Penyebab turunnya harga sawit selaku petani di bawah tidak tahu.
Yang kami rasakan,
per dua hari harga terus merosot. Kalau kemarin masih Rp 950, ini hari sudah Rp 900/kg, paling seram. Di Pekan Baru, Riau, harga sawit lebih murah saat ini, sudah Rp 800/kg. Barusan family saya dari Riau memberi kabar harga sawit, dan bertanya harga sawit di Langkat, kata Barianto, salah seorang pedagang pengumpul (pengepul) sawit yang juga petani sawit di Dusun Kelantan Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat. Selamat, pengepul TBS di Kelurahan Alur Dua, Kecamatan Sei Lepan, Langkat, mengaku terpaksa melakukan pembelian TBS petani binaannya sesuai harga pasaran didekade anjloknya harga jual sawit. Karena, harga pembelian TBS di tingkat pabrik juga turun bervariasi. Kalau di PKS PT Karimun Kecamatan Besitang saat ini melakukan pembelian Rp 1.340/kg, PKS PT Jaya Palma Nusantasa (JPN) Gebang masih Rp 1.360/kg, PKS Sumber Makmur Jaya (SMJ) Teluk Meku Kecamatan Babalan Rp 1.365/kg, PKS Buluh Telang Kecamatan Padang Tualang Rp 1.200/kg, sama seperti di PKS Simpang Bibitan Besitang”, ungkap Selamat. Di Langkat, saat ini kalangan petani sawit dilanda kecemasan, kalau-kalau harga sawit terus terjungkal hingga kelevel Rp 500/kg seperti 4 tahun silam. Berita yang beredar, memang sawit bakal terus turun, karena ekspor CPO dibatasi. Tapi jika terus turun setiap dua hari, yah khawatir seperti 4 tahun lalu harga sawit jatuh ke Rp 500/kg. Kalau ini terjadi, petani pasti terpuruk. Untuk mencegah itu, pemerintah diharapkan bisa melakukan terobosan untuk menyelamatkan petani sawit, Disinggung adanya resolusi penghentian impor minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) oleh Uni Eropa, kalangan pengepul TBS, seperti yang dikatakan Barianto dan Selamat, mereka belum mengetahuinya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatatkan penurunan ekspor
minyak kelapa sawit RI. Secara year on year (yoy) total ekspor dari Januari-April 2018 mencapai 10,24 juta ton atau turun 4 persen dibandingkan periode 2017 yang mampu mencapai 10,70 juta ton. Dari nilai ekspor di angka USD 7,04 miliar atau turun sekitar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar USD 8,06 miliar," ungkap Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (30/5/2018). Dia menjelaskan, di negara-negara tujuan utama pada April 2018 ini pada umumnya penurunan impor minyak sawit dari lndonesia khususnya China, India, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pada April 2018, volume ekspor minyak sawit total termasuk biodiesel, oleofood dan oleochemical membukukan penurunan sebesar 5 persen atau dari 2,53 juta ton. Sepanjang 2018, China membukukan penurunan impor minyak sawit sebesar 38 persen atau dari 379,98 ribu ton pada Maret tergerus menjadi 234,42 ribu ton pada April. Penurunan impor oleh Negeri Tirai Bambu ini karena para traders sedang menunggu regulasi baru yang akan diterapkan terkait dengan pajak impor minyak nabati. Dikabarkan bahwa pemerintah China efektif pada 1 Mei 2018 akan menurunkan tarif impor minyak nabati yang semula 11 persen menjadi 10 persen. Selain itu China juga telah memberlakukan pengetatan pengawasan atas impor minyak nabati. Ekspor minyak sawit lndonesia ke lndia pun tergerus sejak Maret 2018. Pada April lni ekspor minyak sawit lndonesia ke india tergerus 15 persen, dari 408,65 ribu ton di Maret menjadi 346,28 ribu ton. Secara yoy, caturwulan pertama ekspor ke India tergerus 24 persen. Ekspor ke india tercatat berkurang 570,85 ribu ton atau dari 2,37 juta ton Januari-April 2017 menurun 1,80 juta ton periode yang sama 2018. Menurutnya, akibat perang dagang antara AS dengan China terdampak langsung ke petani sawit. Dampak pada permintaan barang dari indonesia khususnya CPO itu berkurang, sedangkan produksi justru meningkat. Presiden Joko Widodo memahami kekhawatiran para petani sawit dan karet di Sumatra Selatan mengenai rendahnya harga jual sawit dan karet beberapa waktu belakangan. Kedua komoditas tersebut merupakan komoditas andalan masyarakat Sumatra Selatan. Dalam acara Evaluasi Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Sosialisasi Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 yang digelar di Palembang, pada Minggu, 25 November 2018, Presiden mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Ia memberikan pengertian bahwa harga sawit dan karet merupakan urusan yang tidak sepenuhnya dapat dikontrol oleh pemerintah oleh karena komoditas tersebut merupakan komoditas global di mana berlaku harga pasar global pula. Di saat yang sama, pemerintah juga masih harus berhadapan dengan kampanye negatif Uni Eropa terhadap produk kelapa sawit Indonesia. Menurut Presiden, persoalan ini sebetulnya tidak lain hanyalah urusan persaingan bisnis semata. Pemerintah sendiri beberapa waktu belakangan juga mengupayakan agar produk kelapa sawit nasional dapat terserap. Kepala Negara secara langsung menawarkan produk kelapa sawit Indonesia di sejumlah pertemuan dengan pimpinan negara lain. Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar dengan luas lahan sebanyak 13 juta hektare dan mampu memproduksi 42 juta ton memiliki stok sawit yang berlimpah. Hal yang sama juga berlaku untuk komoditas karet yang juga menjadi andalan masyarakat Sumatra Selatan. Maka itu, pemerintah sedang mengupayakan sejumlah langkah agar hasil produksi kedua komoditas dapat terserap dan sekaligus memperbaiki harga jual. Bila program B20 (biodiesel 20 persen) ini berhasil, Presiden meyakini bahwa hal ini dapat menaikkan harga jual kelapa sawit sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah. TUGAS MANAJEMEN INDUSTRI “PENYEBAB MENURUNNYA HARGA KELAPA SAWIT DAN CARA PEMERINTAH MENGATASINYA”