9hariyani - Stikes Respati TSM PDF
9hariyani - Stikes Respati TSM PDF
ISBN 978-602-96943-1-4
Oleh :
1
Hariyani Sulistyoningsih, Redi Rustandi
1
Staff Pengajar StiKes Respati Tasikmalaya
ABSTRAK
ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA masih
merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu, pendidikan
ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status imunisasi balita dengan
kejadian ISPA di Desa Bojong Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis Tahun 2010. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional.
Sampel yang diambil adalah balita usia 12 – 60 bulan adalah sebanyak 76 orang. Instrumen
penelitian yang di gunakan adalah lembar kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat
dan bivariat, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Analisis statistik terhadap
data yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
ISPA (p value = 0,000), terdapat hubungan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA (p value = 0,000),
terdapat hubungan sosial ekonomi dengan kejadian ISPA (p value = 0,000), terdapat hubungan
status gizi dengan kejadian ISPA (p value = 0,001), terdapaat hubungan jenis kelamin dengan
kejadian ISPA pada balita (p value = 0,000), terdapat hubungan status imunisasi dengan kejadian
ISPA (p value = 0,000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status
ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status imunisasi balita berhubungan dengan
penyakit ISPA pada balita usia 12-60 bulan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sangat diperlukan
upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ISPA melalui kegiatan penyuluhan dengan
melibatkan kader sebagai penyampai informasi. Mempertahankan status gizi balita yang baik serta
melaksananakan imunisasi yang lengkap juga perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya ISPA.
Kata Kunci : ISPA, Balita, Status Gizi, pengetahuan, ibu, pendidikan, status ekonomi, jenis kelamin,
status imunisasi
ABSTRACT
ARI or Acute Respiratory Tract Infection is an acute infectious disease that attacks one or more parts
of the respiratory tract from the respiratory tract from nose to alveoli, including network adnegsa like
sinus, middle ear cavity and pleura. ARI is still a major health problem commonly found in Indonesia.
This research was conducted with the aim of this study was to correlate maternal knowledge,
maternal education, economic status, nutritional status, sex, children, and immunization status of
children with ARI occurrence in the village of Bojong crow Puskesmas DTP Jamanis Year 2010. Type
of research is quantitative research using cross sectional design. The samples taken were toddlers
aged 12-60 months are as many as 76 people. The research instrument used is a questionnaire
sheet. Data were analyzed by univariate and bivariate, whereas the statistical test used was chi
square. Statistical analysis of data shows that there are relationships between maternal knowledge
with the incidence of ARI (p value = 0.000), there was significant correlation with the incidence of ARI
maternal education (p value = 0.000), there are socio-economic relations with the incidence of ARI (p
value = 0.000) , there is a relationship between nutrition status with the incidence of ARI (p value =
0.001), there is relationship between sex with the incidence of acute respiratory infection in infants (p
value = 0.000), there was significant correlation with the incidence of ARI immunization status (p
value = 0.000). The results showed that maternal knowledge, maternal education, economic status,
nutritional status of infants, toddlers sex, and immunization status of children under five associated
with respiratory disease in infants aged 12-60 months. Based on these findings, it is necessary to
increase the knowledge of mothers regarding ARI through extension activities with the involvement of
cadres as a conveyor of information. Maintaining good nutritional status and immunization complete
also needs to be done to prevent the onset of ARI.
Keywords: ARI, Under Five Child, Nutritional status, knowledge, capital, education, economic
status, gender, immunization status
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat
mendasar. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, bahwa angka
kematian balita akibat penyakit sistim pernapasan adalah 4,9/1.000 balita, yang berarti terdapat sekitar
5 dari 1.000 balita yang meninggal setiap bulan akibat pneumonia, atau berarti daap tahun terdapat
140.000 balita yang meninggal akibat pneumonia. Data ini juga berarti bahwa rata-rata 1 anak balita
Indonesia meninggal akibat pneumonia dalam setiap 5 menit. Selain itu menurut Survey Kesehatan
Nasional (SUSKERNAS) tahun 2001, proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%, artinya dari 100
balita yang meninggal, 28 diantaranya disebabkan oleh penyakit ISPA. ISPA atau Infeksi Saluran
Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002).
Infeksi saluran nafas masih merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita di
Propinsi Jawa Barat yakni sebesar 33,44%. Menurut Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2006, jumlah
anak balita penderita pneumonia di Jawa Barat mencapai 199.287 anak, dengan jumlah kematian
akibat pneumonia pada bayi mencapai 63 orang dan pada anak balita mencapai 19 orang.
Data Dinas Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa jumlah penderita ISPA di
Kabupaten Tasikmalaya pada Tahun 2009 adalah 6994 kasus. Berdasarkan data Puskesmas DTP
Jamanis, jumlah penderita ISPA pada tahun 2009 sebanyak 1847 orang. Data terakhir berdasarkan
laporan bulanan P2 ISPA di Puskesmas DTP Jamanis, awal Januari sampai akhir Maret Tahun 2010
terdapat kasus ISPA sebanyak 505 orang yang tersebar di 8 desa, yaitu Sindangraja 63 orang,
Karangmulya 68 orang, Bojong Gaok 130 orang, Karang Sembung 58 orang, Karang Resik 98 orang,
Condong 13 orang, Geresik 68 orang, dan Tanjung Mekar 7 orang.
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah
sosial ekonomi, status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan, sedangkan menurut
Depkes RI (2002), faktor penyebab ISPA adalah balita dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
status gizi buruk, imunisasi tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah Kerja Puskesmas
DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Bojong Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten
Tasikmalaya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 balita yang berusia 13-60 bulan dan memiliki
KMS, pada periode Januari sampai Maret 2010. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode sample random sampling. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Variabel bebas yang diteliti meliputi pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, status
gizi balita, jenis kelamin balita, dan status imunisasi balita, sedangkan variable terikat yang diteliti
adalah penyakit ISPA. Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan
mengenai gejala, penyebab, cara penularan, pencegahan serta pengobatan ISPA dirumah. Pendidikan
adalah pendidikan formal terakhir ibu balita sampai mendapatkan ijazah. Tingkat sosial ekonomi
adalah penghasilan keluarga selama 30 hari (satu bulan) yang dihitung/diukur berdasarkan rata-rata
pengeluaran keluarga dalam satu bulan yang kemudian dibandingkan dengan UMR. Status gizi balita
adalah berat badan balita berdasarkan hasil penimbangan terakhir yang dilihat dari KMS. Jenis
kelamin adalah jenis kelamin balita yang menjadi sampel di Puskesmas DTP Jamanis. Status imunisai
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh 76 responden di Desa Bojong
Gaok wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis tahun 2010, maka terdapat 43 balita (56,6%) yang
terkena penyakit ISPA, dan Non ISPA sebanyak 33 balita (43,4%). Hasil selengkapnya adalah
sebagai berikut.
1. Hubungan ISPA Pada Balita Dengan Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok balita dengan ISPA,
proporsi ibu yang memiliki pengetahuan kurang lebih tinggi (89,3%) dibandingkan dengan
proporsi ibu dengan pengetahuan baik (37,5%). Jawaban responden terhadap kuesioner
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui gejala, penyebab, cara
penularan, pencegahan serta pengobatan ISPA di rumah.
Pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna panca
inderanya. Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dan tindakan
seseorang. Perubahan perilaku dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai
suatu proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.
Perilaku di mulai dari domain kognitif (pengetahuan), dalam arti subjek tahu terlebih
dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau subjek sehingga menimbulkan pengetahuan
baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang
diketahuiny. Akhirnya rangsangan yakni objek yang sudah diketahui dan didasari sepenuhnya
tersebut akan menimulkan respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus,
namun kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan,
artinya seorang dapat berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari stimulus
yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan
dan sikap (Notoatmodjo, 2003).
Hasil uji perhitungan statistik dengan menggunakan chi square didapatkan p value =
0,000, dengan demikian Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita
dengan kejadian ISPA pada balita. Pengetahuan tentang gejala, cara penularan, pencegahan
serta pengobatan ISPA di rumah untuk selanjutnya dapat menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap terhadap ISPA. Peningkatan pengetahuan sendiri tidak selalu menyebabkan
terjadinya suatu perubahan perilaku akan tetapi ada hubungan yang positif yang berkaitan
dengan perubahan perilaku. Perilaku mungkin tidak tidak dapat berubah secara langsung sebagai
respon terhadap kesadaran ataupun pengetahuan, tetapi efek kumulatif dari peningkatan
kesadaran, pengetahuan berkaitan dengan nilai, keyakinan, kepercayaan, minat dalam
berperilaku, termasuk perilaku yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ISPA serta cara
penanggulangannya.
berpengaruh kepada pemahaman mereka mengenai kesehatan, termasuk kesehatan bayi dan
keluarga.
Menurut Azwar (2004) makin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka makin tinggi kesadaran
akan pentingnya kesehatan. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam
tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan di bandingkan dengan para ibu
yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu
menyelesaikan pendidikan menengah tingkat pertama.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada kelompok balita dengan ISPA,
proporsi ibu yang memiliki pendidikan rendah, sebanyak 77,8%, lebih tinggi dibandingkan
dengan proporsi ibu dengan pendidikan tinggi (14,3%) dan cukup (50,0%). Hasil uji Statistik
menunjukan bahwa adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan ISPA Pada Balita (P value =
0,000).
Saran
1. Bagi Puskesmas DTP Jamanis
a. Perlu meningkatkan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang ISPA, khususnya bagi masyarakat Desa Bojong Gaok.
b. Perlu meningkatkan upaya promosi kesehatan tentang pentingnya gizi dan imunisasi bagi
balita.
2. Bagi Ibu yang mempunyai bayi dan balita
a. Ibu berupaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dengan cara aktif mengikuti
berbagai kegiatan penyuluhan yang ada di lingkungannya
b. Ibu hendaknya memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayinya serta berupaya
memenuhi kebutuhan gizi dengan menyediakan hidangan yang bergizi bagi anak dan anggota
keluarga lain.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1991, Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid 1, Edisi 1991/1992, Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, 2009, Departemen Jendral Pengendalian dan Penyehatan
Lingkungan
http//www.faktor-faktor yang berhubungan dengangan kejadian ISPA pada balita, diakses tanggal 30
Mei 2010.