Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK PROFESIONALITAS

KELOMPOK V:

1. MUHAMMAD I MADE ANNAFI ARIANTO (20180811014001)


2. GABRIEL CHRISTO TIMANG (20180811014006)
3. PASKALIA C.R SAA (20180811014011)
4. ISMAEL WANDIKBO (20180811014013)
5. ASKAR BO’NE (20180811014017)
6. DESI DWI L. RONSUMBRE (20180811014020)
7. FAUSTINA F.S.M WIGU TUKAN (20180811014023)
8. HELENA G.F KARETH (20180811014026)
9. JULIO MICHEL MIRINO (20180811014033)
10. MUHAMMAD IMAM HANAFI (20180811014038)
11. PONIA YULICE DEMONGGRENG (20180811014043)
12. SAMUEL S.K.N SUMBARI (20180811014048)
13. TISYHA FAHJIRIN RAMIN (20180811014054)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, oleh karena
berkat dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini dengan baik dan
tepat waktu.
Laporan ini adalah laporan hasil kerja Problem Based Learning (PBL) skenario 1
pada blok profesionalitas yang fokus pada permasalahan yang diberikan dalam skenario
tersebut. Pada dasarnya, pokok permasalahan yang terdapat dalam skenario ini dan menjadi
pokok pembahasan laporan ini yaitu Rekam Medis
Dalam pembuatan laporan ini, ada banyak pihak yang telah membantu kami sehingga
laporan ini dapat selesai dengan baik oleh karena itu, atasnya kami mengucapkan terima
kasih. Secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada ixhfidfh yang telah menuntun
kami saat melakukan Problem Based Learning sebagai tutor, serta memberikan masukan
dalam penulisan laporan ini, terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Angkatan 2018, serta pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan kami support dalam penulisan laporan
ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta menambah
wawasan kepada pembaca yang berkaitan dengan pembahasan dalam laporan ini namun kami
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun penyajian isi dari laporan ini sendiri. Oleh karena itu, kami memohon
kritik dan saran kepada pembaca sebagai masukan kepada kami untuk menjadi tolak ukur
kami pada penulisan laporan selanjutnya.

Jayapura, November 2018

Kelompok V
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 3
2.1 Skenario .................................................................................................................................. 3
2.2 Klarifikasi Istilah ...................................................................................................................... 4
2.3 Identifikasi Masalah ................................................................................................................ 4
2.4 Analisis Masalah ...................................................................................................................... 4
2.5 Lerning Object (LO) ................................................................................................................. 5
2.6 Pembahasan Pokok Masalah .................................................................................................. 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18
1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan
melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangka pengembangan kesehatan secara
menyeluruhan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Dengan
kesehatan orang dapat berpikir dengan baik dan maksimal. Oleh karena itu setiap
orang akan selalu berusaha dalam kondisi yang sehat. Upaya penyembuhan tidak akan
terwujud jika tidak didukung dengan pelayanan yang baik pula dari suatu sarana
pelayanan kesehatan, dan kriteria pelayanan kesehatan yang baik, tidak cukup
ditandai dengan terlibatnya banyak tenaga ahli atau yang hanya memungut biaya
murah, melainkan harus didasari dengan suatu sistem pelayanan medis yang baik pula
dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Salah satunya adalah dengan mencatat segala hal tentang riwayat penyakit
pasien, dimulai ketika pasien datang, hingga akhir tahap pengobatan di suatu sarana
pelayanan kesehatan. Dalam dunia kesehatan, catatan catatan tersebut dikenal dengan
istilah rekam medis. Dalam pelaksanaan pelayanan medis kepada pasien, informasi
yang memegang peranan yang sangat penting. Informasi tidak hanya penting bagi
pasien, tetapi juga bagi dokter agar dapat menyusun dan menyampaikan informasi
kedokteran yang benar kepada pasien demi kepentingan pasien itu sendiri. Peranan
informasi dalam hubungan pelayanan kesehatan mengandung arti bahwa pentingnya
peranan informasi harus dilihat dalam hubungannya dengan kewajiban pasien selaku
individu yang membutuhkan pertolongan untuk mengatasi keluhan mengenai
kesehatannya.
Informasi tentang penyakit pasien itu diberikan antara lain dengan
mengumpulkan catatan mengenai gangguan kesehatan yang pernah dialami oleh
pasien (rekam medis). Dari rekam medis itu, dokter dapat mengetahui catatan dan
dokumen. Catatan yang dimaksud merupakan uraian tentang identitas pasien,
diagnosis, pengobatan, sehingga ini dapat menentukan tahap pengobatan yang baik
serta akibat yang mungkin timbul untuk kemudian diinformasikan kepada pasien.
2

