Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

KESEHATAN DAN KELEMATAN KERJA


(Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel)

Disusun oleh:

NAMA : JEFRI SURANTA PURBA

NIM : 5I83520003

PRODI : D-3 TEKNIK MESIN

DOSEN PENGAMPU : Ir. FIRDAUS, M. Kes.

FAKULTAS TEKNIK

D-3 TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga critical book report ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan Penulis dalam menyusun critical book report ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Critical Book
Report ini juga dapat digunakan sebagai bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai
bahan pembelajaran mengenai materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang telah mempercayakan tugas ini kepada Penulis, sehingga
mempermudah Penulis dalam memahami materi pada perkuliahan ini. Penulis menyampaikan
banyak terima kasih karena beliau, dosenkuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerjayang telah
memberikan instruktur dan memandu Penulis, sehingga hal tersebut turut membantu Penulis
dalam penyelesaian critical book ini.
Penulis menyadari bahwa critical book ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kritik konstruktif dan saran yang membangun selalu Penulis harapkan demi penyempurnaan
critical book ini dikemudian hari. Semoga critical book ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar belakang ......................................................................................................... 1


B. Rasionalisasi pentingnya cbr ................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan cbr ............................................................................................... 1
D. Manfaat cbr. ............................................................................................................. 2
E. Identitas Buku .......................................................................................................... 2
BAB II. RINGKASAN BUKU ....................................................................................... 3
A. Ringkasan Buku Pertama. ....................................................................................... 3
B. Ringkasan Buku Kedua ........................................................................................... 7
BAB III. PEMBAHASAN .............................................................................................. 15
A. Kelebihan Buku. ...................................................................................................... 15
B. Kekurangan Buku .................................................................................................... 15
BAB IV. PENUTUP ........................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 16
B. Saran. ....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Sikap dan tindakan untuk keselamatan kerja dengan jalan mencegah terjadinya kecelakaan
pada waktu bekerja diruang kerja atau bengkel atau dilapangan kerja pada umumnya adalah
suatu keharusan. Tidak seorang manusia pun menginginkan suatu kecelakaan menimpa
dirinya apalagi sampai menyebabkan cedera.
Kecelakaan merupakan gangguan yang memusnahkan, setidak tidaknya menghambat atau
merugikan investasi, rencana kerja, dan juga rencana hasil kerja.
Alangkah baiknya sikap dan tindakan mencegah kecelakaan, dikerjakan bersama-sama.
Pemimpin dan yang di pimpin atau semua yang berada di tempat wajib mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam bekerja keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang sangat
penting untuk di perhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Bicara tentang keselamatan
kerja sudah ada Undang-Undang yang mengaturnya yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja.
Masyarakat sering menyepelakan faktor-faktor tertentu karena mereka belum mendapat
kecelakaan itu sendiri. Sehingga diperlukan cara untuk mencegah agar tidak terjadi
kecelakaan yang tidak diinginkan. Selain pemberian peringatan diri dan pengertian kepada
masyarakat, tentu saja membutuhkan alat penunjang untuk mengurangi resiko terjadi
kecelakaan. Disinilah alat pelindung diri dibutuhkan. APD adalah salah satu usaha yang dpat
digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta memberikan perlindungan kepada
pekerja.

B. Rasionalisasi Pentingnya CBR.


Sering kali kita bingung memilih buku refrensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang
kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis
bahasa, pembahasan tentang Keselamatan Kerja. Oleh karena itu, penulis membuat critical
book ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku refrensi, terkhusus pada pokok
bahasan tentang Keselamatan Kerja Dan Tata Letak Bengkel.

C. Tujuan Penulisan CBR.


Tujuannya untuk menyelesaikan tugas critical book Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
menambah pengetahuan seorang mahasiswa tentang Keselamatan Kerja, meningkatkan
kemampuan seorang mahasiswa dalam mengkritisi/ membandingkan suatu topik materi
kuliah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dalam dua buku yang bebeda.

1
D. Manfaat CBR.
a) Untuk menambah wawasan tentang Keselamatan Kerja.
b) Untuk mengetahui bagaimana Keselamatan Kerja.
c) Untuk mengetahui apa saja yang mengenai Keselamatan Kerja.

E. Identitas Buku
1. Judul : Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel.
2. Edisi : Satu (1)
3. Pengarang : Tia Setiawan Dan Harun.
4. Penerbit : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
5. Kota terbit : JAKARTA
6. Tahun terbit : 2015
7. ISBN : 978-979-769-463-0

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Pertama

Bab I.Peraturan Dan Undang-Undang Keselamatan Kerja.

Didalam keselamatan kerja juga ada undang-undang yang mengatur tentang keselamatan
kerja diantaranya adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja.

a. Tentang istilah.
Pasal 1.
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
a. Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk suatu keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagai mana
terperinci pada pasal 2.
b. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau
bagian yang berdiri.
c. Pengusaha ialah orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan suatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
d. Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja untuk melaksanakan
undang-undang ini.
e. Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus di departemen tenaga kerja
yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja.
f. Akhli keselamatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar departemen
tenaga kerja yang ditunjuk oleh menteri tenanga kerja untuk mengawasi ditaatinya
undang-undang ini.

b. Ruang lingkup.
Pasal 2
1. Yang diatur oleh undang-undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja
baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, dan di dalam air.
2. Ketentuan pada ayat (1) tersebut berlaku pada tempat kerja dimana pun berada.
a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan
atau intalasi yang berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran,peledakkan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan
atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan
infeksi, bersuhu tinggi.
3. Dengan peraturan perundang-undangan dapat di tunjukkan sebagai tempat kerja, ruangan,
atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselmatan atau kesehatan yang bekerja
dan atau berada di ruangan atau lapangan itu dapat di robah perincian tersebut.

3
c. Syarat-syarat keselamatan kerja.
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundang-undangan di tetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak.
d. Memeberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat perlindungan diri kepada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembapan, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar dan radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psychis, peracunan infeksi dan penularan.
i. Memeperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
2. Dengan peraturan prundangan dapat di robah perincian seperti tersebut ayat 1 sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknik dan teknologi serta pendapatan baru di
kemudian hari.
Di dalam peraturan ini pasal yang mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja yang lain
yaitu: pasal 4, pasal 6, pasal 7 dan pasal 8.

d. Pembinaan.
Pasal 9
1. Pengurus diwajibkan menunjuk dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi dan bahaya serta dapat timbul dalam tempat kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya.
c. Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjannya.
2. Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja terssebut telah mengalami syarat-syarat tersebut diatas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yanng
diabawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan menaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

e. Panitia pembina dan kesehatan kerja.


Pasal 10
1. Menteri tenaga kerja berwenang membentuk panitia pembina keselamtan dan kesehatan
kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan pertisipasi efektif.
2. Susunan panitia keselamatan dan kesehatan kerja, tugas dan lainnya di tetapkan menteri
tenaga kerja.

4
f. Kecelakaan dan cara melaporkan.
Pasal 11
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ditempat kerja yang
dipimpinnya, kepada pejabat yang di tunjuk oleh menteri tenaga kerja.
2. Tata cara melaporkan dan memeriksa kecelakaan oleh pegawai termaksud pada ayat (1).

g. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja.


Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai dan atau ahli keselamatan
kerja.
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
e. Menyertakan keberatan kerja pada pekerja dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja
serta alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya.

h. Kewajiban Pengurus.
Pasal 14
Pengurus diwajibkan:
a. Secara tertulis menempatkan di tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan.
b. Memasang di tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan.
c. Menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan diri yanng diwajibkan pada
tenaga kerja.yang berada dibawah pimpinannya.

Bab II. Alat-Alat Perlindungan Anggota Badan

Badan kita terdiri dari beberapa bagian. Semuanya itu harus terlindung diwaktu sedang
melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian badan itu adalah sebagai berikut:

1. Alat pelindung mata.


Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
Kelengkapan lensa untuk pengelasan dengan gas dan untuk melakukan pemotongan jangan
dibiasakan dipakai untuk pengelasan lengkung atau busur, karena lensa untuk mengelas
lenngkung telah disediakan sendiri.
Kacamata debu ialah sebuah alat pelindung mata supaya mata tidak kemasukkan debu atau
bram terutama pada waktu pengerjaan menggerinda, memahat dan lain-lain.
Bagian dari kacamata debu ialah:
a. Ventilasi pada sisi kaca pelindung.
b. Lensa yang dapat ditukar dengan mudah.
c. Bingkai yang kenyal dan tahan panas yang menyenangkan dalam pemakaian.
d. Keping hidung dan pengikat kepala yang dapat disetel.

5
e. Lensa.

2. Alat pelindung kepala.


Peci adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang terputar, misalnya mesin
bor atau waktu sedang mengelas. Ini adalah untuk menjaga agar rambut tidak terpuntir saat
melakukan pekerjaan mengebor atau rambut terkena percikan api.

3. Alat pelindung telinga.


Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang
sangat bising, juga penahan bising dari letupan-letupan.

4. Alat pelindung hidung.


Melindungi hidung dari segala hal yang dapat membahayakan sistem pernafasan.

5. Alat pelindung tangan.


Alat pelindung tangan terbuat dari macam-macam bahan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Yang sering kita jumpai adalah:
a. Sarung tangan kain.
b. Sarung tangan asbes.
c. Saryng tangan kulit.
d. Sarung tangan karet.

6. Alat pelindung kaki.


Untuk menghindari kerusakan kaki dari tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia,
maka sebagai alat pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang
disesuaikan dengan tempat kita bekerja.
a. Sepatu pengaman.
b. Sepatu yang beralas karet.

7. Alat pelindung badan.


a. Apron.
b. Pakaian pelindung.

8. Pelindung hidung dan mulut.


a. Penahan debu.
b. Saringan cartridge.
c. Kedok berkantong udara.
d. Kedok dengan selang panjang.

6
B. Ringkasan Buku Kedua

Bab I. Peraturan Dan Undang-Undang Keselamatan Kerja.

A. Tentang Istilah – Istilah

PASAL 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :

(1) ’’Tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-surnber bahaya sebagaimana diperinci dalam
pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;

(2) ’’Pengurus² ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;

(3) ’’Pengusaha’’ ialah:

1. orang atau badan hukum yang menjaiankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
2. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan ternpat kerja.
3. orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada (a) dan (b), jika kalau yang diwakili berkedudukan diluar Indonesia.

(4) ’’Direktur’’ ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.

(5) ’’Pegawai pengawas” ialah pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Departemen
Tenaga kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja;

(6) ’’Ahli keselamatan kerja” ialah tenaga tehnis berkeahlian khusus dari Luar De-
partemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi
ditaatinya undang-undang ini.

B. Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;

(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana:

7
1. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan
atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan;
2. dibuat, diolah, dipakai dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan
atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan
insfeksi, bersuhu tinggi;

(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja ruangan- ruangan
atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau keselamatan
yang bekerja dan atau yang berada diruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian
tersebut dalam ayat (2).

C. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja

Pasal 3

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

1. mencegah dan mengurangi kecelakaan;


2. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. memberi pertolongan pada kecelakaan;
6. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, insfeksi dan penularan;
9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10. menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;

(2) Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan tehnologi secara pendapatan-
pendapatan baru dikemudian hari.

Pasal 4

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam


perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, Pemasangan, pemakaian,
Penggunaan, Pemeliharaan dan pemyimpanan bahan, barang, produk tehnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip tehnis ilmiah menjadi suatu kumpulan
ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi,
bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian, dan
pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan,
barang, produk tehnis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu
sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

8
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan
mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.

D. Pengawasan

Pasal 5

(1) Direktur melakukan pelaksaaaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja
dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6

(1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan
banding kepada Panitia Banding.

(2) Tata cara permohonan banding susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan
lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan undang-undang pengusaha harus membayar restribusi


menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8

(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-
sifat pekerjaan yang diberikan padanya,

(2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur.

(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan


perundangan.

E. Pembinaan

Pasal 9

(1) Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:

1. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.

9
2. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya.
3. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

(2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.

(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.

(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.

F.Panitia Pembina KeselamatanKesehatan Kerja

Pasal 10

(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

G. Kecelakaan

Pasal 11

(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1)
diatur dengan peraturan perundangan.

H.Kewajiban Dan Hak Tenaga Kerja

Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;

10
4. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan;
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syacat keselarnatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.

I. Kewajiban Pengurus

Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

1. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
kesehatan kerja;
2. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;
3. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

BAB II. Alat Pelindung Diri.

A. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) untuk K3 – Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal
Protective Equipment adalah alat-alat atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk
melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki
potensi bahaya atau resiko kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi
pekerja sebagai penggunanya.

Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam Produksi Perakitan


Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi membahayakan keselamatan dan
kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan kerja antara lain proses menyolder, proses
pemotongan kaki Komponen Elektronika, proses penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara
yang timbul akibat mesin produksi, pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-
bahan produksi. Oleh karena itu, pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut
memerlukan perlengkapan atau alat untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko
bahaya dan kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat
penting dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3.

Alat Pelindung Diri (APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

11
1. Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass (Kacamata
Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
2. Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium
3. Alat Pelindung Anggota Badan diantaranya adalah : Sepatu Pelindung (Safety
Shoes/Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).

B. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Berikut ini adalah Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan dalam Produksi
Elektronika.

1. Alat Pelindung Kepala

a. Topi Pelindung (Safety Helmet)

Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari paparan bahaya
seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik. Pemakaian Topi Pelindung
(Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan efektif melindungi
pemakainya. Di Produksi Elektronika, Topi pelindung biasanya digunakan oleh Teknisi
Mesin dan Petugas Gudang.

Terdapat 3 Jenis Helmet berdasarkan perlindungannya terhadap listrik, yaitu:

1. Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan kejatuhan
benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan rendah hingga
2.200 Volt
2. Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan
tinggi hingga 22.000 Volt
3. Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala dari paparan bahaya aliran listrik.

b. Kacamata Pelindung (Safety Glass)

Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya
loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan serta
percikan bahan kimia. Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis yaitu :

1. Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi sinar yang
menyilaukan. Biasanya dipakai pada Proses menyolder dan Proses pemotongan Kaki
Komponen.
2. Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan
Safety Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap, uap,
debu dan loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh Teknisi Mesin Produksi.

12
c.Penyumbat Telinga (Ear Plug)

Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu
telinga dari Intensitas Suara yang tinggi. Dengan menggunakan Ear Plug, Intensitas Suara
dapat dikurangi hingga 10 ~ 15 dB. Ear Plug biasanya digunakan oleh Pekerja yang bekerja
di daerah produksi yang memiliki suara mesin tinggi seperti SMT (Surface Mount
Technology) ataupun Mesin Produksi lainnya.

d. Penutup Telinga (Ear Muff)

Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat
pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear Muff dapat mengurangi intensitas suara
hingga 20 ~ 30dB. Ear Muff terdiri dari Head Band dan Ear Cup yang terbuat dari bantalan
busa sehingga dapat melindungi bagian luar telinga (daun telinga). Ear Muff sering
digunakan oleh Teknisi Mesin dan Generator (Genset).

e. Masker

Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti Hidung
dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan kimia yang ringan.
Masker biasanya terbuat dari Kain atau Kertas. Masker umumnya dipakai di proses
menyolder.

f. Respirator

Respirator adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti
Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, Uap, Gas
serta Partikel Mist dan Partikel Fume. Respirator sering dipakai oleh Teknisi Mesin Solder,
Operator Pengecatan (Painting) dan Proses bahan Kimia lainnya.

2. Alat Pelindung Badan

a. Apron (Celemek)

Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung tubuh dari percikan
bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek sering digunakan dalam proses persiapan
bahan-bahan kimia dalam produksi seperti Grease, Oli, Minyak dan Adhesive (perekat).

3. Alat Pelindung Anggota Badan

a. Sarung Tangan (Hand Glove)

Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi tangan dari kontak
bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam.
Sarung Tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen
yang agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan
diantaranya adalah sebagai berikut :

13
1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi tangan dari
tergores, tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.

b. Sepatu Pelindung (Safety Shoes)

Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca ataupun potongan
baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari baja diujungnya dengan
dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik. Sepatu Pelindung wajib digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Keunggulan Buku.
1. Menurut saya buku ini sangat bagus karena materi di dalam buku ini jelas tentang
keselematan kerja dan tata laksana bengkel hanya saja materi dalam alat pelindung badan
kurang lengkap di sampaikan.
2. Definisi-definisinya dalam setiap pokok pembahsan sangat jelas.
3. Didalam buku ini materi Undang-Undang tentang keselamatan kerja cukup jelas
disampaikan.

B. Kelemahan Buku.
1. Dalam hal penulisan dan tata letaknya, buku ini kurang rapi karena ukuran tulisannya
terlalu kecil sehinggaketika kita membacanya, kita menjadi sedikit sukar dalam
memahami materi. Oleh karena itu, perlu sedikit perbaikan buku.
2. Bahasa dan kalimat yang digunakan dalam buku tersebut lumayan susah untuk dimengerti
dan dicerna, kata-katanya tidak begitu mudah untuk dipahami sehingga harus lebih serius
dan berkonsentrasi saat membacanya.
3. Dilihat dari cover buku ini kurang menarik dikarenakan cover dari buku ini sudah rusak.
4. Tidak adanya gambar-gambar dari setiap materi pada buku ini sehingga dapat membuat
pembaca bingung dan bosan saat membacanya.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Dalam keselamatan kerja seorang pekerja juga diharuskan mematuhi aturan yang telah ada
seperti yang tecantum dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Demi keselamatan pekerja juga di haruskan untuk memakai alat pelindung diri diantaranya
yaitu:
1. Alat pelindung Kepala yaitu Topi Pelindung, Kacamata Pelindung, Penyumbat Telinga,
Penutup Telinga, Masker, Respirator.
2. Alat pelidung badan yaitu Apron, Jas Hujan.
3. Alat pelindung anggota badan yaitu Sarung Tangan, Sepatu Pelindung.

B. Saran
Untuk lebih memahami mengenai materi Keselmatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel,
sebaiknya kita harus benar-benar serius dalam membaca buku tersebut dikarenakan
banyaknya materi yang harus benar-benar dipahami. Dan sebaiknya kita juga harus
menggunakan buku yang lain tentang perkembangan peserta didik untuk dibaca agar materi
apa yang tidak ada dibuku ini dapat kita pelajari dibuku yang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harun, Tia Setiawan (2015). Keselamatan Kerja Dan Tata Laksana Bengkel. Jakarta :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

17

Anda mungkin juga menyukai