Beberapa mengalami penurunan visus tergantung dari beratnya
penyakit utama yang diderita

2.5 Diagnosa

Diagnosa hipopion ditegakkan berdasarkan anmnesa dan pemeriksaan


menggunakan slit lamp. Pada anamnesa di tanyakan adanya riwayat infeksi,
pemakaian lensa kontak, trauma, pemakaian obat serta riwayat operasi. Pada
pemeriksaan dengan slit lamp ditemukan lapisan berwarna putih pada bagian inferior
dari bilik mata depan.

Hipopion biasanya dinilai dari tingginya, diukur dari dasar bilik mata depan dengan
satuan millimeter.

2.5 Penatalaksanaan

Terapi yang lebih spesifik biasanya tergantung dari penyakit utama yang
menyebabkan hipopion. Anti inflamasi yang sering digunakan adalah kortikosteroid.

 Dexamethasone
 Prednisolon
 Triamcinolone acetonide
 Metyhlprednisolone
 Cycloplegic
2.6 Prognosa

Hipopion adalah gejala klinis yang muncul sebagai respon inflamasi. Tetapi
prognosis tergantung dari penyakit dan komplikasi yang terjadi.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian


jaringan kornea, yang di tandai dengan adanyainfiltrat suputarif disertai defek kornea
yang bergaung. Etiologi dari ulkus kornea adalah infeksi dan non infeksi. Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan acanthamoeba. Sedangkan non
infeksi dapat disebabkan oleh bahan kimia, radiasi atau suhu, obat-obatan dan trauma.
Gejala subjektif dapat berupa eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, secret
mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, . ulkus kornea dapat
didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan yang terlihat
sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Bangunan
yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar. Diagnose hipopion
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan penunjang.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Dana, Kresnan, Dkk. Ulkus Kornea. SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Uniersitas Udayana. Denpasar : 2015
2. Yulianne, Marcelle. Hipopion. Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara Rumah Sakit Umum Semarang. Semarang : 07 juni-10 juni
2010.
3. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
:2001
4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea Dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2,
2002. Penerbit Sagung Seto : Jakarta
6. Sidarta I. Yuliantini.R. Ilmu Penyakit Mata. 2014. Fakultas Kedokteran
Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai