Laporn Oskim
Laporn Oskim
LAPORAN LENGKAP
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kita mengetahui komposisi kimia air laut dan garam yang dominan adalah Nacl
penyebab rasa asin (saline) pada air laut, maka tingkat keasinan disuatu perairan laut dapat
diketahui dengan cara pengukuran. Salinitas sendiri dapat didefinisikan sebagai jumlah total
(gr) dari material padat termasuk garam NaCl yang terkandung dalam air laut sebanyak 1 kg
dimana bromine dan iodine diganti dengan klorin dan bahan organik seluruhnya telah
dibakar habis. Pengukuran salinitas semula dilakukan dengan cara tidak langsung, yakni
Konsentrasi zat terlarut dapat dinyatakan sebagai kadar garam. Tingkat kadar garam
didefinisikan sebagai banyaknya garam (satuan gram) dalam satu kilogram air laut. Selama
ini penentuan kadar garam menggunakan dua metode, yang dikenal dengan metode analisa
kimia dan metode analisa elektronika. Pada metode analisa kimia, zat kimia yang digunakan
adalah KIor (CI) Ion KIor ini sesungguhnya adalah Klorinitas, yaitu suatu ketetapan yang
mengandung Brom, Iod dan Flor. Salinitas dihitung menggunakan Chlorinity yang dikalikan
Dari hal tersebut, maka dilaksanakan praktikum penentuan kadar garam air laut atau
salinitas. Untuk melihat kadar garam pada periaran Center Point Of Indonesia (CPI) dengan
menggunkan beberapa teknik dalam menentukan kadar garam air laut seperti
salinometer,hand refraktometer,konductivitimeter.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar salinitas perairan di MAKSSAR
GOLDEN HOTEL,serta dapat mengenali dan mengetahui teknik dalam menetukan kadar
garam air laut pada suatu perairan dengan menggunakan alat pengukur salinitas.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengenali kadar garam di perairan
C.Rumusan Masalah
Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan unttuk menetukan kadar salinitas
A. Pengertian Salinitas
Definisi tentang salinitas pertama kali dikemukakan oleh C. FORCH; M. KNUDSEN dan
S.PX.SOREN-SEN tahun 1902. Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua
zat padat yang terlarut dalam 1 kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium digan-tikan
dengan khlor dalam jumlah yang setara; semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan
semua zat organik dioksida-sikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya
dituliskan dalam ‰ atau ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand (Arief, 1984).
Defant pada tahun 1961 (MAMAYEV 1975), menunjukkan bahwa salinitas air laut kira-
kira 0,14 ‰ lebih kecil di-bandingkan dengan kadar garam sesungguh-nya yang ada di air
laut. Yang dimaksud dengan garam di sini ialah istilah garam da-lam pengertian kimia, yaitu
semua senyawa-an yang terbentuk akibat reaksi asam dan basa. Jadi bukannya garam
Pada laut yang terhubung biasanya perbedaan salinitas kecil, namun perbedaan tertentu
akan Nampak pada laut-laut tertentu yang terpisah dari laut lepas. Berikut ini faktor-faktor
1. Penguapan
Penguapan semakin besar maka salinitas semakin tinggi, kebalikannya makin kecil
Makin banyak curah hujan maka salinitas makin rendah, kebalikannya makin rendah
3. Air sungai
Air sungai yang bermuara kelaut, makin banyak air sungai yang bermuara kelaut maka
Laut laut yang tidak berhubungan dengan laut lepas dan terdapat di daerah arid maka
salinitasnya tinggi.
5. Arus laut
Laut laut yang dipengaruhi arus panas maka salinitasnya akan naik dan kebalikannya
laut-laut yang dipengaruhi oleh arus dingin maka salinitasnya akan turun (rendah).
6. Angin
dipengaruhi oleh proses fisik yang terjadidi perairan. Salinitas akan meningkat karena
penguapan dan pembekuan.Salinitas akan menurun akibat hujan, aliran sungai, dan
mencairnya es. Perbedaan antara penguapan dan curah hujandi lintang menyebabkan
disebabkan oleh curah hujan yang lebih besar atau tinggi (Millero dan Sohn, 1992)
C. Standar Baku Mutu Salinitas di Perairan
standar baku mutu salinitas suatu perairan adalah 33 – 34 ppt, seperti coral, mangrove,
lamun dan biota lainnya. Jika kandungan salinitas suatu perairan berada di bawah atau di
atas nilai standar baku tersebut menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak baik (Menteri
Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses
outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan
dasar laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan bersama-sama
garam-garam ini merembes pula air, semua dalam perbandingan yang tetap sehingga
terbentuk garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang masa. Artinya kita
tidak menjumpai bahwa air laut makin lama makin asin (Irkhos, 2005).
Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%),
sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%)
teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama
garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi
lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam (Lan J. Partridge 2002 : 3).
III. METODE PRAKTIKUM
C. Prinsip Penentuan
Penentuan kadar salinitas di laut menggunakan beberapa alat ukur. Setiap alat
ukurmemiliki prinsip analisis yang berbeda-beda. Alat ukur yang biasa digunakan dalam
1. Salinometer
2. Hand refraktometer
Prinsip penentuan yaitu semakin tinggi kemampuan merefraksi maka salinitas atau kadar
3. Konduktivitimeter
Prinsip kerjanya yaitu dengan menggunakan muatan listri. Semakin tinggi kadar garam
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu salinometer yang berfungsi untuk
mengukur kadar garam atau salinitas air laut dengan prinsip densitas. Handrefractometer
berfungsi untuk mengukur kadar salinitas air laut dengan prinsip penentuan refraksi atau
prinsip penentuan menggunakan aliran listrik. Gelas ukur 1000 ml berfungsi untuk mengukur
larutan dan sampel air laut yang akan diukur salinitasnya. Pipet tetes berfungsi untuk
memnidahkan larutan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Gelas piala berfungsi untuk
sampel dalam pengukuran salinitas atau kadar garam,aquades untuk mencuci pelatan
C. Prosedur Kerja
1. Metode salinometer
membersihkan gelas ukur dan salinometer kemudia yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakankan. Selanjutnaya memasukkan sampel air laut kedalam
gelas ukur 200 ml. Setelah itu mengambil salinometer dan memasukkan ke dalam gelas
2. Metode handrefraktometer
hand refraktometerkemudian dan alat lain yang akan digunakan. kemudian membuka kaca
hand refraktometer dan membersihkan menggunakan aquades, meneteskan sampel air laut
pada prisma pengukur hand refraktometer. Selanjutnya membaca nilai yang ada pada
indeks hand refractometer ke arah sumber cahaya, kemudian mencatat hasilnya dengan
melihat nilai yang berada disebelah kanan dan .melakukan pengukuran sebanyak tigaa kali
3. Metode konduktivitimeter
konduktivitimeter. Kemudian memasukan air laut sebanyak 10 ml ke dalam gelas ukur 250
kedaalam gelas kimia ,lalu menekaan tombol ˚C untuk mengetahui nilai suhu,kemudian
membersihkan alat dan memasukkaan kembali alat konduktivitimeter kedalam gelas kimia
pengulangan.
