Dengan demikian, dalam surat Al-Baqarah ayat 282 jelas bahwasannya kita
dalam urusan keuangan khususnya utang piutang ditekankan untuk mencatatnya
agar tidak ada kelupaan dalam urusan tersebut, dan juga supaya tidak terjadi
perselisihan karena hal tersebut. Dan hal ini diterapkan dalam konteks akuntansi
Islam (syariah).
· Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai
atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang
dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep
Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan
tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan
datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas
· Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang
sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber
harga atau nilai;
· Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika
adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada
ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah
terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk
menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.[1]
Dalam akuntansi syariah masih banyak hal-hal yang perlu kita ketahui,
pelajari dan bahkan kita terapkan dalam bertransaksi dan proses pembukuan
akuntansi syariah. Hal-hal tersebut ialah istilah-istilah yang tidak sering kita dengar
bahkan canggung dalam ucap lidah kita. Maka dari itu kita harus tahu terlebih
dahulu istilah-istilah yang ada dalam akuntansi syariah.
1. Akad
Akad ialah pertalian ijab dengan qabul menurut cara-cara yang disyari’atkan yang
berpengaruh terhadap objeknya.
2. Al-mashnu
3. Al-muslam fihi
4. Al-muslam ilaihi
5. Al-muslam
6. Al-mustashni
7. Amil
8. A-shani
10. Halal
11. Haul
Haul adalah cukup waktu satu tahun dalam pemilikan harta kekayaan. Seperti:
perniagaan emas, ternak sebagai batas kewajiban membayar zakat.
12. Hiwalah adalah pemindahan atau pengalihan hak dan kewajiban, baik dalam
pengalihan piutang maupun utang dan jasa pemindahan atau pengaliahan dari satu
entitas kepada entitas lainnya.
13. Ijarah
· Ada dua, pihak pemilik aset yang disewakan dan pihak yang memanfaatkan
jasa dari aset yang disewakan
· Objek dari akad ijarah, mencakup jumlah sewa dan jasa yang dipindahkan
kepada penyewa
14. Ijarah operasianal, ijarah yang merupakan akad ijarah yang tidak berakhir
dengan pemindahan kepemiklikan dari aset yang disewakan kepada penyewa
15. Ijarah mutahiyah bittamlik, ialah akad iajrah yang berakhir dengan opsi
berpindahnya kepemilikan aset yang disewakan kepada penyewa
16. Infak, ialah pemberian sesuatu yang akan digunakan nuntuk keselamatan umat
17. Istishna, ialah kontrak penjualan antara al-mustanhi (penjual akhir) dan al-
shani (pemasok) dimana al-shani berdasar suatu pemesanan dari al-musthani
berusaha membuat sendiri atau meminta pihak lain untuk membuat atau membeli
al-mashnu (pokok) kontrak menurut spesifikasi yang di syaratkan dan menjualnya
kepada al-mustasni dengan harga sesuai dengan kesepakatan serta dengan metode
penyelesaian dimuka melalui cicilan atau di tangguhkan sampai suatu waktu di
masa depan. Ini merupakan syarat kontrak dari Istishna sehingga Al-shani hars
menyediakan bahan baku atau tenaga kerja. Kesepa katan akad istishna
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan salam karena dia menentukan penjualan
produk tidak tersedia pada saat penjualan. Dia juga mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan penjualan biasa karena harga biasa dibayar secara kredit; tetapi tidak
seperti salam,harga pada istishna adalah sama dengan ijarah karena tenga kerja
digunakan pada keduanya.
18. Kaafil, yaitu pihak pemberi jaminan untuk menanggung krewajiban pihak lain
dalam akad kafalah
19. Kafalah, adalah akad peminjaman yang diberikan oleh kaafil (penanggung
atau Bank) kepada pihak ketriuga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung (makful’anhu, ashil)
25. Mudharib, ialah pengelola dana atau modal dalam akad mudharabah madzhab
syafi’i di sebut amil
33. Nisab merupakan batas ukuran minimal, jika harta dan perniagaan seseorang
telah melewati batas ini maka zakat terhadap harta dan perniagaan wajib di bayar
34. Nisab, ialah rasiao atau perbandingan pembagian keuntungan antara sahibul
mal dan mudharib.
35. Qardul hasa, ialah peminjam tanpa imbalan yang mermungkinkan peminjam
untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu mengembalikan
dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati
36. Riba, ialah pengambilan tambahan baik dalam juyal beli maupun pinjam
meminjam secara bathil.
37. Salam ialah bai’as-salam jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran dilakukan di muka dengan syarat-syarat tertentu
38. Salam paralel, ialah dau transaksi bai’as-salam antara bank dengan nasabah
dan antara bank dengan pemasok atau pihak ketiga lainnya secara simultan.
39. Shadaqah, ialah pemberian Allah sesuatu kepada orang lain dengan mengharap
ridho Allah pemberian sesuatu kepada orang lain dengan mengharap ridho Allah
semata.
42. Ta’ zir, ialah denda yang harus dibayar akibat pengambilan piutang, dana ini
akan jadi dana sosial
43. Urbun, ialah Jumlah yang di bayar oleh nasabah (pemesan) kepada penjual
(yaitu pembeli mula-mula) pada saat pemesan pembeli sebuah barang dari penjual.
44. Wadiah, ialah titipan nasabah yang harus dijaga dan di kembalikan setiap saat
apa bila nasabah yang bersangkutan menghendaki
45. Wakalah, ialah akad pemberian kuasa muwakil (penerima kuasa atau bank)
untuk melaksanakan suatu taukil (tugas) atas nama pemberi kuasa
46. Wadiah yad-amanah, ialah titipan yang selama belum dikembaliakan pada
penitip tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan sam[pai barang diambil
oleh penitip.
Dengan demikian inilah istilah-istilah yang ada dalam pakuntansi syariah, yang
harus kita ketahui dan terapkan sesuai konteks syar’i