PENDAHULUAN
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma oleh benda asing, dan dengan
air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam
kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan
luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri. Menurunkan kejernihan
penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung. Diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya
komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1) Lapisan epitel
Tebalnya 50 um, terdiri dari 5 lapisan sel epital tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng. Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden : ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2) Membrane bowman
Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian dengan
stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3) Jaringan stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibrolast terletak
diantara serat kolagen stroma.
4) Membrane descement
Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan dihasilkan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 um.
5) Endotel
Brasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40
um. Endotel melekat pada membrane descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.
1.1 Definisi
1.2 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahay dalam
perjalanan pembentukan ayangan di retina. Biasanya cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea, perubahan dalambentuk kejernihan kornea segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina, oleh karenanya kelainan
sekeil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguang penglihatan yang hebat.
Karena kornea vaskular maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka
badan kornea wandering sel dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea
segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai infeksi perikornea. Sesudahnya
baru terjadi infiltrasi dari sel monokuler, sel plasma, leukosit polimorfonuklear
(PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel dan timbul lah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superficial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palpebra superior)
pada kornea dan menetap sampai sembuh.
1.3 Etiologi
a. Infeksi
Infeksi bakteri : streptococcus meumonia dan spesies moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hamper semua ulkus berbentuk sentral.
Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya secret yang keluar bersifat
mukopurulen yang bersifat khas.
Infeksi jamur : disebabkan oleh candida, fusarium, aspergilus dan
spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus : ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrite dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisi
epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
b. Noninfeksi
Bahan kimia bersifat asam atau basa tergantung PH
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik. Bila
bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengedapan protein
permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak terjadi
destruktif.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadipada saat bekerja las dan menatap sinar matahri yang akan
merusak epitel kornea.
Kelainan dari membrane basal misalnya karena trauma.
1.4 Klasifikasi
Gejala subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Secret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Gejala objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrate
Hipopion
1.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala objektif berupa adanya injeksi siliar,
kornea edema, terdapat infiltrate, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat
terjadi iritis yang disertai hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik, seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Pemeriksaan slit lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH. Lebih baik lagi
dengan biopsy jaringan kornea dan diwarnai periodic acid Schiff.
1.7. Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung pada penyebabnya. Diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengan steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi. Pasien tidak dapat
memberikan obat sendiri.
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dikeluarkan ztau
dihilangkan. Lesi kornea sekeil apapun harus diperhatikan dan di obbati sebaik-
baiknya.
1.8 Pencegahan
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke mata
Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak dapat menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
Jika memakai lensa kotak harsu sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut
1.9 Komplikasi
1.10 Prognosis
2.1 Definisi
Hipopion di definisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata
depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengedap di bawah bilik
mata depan. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari leukosit tanpa
adanya mikroorganisme pathogen, seperti bakteri, jamur, maupun virus, karena
hipopion adalah reaksi inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme pathogen.
2.2 Pathofisiologi
Bangunan yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan premeabilitas dari blood-
aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam
cairan aqueous, sehingga memberikan gambran hipopion. Adanya pus dibilik mata
depan biasanya memberikan gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna
kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi pseudomonas, sedangkan hipopion yang
berwarna kekuningan biasanya disebabkan oleh jamur.
Karena pus bersifat lebih berat dari caira aqueous, maka pus akan mengidap di bagian
bawah bilik mata depan. Beberapa organism biasanya menghasilkan pus lebih banyak
dan lebih cepat, diantaranya pnemokokus, pseudomonas, streptokokus dan
gonokokus.
2.3 Etiologi
Hipopian merupakan reaksi inflamasi dibilik mata depan. Karena itu semua
penyakit yang berhuungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya
hipopion. Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena
adanya infeksi. Misalnya pada keratitis, bakteri, jamur, amoba maupun herpes
simplek dapat menyebabkan terjadinya hipopion.
2.4 Manifestasi Klinis
Rasa sakit
Iritasi
Gatal
Fotofobia pada mata yang terinfeksi
Beberapa mengalami penurunan visus tergantung dari beratnya
penyakit utama yang diderita
2.5 Diagnosa
Hipopion biasanya dinilai dari tingginya, diukur dari dasar bilik mata depan dengan
satuan millimeter.
2.5 Penatalaksanaan
Terapi yang lebih spesifik biasanya tergantung dari penyakit utama yang
menyebabkan hipopion. Anti inflamasi yang sering digunakan adalah kortikosteroid.
Dexamethasone
Prednisolon
Triamcinolone acetonide
Metyhlprednisolone
Cycloplegic
2.6 Prognosa
Hipopion adalah gejala klinis yang muncul sebagai respon inflamasi. Tetapi
prognosis tergantung dari penyakit dan komplikasi yang terjadi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan yang terlihat
sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Bangunan
yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar. Diagnose hipopion
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan penunjang.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Dana, Kresnan, Dkk. Ulkus Kornea. SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Uniersitas Udayana. Denpasar : 2015
2. Yulianne, Marcelle. Hipopion. Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara Rumah Sakit Umum Semarang. Semarang : 07 juni-10 juni
2010.
3. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
:2001
4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea Dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2,
2002. Penerbit Sagung Seto : Jakarta
6. Sidarta I. Yuliantini.R. Ilmu Penyakit Mata. 2014. Fakultas Kedokteran
Indonesia : Jakarta