1.2 Tujuan
Setelah membaca laporan ini penulis dan pembaca diharapkan mampu untuk
memahami:

1. Pengertian rekam medis


2. Fungsi rekam medis
3. Isi rekam medis
4. Landasan hukum dan sifat kerahasiaan rekam medis
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Skenario
Keluarga Korban 'Suntik Mayat' Pertanyakan Rekam Medis

Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarga pasien yang diduga disuntik setelah meninggal,
Supariyah (67), mempertanyakan berkas rekam medis kepada pihak RS Siti Khodijah
Sidoarjo, Jawa Timur. Keluarga mengaku sudah beberapa kali melayangkan surat
untuk meminta rekam medis Supariyah.
"Keluarga sudah berkirim surat sebanyak empat kali mulai tanggal 10 hingga 29
Januari 2018. Namun niatan baik dari ahli waris belum mendapat respon positif dari
pihak rumah sakit," kata kuasa hukum keluarga korban, Achemat Yunus, saat
dihubungi, Kamis (1/2).
Surat pertama dengan nomor E0001/KH-AY/SOM/I/2018 dikirim pada
tanggal 10 Januari 2018, berkaitan dengan permintaan pertemuan secara kekeluargaan
yang ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Siti Khodijah. Surat kedua dikirim pada
17 Januari, dan surat ketiga dikirim pada 22 Januari. Ahli waris, lanjutnya, telah
menerima surat balasan dari pihak Direktur RS tertanggal 19 Januari 2018 dengan
nomor : 01/IV.6.AU/I/2018. Isinya, permintaan agar korespondensi dilakukan dengan
pihak pengacara rumah sakit Masbukhin dan Partnership Law Firm.
"Begitu pun surat keempat, tanggapan atas surat sebelumnya," imbuh
Achemat.
Saat ini, pihaknya sudah melaporkan manajemen rumah sakit ke Polresta
Sidoarjo untuk mencari fakta hukum dan mendapatkan keadilan bagi keluarga korban.
Pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada pihak kepolisian.
"Kami juga akan melaporkan kejadian tersebut ke Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran dan Majelis Disiplin Etik Kedokteran di Pusat, Jakarta," ujarnya.
Diketahui, pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam medis menyebutkan soal keharusan
menjaga rekam medis. Namun, pasal 10 ayat (2) menyebut tentang sejumlah pihak
dan kondisi yang membuat data rekam medis itu bisa dibuka. Yakni, untuk
kepentingan pasien dan permintaan aparat penegak hukum.
Supariyah dikabarkan meninggal akibat serangan jantung pada 21 Desember.
Perawat diduga tetap menyuntik pasien meski Supariyah sudah meninggal dunia.
Kasus ini mencuat setelah beredarnya video yang menjadi viral yang berisi keluarga
4

pasien yang sedang memarahi seorang dokter dan perawat di RS Khodijah yang
diduga bertanggung jawab atas insiden penyuntikan tersebut.

2.2 Klarifikasi Istilah


 Rekam Medis: berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan lain telah diberikan
kepada pasien.
 Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia: lembaga yang berwenang
untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter
gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan
menetapkan sanksi.
 Majelis Disiplin Etik Kedokteran:
 Korespondensi: perihal surat-menyurat

2.3 Identifikasi Masalah


Masalah yang terdapat pada skenario di atas adalah:

1. Keluarga pasien Supariyah (67) meminta/mempertanyakan rekam medis kepada


pihak RS Khodijah karena keluarga menduga pasien Supariyah disuntik setelah
meninggal.
2. RS Khodijah tidak mau memberikan Rekam Medis tersebut kepada keluarga.
3. Keluarga pasien telah melaporkan kepada pihak berwajib dan telah
memberitakan kepada publik melalui media massa, serta memposting video yang
direkam pada saat memarahi petugas di RS dan telah viral di media sosial.

2.4 Analisis Masalah


1. Keluarga pasien Supariyah (67) meminta/mempertanyakan rekam medis kepada
pihak RS Khodijah karena keluarga menduga pasien Supariyah disuntik setelah
meninggal.
Apa alasan keluarga meminta rekam medis?
Hipotesis: Alasan keluarga mempertanyakan rekam medis adalah, karena
keluarga menduga pihak RS telah melakukan kesalahan medis yaitu menyuntik
pasien yang sudah meninggal.
Siapa yang berhak untuk meminta rekam medis?
Hipotesis: Yang berhak meminta rekam medis adalah keluarga pasien, pihak
berwajib tetapi sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.
5

Bagaimana prosedur yang harus ditempuh jika ingin meminta rekam medis?
Hipotesis: Mengirim surat kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan memberikan respon.
2. RS Khodijah tidak mau memberikan Rekam Medis tersebut kepada keluarga
Apa alasan pihak RS tidak memberikan rekam medis kepada keluarga?
Hipotesis: Alasan keluarga tidak memberikan rekam medis tersebut kepada
keluarga karena menjadi kewajiban dan tugas rumah sakit untuk menjaga
kerahasiaan.
Dalam hal apa saja rumah sakit (fasilitas pelayanan kesehatan) dapat
memberikan rekam medis?
Hipotesis: Permintaan aparat penegak hukum, lembaga yang berwenang untuk
mengawasi dan melaksanaan kode etik kedokteran
Bagaimana tanggung jawab rumah sakit terhadap rekam medis dari segi
kerahasiaan dan keamanan?
Hipotesis: Rumah sakit dan institusi pelayanan kesehatan wajib untuk menjaga,
merahasiakan kepada pihak yang tidak berwenang rekam medis setiap pasiennya.
3. Keluarga pasien telah melaporkan ke kepolisian dan Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran, dan video pada saat pihak keluarga memarahi pihak RS viral di
media sosial.
Bagaimana sifat kerahasiaan Rekam Medis saat keluarga sudah memberitakan
dimedia massa?
Hipotesis: Rekam medis sudah kehilangan kerahasiaan saat pasien/keluarga
memberitakan ke media massa ataupun media sosial.
Apakah RS/Dokter boleh membuka rekam medis saat dihadapan pihak penegak
hukum?
Hipotesis: RS dan Dokter bisa membuka rekam medis dihadapan penegak hukum
dan lembaga penegak etik profesi kedokteran sebagai bukti pembelaan.

2.5 Lerning Object (LO)


1. Pengertian rekam medis
2. Fungsi dan kegunaan rekam medis
3. Isi rekam medis
4. Landasan hukum rekam medis
5. Sifat dan kerahasiaan rekam medis
6

Kerangka Berfikir

KETENTUAN
PUBLIKASI KERAHASIAAN
PASIEN

ISI LANDASAN
HUKUM
HAK MILIK

REKAM MEDIS

RS/DOKTER

PENGERTIAN

KEGUNAAN/
FUNGSI
7

2.6 Pembahasan Pokok Masalah


Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (PERMENKES)

Fungsi dan Kegunaan Rekam Medis

Pembuatan rekam medis bertujuan untuk mendapatkan data dari pasien


mengenai riwayat kesehatan, riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang selain itu
juga pengobatan yang telah diberikan kepada pasien sebagai upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter,
dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola, dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan. Pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas hilang,
rusak, pemalsuan dan atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak
terhadap rekam medis. Rekam medis sangat diperlukan dalam setiap sarana pelayanan
kesehatan, maupun pelayanan kesehatan terhadap aspek hukum. Dari aspek hukum,
rekam medis dipergunakan sebagai alat bukti dalam perkara hukum (Haryanto, 2015).
Fungsi rekam medis juga diatur dalam Permenkes No.
269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 13 Ayat 1 yang berbunyi “pemanfaatan rekam
medis dapat dipakai sebagai:
a) Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b) Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan
kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran
gigi.
c) Keperluan pendidikan dan penelitian
d) Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan
e) Data statistik kesehatan
Peraturan tersebut lebih dijelaskan dalam manual rekam medis yang dibuat
oleh Konsil Kedokteran Indonesia sebagai berikut:
A. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan
medis yang harus diberikan kepada pasien.
8

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan


Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas
dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga
medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
C. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.
D. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut
dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan
jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik (Konsil Kedokteran Indonesia,
2006)
Kewajiban Menulis Rekam Medis

Kewajiban menulis rekam medis pada setiap pasien yang berobat pada instansi
kesehatan memiliki dasar hukum dan purundang-undangan yang sah dimata negara
yang di atur dalam beberapa peraturan perundangan-undangan seperti :

a. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pasal (46) ayat (1) yang
berbunyi “Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis” (UNDANG-UNDANG).
b. Hal yang sama juga diatur dalam Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008/
Rekam Medis Pasal (5) ayat (1). Yang berbunyi “ Setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat rekam medis”
(PERMENKES)
9

Hukuman Tidak Terlaksanakannya Rekam Medis


Karna begitu pentingnya suatu rekam medis maka ada beberapa peraturan
yang mengatur hukuman bagi instansi kesehatan serta ketenaga pekerjaan medis yang
melanggarnya antara lain :
a. PERMENKES No 269/MENKES/PER/III/Tahun 2008 TENTANG REKAM MEDIS
Pasal 17 ayat 1 dan 2
(1). Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Mentri, Kepala Dinas
Kesehtan kota/kabupaten dapat mengambil tindakan administratif sesuai
dengan kewenangan masing masing.
(2). Tindakan administratif sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dapat
berupa teguran lisan, tulisan sampai dengan pencabutan izin.
b. UU REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK
KEDOKTERAN Pasal 46 ayat 1 dan pasal 79 B
Pasal 46 (1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalanka praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai meneriman pelayanan
kesehatan.Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal (79) Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paloing banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau
dokter gigi yang :
B. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagai mana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1)
Isi Rekam Medis
Begitu juga dengan isi rekam medis terhadap pasien yang sudah di atur
sedemikian rupa dalam PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III2008 Tentang
Rekam Medis pada Bab (2). Isi rekam medis berbeda-beda tergantung pada jenis
tindakan, pelayanan dan pengobatan yang diberikan selama berada pada sarana
pelayanan kesehatan. Dalam pasal 3 ayat 1 Permenkes tersebut isi rekam medis untuk
pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:
a) Identitas pasien
b) Tanggal dan waktu
c) Hasil anamnesis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit.
d) Hasil pemeriksaan dan penunjang medik
10

e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan
g) Pengobatan dan/atau tindakan
h) Pelayanan lain yan telah diberikan kepada pasien
i) Untuk pasien gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j) Persetujuan tindakan bila diperlukan (PERMENKES)
Pada ayat (2) dijelaskan bahwa rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan
satu hari sekurang-kurangnya memuat:
a) Identitas pasien
b) Tanggal dan waktu
c) Hasil anamnesis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit.
d) Hasil pemeriksaan dan penunjang medik
e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan
g) Pengobatan dan/atau tindakan
h) Persetujuan tindakan bila diperlukan
i) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j) Ringkasan pulang (discharge summary)
k) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
l) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
m) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan ondotogram klinik
(PERMENKES)
Rekam medis untuk pasien gawat darurat sesuai dengan ketentuan ayat (3) pasal (3)
sekurang-kurangnya memuat:

a) Identitas pasien
b) Tanggal dan waktu
c) Hasil anamnesis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit.
d) Hasil pemeriksaan dan penunjang medik
e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan
g) Pengobatan dan/atau tindakan
h) Persetujuan tindakan bila diperlukan
11

i) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat


darurat dan rencana tindak lanjut
j) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
k) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan
ke sarana pelayanan kesehatan lain;
l) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (PERMENKES)
Sementara itu pada ketentuan ayat (4) dijelaskan bahwa pada pasien dalam
keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (3)
ditambah dengan;
a) Jenis bencana dan lokasi pasien ditemukan;
b) Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana massal
c) Identitas yang menemukan pasien (PERMENKES)
Kepemilikan rekam medis
Pada prinsipnya sesuai dengan PERMENKES RI NO
269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG REKAM MEDIS Bab V Pasal 12 ayat 1
sampai 4 yang berisikan:
(1). Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
(2). Isi rekam medis merupakan milik pasien
(3). Isi rekam medis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dalam
bentuk ringkasan rekam medis.
(4). Ringkasan rekam medis sebagaimana yang di maksud padea ayat (3)
dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi
kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang
berhak atas itu. (PERMENKES)
Dari penjelasan peraturan kementrian di atas dapat diartikan masing masing
pihak berhak memiliki rekam medis pasien, dengan pemahaman bahwa berkas dan
isinya tidak dapat dipisahkan. Untuk mengatasi hal tersebut banyak cara untuk
mengatasi masalah tersebut dengan cara memberi salinan atau fotocopyan hasil rekam
medis terhadap keluarga serta berkas aslnya tetap milik instansi kesehatan. Namun
mengacu pada ayat (3) sudah sangat jelas disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
isi rekam medis bisa menjadi milik pasien atau keluarga tertentu adalah sudah dalam
bentuk ringkasan isi rekam medis, dan bukan fotocopyan atau salinan rekam medis
asli.
12

Untuk bisa memahami hal tersebut, maka harus mengerti dahulu arti kata
rekam medis yang dimaksud sesungguhnya. Untuk bisa memahami hal tersebut, maka
harus dimengerti dahulu arti kata isi yang dimaksudkan dalam Peraturan Kementrian
Kesehatan tersebut. Yang dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
dimaksud “isi” adalah sesuatu yang ada, termuat, terkandung dan sebagainya di dalam
suatu inti atau bagian yang pokok dari sesuatu yang tertulis didalamnya dari suatu
buku,surat menyurat dan wejangan (pidato, pembicaraan, dan teks sebagainya). Berarti
yang dimaksud dengan isi rekam medis dalam Peraturan Kementrian Kesehatan diatas
adalah suatu pengertian isi rekam medis seperti yang sudah tertera pada pasal 12 ayat
4 yang tertulis “ Isi rekam medis yang sebagaimana tercantum dalam ayat (2) dalam
bentuk ringkasan”. Dengan demikian yang menjadi milik sah sarana kesehatan ialah
berkas rekam medis yang berisikan catatan dan dokumenm tentang identitas pasien,
pemerikisaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien
(PERMENKES No 269 tentang Rekam Medis Pasal 1 Ayat (1) Isi Rekam Medis) yang
dimana “berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang
harus di simpan sekurang kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak
tanggal terakhir pasien tersebut(PERMENKES No 269 tentang Rekam Medis Pasal
10). Dan yang menjadi milik pasien adalah isi rekam medisnya, dan jika pasien atau
keluarga yang diberi kuasa menanyakan berkas rekam medis maka sesuai peraturan
perundang undangan di atas yang dapat diberikan sarana pelayanan kesehatan adalah
isi rekam medis yang isinya berupa ringkasan, penjelasan rekam medis pasien tersebut,
bukan salinan atau copyan asli berkasnya.
Begitupun yang berhak menerima dan mendapatkan isi rekam medis ialah
orang-orang yang sudah di atur dalam Permenkes No 269 tahun 2008 pasal 12 ayat (4)
1. Pasien
2. Keluarga pasien
3. Orang yang diberi kuasa oleh pasien
4. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga pasien
Untuk mengetahui siapa saja anggota keluarga yang dimaksud tersebut kita dapat
mengacu pada PERMENKES No. 36 Tahun 2012 Pasal (1) ayat (6) “Keluarga
terdekat adalah suami atau istri, ayah dan atau ibu kandung, wali, anak-anak yang
telah dewasa, atau saudara-saudara kandung yang telah dewasa” (PERMENKES)
Pemberian informasi medis pasien kepada pihak lain adalah sama saja dengan
membuka rahasia kedokteran, pemberitahuan informasi untuk kepentingan kesehatan
hanya boleh dilakukan orang orang tertentu seperti yang sudah diatur dalam
13

PERMENKES RI NO 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG REKAM MEDIS


Pasal 11 ayat (1) yang berbunyi “ Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis
pasien atau berdasarkan peraturan perundang undangan (PERMENKES)
Kerahasiaan Rekam Medis
Rekam medis ini termaktub dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang rekam
medis, selanjutnya dibuat PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis sebagai amanat dari UU No. 29 tahun 2004 pasal 47 ayat (3) yang
berbunyi “Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
1 dan 2 di atur dengan peraturan mentri” (UNDANG-UNDANG). Selain itu rekam
medis sebenarnya merupakan hal yang bersifat sangat rahasia dan harus dijaga
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan
sebagaimana tercantum dalam beberapa dasar hukum antara lain :
a) UU No.29 Tentang Praktik Kedokteran tahun 2004 pasal (47) ayat (2) yang
berbunyi “Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan
pimpinan saran pelayanan kesehatan” (UNDANG-UNDANG)
b) Permenkes No.290/MENKES/PER/III/2008 pasal (10) ayat (1) tentang
kewajiban tentang menjaga kerahasiaan rekam medis yang menyatakan
“Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien harus juga dijaga
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas
pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. (PERMENKES) Serta
Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1996 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran pasal (1) “ Yang dimaksud dalam rahasia kedokteran adalah
segala sesuatu yang diketahui orang orang dalam pasal (3) pada waktu atau
selama melakukan pekerjaan dalam lapangan kedokteran”, yang dimaksud
dalam pasal (3) “ Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud
dalam pasal (1) ialah :
a) Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang undang tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran negara tahun 1963 No.79)
b) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. (Peraturan Pemerintah)
c) Permenkes No 36/2012 tentang Rahasia Kedeokteran Pasal 4 ayat 1 dan 3;
14

(1). Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau


menggunakan data dan informasi tentang pasien wajib menyimpan
rahasia kedokteran.
(3). Kewajiban menyimpan rahasia tersebut berlaku selamanya,
walaupun pasien telah meninggal dunia (PERMENKES)
Sanksi Bagi yang Membocorkan Rekam Medis
Institusi pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang membuka rahasia
rekam medis dapat diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sebagai berikut:
1. Pasal 322 KUHP “barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatannya atau pencariannya baik yang sekarang maupun
yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana
denda paling banyak sembilan ribu rupiah.”
2. Pasal (79) Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paloing banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap
dokter atau dokter gigi yang : c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 huruf a, huruf c, huruf d atau huruf e.
 Pasal 51 yang berbunyi “ Dokter atau dokter gigi dalam melakukan praktek
kedokteran mempunyai kewajiban :
C . Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.
Ketentuan Publikasi
Meskipun begitu rahasianya berkas rekam medis, akan tetapi dapat dibuka
pada kondisi kondisi tertentu yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
sah dimata hukum. Ada beberapa peraturan yang mengatur tentang keterbukaan isi
rekam medis dengan beberapa ketentuan dan syarat antara lain :
1.UU No. 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran pasal 48 ayat 2
“Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien,memenuhi permintaan aparatur penegakan hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien itu sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang
undangan.”
2.Permenkes RI No 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis pasal 11 ayat 1
“ Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan
perundang undangan.”
15

3.Permenkes RI No 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis pasal 10 ayat 2


dan 3
(2) “ Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a. untuk kepentingan kesehatan pasien.
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum atas perintah pengadilan.
c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri.
d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan;
dan;
e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien;
(3). “Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.”
(PERMENKES)
Rekam medis juga merupakan bagian dari rahasia kedokteran. Oleh karena itu
Rekam Medis juga diatur dalam Permenkes No 36 Tahun 2012 Tentang Rahasia
Kedokteran. Peraturan tersebut memungkinkan dibukanya rekam medis sebagai
bagian dari rahasia kedokteran terutama yang menyangkut masalah hukum. Dalam
pasal 7 ayat (1) dijelaskan bahwa “pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana
dimaksud pasal 5 dapat dilakukan dalam proses penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan sidang pengadilan. Lebih lanjut dijelaskan pada ayat (4) yang
berbunyi “Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar perintah
pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka rekam medis seluruhnya dapat
diberikan. (PERMENKES)
Pembukaan rahasia kedokteran juga dapat dilakukan tanpa persetujuan dari
pasien dan/atau keluarga pasien sesuai dengan ketentuan pasal (9) Permenkes No.
36 Tahun 2012 ayat (1) dan (2):
1. Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam pasal (5) dalam
rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
2. Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik
atau disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas
16

permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi atau Majelis


Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (PERMENKES)
17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
2. Rekam medis pada umumnya digunakan sebagai; (1). Dasar pengobatan
pasien; (2). Peningkatan kualitas pelayanan; (3). Pendidikan dan
penelitian; (4). Pembiayaan; (5). Statistik Kesehatan; (6). Pembuktian
masalah hukum, Disiplin dan Etik.
3. Isi rekam medis, tergantung pada jenis pelayanan, tindakan medis yang
diberikan tetapi pada umumnya rekam medis memuat, identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan lain yang telah diberikan.
4. Pada dasarnya Rekam Medis bersifat rahasia, tetapi dapat dibuka pada
kondisi tertentu, seperti; (1). Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
pasien; (2). Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran
dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran
gigi; (3). Keperluan pendidikan dan penelitian (4). Dasar pembayar biaya
pelayanan kesehatan; (6). Data statistik kesehatan.
18

DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, E. Y. (2015, April). Kedudukan Rekam Medis dalam Pembuktian Perkara Malpraktek
dibidang Kedokteran. Lex Crimen , 2.

Konsil Kedokteran Indonesia. (2006). Manual Rekam Medis. Jakarta.

Peraturan Pemerintah. (n.d.). No. 10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.

PERMENKES. (n.d.). No. 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis.

PERMENKES. (n.d.). No. 36 Tahun 2012 Tentang Rahasia Kedokteran.

UNDANG-UNDANG. (n.d.). No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai