Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. C
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Drien Payong
No CM : 79-57-44
Tanggal pemeriksaan : 15 september 2017

II. ANAMNESA

Keluhan utama : mata kanan sakit

RPS : Pasien datang di antar keluarganya dengan keluhan mata kanan sakit

sejak 4 hari yang lalu akibat terkena daun padi, mata bernanah dan sangat

susah untuk dibuka.

RPD :HT(-), DM (-)


RPK : -
RPO : sudah pernah berobat ke puskesmas diberikan obat tetes mata

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis

- Tanda Vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg

1
 Heart Rate : 82 x/menit
 Tempertur : 36,5º C
 Respiratory Rate : 20 x/menit

B. Status Oftalmologi

A. INSPEKSI OD OS

1. Palpebra Edema(+) Edema(-)

2. Konjungtiva Hiperemis(+) Hiperemis (-)

5. Kornea Keruh Jernih

6. Bilik Mata Depan Hipopion Normal

7. Iris Coklat Coklat

8. Pupil Rc (+) Rc (+)

9. Lensa Keruh Jernih

10.Mekanisme muskular

C. VISUS :

VOD : 1/-
VOS :5/5

IV. DIAGNOSIS:
- Ulkus Kornea et Hipopion

2
V. DIAGNOSIS BANDING:
- uveitis Anterior
- Erosi Kornea

VI. TERAPI:
Medikamentosa :
- Cendo floxa 6 dd gtt OD
- Cendo nonkort 6 dd gtt OD
- Inj. Ketorolak / 8 jam
- Inj. Cefotaxim / 12 jam
Nonmedikamentosa :
- Kurangi pajanan debu dan sinar matahari dengan menggunakan helm atau
kacamata anti ultraviolet
- Kontrol ke rumah sakit

FOLLOW UP
OD TGL 16-09-17 TGL 18-09-17

1. Palpebra Edema(+) Edema (-)

2. Konjungtiva Hiperemis(+) Hiperemis (+)

5. Kornea Keruh keruh

6. Bilik Mata Depan Hipopion hipopion

7. Iris Coklat Coklat

8. Pupil Rc (+) Rc (+)

9. Lensa Keruh jernih

10. Visus 1/- 1/300

3
FOLLOW UP

OD TGL 19-09-17 TGL 20-09-17

1. Palpebra Edema(-) Edema (-)

2. Konjungtiva Hiperemis(+) Hiperemis (+)

5. Kornea Keruh keruh

6. Bilik Mata Depan Hipopion hipopion

7. Iris Coklat Coklat

8. Pupil Rc (+) Rc (+)

9. Lensa Keruh jernih

10. Visus 1/60 2/60

FOLLOW UP

OD TGL 21-09-17 TGL 22-09-17

1. Palpebra Edema(-) Edema (-)

2. Konjungtiva Hiperemis(+) Hiperemis (-)

5. Kornea Keruh jernih

6. Bilik Mata Depan Hipopion normal

7. Iris Coklat Coklat

8. Pupil Rc (+) Rc (+)

9. Lensa Keruh jernih

10. Visus 4/60 6/60

4
Hari 1 dan Hari Ke 2

5
BAB II
PENDAHULUAN

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama


kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat di cegah. Namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui


berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform.avaskuler dan deturgenses atau keadaan dehidrasi relatif jaringan
kornea. Dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme
dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat dari pada
cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan
hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan
edema lokal sesaat.

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma oleh benda asing, dan
dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke
dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea
merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri.
Menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung. Diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya
komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata


seab kelainan ini menepati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.
Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa
bakteri, jamur dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak

6
tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut
yang luas.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding
dengan Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di
limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut ulkus skelaris.
Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah. Sekitar 0,65
di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior. Kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda : lapisan epitel (yang
bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan bowman, stroma,
membrane descemen dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea
disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan
kekuatan refraksi sebesar +34 dioptri. Jika kornea edema dengan suatu
sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar.

7
Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari lima lapisan dari luar kedalam :

1) Lapisan epitel
Tebalnya 50 um, terdiri dari 5 lapisan sel epital tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel
gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi
sel gepeng. Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan
sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden :
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2) Membrane bowman
Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian dengan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

8
3) Jaringan stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibrolast terletak diantara serat kolagen stroma.
4) Membrane descement
Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan dihasilkan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 um.
5) Endotel
Brasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 –
40 um. Endotel melekat pada membrane descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour


aquous dan air mata kornea superficial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atsmosfir. Tranparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam.

Gambar 2 lapisan kornea

9
1.1 Definisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat


kematian jaringan kornea yang ditandai dengan adanya infiltrate supuratif disertai
defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.

1.2 Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahay
dalam perjalanan pembentukan ayangan di retina. Biasanya cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea, perubahan dalambentuk kejernihan
kornea segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina, oleh
karenanya kelainan sekeil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguang
penglihatan yang hebat.

Karena kornea vaskular maka pertahanan pada waktu peradangan tidak


segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea wandering sel dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai infeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel monokuler, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul lah
ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada


kornea baik superficial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama
palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.

10
1.3 Etiologi

a. Infeksi
Infeksi bakteri : streptococcus meumonia dan spesies moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hamper semua ulkus berbentuk
sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya secret yang keluar
bersifat mukopurulen yang bersifat khas.
Infeksi jamur : disebabkan oleh candida, fusarium, aspergilus dan
spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus : ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrite dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisi epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
b. Noninfeksi
 Bahan kimia bersifat asam atau basa tergantung PH
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik. Bila
bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengedapan protein
permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak terjadi
destruktif.
 Radiasi atau suhu
Dapat terjadipada saat bekerja las dan menatap sinar matahri yang
akan merusak epitel kornea.
 Kelainan dari membrane basal misalnya karena trauma.

1.4 Klasifikasi

Berdasarkan lokasi dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea :

1. Ulkus kornea sentral


 Ulkus kornea bakteri
Ulkus streptokokus : khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi kea
rah tengah kornea (serpinginous). Ulkus berwarna kuning ke abu-

11
abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus
cepat menjalar kedalam dan menyebabkan perforasi kornea.
Ulkus stafilokokus :pada awalnya berupa ulkus berwarnah putih
kekuningan disertai infiltrate berbatas tegas, apapila tidak diobati
secara adekuat akan menjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering
kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus pseudomonas : lesi pada ulkus ini dimulai dari arah sentral
kornea, ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam
kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea
dalam waktu 48 jam. Gambaran berupa ulkus berwarna abu-abu
dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang
bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat
hipopion yang banyak.
Ulkus pneumokokus : terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral
yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar kearah satu jurusan
sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut ulkus
serpent. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat
ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman.

Gambar 3. Ulkus kornea bakterialis.

12
Gambar 4. Ulkus kornea pseudomonas

 Ulkus kornea fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur
ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan
yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran
seperti bulu pada bagian epitel yang baik.

Gambar 5. Ulkus kornea fungi

13
 Ulkus kornea virus
Ulkus kornea herpes zoster : biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul 1-3 hari sebelum timbulnya
gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edema palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrate.
Ulkus kornea herpes simplex
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epiter kornea
disusul dengan bentuk dendrite.

Gambar 6. Ulkus kornea denritik

Gambar 7. Ulkus kornea herpetic

 Ulkus kornea acanthamoeba


Awal dirasakan sakit tidak sebanding dengan temuan kliniknya.
Kemerahan dan fotopobia, tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,
cincin stroma dan infiltrate perineural.

14
Gambar 8. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer


 Ulkus marginal
Bentuknya dapat simple atau cincin, berwarna abu-abu dan terdapat pada
infeksi stapilokokus.
 Ulkus mooren
Ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. Terutama
terjadi pada usia lanjut. Penyebabnya tidak di ketahui, banyak teori yang
diajukan dan salah satunya adalah hipersensitivitas tuberculosis, virus dan
autoimun, biasanya menyerang satu mata, perasaan sakit sekali, sering
menyerang seluruh permukaan kornea.
 Ring ulcer
Terlihat injeksi perikorneal disekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, kadang-kadang timbul
perforasi, ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menyerupai
menjadi satu menyerupai ring ulcer.

Gambar 9. Ulkus marginal

15
Gambar 10. Moorens ulcer

1.5 Manifestasi klinis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

 Gejala subjektif
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
 Secret mukopurulen
 Merasa ada benda asing di mata
 Pandangan kabur
 Mata berair
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
 Silau
 Nyeri
 Gejala objektif
 Injeksi siliar
 Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrate
 Hipopion

1.6 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan bedasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang dengan menggunakan slit lamp dan pemriksaan
laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat

16
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi dan adanya riwayat
penyakit kornea yang bermanaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes
simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat
topical oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi
penyakit bakteri.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala objektif berupa adanya injeksi


siliar, kornea edema, terdapat infiltrate, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus
berat dapat terjadi iritis yang disertai hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik, seperti :

 Ketajaman penglihatan
 Tes refraksi
 Pemeriksaan slit lamp
 Keratometri (pengukuran kornea)
 Respon reflek pupil
 Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura


dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH. Lebih
baik lagi dengan biopsy jaringan kornea dan diwarnai periodic acid Schiff.

17
Gambar 11. Pewarnaan gram ulkus kornea gambar 12. Pewarnaan
gram ulkus kornea herpes
simplek herpes zoster.

Gambar 13. Pewarnaan gram ulkus kornea

Gambar 14. Pewarnaan gram ulkus bakteri akantamoeba

1.7. Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan
pada ulkus kornea tergantung pada penyebabnya. Diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi
peradangan dengan steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi. Pasien
tidak dapat memberikan obat sendiri.

Penatalaksaan ulkus kornea dirumah


 Jika memakai lensa kotak, seepatnya untuk melepaskan
 Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

18
 Mencegah penyebab infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
 Berikan anlgetik jika nyeri
Penatalaksaan medis
Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dikeluarkan ztau
dihilangkan. Lesi kornea sekeil apapun harus diperhatikan dan di obbati sebaik-
baiknya.

Infeksi pada mata harus diberikan :


 Sulfas atropine sebagai salap atau larutan
Kebanyakan dipaki sulfas atropine karena bekerja lam 1-2 minggu, efek
kerja sulfas atropine :
 Sedative, menghilangkan rasa sakit
 Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang
 Skopolamin sebagai midriatika
 Analgetik
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain,
atau tetrakain tetapi jangan sering-sering
 Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspetrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva.

1.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi


kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.

 Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke mata

19
 Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak dapat
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
 Jika memakai lensa kotak harsu sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut

1.9 Komplikasi

 Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu yang sangat singkat


 Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
 Prolap iris
 Sikatrik kornea
 Katarak
 Glaucoma sekunder

1.10 Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat


lambatnya mendapat pertolongan. Jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama. Karena jaringan kornea bersifat avaskular, semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi. Maka prognosis nya menjadi sangat buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat.

2. Hipopion

2.1 Definisi

Hipopion di definisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata
depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengedap di bawah
bilik mata depan. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari leukosit
tanpa adanya mikroorganisme pathogen, seperti bakteri, jamur, maupun virus,

20
karena hipopion adalah reaksi inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme
pathogen.

2.2 Pathofisiologi

Bangunan yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan premeabilitas dari blood-
aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam
cairan aqueous, sehingga memberikan gambran hipopion. Adanya pus dibilik
mata depan biasanya memberikan gambaran lapisan putih. Hipopion yang
berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi pseudomonas, sedangkan
hipopion yang berwarna kekuningan biasanya disebabkan oleh jamur.

Karena pus bersifat lebih berat dari caira aqueous, maka pus akan mengidap di
bagian bawah bilik mata depan. Beberapa organism biasanya menghasilkan pus
lebih banyak dan lebih cepat, diantaranya pnemokokus, pseudomonas,
streptokokus dan gonokokus.

2.3 Etiologi

Hipopian merupakan reaksi inflamasi dibilik mata depan. Karena itu


semua penyakit yang berhuungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan
terjadinya hipopion. Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma
disebabkan karena adanya infeksi. Misalnya pada keratitis, bakteri, jamur, amoba
maupun herpes simplek dapat menyebabkan terjadinya hipopion.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala subjektif yang biasanya menyertai hipopion adalah :

 Rasa sakit
 Iritasi
 Gatal
 Fotofobia pada mata yang terinfeksi
 Beberapa mengalami penurunan visus tergantung dari beratnya
penyakit utama yang diderita

21
2.5 Diagnosa

Diagnosa hipopion ditegakkan berdasarkan anmnesa dan pemeriksaan


menggunakan slit lamp. Pada anamnesa di tanyakan adanya riwayat infeksi,
pemakaian lensa kontak, trauma, pemakaian obat serta riwayat operasi. Pada
pemeriksaan dengan slit lamp ditemukan lapisan berwarna putih pada bagian
inferior dari bilik mata depan.

Hipopion biasanya dinilai dari tingginya, diukur dari dasar bilik mata depan
dengan satuan millimeter.

2.5 Penatalaksanaan

Terapi yang lebih spesifik biasanya tergantung dari penyakit utama yang
menyebabkan hipopion. Anti inflamasi yang sering digunakan adalah
kortikosteroid.

 Dexamethasone
 Prednisolon
 Triamcinolone acetonide
 Metyhlprednisolone
 Cycloplegic

2.6 Prognosa

Hipopion adalah gejala klinis yang muncul sebagai respon inflamasi.


Tetapi prognosis tergantung dari penyakit dan komplikasi yang terjadi.

22
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat


kematian jaringan kornea, yang di tandai dengan adanyainfiltrat suputarif disertai
defek kornea yang bergaung. Etiologi dari ulkus kornea adalah infeksi dan non
infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan acanthamoeba.
Sedangkan non infeksi dapat disebabkan oleh bahan kimia, radiasi atau suhu,
obat-obatan dan trauma. Gejala subjektif dapat berupa eritema pada kelopak mata
dan konjungtiva, secret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan
kabur, . ulkus kornea dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.

Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan yang
terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan.
Bangunan yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar.
Diagnose hipopion dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik
dan penunjang.

23
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Dana, Kresnan, Dkk. Ulkus Kornea. SMF Ilmu Kesehatan Mata


Fakultas Kedokteran Uniersitas Udayana. Denpasar : 2015
2. Yulianne, Marcelle. Hipopion. Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara Rumah Sakit Umum Semarang. Semarang : 07 juni-10 juni
2010.
3. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
:2001
4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea Dalam :
Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran
Edisi 2, 2002. Penerbit Sagung Seto : Jakarta
6. Sidarta I. Yuliantini.R. Ilmu Penyakit Mata. 2014. Fakultas Kedokteran
Indonesia : Jakarta

24
25

Anda mungkin juga menyukai