Anda di halaman 1dari 84

ANALISIS KUALITAS AIR

DI PERAIRAN GOLDEN HOTEL MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP

NAMA : RESKI PAGAU


NIM : L111 16 014
KELOMPOK : II (SELASA)
ASISTEN : REZKI ADIGUNA

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASAR

2018
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR GARAM DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN


MAKASSAR GOLDEN HOTEL

NAMA : RESKI PAGAU


NIM : L111 16 014
KELOMPOK : II (SELASA)
ASISTEN : REZKI ADIGUNA

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah kita mengetahui komposisi kimia air laut dan garam yang dominan adalah Nacl

penyebab rasa asin (saline) pada air laut, maka tingkat keasinan disuatu perairan laut dapat

diketahui dengan cara pengukuran. Salinitas sendiri dapat didefinisikan sebagai jumlah total

(gr) dari material padat termasuk garam NaCl yang terkandung dalam air laut sebanyak 1 kg

dimana bromine dan iodine diganti dengan klorin dan bahan organik seluruhnya telah

dibakar habis. Pengukuran salinitas semula dilakukan dengan cara tidak langsung, yakni

melalui pengukuran klorinitas (Wibisono, 2005).

Konsentrasi zat terlarut dapat dinyatakan sebagai kadar garam. Tingkat kadar garam

didefinisikan sebagai banyaknya garam (satuan gram) dalam satu kilogram air laut. Selama

ini penentuan kadar garam menggunakan dua metode, yang dikenal dengan metode analisa

kimia dan metode analisa elektronika. Pada metode analisa kimia, zat kimia yang digunakan

adalah KIor (CI) Ion KIor ini sesungguhnya adalah Klorinitas, yaitu suatu ketetapan yang

mengandung Brom, Iod dan Flor. Salinitas dihitung menggunakan Chlorinity yang dikalikan

dengan konstanta tertentu, 1,80655. Sedangkan metode analisa elektronika menggunakan

prinsip konduktivitas listrik dengan menggunakan alat yang dinamakan konduktivitimeter.

Konduktivitas sebanding dengan total kandungan ion ( Arief, 1984).

Dari hal tersebut, maka dilaksanakan praktikum penentuan kadar garam air laut atau

salinitas. Untuk melihat kadar garam pada periaran Center Point Of Indonesia (CPI) dengan

menggunkan beberapa teknik dalam menentukan kadar garam air laut seperti

salinometer,hand refraktometer,konductivitimeter.

B.Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar salinitas perairan di MAKSSAR

GOLDEN HOTEL,serta dapat mengenali dan mengetahui teknik dalam menetukan kadar

garam air laut pada suatu perairan dengan menggunakan alat pengukur salinitas.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengenali kadar garam di perairan

MAKASSAR GOLDEN HOTEL menggunakan metode densitas,indeks refraksi dan

konduktivitas.dan mengenali metode penggunaan alat pengukuran salinitas seperti

salinometer, hand refraktometer, dan konductivitimeter

C.Rumusan Masalah

Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan unttuk menetukan kadar salinitas

menggunakan alat pengukur salinitas yaitu salinometer, hand refraktometer,dan

konductivitimeter di perairan MAKASSAR GOLDEN HOTEL


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Salinitas

Definisi tentang salinitas pertama kali dikemukakan oleh C. FORCH; M. KNUDSEN dan

S.PX.SOREN-SEN tahun 1902. Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua

zat padat yang terlarut dalam 1 kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium digan-tikan

dengan khlor dalam jumlah yang setara; semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan

semua zat organik dioksida-sikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya

dituliskan dalam ‰ atau ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand (Arief, 1984).

Defant pada tahun 1961 (MAMAYEV 1975), menunjukkan bahwa salinitas air laut kira-

kira 0,14 ‰ lebih kecil di-bandingkan dengan kadar garam sesungguh-nya yang ada di air

laut. Yang dimaksud dengan garam di sini ialah istilah garam da-lam pengertian kimia, yaitu

semua senyawa-an yang terbentuk akibat reaksi asam dan basa. Jadi bukannya garam

dalam arti garam dapur saja (Arief, 1984).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Salinitas Air Laut

Pada laut yang terhubung biasanya perbedaan salinitas kecil, namun perbedaan tertentu

akan Nampak pada laut-laut tertentu yang terpisah dari laut lepas. Berikut ini faktor-faktor

yang mempengaruhi besar kecilnya salinitas air laut, yaitu (Nur,2005) :

1. Penguapan

Penguapan semakin besar maka salinitas semakin tinggi, kebalikannya makin kecil

penguapan maka salinitasnya makin rendah.


2. Curah hujan

Makin banyak curah hujan maka salinitas makin rendah, kebalikannya makin rendah

curah hujan maka salinitasnya makin tinggi.

3. Air sungai

Air sungai yang bermuara kelaut, makin banyak air sungai yang bermuara kelaut maka

salinitas air laut tersebut rendah.

4. Letak dan ukuran laut

Laut laut yang tidak berhubungan dengan laut lepas dan terdapat di daerah arid maka

salinitasnya tinggi.

5. Arus laut

Laut laut yang dipengaruhi arus panas maka salinitasnya akan naik dan kebalikannya

laut-laut yang dipengaruhi oleh arus dingin maka salinitasnya akan turun (rendah).

6. Angin

Kelembaban udara diatasnya, ini berhubungan dengan dan penguapan berhubungan

dengan besar kecilnya salinitas air laut.

Salinitas dipermukaan sangat khas dan berfariasi.nilai-nilai salinitas pada permukaan

dipengaruhi oleh proses fisik yang terjadidi perairan. Salinitas akan meningkat karena

penguapan dan pembekuan.Salinitas akan menurun akibat hujan, aliran sungai, dan

mencairnya es. Perbedaan antara penguapan dan curah hujandi lintang menyebabkan

terjadinya perberbedaan tersebut. Penurunan salinitas permukaan dekat khatulistiwa

disebabkan oleh curah hujan yang lebih besar atau tinggi (Millero dan Sohn, 1992)
C. Standar Baku Mutu Salinitas di Perairan

Berdasarkan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang

standar baku mutu salinitas suatu perairan adalah 33 – 34 ppt, seperti coral, mangrove,

lamun dan biota lainnya. Jika kandungan salinitas suatu perairan berada di bawah atau di

atas nilai standar baku tersebut menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak baik (Menteri

Lingkungan Hidup, 2004).

E. Sumber Kadar Garam Di Perairan

Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses

outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan

dasar laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan bersama-sama

garam-garam ini merembes pula air, semua dalam perbandingan yang tetap sehingga

terbentuk garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang masa. Artinya kita

tidak menjumpai bahwa air laut makin lama makin asin (Irkhos, 2005).

Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%),

sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%)

teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama

garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi

lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam (Lan J. Partridge 2002 : 3).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

B. Gambaran Umum Lokasi

C. Prinsip Penentuan

Penentuan kadar salinitas di laut menggunakan beberapa alat ukur. Setiap alat

ukurmemiliki prinsip analisis yang berbeda-beda. Alat ukur yang biasa digunakan dalam

menentukan kadar salinitas yaitu :

1. Salinometer

Prinsip penentuannya yaitu berdasarkan densitasnya. Semakin tinggi densitas maka

salinitasnya juga akan semakin tinggi.

2. Hand refraktometer

Prinsip penentuan yaitu semakin tinggi kemampuan merefraksi maka salinitas atau kadar

garamnya semakin tinggi.

3. Konduktivitimeter

Prinsip kerjanya yaitu dengan menggunakan muatan listri. Semakin tinggi kadar garam

maka hantaran listrik juga semakin tinggi.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu salinometer yang berfungsi untuk

mengukur kadar garam atau salinitas air laut dengan prinsip densitas. Handrefractometer

berfungsi untuk mengukur kadar salinitas air laut dengan prinsip penentuan refraksi atau

pembiasan cahaya. Konduktivitimeter berfungsi untuk menentukan kadar garam dengan

prinsip penentuan menggunakan aliran listrik. Gelas ukur 1000 ml berfungsi untuk mengukur

larutan dan sampel air laut yang akan diukur salinitasnya. Pipet tetes berfungsi untuk

memnidahkan larutan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Gelas piala berfungsi untuk

menampung sampel yang akan diukur kadar salinitasnya.


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air laut yang berfungisi sebagai

sampel dalam pengukuran salinitas atau kadar garam,aquades untuk mencuci pelatan

praktik serta tissue untuk membersihkan atau mengeringkan alat.

C. Prosedur Kerja

1. Metode salinometer

Pada penentuan kadar salinitas dengan menggunakan salinometer, pertama-tama

membersihkan gelas ukur dan salinometer kemudia yang dilakukan yaitu menyiapkan alat

dan bahan yang akan digunakankan. Selanjutnaya memasukkan sampel air laut kedalam

gelas ukur 200 ml. Setelah itu mengambil salinometer dan memasukkan ke dalam gelas

ukur.selanjutnya membaca skala pada salinometer,dan mencatat hasilnya.melakukan

pengukuran sebanyak tiga kali pengulangan.

2. Metode handrefraktometer

Penentuan kadar garam dengan menggunakan hand refraktometer yaitu menyiapkan

hand refraktometerkemudian dan alat lain yang akan digunakan. kemudian membuka kaca

hand refraktometer dan membersihkan menggunakan aquades, meneteskan sampel air laut

pada prisma pengukur hand refraktometer. Selanjutnya membaca nilai yang ada pada

indeks hand refractometer ke arah sumber cahaya, kemudian mencatat hasilnya dengan

melihat nilai yang berada disebelah kanan dan .melakukan pengukuran sebanyak tigaa kali

pengulangan.setelah alat digunakan kemudian dibersihkan sampel dari lensa hand

refraktometer dengan tissue

3. Metode konduktivitimeter

Penentuan kadar garam dengan menggunakan Konduktivitimeter yaitu menyiapkan alat

konduktivitimeter. Kemudian memasukan air laut sebanyak 10 ml ke dalam gelas ukur 250

ml, lalu melakukan pengenceran dengan menambahkan 90 ml aquades lalu menuangkan

hasil pengenceran ke dalam gelas kimia,selanjutnya memasukkan alat konduktivitimeter

kedaalam gelas kimia ,lalu menekaan tombol ˚C untuk mengetahui nilai suhu,kemudian

membersihkan alat dan memasukkaan kembali alat konduktivitimeter kedalam gelas kimia

dan melakukan pengukuran sebanyak tiga kali pengulangan.selanjutnya menekan tombol


CND untuk mengetahui nilai salinitas ,lalu melakukan pengukuran sebanyak tigaa kali

pengulangan.

D. Analisis Data

a. Salinometer
𝐶1 +𝐶2 +𝐶3
C sampel = 3
ms/cm

b. Handrefraktometer
𝐶1 +𝐶2 +𝐶3
C sampel = 3
ms/cm

c. Konduktivitmeter
𝐶1+𝐶2+𝐶3
C sampel = 3
× 20ms/cm

𝑇1+𝑇2+𝑇3
Suhu (t) = ℃
3

𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


Rt = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐾𝐶𝐿

𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 53.000

1 3 5
𝑡−15
∆𝑆 = [1+0,0162 (𝑡−15)] (𝑏𝑜 + 𝑏1 𝑅𝑡 2 + 𝑏2 𝑅𝑡 + 𝑏3 𝑅𝑡 2 + 𝑏4 𝑅𝑡 2 + 𝑏5 𝑅𝑡 2 )

1 3 5
S = (𝑎𝑜 + 𝑎1 𝑅𝑡 2 + 𝑎2 𝑅𝑡 + 𝑎3 𝑅𝑡 2 + 𝑎4 𝑅𝑡 2 + 𝑎5 𝑅𝑡 2 + ∆𝑆)ppt.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh dalam pengukuran di laboratorium yaitu :

1. Salinometer

Table 1 .Hasil pengukur kadar garam dengan menggunakan salinometer


Ulangan Nilai
1 14 ppt
2 14 ppt
3 13 ppt

2. Hand refraktometer
Table 2.Hasil pengukur kadar garam dengan menggunakan Hand refraktometer
Ulangan Nilai
1 20 ppt
2 16 ppt
3 26 ppt
3. Konduktifitimeter
Table 3.Hasil pengukur kadar garam dengan menggunakan Konduktifitimeter
Ulangan Suhu Nilai
1 26,4 3,10Nc/cm
2 26,4 2,76Nc/cm
3 26.3 2,84 Nc/cm
LAMPIRAN

a. Salinometer

Pengukuran 1 ( S1) = 14 ppt


Pengukuran 2 ( S2) = 14 ppt
Pengukuran 3 ( S3) = 13 ppt

𝑆1+𝑆2+𝑆3
Rata-rata =
3
14+14+13
= 3

= 13,66 ppt
Jadi, kadar garam yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur salinometer adalah
13,66 ppt

b. Hand refraktometer
Pengukuran 1 ( S1) = 24 ppt
Pengukuran 2 ( S2) = 24 ppt
Pengukuran 3 ( S3) = 24 ppt

𝑆1+𝑆2+𝑆3
Rata-rata = 3
20+16+16
= 3

= 17,33ppt
Jadi, kadar garam yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur Hand refraktometer
adalah 17,33 ppt.

c. Konduktivitimeter

3,10+2,76+2,84∗10
Csampel =
3

=2,90000*10
=29
26,4+26,4+26,3
Suhu = 3

=26,36˚C
29,0000
Rt = 53
= 0,5472 𝑚2 / cm
1 3 5
𝑡−15
Δs = [1+0,0162 (𝑡−15 )]( b0 +b1𝑅𝑡 2 +b2Rt +b3𝑅𝑡 2 +b4𝑅𝑡 2 + +b5𝑅𝑡 2
26,36−15
=[1+0,0162 (26,36−15 )]((0,0005)+(0,0056)(0,7300,5)+(0,006)(0,730)+(0,0375)+( 0,7301,5 )+(0,063

6) 0,7302)+(-0,0144)(0,7302,5)).

11,1
,=[11,28]((0,0605)+(0,0056)(0,8544)+(0,0066)(0,730)+(0,0375)(0,6237)+(0,06)(0,5329)+(-

0,0144)(0,4553))
=[0,9840]((0,0005)+(0,0048)+(0,0048)+(0,0233)+(0,0339)+(0,0066)(0,9840)(0,005)
= -0,0051

1 3 5
S = 𝑎0 +𝑎1 𝑅𝑡 2 +𝑎2 Rt +𝑎3 𝑅𝑡 2 +𝑎4 𝑅𝑡 2 + +𝑎5 𝑅𝑡 2 +Δs
=(0,0080)+(-0,1692)(0,8544)+(25,3851)(0,730)+(14,0941)(0,6237)+(-
7,0261)(0,5329)+(2,7081)(0,4553).
=(0,0080)+(0,1446)+18,5311)+(8,7904)+(-3,7442)+(1,2330)+(-0,0051)
= 24,66 ppt
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR Ca+ DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN


MAKASSAR GOLDEN HOTEL

NAMA : RESKI PAGAU


NIM : L111 16 014
KELOMPOK : 4 (SELASA)
ASISTEN :

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan unsur penting dalam kehidupan.Hampir seluruh kehidupan di dunia ini

tidak terlepas dari adanya unsur air ini. Sumber utama air yang mendukung kehidupan di

bumi ini adalah laut, dan semua air akhirnya akan kembali ke laut yang bertindak sebagai

“reservoir” atau penampung. Air dapat mengalami daur hidrologi.Selama menjalani daur itu

air selalu menyerap zat-zat yang menyebabkan air itu tidak lagi murni.Oleh karena itu, pada

hakekatnya tidak ada air yang betul-betul murni. Zat-zat yang diserap oleh air alam dapat\

diklasifikasikan sebagai padatan terlarut, gas erlarut dan padatan tersuspensi. Pada

umumnya, enis zat pengotor yang terkandung dalam air bergantung pada jenis bahan yang

berkontak dengan air itu, sedangkan banyaknya zat pengotor bergantung pada waktu

kontaknya. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya

dengan batu-batuan terutama terdiri dari : kalsium karbonat (CaCO3), magnesium karbonat

(MgCO3), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4), dan sebagainya (Syarifudin,

2010).

Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air

sadah, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium

bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air

(Syarifudin, 2010).

senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relative sukar larut dalam air, maka senyawa-

senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat

yang akhirnya menjadi kerak. Oleh karena itu praktikum penentuan kadar Ca2+ ini dilakukan

untuk bisa mengetahui apakah di suatu perairan terkandung kadar Ca dengan

membandingkan standar baku mutu perairan serta metode yang di gunakan dalam

menentukan kadar Ca di dalam air laut.

B. Tujuan dan Kegunaan


Praktiukum ini bertujuan agar dapat mengetahui penentuan kadar kalsium (Ca) yang

terkandung dalam perairan maksassar gloden hotel, Makassar, Sulawesi selatan.

Adapun kegunaan dari praktikum ini ialah untuk mengenali dan megetahui kadar

konsentrasi kalsium (Ca) dalam air laut terutama di perairan makassar golden hotel,

Makassar,Sulawesi selatan.

C. Ruang Lingkup

Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan dalam menentukan konsentrasi Ca

yang terkandung dalam air laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta sumber-sember

kalsium dalam air laut, terutama pada perairan Makassar Golden Hotel , Makassar,

Sulawesi selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kalsium (Ca)

Menurut Effendi (2003) mengemukakan bahwa perairan yang miskin kalsium biasanya

juga miskin kandungan ion-ion yang lain yang sangat dibutuhkan oleh organism akuatik.

Sumber utama kalsium adalah batuan dan tanah. Kalsium pada batuan terdapat dalam

bentuk mineral batu kapur (limestone), pyroxenes, amphiboles, calcite, dolomite, gypsum,

dan apatite (Ca5(PO4)3 (F2 Cl 2 OH)). Kalsium banyak digunakan dalam industri kimia, industri

minuman (terutama bir), industri kertas dan bubur kertas, industri lem, dan sebagainya

(Effendi, 2003).

Di perairan, senyawa kalsium bersifat stabil dengan keberadaan karbondioksida. Kadar

kalsium menurun jika kalsium mengalami presipitasi (pengndapan) menjadi CaCO3, sebagai

akibat terjadinya peningkatan suhu, penurunan kadar karbondioksida, dan peningkatan

aktifitas fotosintesis. Wetzel (1970) mengemukakan bahwa sekitar 30% penyusun sedimen

dasar danau yang bersifat sadah adalah kalsium-.kalsium termasuk unsur yang esensial

bagi semua makhluk hidup.Unsur ini berperan dalam pembentukan tulang dan pengaturan

permeabelitas dinding sel. Klasium juga berperan dalam pembangunan struktur sel

tumbuhan serta perbaikan struktur tanah (Effendi, 2003).

B.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kalsium di Perairan

Di larutan alkalinitas total akan berubah karena adanya perubahan salinitas sebagai

akibat adanya konsentrasi ion na+ dan ion Cl- lainnya (Frisetal, 2003). Selain itu yang dapat

mempengaruhi perubahan alkalinitas kalsium karbonat atau adanya produksi partikel

senyawa organik oleh mikroalga (Frisetal, 2003).

Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total

kesadahan air. di lahan umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama

dengan total kesadahan air. Hal ini disebabkan kesadahan atau yang disebut juga dengan

konsentrasi ion-ion logam bervalensi 2.seperti Ca2+ dan Mg2+dipasok dalam jumlah yang
sama dari lapisan tanah dengan HCO3- dan CO32- yang merupakan unsur pembentuk total

alkalinitas (Kordi, 2009).

C.Standar Baku Mutu Kalsium Di Perairan

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang standar baku mutu

kesadahan air adalah 500 mg/L. Jika suatu perairan memiliki nilai kesadahan di atas 500

mg/L, maka perairan tersebut memiliki tingkat kesadahan yang tinggi dan kurang baik bagi

kehidupan biota laut (Menteri Kesehatan, 2010).

Berdasarkan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang

standar baku mutu kesadahan air adalah 1 mg/ 1 MBAS (Menteri Lingkungan Hidup, 2004).

E.Sumber Kalsium Di Perairan

Kalsium umumnya diperoleh dari unsur-unsur batuan berupa kalsium hidroksi apatit atau

batuan kalsit. Sementara hewan perairan mempunyai deposit kalsium yang sangat

berlimpah pada invertebrata atau crustacea yang keberadaannya dalam bentuk cangkang

yang tidak dimakan (sebagai limbah). Oleh karena itu, ditemukannya sumber baru nano

kalsium yang berasal dari hewan perairan, merupakan suatu kontribusi yang prospektif bagi

permasalahan.

gangguanakibatkekurangankalsium,seperti terhambatnya pertumbuhantulang, gigi rapuh,ost

eoporesis,aktivitas syaraf kurang peka, stress dan lain lain. Selain itu nano kalsium juga

dapat ditambahkan dalam kosmetik, karena berfungsi menghaluskan kulit dan dapat

dijadikan obat kumur untuk penguat gigi(Wolf-Gladwow. 2007 dalam Sulino dan Bayu,

2007).

Marine Organic Calcium terbuat dari kombinasi bahan Coral Calcium dan Vitamin D3,

bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang.Coral Calcium adalah kalsium alami yang

terbuat dari karang laut.Dikombinasikan dengan Vitamin D3 yang membantu penyerapan

kalsium.
III.METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR OKSIGEN DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN


MAKASSAR GOLDEN HOTEL

NAMA : RESKI PAGAU


NIM : L111 16 014
KELOMPOK : 4 (SELASA)
ASISTEN :

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalium permanganate (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan

konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikeneal sebagai parameter

nilai permanganate atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM

(Total Oraganic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganate sangat

bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air. Penentuan nilai

oksigen yang dikonsumsi dengan metode permanganate selalu memberikan hasil yang lebih

kecil daripada nilai BOD. Kondisi ini menenjukan bahwa permanganate tidak cukup mampu

mengoksidasi bahan organik secara sempurna (Effendi, 2003).

Kandungan bahan organik total di perairan dapat bervariasi antara 1.00 -30.00 mg/L.

sedangkan nilai yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat menunjukan adanya masukan

akibat kegiatan manusia (Vitner, 1999).

Keberadaan gas-gas serta bahan-bahan organik ini sangat ditentukan oleh kondisi fisik

dan kimia suatu perairan, kepadatan populasi, tingkat kesuburan dan sebagainya dan juga

untuk dapat mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan secara langsung maka perlu

dilakukan pengukuran BOT dan untuk itu praktek ini perlu dilakukan.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini agar dapat melaksanakan penentuan kadar oksigen terlarut di

perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi selatan.

Adapun keguanaan dari praktikum penentuan kadar Oksigen terlarut dalam air laut ialah

untuk mengenali apakah pada perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi Selatan

terkandung Oksigen terlarut.

C. Ruang lingkup

Praktikum ini melingkupi metode yang digunakan dalam menentukan kadar oksigen

terlarut yang terkandung dalam air laut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen
serta sumber oksigen yang terdapat di perairan Makassar golden hotel ,Makassar, Sulawesi

selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengerian Bahan Orgnaik Total

Bahan organik terlarut menggambarkan kandungan bahan organik terlarut suatu perairan

yang terdiri dari bahan organic terlarut dan partikulat. Dimana keduanya dibedakan menurut

ukuran dan kemampuan larutnya di air laut (Khakim, 1999).

Brown et. Al. (1989) dalam khakim (1999) menyatakan bahwa bahan organik partikulat di

air laut yang berukuran antara 5 µm – 10 µm, dapat dibagi lagi menurut ukurannya. Partikel

terkecil terdiri dari bakteri, alga seluler, material detritus, rangka diatom, partikel anorganik

dan yang terutama mineral lempung dan Fe(OH)3. Bahan organic terlarut yang berukuran

lebih kecil dari 5 µm sebagian besar terdiri dari bakteri yang hidup bebas, yang

mendapatkan makanan dari pecahan-pecahan kecil detritus, tetapi sebagian besar terlarut

dalam campuran organik. Dimanan di dalamnya termasuk asam organic, vitamin dan gula,

kebanyakan dihasilkan dari metabolism fitoplankton (Khakim, 1999).

B. Faktor yang Mempengaruhi Oksigen Di Perairan

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk

pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi

untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi

bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam

suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis

organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan

air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang

surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah

dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada

lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air

dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman

akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi

bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif

bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan

dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat

bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari

udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen

terlarut (Wardoyo, 1978).

C. Standar Baku Mutu Oksigen Terlarut

Berdasarkan Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang

standar baku mutu Oksigen suatu perairan yaitu <5 mg/l (Menteri Lingkungan Hidup, 2004).

Tabel 5. Standar Baku Mutu Oksigen Terlarut


D. Sumber Bahan Organik Dalam Perairan

Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu Mulya

(2001) :

1. Daratan

Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan

organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari

pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buahbuahan yang jatuh di tanah.

Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan

buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena

bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen

secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia.

2. Penguraian organisme mati oleh bakteri

Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di

alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya tergantung

pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam

proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya

selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan.


Menurut Johanes (1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme

seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses

pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat.

Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah

dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2

minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester

(1971) menyatakan bahwa 70 % organic karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan

dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5%

yang diubah kedalam bahan organik terlarut.

3. Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton.

Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.

Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan

dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan

secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp (Hellebust, 1965 dalam

Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.

Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik

terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea,

purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine

oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine)

Menurut Millero and sohn (1992), sumber organik dalam air laut di atur oleh tingkat

proses pemaukan dari darat ke air laut. Sumber utama atau masukan bahan organik ke laut

berasal dari fiksasi fotosintesis anorganik karbon dioksida oleh fitoplankton.


III.METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

B. Gambaran Umum Lokasi

C.Prinsip Analisis

Prinsip analisa didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat

dioksidasi demgan menggunakan senyawa Kalium permanganat atau Kalium dikhromat.

Oksidator yang digunakan pada penentuan bahan organik adalah KMNO4, diasamkan

dengan H2SO4 pekat yang didihkan beberapa saat.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah hot plate (pemanas listrik) yang berfungsi

untuk memanaskan larutan. Buret berfungsi sebagai alat titrasi larutan, Gelas ukur berfungsi

untuk mengukur sampel atau aquades yang akan digunakan dalam praktikum, Termometer

berfungsi utnuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan. Erlenmeyer berfungsi untuk

menampung larutan hasil titrasi.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah Larutan Kalium permanganat (KmNO4) 0,01 N

berfungsi sebagai indicator kuat untuk menentukan kadar bahan organik, Natrium Tio sulfat

0.025 N berfungsi sebagai bahan yang merubah warna larutan, Asam Sulfat Pekat (H2SO4)

berfungsi sebagai bahan untuk mengasamkan sampel, aquades berfungsi untuk bahan

pembanding atau nilai blanko, sampel air laut berfungsi sebagai sampel dalam

praktikum,amilum berfungsi sebagai titrasi dan tissue roll berfungsi untuk membersihkan

alat-alat yang digunakan.

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah memasukkan contoh air laut ke dalam

botol BOD dengan perlahan lahan,menghindari adanya gelembung udara,menutup botol

dengan perlahan lahan,selanjutnya membuka tutup botol lalu menambahkan 2 ml larutan

KmNO4, kemudian menutup kembali botol dengan perlahan lahan,selanjutkan megocok

dengan cara membolak balikkan sebayak 15 kali,kemudian mendiamkan sampai terjadi


endapan pada dasar botol,lalu menambahkan 2 ml H2So4 dan mengocok kembali sampai

endapan yang ada menjadi larut.selanjutnya memindahkan ke dalam gelas ukur sebanyak

50 ml,lalu memasukkan ke erlenmeyer dan melakaukan titrasi menggunakan Natrium Tio

sulfat 0,025N sampai larutan berubah warna menjadi kuning pucat,setelah titrasi

menambahkan Amilum 2-3 tetes,pengulangan di lakukan sebanyak tiga kali.

D. Analisis Data

Perhitung kadar Bahan Organik Total dalam air laut dengan menggunakan rumus

dibawah ini :

(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟

Dimana :

x = ml KMnO4 untuk sampel.

y = ml KMnO4 untuk aquades (larutan blanko).

31,6 = Seperlima dari BM KMnO4, karena tiap mol KMnO4 melepaskan 5

oksigen dalam reaksi ini.

0,01 = normalitas KMnO4


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu nilai x (ml KMnO4 untuk sampel) sebesar 0 ml

dan nilai y (ml KMnO4 untuk aquades (larutan blanko) sebesar 0 ml.

(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟
Diketahu :

X = 0 mg/L

Y = 0 mg/L

(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟

0×31,60,01𝑥1000
= 0

= 0mg/L

Jadi, jumlah kandungan bahan organik total diperairan Anjungan Pantai Losari adalah 0

mg/L.

B. Pembahasan

Pada percobaan ini tidak didapatkan perubahan warna Air laut setelah penambahan

Natrium tio sulfat karena tempat pengambilan sampel contoh air sudah tercemar,hal ini

yang mengakibatkan perairan tersebut tidak terdapat kandungan oksigennya.Menurut

Efenndi(2003), perairan yang mempunyai nilai kandungan bahan organik di atas 26 ppm

tergolong perairan subur. Jadi, bahan organik total yang terkandung dalam perairan

Anjungan Pantai Losari sudah tidak subur di akibatkan banyaknya pembuangan limbah dari

lingkungan sekitar . Menurut Vitner (1999) bahan organik dalam perairan berkisar 1,00-

30,00, jika jumlah kandungan bahan organik melebihi dari kisaran tersebut maka bahan

organik yang terkandung dalam perairan telah dipengaruhi oleh aktifitas manusia seperti

pembuangan limbah organik secara langsung.


V. SIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan

Setelah melakukan praktikum penentuan kadar BOT (Bahan Organik Terlarut) dalam air

laut dan kandungan BOT di perairan makassar golden hotel yaitu sebesar 0 mg/L yang

tergolong perairan tidak subur akibat pembuangan limbah dari lingkungan sekitar.

B. Saran

Saran saya dalam praktikum selanjutnya agar setiap kelompok mengambil sampel di

tempat yang berbeda untuk membandingkan kadar oksigen yang terkandungan dalam

perairan.

LAMPIRAN
Diketahui :

X = 0 mg/L

Y = 0 mg/L

(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT = 𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟

0×31,60,01𝑥1000
= 0

= 0mg/L
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2004. Pemanfaatan Limbah Ikan. http:/www, isroi. Org e-mail

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta

Khakim, Arief Rakhman. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai Ekosistem
Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Jurusan Ilmu Kelautan, Unhas : Makassar.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.

Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida.

Mulya, Miswar budi. 2001. Bahan Organik Terlarut dan Tidak Terlarut Dalam Air Laut.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas
Sumatera Utara. Universitas Sumatra Utara.

Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O.
Fish, Rep. 44, 4 , 379-406 pp

Vitner, Yon. 1999. Kandungan Bahan Organik dan Indeks Kualitas di Waduk Ir. H. Juanda
Purwakarta, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB : Bogor.

Wardoyo, S. T. H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengairan
Dep. PU.), hal 293-300.
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR NITRAT DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN


MAKASSAR GOLDEN HOTEL

NAMA : RESK PAGAU


NIM : L111 16 014
KELOMPOK : 4(SELASA)
ASISTEN :

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam perairan laut terdapat berbagai macam senyawa, salah satunya yaitu nitrogen.

Unsur nitrogen biasanya dijumpai dalam bentuk senyawa anorganik amoniak (NH4), nitrit

(NO2), dan nitrat (NO3), dimana keberadaannya di perairan sangat dipengaruhi oleh

kandungan oksigen bebas dalam air. Pada kondisi kandungan oksigen di air rendah,

nitrogen cenderung berbentuk amoniak, sedangkan pada kandungan oksigen tinggi

keseimbangan bergerak ke nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa nitrat merupakan hasil akhir

dari oksidasi nitrogen di perairan (Alaerts dan Santika, 1987 dalam Syarifuddin, 2003).

Nitrat merupakan salah satu unsur yang penting untuk sintesa protein pada tumbuhan

dan hewan. Pada konsentrasi nitrat yang tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan

ganggang yang tidak terbatas (Achmad, 2008).

Kandungan nitrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuburan suatu

perairan. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum penentuan kadar nitrat dalam air laut

untuk mengetahui kandungan Nitrat yang terkandung di perairan Anjungan Pantai Losari

dengan membandingan standar baku mutu perairan menggunakan metode pengukuran

kadar Nitrat di perairan.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses penentuan kadar nitrat dalam

air laut di perairan Anjungan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melaksanakan proses

penentuan kadar nitrat dalam air laut di perairan Anjungan Pantai Losari, Makassar,

Sulawesi Selatan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari praktikum ini yaitu metode yang di gunakan dalam menentukan kadar

nitrat dalam air laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar nitrat serta sumber nitrat

yang ada di perairan Anjungan Pantai Losari ,Makassar, Sulawesi Selatan.


III.TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nitrat

Nitrat merupakan salah satu unsur yang penting untuk sintesa protein pada tumbuhan

dan hewan. Pada konsentrasi nitrat yang tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan

ganggang yang tidak terbatas. Nitrat merupakan senyawa nitrogen yang stabil di perairan.

Hal ini dapat terlihat dengan adanya oksigen bebas yang cukup di perairan karena sangat

mempengaruhi bentuk senyawa nitrogen (Achmad, 2008).

Nitrat adalah salah satu senyawa nitrogen bentuk anorganik yang larut dalam air. Nitrat

dalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gerakan air, oksidasi dan reduksi,

serta asimilasi dan dekomposisi (Koesoebiono, 1981 dalam Embon, 2006).

Nitrogen merupakan unsur yang penting bagi pertumbuhan fitoplankton yang merupakan

salah satu unsur utama dalam pembentukan protein. Nitrogen merupakan nutrien yang

diperlukan dalam proses fotosintesis yang diserap dalam bentuk nitrat, kemudian diubah

menjadi sumber makanan bagi ikan (Koesoebiono, 1981 dalam Embon, 2006).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nitrat

Suhu sangat dipengaruhi oleh banyak hal seperti lintang, musim, ketinggian dari

permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air. Suhu

sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu akan

meningkatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatiliasi atau menurunkan kelarutan

gas dalam air seperti misalnya gas N2 (Effendi, 2003).

Pada penelitian areal pertambakan dibagi menjadi 3 zonasi berdasarkan vegetasi

mangrove. Kadar nitrat pada stasiun I diperoleh, dengan kisaran antara 15,67 ppm–29,54
ppm. Nilai kandungan nitrat tertinggi pada substasiun 3 yakni 29,54 ppm yang letaknya

dekat dengan laut. Hal ini terjadi karena pH tertinggi juga terdapat pada substasiun ini

dimana nilainya sebesar 7,45 dan mendekati nilai 8 yang merupakan pH optimum untuk

berjalannya proses nitrifikasi. Kandungan nitrogen yang terendah ditemukan pada

substasiun 1 yang letaknya berada dekat dengan daratan dengan nilai 15,67 ppm.

Rendahnya kandungan nitrat pada substasiun ini juga turut dipengaruhi oleh nilai pH,

karena pada substasiun ini nilai pH-nya adalah nilai terendah yakni 6,68. Karena rendahnya

pH maka proses nitrifikasi akan berjalan lebih lambat dari proses normal. Hal ini sesuai

dengan pendapat Effendi (2003) bahwa pH optimum untuk proses nitrifikasi adalah 8 dan

jika pH <6> (Faizal, 2010).

Tingginya kandungan nitrat yang lebih cenderung ke arah laut disebabkan oleh adanya

sistem pembuangan limbah tambak yang berupa kanal/saluran sederhana yang dibuat

melintasi hutan mangrove dari pinggiran tambak sampai ke arah lautan. Jadi konsentrasi

pembuangan terpusat pada ujung saluran sirkulasi air yang berada dekat dengan laut

(Faizal, 2010).

Konsentrasi nitrat pada tiga stasiun pengamatan turut dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan seperti DO (Dissolved Oksigen) dan kandungan bahan organik. Hal ini dapat

dilihat dari konsentrasi oksigen dan bahan organik yang ada. Bahan organik yang

didekomposisi oleh bakteri adalah sumber nitrat yang ada di perairan dengan

memanfaatkan oksigen sebagai oksidatornya (Faizal, 2010).

C. Standar Baku Mutu Nitrat Di Perairan

Berdasarkan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang

standar baku mutu nitrat suatu perairan yaitu 0,008 mg/l (Menteri Lingkungan Hidup, 2004).

Tabel 6.Standar Baku Mutu Nitrat Di Perairan


D. Sumber Nitrat di Perairan

Sumber utama nitrat di perairan berasal dari limbah yang mengandung senyawa nitrat

berupa bahan organik dan senyawa anorganik seperti pupuk nitrogen. Peningkatan kadar

nitrat di laut disebabkan oleh masuknya limbah domestik atau pertanian yang mengandung

nitrat (Hutagalung dan Rosak, 1997 dalam Achmad, 2008).

Nitrat diambil dari air permukaan selama produktivitas primer. Saat tanaman mati dan

membusuk, senyawa nitrogen diregenerasi ke kolom air. Burung laut juga dapat

menyebabkan hilangnya nitrogen sebagai NaNO3 dalam guano (Millero, 2006).


Menurut Saleh (2002), fiksasi merupakan proses transformasi nitrogen bebas di udara

menjadi nitrat. Proses ini berlangsung melalui suplai energi dari halilintar atau ledakan petir

melalui udara, yang menyatukan nitrogen dan oksigen membentuk senyawa N2O5, N2O, dan

NO kemudian bereaksi dengan air membentuk nitrat.


IV .METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum penentuan kadar nitrat dalam air laut, pengambilan sampel dilaksanakan pada

hari selasa,6 Maret 2017 Pukul 06.30 WITA di Perairan Anjungan Pantai Losari, Makassar,

Sulawesi Selatan. Dan pengamatan dilaksanakan pukul 09.00-11.00 WITA, bertempat di

Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Gambaran Umum Lokasi

C. Prinsip Analisis

Dalam penentuan nitrat-nitrogen digunakan metoda Brucine (APHA, 1979), dengan

pereaksi-pereaksi brucine dan asam sulfat pekat. Reaksi Brucine dengan nitrat membentuk

senyawa yang berwarna kuning.

Kecepatan reaksi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat panas larutan. Pemanasan larutan

dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat. Metoda ini hanya sesuai untuk air sampel

yang kadar nitrat nitrogennya 0,1 sampai 2 ppm (selang terbaik : 0,1–1 ppm NO3-N). Bila

diduga air sampel mengandung nitrat lebih besar atau lebih kecil dari selang ini, disarankan

untuk menggunakan metode sebagaimana yang disarankan APHA (1989).

B. Alat dan Bahan

Alat –alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spektrofotometer berfungsi sebagai

alat yang digunakan untuk mengukur kadar nitrat, tabung reaksi berfungsi sebagai tempat

menyimpan larutan, rak tabung berfungsi untuk menyimpan tabung reaksi, pipet skala

berfungsi untuk mengambil larutan, corong berfungsi untuk menyimpan saringan,

Erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan larutan, dan karet bulp berfungsi untuk menyedot

larutan.

Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan brucine + asam sulfanik (C23H26N2O4 +

C6H7NO35) berfungsi untuk membentuk senyawa berwarna kuning, asam sulfat pekat
(H2SO4) berfungsi untuk mempercepat reaksi, dan kertas saring GF/C Whatman berfungsi

untuk menyaring sampel air laut.

C. Prosedur Kerja

Memasukkan sampel air sebayak 2 ml kedalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes

kemudian menambahkan 10 tetes larutan Brucine kedalam tabung reaksi yang berisi sampel

iar laut sebagai larutan pereaksi untuk mengikat nitrat,menambahkan asam sulfat pekat

sebanyak 2 ml,melakukannya dengan hati-hati karena akan menimbulkan

panas,pengulangan di lakukan sebanyak tiga kali.menunggu sampai sampel air tersebut

dingin selanjutnya memassukkan kedalam spektrofotometer untuk mengukur kadar nitrat

dengan cara memasukkan air aquades dalam tabung reaksi kedalam alat

spektrofotometer,kemudian menekan tombol zero (nol),lalu memasukkan sampel dan

menekan tombol read untuk melihat kadar nitrat yang terkandung dalam perairan tersebut.

D. Analisis Data

NO3 = Nt

Dimana :
NO3 : kadar nitrat
Nt : nilai sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

Nilai abs nitrat (NO3)


.
Table 7.hasil pengamatan kadar nitrat
Ulangan Hasil
1 0,0110mg/L
2 0,096 mg/L
3 0,093mg/L

b. Pembahasan

Pada percobaan analisis kadar nitrat didapatkan hasil sebesar 0,082 mg/L. Kadar nitrat

tersebut bisa dikatakan masih dalam batas yang wajar. Seperti pernyataan Lee et al (1978)

bahwa kisaran nitrat di perairan berada antara 0,01 mg/L – 0,7 mg/L. Sedangkan menurut

Effendi (2002) bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak lebih dari 0,1

mg/L. Akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar dari 0,2 mg/L maka akan mengakibatkan

eutrofikasi (pengayaan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air

secara pesat).

Menurut Lee et al (1978) bahwa kisaran nitrat di perairan berada di antara 0,01-0,7 mg/l.

Sehingga berdasarkan nilai baku mutu nitrat di perairan, nilai yang didapatkan yaitu 0,082

mg/L, 0,065 mg/L, dan 0,061 mg/L dinyatakan normal Karena masih dalam kisaran baku

mutu. Jadi, pada perairan Kayu Bangkoa belum mengalami pencemaran lingkungan akibat

adanya penambahan limbah dari daratan maupun terjadi pembentukan senyawa toksik

berupa nitrit
V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan kadar nitrat

pada air laut digunakan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang tertentu, dan

menggunakan pereaksi bruchine serta asam sulfat pekat.

Adapun hasil kadar nitrat pada perairan pantai Anjungan Pantai Losari yang didapatkan

sebesar 0,082 mg/L, 0,065 mg/L, dan 0,061 mg/L yang berarti kadar tersebut masih dalam

batas wajar kandungan nitrat di perairan.

B. Saran

Sebaiknya praktikan harus sealu berhati-hati jika menggunakan seyawa-senyawa yang

kuat untuk menghindari kecelakaan fatal saat melakukan praktikum.


LAMPIRAN

 Ulangan 1 =0,0110
𝑦−𝑎
a= 𝑏
0,110−0,0435
= 0,802
0,0665
= 0,802
= 0,082 mg/L

 Ulangan 2 = 0,096
𝑦−𝑎
a= 𝑏
0,096−0,0435
=
0,802
0,0825
= = 0,065 mg/L
0,802

 Ulangan 3 =0,093
𝑦−𝑎
a=
𝑏
0,093−0,0435
= 0,802
0,0495
= 0,802
= 0,061 mg/L
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arfan. 2008. Pola Sebaran Horizontal Nitrat dan Fosfat di Sekitar Perairan
Mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin : Makassar.

Embon, Merlinda. 2006. Distribusi Klorofil-a Secara Vertikal di Perairan Selat Lifamatola
Provinsi Maluku Utara. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan Universitas
Hasanuddin : Makassar.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.

Millero, Frank J. 2006. Chemical Oceanography Third Edition. CRC Press Taylor and
Francis Group : USA

Saleh, Rosalyna Fatimah. 2002. Hubungan Antara Hara Nitrat dan Fosfat dengan
Fitoplankton di Perairan Pantai Teluk Cilellang, Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin : Makassar.

Syarifuddin, Hasriyani. 2003. Analisis Ratio Nitrat Fosfat pada Perairan Pulau Pannikiang
Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin : Makassar.

LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR ORTHOSPHAT DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN ANJUNGAN


PANTAI LOSARI

NAMA : LORINDA ERIYESSY


NIM : L111 15 019
KELOMPOK : III (SELASA)
ASISTEN : AGNESIA TRIANI

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses

dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat.

Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup organism serta dalam

proses fotosintesis. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung

pada kandungan zat hara di perairan antara lain fosfat. Senyawa fosfat secara alamiah

berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun

dekomposisi tumbuhtumbuhan, sisa-sisa organism mati dan buangan limbah baik limbah

daratan seperti domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan

yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara (Santoso dkk, 2010).

Senyawa posfor seperti adenosine triposfat (ATP) dan coenzim nukleotida sangat penting

dalam proses fotosintesis yaitu sebagai sumber energi untuk asimilasi tumbuhan laut . fosfat

juga dibutuhkan oleh organisme untuk pembentukan protein, asam amini dan asam nukleat.

Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk membandingkan kadar fosphat yang

terkandung di periaran terutama pada Anjungan Pantai Losari dengan melihat faktor –faktor

yang mempengaruhinya.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu setelah mengikuti praktikum ini diharapkan dapat

melaksanakan penentuan kadar phosphat dalam air laut yang ada di perairan Anjungan

Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.

Adapun kegunaan dari praktikum ini ialah dapat mengenali metode penentuan kadar

phosphat dalam air laut yang ada di perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi

Selatan.

C. Ruang Lingkup
Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan dalam menentukan kadar phosphat

dalam air laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi phosfat serta sumber phosfat dalam

air.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ortofosfat

Menurut Effendi (2003), ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis

membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat.

Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfat yang

paling sederhana di perairan. Istilah ‘fosfat’ adalah yang lebih umum digunakan. Penelitian

ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi fosfat yang ada di perairan dalam upaya untuk

mencegah adanya penurunan kesuburan perairan pada khususnya dan pencemaran

perairan pada umumnya.

Ortofosfat adalah bentuk fosfat terlarut dalam air dan asam lemak yang dapat diserap

oleh organism nabati (mikro dan makrofita). Ortofosfat sngat penting dalam material sel

alga, yang didalamnya berisi ion PO43- yang ditiurunkan dari bentuk ortofosfat (H3PO4).

Proton asam ortofosforik berdiasosiasi dengan asam lainnya menjadi ion dalam larutan.

Ortofosfat sangat reaktif dan mudah terserap kepermukaan yang tersuspensi seperti tanah

atau sedimen. Konsekuensinya ortofosfat jarang ditemukan dalam bentuk larutan

(Rachmawati, 2004).

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk

pertumbuhan dan sumber energi. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam

pembentukan protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme. Fosfor

berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine

Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). Fosfor di dalam air laut, berada dalam

bentuk senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat

berupa gula fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfor protein. Sedangkan

dalam bentuk senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Ortofosfat merupakan

bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan
polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat

dimanfaatkan sebagai sumber fosfat (Effendi, 2003).

B. Faktor yang Mempengaruhi Ortofosfat

Kandungan ortofosfat di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

(Shaleh, 2012) :

1. Suhu

Pada suhu yang relatif hangat, ketersedian fosfor akan meningkat karena proses

perombakan bahan organik juga meninngkat. Ketersediaan fosfor menipis di daerah yang

bersuhu rendah. Semua polifosfat mengalami hirdolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini

tergantung pada suhu. Pada suhu yang mendekati titik didi, perubahan polifosfat menjadi

ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH.

Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung bakteri

berlangsung lebih cepat dibandingkan perubahan yang terjadi pada air bersih (Effendi,

2003).

2. Bahan Organik atau sedimen

Penambahan posfat (PO43-) ke dalam perairan akan dengan cepat hilang karena segera

dimanfaatkan bakteri, alga, atau tumbuhan lainnya dan sebagian lainnya mengendap secara

kimia atau terserap lumpur (sedimen).

C. Standar Baku Mutu Orthophosfat di Perairan

Berdasarkan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang

standar baku mutu Orthopospat suatu perairan yaitu 0,015 mg/l (Menteri Lingkungan Hidup,

2004).

Tabel 7.Standar Baku Mutu Orthophosfat Di Perairan


D.Sumber Phosfat di Perairan

Ortophosphat (PO2-P) merupakan bentuk fosfat dari tingkat oksidasinya (+3) dan relatif

tidak stabil dalam perairan. Fosfat merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara

ammonia dan fosfat. Ortophosphat umumnya hanya dapat dideteksi dalam jumlah kecil di

perairan karena merupakan senyawa yang tidak stabil dan dapat langsung berubah menjadi

nitrat atau tergantung aktivitas mikroorganisme (Tohir, 2014).

Metode analisis ortofosfat menggunakan metode spektrofometri. Prinsip analisis

ortofosfat adalah amonium molibdat dan kalium antimonitartat bereaksi dalam suasana

asam dengan ortofosfat hingga membentuk asam fosfomolibdik; asam fosfor molibdik

tersebut kemudian direduksi oleh asam asorbik sampai moden biru. Warna ini sebanding

dengan konsentrasi fosfor. Konsentrasi fosfat didapatkan dari garis kalibrasi yang ditentukan

dengan menggunakan alat spektrofotometer. Intensitas warna biru bertambah dengan

semakin besarnya kadar fosfat terlarut yang ada (Albert dan Santika,1984).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum penentuan kadar Ortophosphat dalam air laut, Pengambilan sampel dilakukan

pada hari selasa,13 Maret 2017 Pukul 06.30 WITA di perairan Anjungan Pantai Losari,

Makassar, Sulawesi Selatan. Dan pengamatan di laksanakan pukul 09.20-11.00 WITA,

bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Gambaran Lokasi

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Anjnungan Pantai Losari yang dikelilingi oleh

bangunan-bangunan tinggi seperti hotel-hotel dan rumah sakit. Anjungan pantai losari

memiliki air yang sangat keruh dan beberapa sampah plastik yang mengapung. Keruhnya

perairan Anjungan Pantai Losari kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan reklamasi

dan buangan limbah dari bangunan-bangunan tinggi yang terdapat disekitar Anjungan

Pantai Losari.

Gambar 7 Peta Lokasi Pengambilan sampel

C. Prinsip Analisis

Dalam larutan asam, orthophosphat bereaksi dengan Ammonium molybdate membentuk

senyawa kompleks Ammonium phosphomolybdate. Dengan suatu pereaksi reduksi (Metode

Stannous chloride), molybdenum dalam senyawa kompleks tersebut dapat tereduksi


menjadi senyawa yang berwarna biru. Intensitas warna biru bertambah dengan semakin

besarnya kadar phosphate terlarut yang ada.

D. Alat dan Bahan

Spektrofotometer DREL 2800 berfungsi untuk mengukur kadar ortofosfat air laut. Tabung

Reaksi berfungsi untuk menampung larutan. Rak Tabung berfungsi untuk tempat

penyimpanan tabung reaksi. Pipet Skala 1 ml berfungsi untuk memindahkan larutan.

Corong berfungsi untuk membantu dalam hal pemindahan larutan agar tidak tercecer atau

tumpah. Erlenmeyer 100 ml berfungsi untuk menampung larutan. Karet Bulp berfungsi untuk

membantu dalam penyedotan larutan dalam jumlah banyak.

Bahan yang digunakna yaitu Larutan Ammonium Molybdate 4% berfungis sebagai

larutan pereaksi, Larutan Asam Sulfat 2,5 M untuk larutan pereaksi, Larutan Asam Askorbik

2% berfungsi sebagai larutan pereaksi, Pereaksi campuran untuk mereaksikan larutan

sebagai bahan campuran, Larutan Asam borat 2% sebagai larutan indikator.

E. Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang di gunakan,lalu menyaring air sampel dengan kertas

saring dengan saringan bentuk kertas dan berlipat segitiga,menyaring air sampel di atas

erlenmeyer sebayak yang di butuhkan,setelah itu memasukkan ke dalam gelas kimia

sebayak 2ml pada tabung 1,2,dan 3 menggunakan pipet tites,menambahkan air pengoksida

3ml pada masing-masing tabung reaksi sambil mengocok untuk mereaksikan

larutan,kemudian menambahkan asam borat 2ml yang berguna sebagai pereaksi,lalu

mendiamkan selama 1 jam . setelah itu mengukur dengan menggunakan kuvet 1 cm,dengan

panjang gelombang 885nm dengan alat spektrofotometer.

F.Analisis Data
𝑦−𝑎
a=
𝑏

Di mana:

a = Rata-rata panjang Gelombang standar

b = Rata-rata panjang gelombang blanko air su


IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Table 8.pengukuran kandungan orthophosfat


Ulangan Hasil
1 0,015 ppm

2 0,013 ppm

3 0,016 ppm

B. Pembahasan

Dari hasil percobaan didapatkan kadar phosphat dengan melakukan tiga kali

pengulangan sebanyak 0,023 ppm, 0,014 ppm dan 0,028 ppm.Liaw (1969) dalam Achmad

(2008) mengemukakan pembagian tipe perairan berdasarkan kandungan fosfatnya yaitu

Kesuburannya rendah (0,000–0,020 ppm), Kesuburannya cukup (0,021 – 0,050 ppm),

Kesuburannya baik (0,051 – 0,020 ppm), Kesuburannya baik sekali (0,101 – 0,200 ppm),

dan Kesuburannya sangat baik (>0,201 ppm). Jadi dapat diketahui bahwa perairan

Anjungan Pantai Losari tergolong perairan yang kesuburannya cukup.

Menurut Achmad (2008) Perairan alami pada umumnya mempunyai kisaran kadar fosfat

yang tidak lebih dari 0,1 ppm kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga atau

industri serta daerah pertanian yang mengalami pemupukan fosfat. Di sektiar Anjungan

Pantai Losari merupakan tempat pembuangan limbah rumah tangga dan hotel yang

disekitar pesisir. Hal ini merupakan salah satu yang mempengaruhi jumlah ortofosfat di

perairan Pantai Losari. Sedangkan Menurut Millero (2006), fariasi distribusi fosfat di lautan di

kontrol oleh unsur biologi dan proses fisik yang terjadi dalam air laut. Di permukaan air PO 43-

di hasilkan oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keismpulan dari praktikum ini yaitu mahasiswa mengikuti dan melaksanakan penentuan

kadar ortphosphat dalam air laut. Hasil yang diperoleh dengan melakukan tiga kali

pengulangan yaitu 0,023ppm,0,014ppm,dan 0,028ppm.setelah di bandingkan diperairan

Anjungan Pantai Losari tergolong kesuburannya cukup.karena menurut Liaw (1969) tingkat

kesuburan cukup berkisar antara 0,021-0,050 ppm.

B. Saran

Saran saya untuk praktikum penentuan kadar ortophosphat di dalam laut kedepanya,

hasil yang diperoleh dari suatu tempat dibandingkan dengan tempat pengambilan sampel

lain

LAMPIRAN

 Ulangan 1 =0,015
𝑦−𝑎
= 𝑏

0,005−0,010
= 0,211

0,005
= 0,211 = 0,023 ppm

 Ulanagn 2 = 0,013
𝑦−𝑎
= 𝑏

0,013−0,010
=
0,211

0,003
= 0,211 = 0,014 ppm

 Ulangan 3 = 0,016
𝑦−𝑎
=
𝑏

0,016−0,010
=
0,211

0,006
= 0,211 = 0,028ppm

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arfan. 2008. Pola Sebaran Horizontal Nitrat dan Fosfat di Sekitar Perairan
Mangrove kecamatan Barru Kabupaten Barru. Fakultas Ilmu Kelautan. Universitas
Hasanuddin:Makassar
Albert, G. Dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya.
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.

Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida.

Rachmawati, Dian. 2004. Pertumbuhan salina, phaedactylum tricornutum, dan


Anabaenopsis circularis dalam Rasio N/P yang Berbeda pada Skala Laboratorium. ITB
: Bogor
.
Santoso dkk. 2010. Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di
Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya :
Palembang.

Shaleh, Fukuh Rahmat. 2012. Laporan Praktikum Produktivitas Perairan. Sekolah


Pascasarjana Institut Pertanian Bogor : Bogor.

LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN BAHAN ORGANIK DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN ANJUNGAN PANTAI


LOSARI
NAMA : LORINDA ERIYESSY
NIM : L111 15 019
KELOMPOK : III (SELASA)
ASISTEN : AGNESIA TRIANI

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalium permanganate (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan

konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikeneal sebagai parameter

nilai permanganate atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM

(Total Oraganic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganate sangat
bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air. Penentuan nilai

oksigen yang dikonsumsi dengan metode permanganate selalu memberikan hasil yang lebih

kecil daripada nilai BOD. Kondisi ini menenjukan bahwa permanganate tidak cukup mampu

mengoksidasi bahan organik secara sempurna (Effendi, 2003).

Kandungan bahan organik total di perairan dapat bervariasi antara 1.00 -30.00 mg/L.

sedangkan nilai yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat menunjukan adanya masukan

akibat kegiatan manusia (Vitner, 1999).

Keberadaan gas-gas serta bahan-bahan organik ini sangat ditentukan oleh kondisi fisik

dan kimia suatu perairan, kepadatan populasi, tingkat kesuburan dan sebagainya dan juga

untuk dapat mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan secara langsung maka perlu

dilakukan pengukuran BOT dan untuk itu praktek ini perlu dilakukan.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini ialah dapat mengetahui cara penentuan kadar senyawa organik

dalam air laut.di perairan Anjungan Pantai Losari, Makassar,Sulawesi Selatan.

Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengenali serta memahami cara

penentuan kadar senyawa organik dalam air laut di perairan Anjungan Pantai Losari,

Makassar,Sulawesi Selatan.

C. Ruang Lingkup

Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan untuk menentukan kadar senyawa

organik dalam air laut di perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi Selatan. dan

faktor- faktor yang mempengaruhi keberadaan bahan organik total (BOT) serta sumber-

sumber bahan organik total dalam air laut.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bahan Organik

Bahan organik terlarut menggambarkan kandungan bahan organik terlarut suatu

perairan yang terdiri dari bahan organic terlarut dan partikulat. Dimana keduanya dibedakan

menurut ukuran dan kemampuan larutnya di air laut (Khakim, 1999).

Brown et. Al. (1989) dalam khakim (1999) menyatakan bahwa bahan organik partikulat di

air laut yang berukuran antara 5 µm – 10 µm, dapat dibagi lagi menurut ukurannya. Partikel

terkecil terdiri dari bakteri, alga seluler, material detritus, rangka diatom, partikel anorganik

dan yang terutama mineral lempung dan Fe(OH)3. Bahan organic terlarut yang berukuran

lebih kecil dari 5 µm sebagian besar terdiri dari bakteri yang hidup bebas, yang

mendapatkan makanan dari pecahan-pecahan kecil detritus, tetapi sebagian besar terlarut

dalam campuran organik. Dimanan di dalamnya termasuk asam organic, vitamin dan gula,

kebanyakan dihasilkan dari metabolism fitoplankton (Khakim, 1999).

B. Faktor yang mempengaruhi Bahan Organik Terlarut

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan BOT adalah yang utama yaitu arus

karena arusadalah media transport BOT dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Selain

itu ketersediaan cahaya juga mempengaruhi BOT karena dengan intesitas cahaya yang

cukup tinggi membuat pertumbuhan phytoplankton bagus dan phytoplankton menjadi

makanan zooplankton. Sehingga ketika pertumbuhan zooplankton bagus, maka ketersedian

BOT juga akan terjaga karena eksresi zooplankton menjadi salah satu sumber ketersediaan

Bahan Organisk Total (BOT) (Hutagalung, 1997).

C. Standar Baku Mutu Bahan Organik

Kandungan bahan organic total dalam perairan bisa menjadi indikator kesuburan perairan

karena semakin tinggi bahan organic total suatu perairan maka perairan dikatakan tidak

subur. Sedangkan jika bahan organik total suatu perairan tidak terlalu tinggi, maka perairan
tersebut bisa dikatakan tidak terlalu tercemar. Untuk bahan organik terlarut yang ideal untuk

budidaya yaitu kisaran 20 – 30 mg/L (Riley dan Chester, 1975).

Menurut Rignolda (1995) bahwa tingkat produktivitas perairan tawar dapat digambarkan

dengan melihat total bahan organik yang dikandungnya bahan organik sebagian besar

dihasilkan oleh detritus yang dimanfaatkan sebagai nutrien bagi tumbuhan air dan

organisme dekomposer dan menyatakan bahwa perairan dengan kandungan bahan organik

terlarut di atas 26 ppm tergolong perairan subur.

D. Sumber Bahan Organik Dalam Perairan

Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu Mulya

(2001) :

1. Daratan

Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan

organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari

pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buahbuahan yang jatuh di tanah.

Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan

buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena

bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen

secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia.

2. Penguraian organisme mati oleh bakteri

Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di

alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya tergantung

pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam

proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya

selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan.

Menurut Johanes (1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme

seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses

pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat.

Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah
dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2

minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester

(1971) menyatakan bahwa 70 % organic karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan

dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5%

yang diubah kedalam bahan organik terlarut.

3. Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton.

Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.

Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan

dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan

secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp (Hellebust, 1965 dalam

Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.

Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik

terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea,

purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine

oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine)

Menurut Millero and sohn (1992), sumber organik dalam air laut di atur oleh tingkat

proses pemaukan dari darat ke air laut. Sumber utama atau masukan bahan organik ke laut

berasal dari fiksasi fotosintesis anorganik karbon dioksida oleh fitoplankton.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum penentuan kadar bahan organik dalam air laut, pengambilan sampel di

lakukan pada hari selasa, 20 Maret 2017, Pukul 06.30 WITA di perairan Anjungan Pantai

Losari , Makassar, Sulawesi Selatan. Dan pengamatan di lakukan pukul 09.20-11.00 WITA,

bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Gambaran Umum Lokasi

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Anjungan Pantai Losari yang dikelilingi oleh

bangunan-bangunan tinggi seperti hotel-hotel dan rumah sakit. Anjungan pantai losari

memiliki air yang sangat keruh dan beberapa sampah plastik yang mengapung. Keruhnya

perairan Anjungan Pantai Losari kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan reklamasi

dan buangan limbah dari bangunan-bangunan tinggi yang terdapat disekitar Anjungan

Pantai Losari.
Gambar 8. Peta Lokasi Pengambilan sampel

C.Prinsip Analisis

Prinsip analisa didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat

dioksidasi demgan menggunakan senyawa Kalium permanganat atau Kalium dikhromat.

Oksidator yang digunakan pada penentuan bahan organik adalah KMNO4, diasamkan

dengan H2SO4 pekat yang didihkan beberapa saat.

D.Alat dan Bahan

Alat –alat yang digunakan pada praktikum ini adalah hot plate (pemanas listrik) yang

berfungsi untuk memanaskan larutan. Buret berfungsi sebagai alat titrasi larutan, Gelas ukur

berfungsi untuk mengukur sampel atau aquades yang akan digunakan dalam praktikum,

Termometer berfungdsi utnuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan. Erlenmeyer

berfungsi untuk menampung larutan hasil titrasi.

Adapun bahan yang digunakan ialah Larutan Kalium permanganat (KmNO4) 0,01 N

berfungsi sebagai indicator kuat untuk menentukan kadar bahan organik, Natrium Oxalat

0,01 N berfungsi sebagai bahan yang merubah warna larutan, Asam Sulfat Pekat (H2SO4)

berfungsi sebagai bahan untuk mengasamkan sampel, aquades berfungsi untuk bahan

pembanding atau nilai blanko, sampel air laut berfungsi sebagai sampel dalam praktikum

dan tissue roll berfungsi untuk membersihkan alat-alat yang digunakan


E. Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan,setelah itu mengambil sampel air laut

sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, kemudian memasukkannya kedalam labu erlenmeyer.

Kemudian menambahkan air laut tersebut dengan KMnO4, yang dititrasi langsung dari buret

sebanyak 9,5 hingga larutan tersebut berwarna merah anggur. Setelah itu di tambahkan

larutan H2SO4 pada sampel tersebut sebanyak 10 ml, kemudian memanaskan selama 10

menit dengan hot plate hingga suhu 70°C dan larutan tersebut berubah menjadi orange,lalu

di dinginkan. Setelah dingin kemudian dititrasi dengan Natrium Oksalat hingga terjadi

perubahan warna menjadi bening. Setelah itu dititrasi lagi dengan KMnO4 sehingga terjadi

perubahan warna menjadi pink.pengulangan di lakukan sebayak tiga kali.

F. Analisis Data

Perhitungan kadar Bahan Organik Total dalam air laut dengan menggunakan rumus

dibawah ini :

(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟

Dimana :

x = ml KMnO4 untuk sampel.

y = ml KMnO4 untuk aquades (larutan blanko).

31,6 = Seperlima dari BM KMnO4, karena tiap mol KMnO4 melepaskan 5

oksigen dalam reaksi ini.

0,01 = normalitas KMnO4


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang di peroleh dari hasil pengamatan kandungan bahan organik dalam air

laut yaitu

Diketahui :

Volume KMnO4 untuk sampel (x ) = 5,9 (ml)

Volume KMnO4untuk sampel (y) = 4.9 (ml)

Volume contoh = 50 ml

Seperlima dari BM KMnO4 = 31.6

Normalitas KMnO4 = 0.01

.
Table 7.Hasil pengamatan bahan organik dalam air laut:
Deketahui Nilai
X 5,9 ml
Y 4,9 ml
Vc 50 ml
BM 31,6
N 0,01

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data, kadar BOT yang terkandung pada perairan Pantai Losari

(Anjungan) sebesar 7,584 mg/L. Menurut Rignolda (1995), perairan yang mempunyai nilai

kandungan bahan organik di atas 26 ppm tergolong perairan subur. Jadi, bahan organik

total yang terkandung dalam perairan Anjungan Pantai Losari tergolong tidak subur. Dan

subur tidaknya kandungan BOT pada suatu perairan sangat tergantung pada penambahan
dari daratan, proses pembusukan organisme yang telah mati, penambahan oleh

metabolisme ekstraseluler oleh alga, terutama fitoplankton, ekskresi zooplankton dan

hewan-hewan lainnya.

Menurut Vitner (1999) bahan organik dalam perairan berkisar 1,00-30,00, jika jumlah

kandungan bahan organik melebihi dari kisaran tersebut maka bahan organik yang

terkandung dalam perairan telah dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pembuangan

limbah organik secara langsung.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa telah mengetahui dan melaksanakan

praktikum penentuan kadar BOT (Bahan Organik Terlarut) dalam air laut dan kandungan

BOT di perairan Anjungan Pantai Losari dengan hasil yang di peroleh sebesar 7,584 mg/L

jadi perairan tersebut tergolong perairan tidak subur karena kaandungan BOT di bawah dari

26 ppm,hal ini disebabkan karena aktivitas manusia seperti pembuangan pembuangan

limbah organik secara langsung.

B. Saran

Saran saya dalam praktikum selanjutnya agar tiap kelompok melakukan praktiuk atau

proses penentuan secara bersamaan.


LAMPIRAN

Perhitungan nilai BOT (mg/L):


𝑥−𝑦 𝑥 31,6 𝑥 0,01 𝑥 1000
BOT (mg/L) =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

5,9−4,9 𝑥 31,6 𝑥 0,01 𝑥 1000


BOT (mg/L) =
50

= 7,584 mg/l
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta

Hutagalung, Horas P dalam Miswar. 1997. Metode Analisa Air Laut Sedimen dan Biota.
Pusat Penelitian dan pengembangan Oseanologi. Lembaga Plmu pengetahuan
Indonesia : Jakarta

Khakim, Arief Rakhman. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai Ekosistem
Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Jurusan Ilmu Kelautan, Unhas : Makassar.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.

Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida.

Mulya, Miswar budi. 2001. Bahan Organik Terlarut dan Tidak Terlarut Dalam Air Laut.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas
Sumatera Utara. Universitas Sumatra Utara.

Riley, J.P and Chester. 1975. Chemmical Oceanography. Academic Press, London and New
York.

Vitner, Yon. 1999. Kandungan Bahan Organik dan Indeks Kualitas di Waduk Ir. H. Juanda
Purwakarta, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB : Bogor.

LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
PENENTUAN KLOROFIL A DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN
ANJUNGAN PANTAI LOSARI

NAMA : LORINDA ERIYESSY


NIM : L111 15 019
KELOMPOK : III (SELASA)
ASISTEN : AGNESIA TRIANI

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klorofil adalah pigmen hijau yang ada dalam kloroplastida. Pada umumnya klorofil

terdapat pada kloroplas sel-sel mesofil daun, yaitu pada sel-sel parenkim palisade dan atau

parenkim bunga karang. Dalam kloroplas, klorofil terdapat pada membrane thylakoid grana.

Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua jenis klorofil yaitu klorofil-a dan klorofil-b. Pada

keadaan normal, proporsi klorofil-a jauh lebih banyak daripada klorofil-b. Selain klorofil, pada

membran thylakoid juga terdapat pigmen-pigmen lain, baik yang berupa turunan-turunan

klorofil-a maupun pigmen lainnya (Suyitno, 2008).

Penghasil klorofil-a terbesar di laut adalah fitoplankton. Fitoplankton adalah

mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk produksi primer terbesar di laut. Ganggang

yang melekat penting di perairan dangkal. Fitoplankton merupakan tanaman mikroskopis

yang bebas mengambang dengan mobilitas terbatas dan didistribusikan oleh arus laut

(Millero, 2006)

Klorofil a merupakan salah satu parameter yang mereprentasikan produktivitas primer di

laut. Dengan diketahuinya nilai kandungan klorofil a maka akan menjadi indikator tinggi

dalam suatu perairan. Oleh karena itu praktikum penentuan kadar klorofil-a dalam laut ini

dilakukan.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini diharapkan dapat melaksanakan penentuan kadar klorofil-a dalam

air laut di perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi Selatan.

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengenali serta memahami metode

yang di gunakan dalam penentuaan kadar klorofil-a yang ada di perairan Anjungan Pantai

Losari,Makassar,Sulawesi Selatan.
C. Ruang Lingkup

Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan dalam menentukan kadar klorofil-a

dalam air laut,dan faktor-faktor yang mempegaruhi klofil-a dalam perairan serta sumber

klrorofil-a dalam air laut di perairan Anjugan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Klorofil

Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik.

Senyawa ini yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan

mengubah tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia. Dengan proses fotosintesis,

terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu yg pertama memanfaatkan energy matahari, kedua

memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga menyediakan dasar energetik bagi

ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses

anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya

(Hasibuan. 2011).

Klorofil terdapat dalam bentuk a, b, c, d, dan e. Klorofil-a adalah salah satu pigmen

fotosintesis yang paling penting bagi tumbuhan yang ada di perairan khususnya fitoplankton.

Selain itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis yang lain seperti karoten dan xantofil. Dari

pigmen-pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada

fitoplankton. Karenannya hasil pengukuran kandungan klrofil-a seering digunakan untuk

menduga biomassa fitoplankton suatu perairan (Manoppo, 2003).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Klorofil

Menurut Harborne (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya klorofil adalah :

1. Faktor pembawaan

Pembentukan klorofil seperti halnya dengan pembentukan pigmen-pigmen lain pada

hewan dan manusia yang dibawakan oleh suatu gen tertentu didalam kromosom. Jika gen

ini tidak ada, tanaman akan tampak putih.

2. Cahaya

Klorofil dapat terbentuk dengan memerlukan cahaya, tanaman lain yang disimpan dalam

keadaan gelap tidak berhasil membentuk klorofil.

3. Oksigen
Oksigen juga berpengaruh terhadap pembentukan klorofil, baik itu dari lingkunghan

perairan maupun difusi dari atmosfer.

4. Karbohidrat

Karbohidrat juga sangat berperan dalam pembentukan klorofil. Tanpa zat gula daun tidak

akan dapat membentuk klorofil.

Pada Perairan Laut, klorofil a umumnya terdapat pada fitoplankton sebagai penyumbang

produktivfitas terbesar pada laut terbuka . sel-sel tubh fitoplankton mengandung klorofil

sehingga memungkinkan organisme tersebut dapat melakukan proses fotosintesis dengan

bantuan sinar matahari . hal ini dapat menyebabkan fitoplankton sebagai organism autortrof

berperan sebagai penyumbang atau sumber makanan alami bagi perairan karena subtansi

organik yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh organism perairan lainnya seperti

zooplankton dan berbagai jenis ikan ( Newel,1963).

C. Sumber Baku Mutu Klorofil -a di Perairan

Seluruh data klorofil-a pada permukaan dikelompokkan kedalam tiga kategori (grup) yaitu

rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berurut <0.07, 0.07-0.14 dan

>0.14 mg/mL. Parameter yang memiliki nilai rata-rata yang berbeda (P<0.05) antar grup

adalah silikat dan ketebalan lapisan tercampur (batas atas lapisan termoklin). Rata-rata

kadar silikat berkorelasi positif dengan kandungan klorofil-a, dimana semakin tinggi kadar

silikat maka kandungan klorofil semakin tinggi. Meningkatnya tebal lapisan tercampur tidak

selamanya diikuti oleh peningkatan kandungan klorofil-a meskipun di daerah yang memiliki

klorofil kategori tinggi relatif lebih tebal lapisan tercampurnya dibandingkan dengan daerah

yang berklorofil-a rendah (Hatta dalam Anindya, 2002).

D. Sumber Klorofil di Perairan

Klorofil merupakan pigmen yang di kandung oleh tumbuhan baik yang bersifat makro

maupun mikro, pada perairan laut. Klorofil-a umumnya terdapat pada fitoplankton sebagai

penyambung produktivitas terbesar pada kolom air. Hal ini menyebabkan fitoplankton
sebagai organisme perairan lainnya seperti zooplankton dan berbagai jenis ikan (Apha

dalam Anindya, 1992).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum penentuan kadar klorofil-a dalam air laut, Pengambilan sampel di lakukan

pada hari selasa , 27 Maret 2017,Pukul 06.30 WITA di perairan Anjungan Pantai Losari,

Makassar, Sulawesi Selatan.Dan pengamatan dilaksanakan, Pukul 09.20-11.00 WITA,

bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. sGambaran Umum Lokasi


Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Anjungan Pantai Losari yang dikelilingi oleh

bangunan-bangunan tinggi seperti hotel-hotel dan rumah sakit. Anjungan pantai losari

memiliki air yang sangat keruh dan beberapa sampah plastik yang mengapung. Keruhnya

perairan Anjungan Pantai Losari kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan reklamasi

dan buangan limbah dari bangunan-bangunan tinggi yang terdapat disekitar Anjungan

Pantai Losari.

Gambar 9 Peta Lokasi Pengambilan sampel

C. Prinsip Analisis

Prinsip metode untuk pengukuran klorofil secara spektrofotometri didasarkan pada

penyerapan maksimum oleh ekstrak klorofil dalam aceton di daerah spektrum merah

(panjang gelombang 630 – 665 nm).

D. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah peralatan saring millipore 47 mm

sebagai alat penyaring sampel, botol dengan penutup 300 ml sebagai tempat meyaring

sampel, tabung sentrifuge 15 ml sebagai tempat sampel yang telah disaring, centrifuge

sebagai alat untuk menghomogenkan sampel, serta spektrofotometer untuk mengukur kadar

klorofil-a pada air laut.


Adapun bahan yang digunakan yaitu Aseton 90% sebagai larutan pengendap,

Magnesium karbonat 1% sebagai oksidtor, serta kertas saring membran selulosa Nitrat

untuk menyaring sampel.

E. Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menyaring contoh air laut yang

digunakan sampel sebanyak 1000 ml kedalam saringan milipore dengan menggunakan

pompa vacum yang telah tersambung dengan corong buchner dan erlenmeyer section.

Kemudian menambahkan 3-5 tetes larutan MgCO3 1 % kedalam contoh air laut yang selesai

disaring. selanjutnya mengaambil kertas saring dengan menggunakan pinset dan

memasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Aceton 90% sebanyak 10 ml. Setelah

selesai kemudian ditutup dengan aluminium foil. Setelah proses tersebut selesai selanjutnya

menyimpan dalam refrigerator selam 1 x 24 jam. Selanjutnya melakukan Disentrifugal untuk

tiap tabung reaksi pada suhu kamar selama 15 menit dan 3500 rpm. Setelah selesai

kemudian mengambil supernatan kedalam cuvet 10 cm dan mengukur absorban pada

panjang gelombang 630, 645 dan 665 nm. Setelah pengukuran selesai, mencatat hasilnya.

F. Analisis Data

Rumus yang digunakan dalam penentuan kadar klorofil a di laut yaitu :

(Ca) Klorofil-a = 11,85 E664 – 1,54 E647-0,08E630

𝐶×𝑉
mg klorofil/m3 =
𝑉×10

𝐶×𝑉
Dimana : mg klorofil/m3 =
𝑉×10
C = Jumlah Ca + Cb + Cc (ml)

V = Volume contoh air laut (liter)

v = Volume aseton (15 ml)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Volume : 1370 ml

ƛ630 : 0.021
ƛ647 : 0.057
ƛ664 : 0.058

ƛ699 : 0.038

Table 8.pengamatan klorofil-a


Diketahui Nilai
V 1370 ml
ƛ630 0.021
ƛ647 0.057
ƛ664 0.058
ƛ699 0.038
B.Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, setelah penyaringan dan penggunaan

metode spektrofotometri dengan panjang gelombang untuk ƛ630 = 0.021, ƛ647 = 0.057, ƛ664 =

0.058, dan ƛ699 = 0.038.dan dari hasil perhitungan nilai yang didapatkan berdasarkan

sampel air laut di perairan Pantai Losari (Anjungan) yaitu 0,0564 mg/m3. Hal ini

menunjukkan bahwa pada perairan tersebut kadar klorofilnya sangat sedikit dan perairannya

tidak subur. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan Anjungan Pantai Losari termasuk

dalam golongan Oligotrophik. Sesuai dengan pernyataan Smith (1999) dalam ismawan

(2009) bahwa tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai klorofil-a dibagi atas Oligotrophik

(<1), Mesotropik (1-2), Eutropik ( 3-5), dan Hypertropik (>5).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa telah mengetahui dan melaksanakan

penentuan kadar klorofil-a dalam air laut dan didaptkan hasil pengukuran sebesar 0,0564

mg/m3dan tergolong perairan yang tidak subur atau Oligotrophik karena aktivitas manusia

yang membuang sampah sembarang sehingga bermuara di Anjungan Pantai Losari.

B. Saran

Saran saya yaitu sebaiknya dalam praktikum selanjutnya sebaiknya membandingkan

kadar klofil di tempat yang berbeda.


LAMPIRAN

klorofil-a (c) = 15,6 E664 – E665 – 2,0 X E645 -0,8x630

= 15,6 x 0.008 – 2,0 x 0.026 – 0,8 x 0.047


= 0,1248 – 0,052–0,0376
= 0,0352 mg/l
𝑐 𝑥 𝑣𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛
Mg/L = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
0,0352𝑥 15
= 250 𝑥 10

=0.0002112 mg/m3

DAFTAR PUSTAKA
Hisabuan. 2011. Klorofil. repository. Usu .ac.id/ bitstream/ 123456789/ 29994/3/ Chapter
%20II. pdf.diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 20.30 WITA .

Hatta dalam Anindya, 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis Dengan Kondisi
Oseanografi di Perairan Utara Irian Jaya. Makalah Program Pasca sarjana, Institut
Pertanian Bogor : Bogor.

Ismawan. 2009. Distribusi Klorofil-a Fitoplankton Secara Vertikal di Perairan Pulau Badi,
Kabupaten Pangkep. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin : Makassar.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.

Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 2000. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida

Newel, G.E., R.C, Newel. 1983. Marine Plankton a Practical Guide. Hutchinson Educational
LTD 178-202 great portland street, London, W.1

Riyono, Sumijo Hadi, 2006. Beberapa Metode Pengukuran Klorofil Fitoplankton Di Laut. LIPI
: Jakarta.

Suyitno, Al. 2008. Modul Pengayaan Materi Projek Pendampingan SMA. Jurusan
Pendidikan Biologi MIPA UNY : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai