D3 2016 344558 Introduction PDF
D3 2016 344558 Introduction PDF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu.
Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah habis jika dibicarakan
(Mahardhika dkk, 2011). Berdasarkan Permenkes RI Nomor 23 Tahun 1992
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sehingga akan ada upaya untuk mendapatkan kembali kesehatan apabila
terjadi kesakitan. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 23 Tahun 1992 upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Upaya kesehatan dilakukan secara individu mau pun memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Berdasarkan Permenkes RI Nomor
75 Tahun 2014 fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Saat ini sebagian masyarakat menggunakan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dari pemerintah yang diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang menerapkan sistem
rujukan sehingga pelayanan kesehatan dimulai dari fasilitas pelayanan
kesehatan dasar kemudian bertingkat ke tingkat yang lebih tinggi.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2013 fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan dasar. Salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah puskesmas. Berdasarkan Permenkes RI
Nomor 75 Tahun 2014 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan terhadap pasien di puskesmas tersebut terekam
dalam rekam medis. Menurut Huffman (1994) rekam medis adalah sebuah
2
unit yang berfungsi menjaga, merawat dan melindungi semua kumpulan data
dari fakta-fakta atau bukti keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan
masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan
pelayanan pada pasien tersebut. Penyakit dan tindakan harus dikode sesuai
ketentuan dari World Heatlh Organization (WHO). Sejak tahun 1993 WHO
mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia untuk melakukan
kode klasifikasi penyakit menggunakan ICD-10 (Budi,2011). Kode penyakit
dan tindakan tersebut juga digunakan untuk mengajukan klaim ke BPJS
sehingga akan mempengaruhi pembiayaan fasilitas layanan kesehatan.
Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini mutu pelayanan
kesehatan dituntut bersaing secara internasional. Sebagaimana hasil
Seminar Nasional STIKES HAKLI Semarang pada tanggal 12 Desember
2015 bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN akan berlaku mulai tanggal 1
Januari 2016 dan tidak bisa mundur lagi karena sudah dibahas sejak tahun
2003, sehingga sangat mendesak untuk terus meningkatan mutu dengan
SPM (standart pelayanan minimal), peningkatan kompetensi tenaga RMIK,
peningkatan daya saing institusi pendidikan dan pelayanan kesehatan
(STIKESHAKLISMG, 2016). Salah satu cara untuk meningkatkan mutu
pelayanan puskesmas adalah dengan dilaksanakannya akreditasi.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 akreditasi puskesmas
adalah pengakuan terhadap puskesmas yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah
dinilai bahwa puskesmas telah memenuhi standar pelayanan puskesmas
yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas secara berkesinambungan. Setiap puskesmas wajib mengikuti
akreditasi sebagaimana yang disebutkan dalam Permenkes RI Nomor 46
Tahun 2015 bahwa puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri
dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib terakreditasi.
Pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama adalah setiap tiga
tahun. Selain untuk meningkatkan mutu pelayanan, pelaksanaan akreditasi
bermanfaat untuk membangun kepercayaan (BSN, 2015). Menurut
Permenkes RI Nomor 46 tahun 2015 akreditasi di puskesmas bertujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
3
Data penyakit dan tindakan termasuk dalam salah satu faktor penentu
mutu pelayanan. Seperti yang dijelaskan dalam Hatta (2012) bahwa
membandingkan data diagnosis untuk mengukur kepastian kualitas,
pengunaan sumber daya, praktek yang prima, dan riset medis adalah sangat
penting. Upaya ini bisa berhasil tercapai hanya apabila asuhan kesehatan
memiliki terminologi medis penyakit dan kesehatan yang seragam dibidang
prosedur diagnostik, terapi medis bedah atau pun obat, yang dimengerti, dan
digunakan bersama yang akhirnya dapat dengan mudah diintegasikan ke
rekam medis manual atau pun berbasis komputer, untuk memenuhi tren
perkembangan zaman.
Salah satu persiapan akreditasi puskesmas 2015 yang dilakukan oleh
puskesmas adalah penyiapan dokumen akreditasi. Berdasarkan standar
akreditasi puskesmas yang terlampir dalam Permenkes RI Nomor 46 Tahun
2015 terdapat empat kriteria dalam standar manajemen informasi rekam
medis yaitu :
1. Ada pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol, dan
istilah yang dipakai.
2. Petugas memiliki akses informasi sesuai dengan kebutuhan dan
tanggung jawab pekerjaan.
3. Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan rekam
medis.
4. Rekam berisi informasi yang memadai dan dijaga kerahasiaannya
tentang identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah,
kemajuan pasien dan hasil asuhan.
Program JKN yang berlangsung sekarang, koding termasuk salah satu
syarat kalim kepada BPJS. Adapun lebih detailnya, syarat klaim kepada
BPJS yaitu photocopy kartu peserta BPJS, photocopy Kartu Tanda
Penduduk (KTP), surat rujukan atau surat keterangan emergency bagi
pasien gawat darurat, Surat Elegibilitas Pelayanan (SEP), dan koding
diagnosis dan tindakan yang nantinya akan di-entry saat proses grouping
untuk menentukan besarnya biaya pelayanan terhadap pasien tersebut.
Proses ini harus berjalan dengan tepat dan baik untuk menjaga mutu
pelayanan dan memastikan pembiayaan rumah sakit sehingga pelayanan
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui persiapan dokumen terkait rekam medis sesuai elemen
penilaian pada manajemen informasi rekam medis yang berfokus pada
pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol dan istilah
yang dipakai dalam standar akreditasi puskesmas tahun 2015 di
Puskesmas Nanggulan Kulon Progo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui persiapan dokumen standarisasi kode klasifikasi
diagnosis dan terminologi lain yang konsisten dan sistematis yaitu
Surat Keputusan (SK) tentang standarisasi kode klasifikasi
diagnosis dan terminologi yang digunakan dari segi tenaga, biaya,
bahan, metode dan alat.
b. Mengetahui persiapan dokumen standarisasi kode klasifikasi
diagnosis dan terminologi yang disusun oleh Puskesmas (minimal
10 besar penyakit) yaitu dokumen standarisasi kode klasifikasi
diagnosis dan terminologi di puskesmas dari segi tenaga, biaya,
bahan, metode dan alat.
c. Mengetahui persiapan dokumen pembakuan singkatan-singkatan
yang digunakan dalam pelayanan sesuai dengan standar nasional
atau lokal yaitu pembakuan singkatan yang digunakan dari segi
tenaga, biaya, bahan, metode dan alat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian bisa digunakan sebagai bahan acuan dan
evaluasi untuk meningkatkan kualitas kinerja dan juga sebagai
sarana bertukar pikiran tentang bagaimana persiapan dokumen
rekam medis dalam persiapan pelaksanaan akreditasi puskesmas.
b. Bagi Peneliti
1) Dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan
wawasan dalam sistematiak penelitian.
2) Dapat menerapkan dan membandingkan teori yang telah
diajarkan di perkuliahan.
6