D. Analisis Data
a. Salinometer
𝐶1 +𝐶2 +𝐶3
C sampel = 3
ms/cm
b. Handrefraktometer
𝐶1 +𝐶2 +𝐶3
C sampel = 3
ms/cm
c. Konduktivitmeter
𝐶1+𝐶2+𝐶3
C sampel = 3
× 20ms/cm
𝑇1+𝑇2+𝑇3
Suhu (t) = ℃
3
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 53.000
1 3 5
𝑡−15
∆𝑆 = [1+0,0162 (𝑡−15)] (𝑏𝑜 + 𝑏1 𝑅𝑡 2 + 𝑏2 𝑅𝑡 + 𝑏3 𝑅𝑡 2 + 𝑏4 𝑅𝑡 2 + 𝑏5 𝑅𝑡 2 )
1 3 5
S = (𝑎𝑜 + 𝑎1 𝑅𝑡 2 + 𝑎2 𝑅𝑡 + 𝑎3 𝑅𝑡 2 + 𝑎4 𝑅𝑡 2 + 𝑎5 𝑅𝑡 2 + ∆𝑆)ppt.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Salinometer
2. Hand refraktometer
Table 2.Hasil pengukur kadar garam dengan menggunakan Hand refraktometer
Ulangan Nilai
1 20 ppt
2 16 ppt
3 26 ppt
3. Konduktifitimeter
Table 3.Hasil pengukur kadar garam dengan menggunakan Konduktifitimeter
Ulangan Suhu Nilai
1 26,4 3,10Nc/cm
2 26,4 2,76Nc/cm
3 26.3 2,84 Nc/cm
LAMPIRAN
a. Salinometer
𝑆1+𝑆2+𝑆3
Rata-rata =
3
14+14+13
= 3
= 13,66 ppt
Jadi, kadar garam yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur salinometer adalah
13,66 ppt
b. Hand refraktometer
Pengukuran 1 ( S1) = 24 ppt
Pengukuran 2 ( S2) = 24 ppt
Pengukuran 3 ( S3) = 24 ppt
𝑆1+𝑆2+𝑆3
Rata-rata = 3
20+16+16
= 3
= 17,33ppt
Jadi, kadar garam yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur Hand refraktometer
adalah 17,33 ppt.
c. Konduktivitimeter
3,10+2,76+2,84∗10
Csampel =
3
=2,90000*10
=29
26,4+26,4+26,3
Suhu = 3
=26,36˚C
29,0000
Rt = 53
= 0,5472 𝑚2 / cm
1 3 5
𝑡−15
Δs = [1+0,0162 (𝑡−15 )]( b0 +b1𝑅𝑡 2 +b2Rt +b3𝑅𝑡 2 +b4𝑅𝑡 2 + +b5𝑅𝑡 2
26,36−15
=[1+0,0162 (26,36−15 )]((0,0005)+(0,0056)(0,7300,5)+(0,006)(0,730)+(0,0375)+( 0,7301,5 )+(0,063
6) 0,7302)+(-0,0144)(0,7302,5)).
11,1
,=[11,28]((0,0605)+(0,0056)(0,8544)+(0,0066)(0,730)+(0,0375)(0,6237)+(0,06)(0,5329)+(-
0,0144)(0,4553))
=[0,9840]((0,0005)+(0,0048)+(0,0048)+(0,0233)+(0,0339)+(0,0066)(0,9840)(0,005)
= -0,0051
1 3 5
S = 𝑎0 +𝑎1 𝑅𝑡 2 +𝑎2 Rt +𝑎3 𝑅𝑡 2 +𝑎4 𝑅𝑡 2 + +𝑎5 𝑅𝑡 2 +Δs
=(0,0080)+(-0,1692)(0,8544)+(25,3851)(0,730)+(14,0941)(0,6237)+(-
7,0261)(0,5329)+(2,7081)(0,4553).
=(0,0080)+(0,1446)+18,5311)+(8,7904)+(-3,7442)+(1,2330)+(-0,0051)
= 24,66 ppt
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan unsur penting dalam kehidupan.Hampir seluruh kehidupan di dunia ini
tidak terlepas dari adanya unsur air ini. Sumber utama air yang mendukung kehidupan di
bumi ini adalah laut, dan semua air akhirnya akan kembali ke laut yang bertindak sebagai
“reservoir” atau penampung. Air dapat mengalami daur hidrologi.Selama menjalani daur itu
air selalu menyerap zat-zat yang menyebabkan air itu tidak lagi murni.Oleh karena itu, pada
hakekatnya tidak ada air yang betul-betul murni. Zat-zat yang diserap oleh air alam dapat\
diklasifikasikan sebagai padatan terlarut, gas erlarut dan padatan tersuspensi. Pada
umumnya, enis zat pengotor yang terkandung dalam air bergantung pada jenis bahan yang
berkontak dengan air itu, sedangkan banyaknya zat pengotor bergantung pada waktu
kontaknya. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya
dengan batu-batuan terutama terdiri dari : kalsium karbonat (CaCO3), magnesium karbonat
(MgCO3), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4), dan sebagainya (Syarifudin,
2010).
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air
sadah, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium
bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air
(Syarifudin, 2010).
senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relative sukar larut dalam air, maka senyawa-
senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat
yang akhirnya menjadi kerak. Oleh karena itu praktikum penentuan kadar Ca2+ ini dilakukan
membandingkan standar baku mutu perairan serta metode yang di gunakan dalam
Adapun kegunaan dari praktikum ini ialah untuk mengenali dan megetahui kadar
konsentrasi kalsium (Ca) dalam air laut terutama di perairan makassar golden hotel,
Makassar,Sulawesi selatan.
C. Ruang Lingkup
yang terkandung dalam air laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta sumber-sember
kalsium dalam air laut, terutama pada perairan Makassar Golden Hotel , Makassar,
Sulawesi selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Effendi (2003) mengemukakan bahwa perairan yang miskin kalsium biasanya
juga miskin kandungan ion-ion yang lain yang sangat dibutuhkan oleh organism akuatik.
Sumber utama kalsium adalah batuan dan tanah. Kalsium pada batuan terdapat dalam
bentuk mineral batu kapur (limestone), pyroxenes, amphiboles, calcite, dolomite, gypsum,
dan apatite (Ca5(PO4)3 (F2 Cl 2 OH)). Kalsium banyak digunakan dalam industri kimia, industri
minuman (terutama bir), industri kertas dan bubur kertas, industri lem, dan sebagainya
(Effendi, 2003).
kalsium menurun jika kalsium mengalami presipitasi (pengndapan) menjadi CaCO3, sebagai
aktifitas fotosintesis. Wetzel (1970) mengemukakan bahwa sekitar 30% penyusun sedimen
dasar danau yang bersifat sadah adalah kalsium-.kalsium termasuk unsur yang esensial
bagi semua makhluk hidup.Unsur ini berperan dalam pembentukan tulang dan pengaturan
permeabelitas dinding sel. Klasium juga berperan dalam pembangunan struktur sel
Di larutan alkalinitas total akan berubah karena adanya perubahan salinitas sebagai
akibat adanya konsentrasi ion na+ dan ion Cl- lainnya (Frisetal, 2003). Selain itu yang dapat
kesadahan air. di lahan umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama
dengan total kesadahan air. Hal ini disebabkan kesadahan atau yang disebut juga dengan
konsentrasi ion-ion logam bervalensi 2.seperti Ca2+ dan Mg2+dipasok dalam jumlah yang
sama dari lapisan tanah dengan HCO3- dan CO32- yang merupakan unsur pembentuk total
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang standar baku mutu
kesadahan air adalah 500 mg/L. Jika suatu perairan memiliki nilai kesadahan di atas 500
mg/L, maka perairan tersebut memiliki tingkat kesadahan yang tinggi dan kurang baik bagi
standar baku mutu kesadahan air adalah 1 mg/ 1 MBAS (Menteri Lingkungan Hidup, 2004).
Kalsium umumnya diperoleh dari unsur-unsur batuan berupa kalsium hidroksi apatit atau
batuan kalsit. Sementara hewan perairan mempunyai deposit kalsium yang sangat
berlimpah pada invertebrata atau crustacea yang keberadaannya dalam bentuk cangkang
yang tidak dimakan (sebagai limbah). Oleh karena itu, ditemukannya sumber baru nano
kalsium yang berasal dari hewan perairan, merupakan suatu kontribusi yang prospektif bagi
permasalahan.
eoporesis,aktivitas syaraf kurang peka, stress dan lain lain. Selain itu nano kalsium juga
dapat ditambahkan dalam kosmetik, karena berfungsi menghaluskan kulit dan dapat
dijadikan obat kumur untuk penguat gigi(Wolf-Gladwow. 2007 dalam Sulino dan Bayu,
2007).
Marine Organic Calcium terbuat dari kombinasi bahan Coral Calcium dan Vitamin D3,
bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang.Coral Calcium adalah kalsium alami yang
kalsium.
III.METODE PRAKTIKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalium permanganate (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan
konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikeneal sebagai parameter
nilai permanganate atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM
(Total Oraganic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganate sangat
bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air. Penentuan nilai
oksigen yang dikonsumsi dengan metode permanganate selalu memberikan hasil yang lebih
kecil daripada nilai BOD. Kondisi ini menenjukan bahwa permanganate tidak cukup mampu
Kandungan bahan organik total di perairan dapat bervariasi antara 1.00 -30.00 mg/L.
sedangkan nilai yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat menunjukan adanya masukan
Keberadaan gas-gas serta bahan-bahan organik ini sangat ditentukan oleh kondisi fisik
dan kimia suatu perairan, kepadatan populasi, tingkat kesuburan dan sebagainya dan juga
untuk dapat mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan secara langsung maka perlu
dilakukan pengukuran BOT dan untuk itu praktek ini perlu dilakukan.
Tujuan dari praktikum ini agar dapat melaksanakan penentuan kadar oksigen terlarut di
Adapun keguanaan dari praktikum penentuan kadar Oksigen terlarut dalam air laut ialah
C. Ruang lingkup
Praktikum ini melingkupi metode yang digunakan dalam menentukan kadar oksigen
terlarut yang terkandung dalam air laut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen
serta sumber oksigen yang terdapat di perairan Makassar golden hotel ,Makassar, Sulawesi
selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik terlarut menggambarkan kandungan bahan organik terlarut suatu perairan
yang terdiri dari bahan organic terlarut dan partikulat. Dimana keduanya dibedakan menurut
Brown et. Al. (1989) dalam khakim (1999) menyatakan bahwa bahan organik partikulat di
air laut yang berukuran antara 5 µm – 10 µm, dapat dibagi lagi menurut ukurannya. Partikel
terkecil terdiri dari bakteri, alga seluler, material detritus, rangka diatom, partikel anorganik
dan yang terutama mineral lempung dan Fe(OH)3. Bahan organic terlarut yang berukuran
lebih kecil dari 5 µm sebagian besar terdiri dari bakteri yang hidup bebas, yang
mendapatkan makanan dari pecahan-pecahan kecil detritus, tetapi sebagian besar terlarut
dalam campuran organik. Dimanan di dalamnya termasuk asam organic, vitamin dan gula,
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi
untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam
suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan
air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang
surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah
dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada
lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air
dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman
akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan
dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat
bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari
udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen
standar baku mutu Oksigen suatu perairan yaitu <5 mg/l (Menteri Lingkungan Hidup, 2004).
Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu Mulya
(2001) :
1. Daratan
Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan
organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari
pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buahbuahan yang jatuh di tanah.
Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan
buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena
bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen
Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di
alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya tergantung
pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam
proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya
seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses
pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat.
Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah
dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2
minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester
(1971) menyatakan bahwa 70 % organic karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan
dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5%
Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.
Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan
dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan
secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp (Hellebust, 1965 dalam
Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik
terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea,
purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine
Menurut Millero and sohn (1992), sumber organik dalam air laut di atur oleh tingkat
proses pemaukan dari darat ke air laut. Sumber utama atau masukan bahan organik ke laut
C.Prinsip Analisis
Prinsip analisa didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat
Oksidator yang digunakan pada penentuan bahan organik adalah KMNO4, diasamkan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah hot plate (pemanas listrik) yang berfungsi
untuk memanaskan larutan. Buret berfungsi sebagai alat titrasi larutan, Gelas ukur berfungsi
untuk mengukur sampel atau aquades yang akan digunakan dalam praktikum, Termometer
berfungsi utnuk mengukur suhu larutan yang dipanaskan. Erlenmeyer berfungsi untuk
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Larutan Kalium permanganat (KmNO4) 0,01 N
berfungsi sebagai indicator kuat untuk menentukan kadar bahan organik, Natrium Tio sulfat
0.025 N berfungsi sebagai bahan yang merubah warna larutan, Asam Sulfat Pekat (H2SO4)
berfungsi sebagai bahan untuk mengasamkan sampel, aquades berfungsi untuk bahan
pembanding atau nilai blanko, sampel air laut berfungsi sebagai sampel dalam
praktikum,amilum berfungsi sebagai titrasi dan tissue roll berfungsi untuk membersihkan
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah memasukkan contoh air laut ke dalam
endapan yang ada menjadi larut.selanjutnya memindahkan ke dalam gelas ukur sebanyak
sulfat 0,025N sampai larutan berubah warna menjadi kuning pucat,setelah titrasi
D. Analisis Data
Perhitung kadar Bahan Organik Total dalam air laut dengan menggunakan rumus
dibawah ini :
(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟
Dimana :
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu nilai x (ml KMnO4 untuk sampel) sebesar 0 ml
dan nilai y (ml KMnO4 untuk aquades (larutan blanko) sebesar 0 ml.
(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟
Diketahu :
X = 0 mg/L
Y = 0 mg/L
(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟
0×31,60,01𝑥1000
= 0
= 0mg/L
Jadi, jumlah kandungan bahan organik total diperairan Anjungan Pantai Losari adalah 0
mg/L.
B. Pembahasan
Pada percobaan ini tidak didapatkan perubahan warna Air laut setelah penambahan
Natrium tio sulfat karena tempat pengambilan sampel contoh air sudah tercemar,hal ini
Efenndi(2003), perairan yang mempunyai nilai kandungan bahan organik di atas 26 ppm
tergolong perairan subur. Jadi, bahan organik total yang terkandung dalam perairan
Anjungan Pantai Losari sudah tidak subur di akibatkan banyaknya pembuangan limbah dari
lingkungan sekitar . Menurut Vitner (1999) bahan organik dalam perairan berkisar 1,00-
30,00, jika jumlah kandungan bahan organik melebihi dari kisaran tersebut maka bahan
organik yang terkandung dalam perairan telah dipengaruhi oleh aktifitas manusia seperti
A. kesimpulan
Setelah melakukan praktikum penentuan kadar BOT (Bahan Organik Terlarut) dalam air
laut dan kandungan BOT di perairan makassar golden hotel yaitu sebesar 0 mg/L yang
tergolong perairan tidak subur akibat pembuangan limbah dari lingkungan sekitar.
B. Saran
Saran saya dalam praktikum selanjutnya agar setiap kelompok mengambil sampel di
tempat yang berbeda untuk membandingkan kadar oksigen yang terkandungan dalam
perairan.
LAMPIRAN
Diketahui :
X = 0 mg/L
Y = 0 mg/L
(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT = 𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟
0×31,60,01𝑥1000
= 0
= 0mg/L
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta
Khakim, Arief Rakhman. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai Ekosistem
Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Jurusan Ilmu Kelautan, Unhas : Makassar.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.
Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida.
Mulya, Miswar budi. 2001. Bahan Organik Terlarut dan Tidak Terlarut Dalam Air Laut.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas
Sumatera Utara. Universitas Sumatra Utara.
Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O.
Fish, Rep. 44, 4 , 379-406 pp
Vitner, Yon. 1999. Kandungan Bahan Organik dan Indeks Kualitas di Waduk Ir. H. Juanda
Purwakarta, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB : Bogor.
Wardoyo, S. T. H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengairan
Dep. PU.), hal 293-300.
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perairan laut terdapat berbagai macam senyawa, salah satunya yaitu nitrogen.
Unsur nitrogen biasanya dijumpai dalam bentuk senyawa anorganik amoniak (NH4), nitrit
(NO2), dan nitrat (NO3), dimana keberadaannya di perairan sangat dipengaruhi oleh
kandungan oksigen bebas dalam air. Pada kondisi kandungan oksigen di air rendah,
keseimbangan bergerak ke nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa nitrat merupakan hasil akhir
dari oksidasi nitrogen di perairan (Alaerts dan Santika, 1987 dalam Syarifuddin, 2003).
Nitrat merupakan salah satu unsur yang penting untuk sintesa protein pada tumbuhan
dan hewan. Pada konsentrasi nitrat yang tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan
Kandungan nitrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuburan suatu
perairan. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum penentuan kadar nitrat dalam air laut
untuk mengetahui kandungan Nitrat yang terkandung di perairan Anjungan Pantai Losari
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses penentuan kadar nitrat dalam
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melaksanakan proses
penentuan kadar nitrat dalam air laut di perairan Anjungan Pantai Losari, Makassar,
Sulawesi Selatan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari praktikum ini yaitu metode yang di gunakan dalam menentukan kadar
nitrat dalam air laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar nitrat serta sumber nitrat
A. Pengertian Nitrat
Nitrat merupakan salah satu unsur yang penting untuk sintesa protein pada tumbuhan
dan hewan. Pada konsentrasi nitrat yang tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan
ganggang yang tidak terbatas. Nitrat merupakan senyawa nitrogen yang stabil di perairan.
Hal ini dapat terlihat dengan adanya oksigen bebas yang cukup di perairan karena sangat
Nitrat adalah salah satu senyawa nitrogen bentuk anorganik yang larut dalam air. Nitrat
dalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gerakan air, oksidasi dan reduksi,
Nitrogen merupakan unsur yang penting bagi pertumbuhan fitoplankton yang merupakan
salah satu unsur utama dalam pembentukan protein. Nitrogen merupakan nutrien yang
diperlukan dalam proses fotosintesis yang diserap dalam bentuk nitrat, kemudian diubah
menjadi sumber makanan bagi ikan (Koesoebiono, 1981 dalam Embon, 2006).
Suhu sangat dipengaruhi oleh banyak hal seperti lintang, musim, ketinggian dari
permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air. Suhu
sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu akan
meningkatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatiliasi atau menurunkan kelarutan
mangrove. Kadar nitrat pada stasiun I diperoleh, dengan kisaran antara 15,67 ppm–29,54
ppm. Nilai kandungan nitrat tertinggi pada substasiun 3 yakni 29,54 ppm yang letaknya
dekat dengan laut. Hal ini terjadi karena pH tertinggi juga terdapat pada substasiun ini
dimana nilainya sebesar 7,45 dan mendekati nilai 8 yang merupakan pH optimum untuk
substasiun 1 yang letaknya berada dekat dengan daratan dengan nilai 15,67 ppm.
Rendahnya kandungan nitrat pada substasiun ini juga turut dipengaruhi oleh nilai pH,
karena pada substasiun ini nilai pH-nya adalah nilai terendah yakni 6,68. Karena rendahnya
pH maka proses nitrifikasi akan berjalan lebih lambat dari proses normal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Effendi (2003) bahwa pH optimum untuk proses nitrifikasi adalah 8 dan
Tingginya kandungan nitrat yang lebih cenderung ke arah laut disebabkan oleh adanya
sistem pembuangan limbah tambak yang berupa kanal/saluran sederhana yang dibuat
melintasi hutan mangrove dari pinggiran tambak sampai ke arah lautan. Jadi konsentrasi
pembuangan terpusat pada ujung saluran sirkulasi air yang berada dekat dengan laut
(Faizal, 2010).
Konsentrasi nitrat pada tiga stasiun pengamatan turut dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan seperti DO (Dissolved Oksigen) dan kandungan bahan organik. Hal ini dapat
dilihat dari konsentrasi oksigen dan bahan organik yang ada. Bahan organik yang
didekomposisi oleh bakteri adalah sumber nitrat yang ada di perairan dengan
standar baku mutu nitrat suatu perairan yaitu 0,008 mg/l (Menteri Lingkungan Hidup, 2004).
Sumber utama nitrat di perairan berasal dari limbah yang mengandung senyawa nitrat
berupa bahan organik dan senyawa anorganik seperti pupuk nitrogen. Peningkatan kadar
nitrat di laut disebabkan oleh masuknya limbah domestik atau pertanian yang mengandung
Nitrat diambil dari air permukaan selama produktivitas primer. Saat tanaman mati dan
membusuk, senyawa nitrogen diregenerasi ke kolom air. Burung laut juga dapat
menjadi nitrat. Proses ini berlangsung melalui suplai energi dari halilintar atau ledakan petir
melalui udara, yang menyatukan nitrogen dan oksigen membentuk senyawa N2O5, N2O, dan
Praktikum penentuan kadar nitrat dalam air laut, pengambilan sampel dilaksanakan pada
hari selasa,6 Maret 2017 Pukul 06.30 WITA di Perairan Anjungan Pantai Losari, Makassar,
Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
C. Prinsip Analisis
pereaksi-pereaksi brucine dan asam sulfat pekat. Reaksi Brucine dengan nitrat membentuk
Kecepatan reaksi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat panas larutan. Pemanasan larutan
dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat. Metoda ini hanya sesuai untuk air sampel
yang kadar nitrat nitrogennya 0,1 sampai 2 ppm (selang terbaik : 0,1–1 ppm NO3-N). Bila
diduga air sampel mengandung nitrat lebih besar atau lebih kecil dari selang ini, disarankan
Alat –alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spektrofotometer berfungsi sebagai
alat yang digunakan untuk mengukur kadar nitrat, tabung reaksi berfungsi sebagai tempat
menyimpan larutan, rak tabung berfungsi untuk menyimpan tabung reaksi, pipet skala
Erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan larutan, dan karet bulp berfungsi untuk menyedot
larutan.
Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan brucine + asam sulfanik (C23H26N2O4 +
C6H7NO35) berfungsi untuk membentuk senyawa berwarna kuning, asam sulfat pekat
(H2SO4) berfungsi untuk mempercepat reaksi, dan kertas saring GF/C Whatman berfungsi
C. Prosedur Kerja
Memasukkan sampel air sebayak 2 ml kedalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes
kemudian menambahkan 10 tetes larutan Brucine kedalam tabung reaksi yang berisi sampel
iar laut sebagai larutan pereaksi untuk mengikat nitrat,menambahkan asam sulfat pekat
dengan cara memasukkan air aquades dalam tabung reaksi kedalam alat
menekan tombol read untuk melihat kadar nitrat yang terkandung dalam perairan tersebut.
D. Analisis Data
NO3 = Nt
Dimana :
NO3 : kadar nitrat
Nt : nilai sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
b. Pembahasan
Pada percobaan analisis kadar nitrat didapatkan hasil sebesar 0,082 mg/L. Kadar nitrat
tersebut bisa dikatakan masih dalam batas yang wajar. Seperti pernyataan Lee et al (1978)
bahwa kisaran nitrat di perairan berada antara 0,01 mg/L – 0,7 mg/L. Sedangkan menurut
Effendi (2002) bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak lebih dari 0,1
mg/L. Akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar dari 0,2 mg/L maka akan mengakibatkan
eutrofikasi (pengayaan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air
secara pesat).
Menurut Lee et al (1978) bahwa kisaran nitrat di perairan berada di antara 0,01-0,7 mg/l.
Sehingga berdasarkan nilai baku mutu nitrat di perairan, nilai yang didapatkan yaitu 0,082
mg/L, 0,065 mg/L, dan 0,061 mg/L dinyatakan normal Karena masih dalam kisaran baku
mutu. Jadi, pada perairan Kayu Bangkoa belum mengalami pencemaran lingkungan akibat
adanya penambahan limbah dari daratan maupun terjadi pembentukan senyawa toksik
berupa nitrit
V.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan kadar nitrat
pada air laut digunakan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang tertentu, dan
Adapun hasil kadar nitrat pada perairan pantai Anjungan Pantai Losari yang didapatkan
sebesar 0,082 mg/L, 0,065 mg/L, dan 0,061 mg/L yang berarti kadar tersebut masih dalam
B. Saran
Ulangan 1 =0,0110
𝑦−𝑎
a= 𝑏
0,110−0,0435
= 0,802
0,0665
= 0,802
= 0,082 mg/L
Ulangan 2 = 0,096
𝑦−𝑎
a= 𝑏
0,096−0,0435
=
0,802
0,0825
= = 0,065 mg/L
0,802
Ulangan 3 =0,093
𝑦−𝑎
a=
𝑏
0,093−0,0435
= 0,802
0,0495
= 0,802
= 0,061 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arfan. 2008. Pola Sebaran Horizontal Nitrat dan Fosfat di Sekitar Perairan
Mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin : Makassar.
Embon, Merlinda. 2006. Distribusi Klorofil-a Secara Vertikal di Perairan Selat Lifamatola
Provinsi Maluku Utara. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan Universitas
Hasanuddin : Makassar.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.
Millero, Frank J. 2006. Chemical Oceanography Third Edition. CRC Press Taylor and
Francis Group : USA
Saleh, Rosalyna Fatimah. 2002. Hubungan Antara Hara Nitrat dan Fosfat dengan
Fitoplankton di Perairan Pantai Teluk Cilellang, Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin : Makassar.
Syarifuddin, Hasriyani. 2003. Analisis Ratio Nitrat Fosfat pada Perairan Pulau Pannikiang
Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin : Makassar.
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses
dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat.
Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup organism serta dalam
pada kandungan zat hara di perairan antara lain fosfat. Senyawa fosfat secara alamiah
berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun
dekomposisi tumbuhtumbuhan, sisa-sisa organism mati dan buangan limbah baik limbah
daratan seperti domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan
yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara (Santoso dkk, 2010).
Senyawa posfor seperti adenosine triposfat (ATP) dan coenzim nukleotida sangat penting
dalam proses fotosintesis yaitu sebagai sumber energi untuk asimilasi tumbuhan laut . fosfat
juga dibutuhkan oleh organisme untuk pembentukan protein, asam amini dan asam nukleat.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk membandingkan kadar fosphat yang
terkandung di periaran terutama pada Anjungan Pantai Losari dengan melihat faktor –faktor
yang mempengaruhinya.
Tujuan dari praktikum ini yaitu setelah mengikuti praktikum ini diharapkan dapat
melaksanakan penentuan kadar phosphat dalam air laut yang ada di perairan Anjungan
Adapun kegunaan dari praktikum ini ialah dapat mengenali metode penentuan kadar
phosphat dalam air laut yang ada di perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi
Selatan.
C. Ruang Lingkup
Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan dalam menentukan kadar phosphat
dalam air laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi phosfat serta sumber phosfat dalam
air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ortofosfat
Menurut Effendi (2003), ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat.
Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfat yang
paling sederhana di perairan. Istilah ‘fosfat’ adalah yang lebih umum digunakan. Penelitian
ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi fosfat yang ada di perairan dalam upaya untuk
Ortofosfat adalah bentuk fosfat terlarut dalam air dan asam lemak yang dapat diserap
oleh organism nabati (mikro dan makrofita). Ortofosfat sngat penting dalam material sel
alga, yang didalamnya berisi ion PO43- yang ditiurunkan dari bentuk ortofosfat (H3PO4).
Proton asam ortofosforik berdiasosiasi dengan asam lainnya menjadi ion dalam larutan.
Ortofosfat sangat reaktif dan mudah terserap kepermukaan yang tersuspensi seperti tanah
(Rachmawati, 2004).
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk
pertumbuhan dan sumber energi. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam
pembentukan protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme. Fosfor
berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine
Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). Fosfor di dalam air laut, berada dalam
bentuk senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat
berupa gula fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfor protein. Sedangkan
dalam bentuk senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Ortofosfat merupakan
bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan
polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat
(Shaleh, 2012) :
1. Suhu
Pada suhu yang relatif hangat, ketersedian fosfor akan meningkat karena proses
perombakan bahan organik juga meninngkat. Ketersediaan fosfor menipis di daerah yang
bersuhu rendah. Semua polifosfat mengalami hirdolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini
tergantung pada suhu. Pada suhu yang mendekati titik didi, perubahan polifosfat menjadi
ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH.
Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung bakteri
berlangsung lebih cepat dibandingkan perubahan yang terjadi pada air bersih (Effendi,
2003).
Penambahan posfat (PO43-) ke dalam perairan akan dengan cepat hilang karena segera
dimanfaatkan bakteri, alga, atau tumbuhan lainnya dan sebagian lainnya mengendap secara
standar baku mutu Orthopospat suatu perairan yaitu 0,015 mg/l (Menteri Lingkungan Hidup,
2004).
Ortophosphat (PO2-P) merupakan bentuk fosfat dari tingkat oksidasinya (+3) dan relatif
tidak stabil dalam perairan. Fosfat merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara
ammonia dan fosfat. Ortophosphat umumnya hanya dapat dideteksi dalam jumlah kecil di
perairan karena merupakan senyawa yang tidak stabil dan dapat langsung berubah menjadi
ortofosfat adalah amonium molibdat dan kalium antimonitartat bereaksi dalam suasana
asam dengan ortofosfat hingga membentuk asam fosfomolibdik; asam fosfor molibdik
tersebut kemudian direduksi oleh asam asorbik sampai moden biru. Warna ini sebanding
dengan konsentrasi fosfor. Konsentrasi fosfat didapatkan dari garis kalibrasi yang ditentukan
semakin besarnya kadar fosfat terlarut yang ada (Albert dan Santika,1984).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum penentuan kadar Ortophosphat dalam air laut, Pengambilan sampel dilakukan
pada hari selasa,13 Maret 2017 Pukul 06.30 WITA di perairan Anjungan Pantai Losari,
B. Gambaran Lokasi
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Anjnungan Pantai Losari yang dikelilingi oleh
bangunan-bangunan tinggi seperti hotel-hotel dan rumah sakit. Anjungan pantai losari
memiliki air yang sangat keruh dan beberapa sampah plastik yang mengapung. Keruhnya
perairan Anjungan Pantai Losari kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan reklamasi
dan buangan limbah dari bangunan-bangunan tinggi yang terdapat disekitar Anjungan
Pantai Losari.
C. Prinsip Analisis
Spektrofotometer DREL 2800 berfungsi untuk mengukur kadar ortofosfat air laut. Tabung
Reaksi berfungsi untuk menampung larutan. Rak Tabung berfungsi untuk tempat
Corong berfungsi untuk membantu dalam hal pemindahan larutan agar tidak tercecer atau
tumpah. Erlenmeyer 100 ml berfungsi untuk menampung larutan. Karet Bulp berfungsi untuk
larutan pereaksi, Larutan Asam Sulfat 2,5 M untuk larutan pereaksi, Larutan Asam Askorbik
E. Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang di gunakan,lalu menyaring air sampel dengan kertas
saring dengan saringan bentuk kertas dan berlipat segitiga,menyaring air sampel di atas
sebayak 2ml pada tabung 1,2,dan 3 menggunakan pipet tites,menambahkan air pengoksida
mendiamkan selama 1 jam . setelah itu mengukur dengan menggunakan kuvet 1 cm,dengan
F.Analisis Data
𝑦−𝑎
a=
𝑏
Di mana:
A. Hasil
2 0,013 ppm
3 0,016 ppm
B. Pembahasan
Dari hasil percobaan didapatkan kadar phosphat dengan melakukan tiga kali
pengulangan sebanyak 0,023 ppm, 0,014 ppm dan 0,028 ppm.Liaw (1969) dalam Achmad
Kesuburannya baik (0,051 – 0,020 ppm), Kesuburannya baik sekali (0,101 – 0,200 ppm),
dan Kesuburannya sangat baik (>0,201 ppm). Jadi dapat diketahui bahwa perairan
Menurut Achmad (2008) Perairan alami pada umumnya mempunyai kisaran kadar fosfat
yang tidak lebih dari 0,1 ppm kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga atau
industri serta daerah pertanian yang mengalami pemupukan fosfat. Di sektiar Anjungan
Pantai Losari merupakan tempat pembuangan limbah rumah tangga dan hotel yang
disekitar pesisir. Hal ini merupakan salah satu yang mempengaruhi jumlah ortofosfat di
perairan Pantai Losari. Sedangkan Menurut Millero (2006), fariasi distribusi fosfat di lautan di
kontrol oleh unsur biologi dan proses fisik yang terjadi dalam air laut. Di permukaan air PO 43-
A. Kesimpulan
Keismpulan dari praktikum ini yaitu mahasiswa mengikuti dan melaksanakan penentuan
kadar ortphosphat dalam air laut. Hasil yang diperoleh dengan melakukan tiga kali
Anjungan Pantai Losari tergolong kesuburannya cukup.karena menurut Liaw (1969) tingkat
B. Saran
Saran saya untuk praktikum penentuan kadar ortophosphat di dalam laut kedepanya,
hasil yang diperoleh dari suatu tempat dibandingkan dengan tempat pengambilan sampel
lain
LAMPIRAN
Ulangan 1 =0,015
𝑦−𝑎
= 𝑏
0,005−0,010
= 0,211
0,005
= 0,211 = 0,023 ppm
Ulanagn 2 = 0,013
𝑦−𝑎
= 𝑏
0,013−0,010
=
0,211
0,003
= 0,211 = 0,014 ppm
Ulangan 3 = 0,016
𝑦−𝑎
=
𝑏
0,016−0,010
=
0,211
0,006
= 0,211 = 0,028ppm
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arfan. 2008. Pola Sebaran Horizontal Nitrat dan Fosfat di Sekitar Perairan
Mangrove kecamatan Barru Kabupaten Barru. Fakultas Ilmu Kelautan. Universitas
Hasanuddin:Makassar
Albert, G. Dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya.
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.
Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida.
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalium permanganate (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan
konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikeneal sebagai parameter
nilai permanganate atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM
(Total Oraganic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganate sangat
bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air. Penentuan nilai
oksigen yang dikonsumsi dengan metode permanganate selalu memberikan hasil yang lebih
kecil daripada nilai BOD. Kondisi ini menenjukan bahwa permanganate tidak cukup mampu
Kandungan bahan organik total di perairan dapat bervariasi antara 1.00 -30.00 mg/L.
sedangkan nilai yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat menunjukan adanya masukan
Keberadaan gas-gas serta bahan-bahan organik ini sangat ditentukan oleh kondisi fisik
dan kimia suatu perairan, kepadatan populasi, tingkat kesuburan dan sebagainya dan juga
untuk dapat mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan secara langsung maka perlu
dilakukan pengukuran BOT dan untuk itu praktek ini perlu dilakukan.
Tujuan dari praktikum ini ialah dapat mengetahui cara penentuan kadar senyawa organik
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengenali serta memahami cara
penentuan kadar senyawa organik dalam air laut di perairan Anjungan Pantai Losari,
Makassar,Sulawesi Selatan.
C. Ruang Lingkup
Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan untuk menentukan kadar senyawa
organik dalam air laut di perairan Anjungan Pantai Losari,Makassar,Sulawesi Selatan. dan
faktor- faktor yang mempengaruhi keberadaan bahan organik total (BOT) serta sumber-
perairan yang terdiri dari bahan organic terlarut dan partikulat. Dimana keduanya dibedakan
Brown et. Al. (1989) dalam khakim (1999) menyatakan bahwa bahan organik partikulat di
air laut yang berukuran antara 5 µm – 10 µm, dapat dibagi lagi menurut ukurannya. Partikel
terkecil terdiri dari bakteri, alga seluler, material detritus, rangka diatom, partikel anorganik
dan yang terutama mineral lempung dan Fe(OH)3. Bahan organic terlarut yang berukuran
lebih kecil dari 5 µm sebagian besar terdiri dari bakteri yang hidup bebas, yang
mendapatkan makanan dari pecahan-pecahan kecil detritus, tetapi sebagian besar terlarut
dalam campuran organik. Dimanan di dalamnya termasuk asam organic, vitamin dan gula,
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan BOT adalah yang utama yaitu arus
karena arusadalah media transport BOT dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Selain
itu ketersediaan cahaya juga mempengaruhi BOT karena dengan intesitas cahaya yang
BOT juga akan terjaga karena eksresi zooplankton menjadi salah satu sumber ketersediaan
Kandungan bahan organic total dalam perairan bisa menjadi indikator kesuburan perairan
karena semakin tinggi bahan organic total suatu perairan maka perairan dikatakan tidak
subur. Sedangkan jika bahan organik total suatu perairan tidak terlalu tinggi, maka perairan
tersebut bisa dikatakan tidak terlalu tercemar. Untuk bahan organik terlarut yang ideal untuk
Menurut Rignolda (1995) bahwa tingkat produktivitas perairan tawar dapat digambarkan
dengan melihat total bahan organik yang dikandungnya bahan organik sebagian besar
dihasilkan oleh detritus yang dimanfaatkan sebagai nutrien bagi tumbuhan air dan
organisme dekomposer dan menyatakan bahwa perairan dengan kandungan bahan organik
Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu Mulya
(2001) :
1. Daratan
Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan
organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari
pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buahbuahan yang jatuh di tanah.
Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan
buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena
bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen
Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di
alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya tergantung
pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam
proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya
Menurut Johanes (1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme
seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses
pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat.
Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah
dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2
minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester
(1971) menyatakan bahwa 70 % organic karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan
dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5%
Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.
Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan
dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan
secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp (Hellebust, 1965 dalam
Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik
terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea,
purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine
Menurut Millero and sohn (1992), sumber organik dalam air laut di atur oleh tingkat
proses pemaukan dari darat ke air laut. Sumber utama atau masukan bahan organik ke laut
Praktikum penentuan kadar bahan organik dalam air laut, pengambilan sampel di
lakukan pada hari selasa, 20 Maret 2017, Pukul 06.30 WITA di perairan Anjungan Pantai
Losari , Makassar, Sulawesi Selatan. Dan pengamatan di lakukan pukul 09.20-11.00 WITA,
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Anjungan Pantai Losari yang dikelilingi oleh
bangunan-bangunan tinggi seperti hotel-hotel dan rumah sakit. Anjungan pantai losari
memiliki air yang sangat keruh dan beberapa sampah plastik yang mengapung. Keruhnya
perairan Anjungan Pantai Losari kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan reklamasi
dan buangan limbah dari bangunan-bangunan tinggi yang terdapat disekitar Anjungan
Pantai Losari.
Gambar 8. Peta Lokasi Pengambilan sampel
C.Prinsip Analisis
Prinsip analisa didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat
Oksidator yang digunakan pada penentuan bahan organik adalah KMNO4, diasamkan
Alat –alat yang digunakan pada praktikum ini adalah hot plate (pemanas listrik) yang
berfungsi untuk memanaskan larutan. Buret berfungsi sebagai alat titrasi larutan, Gelas ukur
berfungsi untuk mengukur sampel atau aquades yang akan digunakan dalam praktikum,
Adapun bahan yang digunakan ialah Larutan Kalium permanganat (KmNO4) 0,01 N
berfungsi sebagai indicator kuat untuk menentukan kadar bahan organik, Natrium Oxalat
0,01 N berfungsi sebagai bahan yang merubah warna larutan, Asam Sulfat Pekat (H2SO4)
berfungsi sebagai bahan untuk mengasamkan sampel, aquades berfungsi untuk bahan
pembanding atau nilai blanko, sampel air laut berfungsi sebagai sampel dalam praktikum
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan,setelah itu mengambil sampel air laut
Kemudian menambahkan air laut tersebut dengan KMnO4, yang dititrasi langsung dari buret
sebanyak 9,5 hingga larutan tersebut berwarna merah anggur. Setelah itu di tambahkan
larutan H2SO4 pada sampel tersebut sebanyak 10 ml, kemudian memanaskan selama 10
menit dengan hot plate hingga suhu 70°C dan larutan tersebut berubah menjadi orange,lalu
di dinginkan. Setelah dingin kemudian dititrasi dengan Natrium Oksalat hingga terjadi
perubahan warna menjadi bening. Setelah itu dititrasi lagi dengan KMnO4 sehingga terjadi
F. Analisis Data
Perhitungan kadar Bahan Organik Total dalam air laut dengan menggunakan rumus
dibawah ini :
(𝑋−𝑌)×31,6×0.01×1000
BOT =
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑖𝑟
Dimana :
A. Hasil
Adapun hasil yang di peroleh dari hasil pengamatan kandungan bahan organik dalam air
laut yaitu
Diketahui :
Volume contoh = 50 ml
.
Table 7.Hasil pengamatan bahan organik dalam air laut:
Deketahui Nilai
X 5,9 ml
Y 4,9 ml
Vc 50 ml
BM 31,6
N 0,01
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data, kadar BOT yang terkandung pada perairan Pantai Losari
(Anjungan) sebesar 7,584 mg/L. Menurut Rignolda (1995), perairan yang mempunyai nilai
kandungan bahan organik di atas 26 ppm tergolong perairan subur. Jadi, bahan organik
total yang terkandung dalam perairan Anjungan Pantai Losari tergolong tidak subur. Dan
subur tidaknya kandungan BOT pada suatu perairan sangat tergantung pada penambahan
dari daratan, proses pembusukan organisme yang telah mati, penambahan oleh
hewan-hewan lainnya.
Menurut Vitner (1999) bahan organik dalam perairan berkisar 1,00-30,00, jika jumlah
kandungan bahan organik melebihi dari kisaran tersebut maka bahan organik yang
terkandung dalam perairan telah dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pembuangan
A.Kesimpulan
praktikum penentuan kadar BOT (Bahan Organik Terlarut) dalam air laut dan kandungan
BOT di perairan Anjungan Pantai Losari dengan hasil yang di peroleh sebesar 7,584 mg/L
jadi perairan tersebut tergolong perairan tidak subur karena kaandungan BOT di bawah dari
B. Saran
Saran saya dalam praktikum selanjutnya agar tiap kelompok melakukan praktiuk atau
= 7,584 mg/l
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta
Hutagalung, Horas P dalam Miswar. 1997. Metode Analisa Air Laut Sedimen dan Biota.
Pusat Penelitian dan pengembangan Oseanologi. Lembaga Plmu pengetahuan
Indonesia : Jakarta
Khakim, Arief Rakhman. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai Ekosistem
Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Jurusan Ilmu Kelautan, Unhas : Makassar.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.
Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida.
Mulya, Miswar budi. 2001. Bahan Organik Terlarut dan Tidak Terlarut Dalam Air Laut.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas
Sumatera Utara. Universitas Sumatra Utara.
Riley, J.P and Chester. 1975. Chemmical Oceanography. Academic Press, London and New
York.
Vitner, Yon. 1999. Kandungan Bahan Organik dan Indeks Kualitas di Waduk Ir. H. Juanda
Purwakarta, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB : Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI KIMIA
PENENTUAN KLOROFIL A DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN
ANJUNGAN PANTAI LOSARI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klorofil adalah pigmen hijau yang ada dalam kloroplastida. Pada umumnya klorofil
terdapat pada kloroplas sel-sel mesofil daun, yaitu pada sel-sel parenkim palisade dan atau
parenkim bunga karang. Dalam kloroplas, klorofil terdapat pada membrane thylakoid grana.
Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua jenis klorofil yaitu klorofil-a dan klorofil-b. Pada
keadaan normal, proporsi klorofil-a jauh lebih banyak daripada klorofil-b. Selain klorofil, pada
membran thylakoid juga terdapat pigmen-pigmen lain, baik yang berupa turunan-turunan
mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk produksi primer terbesar di laut. Ganggang
yang bebas mengambang dengan mobilitas terbatas dan didistribusikan oleh arus laut
(Millero, 2006)
laut. Dengan diketahuinya nilai kandungan klorofil a maka akan menjadi indikator tinggi
dalam suatu perairan. Oleh karena itu praktikum penentuan kadar klorofil-a dalam laut ini
dilakukan.
Tujuan praktikum ini diharapkan dapat melaksanakan penentuan kadar klorofil-a dalam
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengenali serta memahami metode
yang di gunakan dalam penentuaan kadar klorofil-a yang ada di perairan Anjungan Pantai
Losari,Makassar,Sulawesi Selatan.
C. Ruang Lingkup
Praktikum ini melingkupi metode yang di gunakan dalam menentukan kadar klorofil-a
dalam air laut,dan faktor-faktor yang mempegaruhi klofil-a dalam perairan serta sumber
klrorofil-a dalam air laut di perairan Anjugan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Klorofil
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik.
Senyawa ini yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan
mengubah tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia. Dengan proses fotosintesis,
terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu yg pertama memanfaatkan energy matahari, kedua
memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga menyediakan dasar energetik bagi
ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses
anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya
(Hasibuan. 2011).
Klorofil terdapat dalam bentuk a, b, c, d, dan e. Klorofil-a adalah salah satu pigmen
fotosintesis yang paling penting bagi tumbuhan yang ada di perairan khususnya fitoplankton.
Selain itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis yang lain seperti karoten dan xantofil. Dari
pigmen-pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada
1. Faktor pembawaan
hewan dan manusia yang dibawakan oleh suatu gen tertentu didalam kromosom. Jika gen
2. Cahaya
Klorofil dapat terbentuk dengan memerlukan cahaya, tanaman lain yang disimpan dalam
3. Oksigen
Oksigen juga berpengaruh terhadap pembentukan klorofil, baik itu dari lingkunghan
4. Karbohidrat
Karbohidrat juga sangat berperan dalam pembentukan klorofil. Tanpa zat gula daun tidak
Pada Perairan Laut, klorofil a umumnya terdapat pada fitoplankton sebagai penyumbang
produktivfitas terbesar pada laut terbuka . sel-sel tubh fitoplankton mengandung klorofil
bantuan sinar matahari . hal ini dapat menyebabkan fitoplankton sebagai organism autortrof
berperan sebagai penyumbang atau sumber makanan alami bagi perairan karena subtansi
organik yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh organism perairan lainnya seperti
Seluruh data klorofil-a pada permukaan dikelompokkan kedalam tiga kategori (grup) yaitu
rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berurut <0.07, 0.07-0.14 dan
>0.14 mg/mL. Parameter yang memiliki nilai rata-rata yang berbeda (P<0.05) antar grup
adalah silikat dan ketebalan lapisan tercampur (batas atas lapisan termoklin). Rata-rata
kadar silikat berkorelasi positif dengan kandungan klorofil-a, dimana semakin tinggi kadar
silikat maka kandungan klorofil semakin tinggi. Meningkatnya tebal lapisan tercampur tidak
selamanya diikuti oleh peningkatan kandungan klorofil-a meskipun di daerah yang memiliki
klorofil kategori tinggi relatif lebih tebal lapisan tercampurnya dibandingkan dengan daerah
Klorofil merupakan pigmen yang di kandung oleh tumbuhan baik yang bersifat makro
maupun mikro, pada perairan laut. Klorofil-a umumnya terdapat pada fitoplankton sebagai
penyambung produktivitas terbesar pada kolom air. Hal ini menyebabkan fitoplankton
sebagai organisme perairan lainnya seperti zooplankton dan berbagai jenis ikan (Apha
Praktikum penentuan kadar klorofil-a dalam air laut, Pengambilan sampel di lakukan
pada hari selasa , 27 Maret 2017,Pukul 06.30 WITA di perairan Anjungan Pantai Losari,
bangunan-bangunan tinggi seperti hotel-hotel dan rumah sakit. Anjungan pantai losari
memiliki air yang sangat keruh dan beberapa sampah plastik yang mengapung. Keruhnya
perairan Anjungan Pantai Losari kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan reklamasi
dan buangan limbah dari bangunan-bangunan tinggi yang terdapat disekitar Anjungan
Pantai Losari.
C. Prinsip Analisis
penyerapan maksimum oleh ekstrak klorofil dalam aceton di daerah spektrum merah
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah peralatan saring millipore 47 mm
sebagai alat penyaring sampel, botol dengan penutup 300 ml sebagai tempat meyaring
sampel, tabung sentrifuge 15 ml sebagai tempat sampel yang telah disaring, centrifuge
sebagai alat untuk menghomogenkan sampel, serta spektrofotometer untuk mengukur kadar
Magnesium karbonat 1% sebagai oksidtor, serta kertas saring membran selulosa Nitrat
E. Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menyaring contoh air laut yang
pompa vacum yang telah tersambung dengan corong buchner dan erlenmeyer section.
Kemudian menambahkan 3-5 tetes larutan MgCO3 1 % kedalam contoh air laut yang selesai
memasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Aceton 90% sebanyak 10 ml. Setelah
selesai kemudian ditutup dengan aluminium foil. Setelah proses tersebut selesai selanjutnya
tiap tabung reaksi pada suhu kamar selama 15 menit dan 3500 rpm. Setelah selesai
panjang gelombang 630, 645 dan 665 nm. Setelah pengukuran selesai, mencatat hasilnya.
F. Analisis Data
𝐶×𝑉
mg klorofil/m3 =
𝑉×10
𝐶×𝑉
Dimana : mg klorofil/m3 =
𝑉×10
C = Jumlah Ca + Cb + Cc (ml)
A. Hasil
Volume : 1370 ml
ƛ630 : 0.021
ƛ647 : 0.057
ƛ664 : 0.058
ƛ699 : 0.038
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, setelah penyaringan dan penggunaan
metode spektrofotometri dengan panjang gelombang untuk ƛ630 = 0.021, ƛ647 = 0.057, ƛ664 =
0.058, dan ƛ699 = 0.038.dan dari hasil perhitungan nilai yang didapatkan berdasarkan
sampel air laut di perairan Pantai Losari (Anjungan) yaitu 0,0564 mg/m3. Hal ini
menunjukkan bahwa pada perairan tersebut kadar klorofilnya sangat sedikit dan perairannya
tidak subur. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan Anjungan Pantai Losari termasuk
dalam golongan Oligotrophik. Sesuai dengan pernyataan Smith (1999) dalam ismawan
(2009) bahwa tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai klorofil-a dibagi atas Oligotrophik
A. Kesimpulan
penentuan kadar klorofil-a dalam air laut dan didaptkan hasil pengukuran sebesar 0,0564
mg/m3dan tergolong perairan yang tidak subur atau Oligotrophik karena aktivitas manusia
B. Saran
=0.0002112 mg/m3
DAFTAR PUSTAKA
Hisabuan. 2011. Klorofil. repository. Usu .ac.id/ bitstream/ 123456789/ 29994/3/ Chapter
%20II. pdf.diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 20.30 WITA .
Hatta dalam Anindya, 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis Dengan Kondisi
Oseanografi di Perairan Utara Irian Jaya. Makalah Program Pasca sarjana, Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Ismawan. 2009. Distribusi Klorofil-a Fitoplankton Secara Vertikal di Perairan Pulau Badi,
Kabupaten Pangkep. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin : Makassar.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri
Lingkungan Hidup : Jakarta.
Millero, Franj J dan Sohn, Mary L. 2000. Chemical Oceanography. CRC Pers : Florida
Newel, G.E., R.C, Newel. 1983. Marine Plankton a Practical Guide. Hutchinson Educational
LTD 178-202 great portland street, London, W.1
Riyono, Sumijo Hadi, 2006. Beberapa Metode Pengukuran Klorofil Fitoplankton Di Laut. LIPI
: Jakarta.
Suyitno, Al. 2008. Modul Pengayaan Materi Projek Pendampingan SMA. Jurusan
Pendidikan Biologi MIPA UNY : Yogyakarta.