Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Permasalahan Penanggulangan Bencana Tanah Longsor dan Tindakan


Kesehatan di Indonesia

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kesehatan dan Penanggulangan Bencana

Yang dibina oleh Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc


dan Ibu Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd.

Oleh kelompok 7
Lia Agustina Setyoningrum 160 351606445
Putri Ratna Sari 160351606422
Roikhatul Jannah 160351606442
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
OKTOBER 2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Permasalahan Penanggulangan Bencana Tanah
Longsor dan Tindakan Kesehatan di Indonesia untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan dan Penanggulangan Bencana ini.
Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin. Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Permasalahan Penanggulangan
Bencana Tanah Longsor dan Tindakan Kesehatan di Indonesia ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Malang, 23 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Pengertian Tanah Longsor......................................................................3
2.3 Proses Terjadinya Tanah Longsor ..........................................................3
2.4 Jenis-Jenis Tanah Longsor .................................................................... 4
2.4 Penyebab terjadinya tanah longsor ........................................................ 5
2.5 Gejala umum terjadinya tanah longsor .................................................. 8
2.6 Dampak Bencana Tanah Longsor ......................................................... 8
2.7 Tindakan penanggulangan pra, saat dan pasca bencana ....................... 9
2.8 Tindakan kesehatan pra, saat dan pasca tanah longsor ......................... 11
2.9 Analisis kasus bencana tanah longsor .................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................17
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................17
3.2 DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dan erat hubungannya
dengan manusia, sebab manusia hidup berinteraksi langsung dengan alam, seperti
memperoleh makanan, mengolah alam menjadi sumber kehidupan. Oleh karena
itu manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Akan tetapi, kondisi alam tidak
selalu stabil, ada saatnya alam mengalami gangguan-gangguan didalamnya yang
biasa disebut dengan bencana alam. Bencana alam terjadi bukan hanya karena
factor dari alam sendiri, tetapi juga dapat disebabkan oleh ulah manusia.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat
tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di
sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan
Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera,
lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi.
Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan
13% dari jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan
terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi. Di beberapa pantai,
dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan
sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang
Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil
letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung
dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas
batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga
terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah
hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras
berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
(Nandi, 2007 )

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang disebut tanah longsor?
2. Apa saja jenis-jenis tanah longsor?
3. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
4. Apa saja penyebab terjadinya tanah longsor?
5. Apa saja gejala umum terjadinya tanah longsor?
6. Bagaimana penanggulangan pra, saat dan pasca bencana tanah longsor?
7. Bagaimana tindakan kesehatan yang harus dilakukan pra, saat dan pasca
bencana tanah longsor?
8. Bagaimana contoh studi kasus bencana tanah longsor yang pernah
terjadi?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian tanah longsor
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis tanah longsor
3. Untuk mengetahui Proses terjadinya tanah longsor
4. Untuk mengetahui Penyebab terjadinya tanah longsor
5. Untuk mengetahui Gejala umum terjadinya tanah longsor
6. Untuk mengetahui Tindakan penanggulangan pra, saat dan pasca bencana
tanah longsor
7. Untuk mengetahui Tindakan kesehatan pra, saat dan pasca tanah longsor
8. Untuk mengetahui Studi kasus bencana tanah longsor

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.
2.2 Proses Terjadinya Tanah Longsor
Tanah longsor tentunya mengalami proses yang sedemikian rupa.
Proses terjadinya tanah longsor adalah sebuah peristiwa perpindahan material
pembentuk lereng yang berupa batuan atau tanah yang bergeser atau bergerak
turun ke bawah yang terjadi karena kondisi lahan yang tidak seimbang atau
terkena tekanan dari atas seperti hujan deras. Berikut adalah proses
terjadinya longsor yang sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia :
1. Proses Meresapnya Air ke Tanah – Proses pertama terjadinya tanah
longsor adalah proseses meresapnya air hujan ke dalam tanah. Dimana
peristiwa meresapnya air ini nantinya akan mempengaruhi beban
dalam tanah yang nantinya tanah akan berada diambang batas
maksimal dalam menampung air.
2. Perubahan Tekstur Tanah – Yang dimaksud disini adalah apabila air
yang secara terus menerus menerjang tanah sampai suatu ketika dapat
menembus ke bagian tanah yang kedap air serta berperan sebagai
bidang penggelincir maka tanah akan menjadi licin. Tanah yang licin
inilah nantinya akan akan mengalami pergerakan yang amat cepat
menuju ke bawah apabila hujan deras terjadi. Tanah Mengalami
3. Pelapukan – Tanah yang berada di permukaan akan mengalami
pelapukan, begitu juga struktur lapisan tanah yang berada di bawahnya
begitu sampai dasar dari tanah. Pada peristiwa pelapukan inilah yang

3
nantinya akan menyebakan tanah bergerak mengikuti lereng dan
kemudian keluar lereng sehingga terjadilah tanah longsor.
2.3 Jenis-Jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.
Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.
Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia
adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi
blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu
besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh
air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan

4
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung
api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
2.4 Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih
besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Faktor-
faktor Penyebab Tanah Longsor
1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang
akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga
tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika
hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah
menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan
masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan
juga akan berfungsi mengikat tanah
2. Lereng terjal Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai,
mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang
menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan
bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal Jenis tanah yang kurang padat adalah
tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan
sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk

5
terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena
air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat Batuan endapan gunung api dan batuan
sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung
umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila
mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan
persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal.
Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan Akibat susutnya muka air yang
cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut
kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah
yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong
terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah
lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan
yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah
tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai,
tebing akan menjadi terjal.

6
10. Adanya material timbunan pada tebing Untuk mengembangkan dan
memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing
dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya.
Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama Longsoran lama umumnya terjadi selama dan
setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif
terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas
longsoran lama memilki ciri: • Adanya tebing terjal yang panjang
melengkung membentuk tapal kuda. • Umumnya dijumpai mata air,
pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur. •
Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai. • Dijumpai
longsoran kecil terutama pada tebing lembah. • Dijumpai tebing-tebing
relatif terjal yang merupakan • Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang
merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama. • Dijumpai alur
lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil. •
Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung) Bidang tidak
sinambung ini memiliki ciri: • Bidang perlapisan batuan • Bidang kontak
antara tanah penutup dengan batuan dasar • Bidang kontak antara batuan
yang retak-retak dengan batuan yang kuat. • Bidang kontak antara batuan
yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air
(kedap air). • Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah
yang padat. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat
berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah
yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah Penggunaan lapisan tanah yang rendah
untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan
tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang

7
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gerakan_Tanah.pdf
diakses pada 9 Oktober 2018
2.5 Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor
1. Munculnya retakan-retakan di lereng-lereng yang sejajar dengan arah
tebing
2. Tanah longsor biasanya terjadi setelah hujan
3. Munculnya air baru secara tiba-tiba
4. Tebing rapuh dan kerikil-kerikil berjatuhan
2.6 Dampak Bencana Tanah Longsor
Bencana alam merupakan peristiwa yang merugikan. Dikatakan sebagai
peristiwa yang merugikan karena menimbulkan banyak sekali dampak negatif.
Hal inilah yang membuat bencana alam sebagai momentum yang menyedihkan.
Salah satu bencana yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif adalah tanah
lonsor. Berikut ini merupakan beberapa akibat atau dampak tanah longsor:

1. Menimbulkan korban jiwa: Tanah longsor merupakan jenis bencana alam


yang berpotensi menimbulkan korban jiwa. Hal ini terlebih jika tanah
longsor terjadi ketika malam hari atau waktu- waktu dimana masyarakat
sedang tertidur. Tanpa mengetahui akan terjadinya tanah longsor,
masyarakat terlelap dan bisa tertimbun. Di Indonesia sendiri peristiwa
tanah longsor sudah banyak menimbulkan korban jiwa.
2. Banyak insfrastruktur rusak: Rusaknya insfrastuktur juga merupakan salah
satu dampak yang pasti terjadi ketika tanah longsor. Infrtastruktur yang
rusak ini boleh dibilang yang berada di atas tanah yang longsor maupun
yang berada di bawah (tertimbun).
3. Timbulnya berbagai macam bibit penyakit: Tanah longsor juga berpotensi
menimbulkan berbagai macam bibit penyekit. Timbulnya bibit penyakit
sebenarnya tidak hanya terjadi pada tanah longsor saja, namun juga
berbagai macam bencana alam. Ketika pemukiman warga terkena
bencana, maka mereka akan mengungsi. Ah, ditempat pengungsian
tersebut biasanya muncul banyak penyakit.

8
4. Mengganggu sumber mata pencaharian: Tanah longsor juga dapat
mengganggu sumber mata pencaharian masyarakat, khususnya bagi
mereka yang bercocok tanam. Ladang atau sawah mereka yang tertimbun
tanah pasti tidak bisa diolah dalam beberapa jangka waktu, sehingga akan
menjadikan masyarakat terganggu.
5. Memburuknya sanitasi lingkungan: Ketika tanah longsor datang, maka
saluran air akan menjadi terputus. Jika air bersih saja tidak ada, maka bisa
dipastikan sanitasi lingkungan menjadi buruk.

Itulah beberapa dampak atau akibat dari tanah longsor. Setelah mengetahui
akibatnya, maka kita berkewajiban untuk mencegah terjadinya tanah longsor.

https://ilmugeografi.com/bencana-alam/tanah-longsor diakses pada 21 Oktober


2018

2.7 Penanggulangan Pra, Saat Dan Pasca Bencana Tanah Longsor


1. Sebelum Tanah Longsor
a. Pecegahan yaitu melakukan upaya meminimalisir bencana longsor
seperti berikut:
1) Tidak mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian
atas di dekat pemukiman.
2) Membuat terasering.
3) Menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan.
4) Tidak melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
5) Tidak menebang pohon di lereng.
6) Tidak membangun rumah di bawah tebing.
7) Tidak mendirikan pemukiman di tepi lereng yang terjal.
8) Tidak memotong tebing jalan menjadi tegak.
9) Tidak membangun rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
b. Mitigasi
1) Pemetaan: menyajikan inforamasi visual tentang tingkat kerawanan
bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah/kota dan provinsi sebagai data

9
dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
2) Penyelidikan: mempelajari dampak penyebab dan dampak dari
suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan
penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
3) Pemeriksaan: melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi
bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara
penanggulangannya.
4) Pemantauan: dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah
strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat
bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah tersebut.
5) Sosialisasi: memberikan pemahaman kepada pemerintah
provinsi/kabupaten/kota atau masyarakat umum tentang bencana
alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi ini
dilakukan dengan berbagai cara anatar lain dengan mengirimkan
poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.
6) Pemeriksaan bencana longsor: bertujuan untuk mempelajarai
penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana
longsor.

2. Saat Terjadi Tanah Longsor

Yang harus dilakukan adalah penyelamatan dan pertolongan korban


secepatnya supaya korban tidak bertambah. Pada saat terjadi longsor, walau panik
harus tetap berusaha menyelamatkan diri dengan mencari tempat yang aman yang
tidak merupakan alur longsor.
Bila terjebak dalam ruang bangunan:
 Tetap berdiri di dalam.
 Berlindung di bawah meja atau di tenpat lainnya yang cukup kuat untuk
menahan beban sehingga kepala dapat terlindungi.

10
Bila berada di luar ruangan:
 Hindari jalur yang berpotensi longsor.
 Lari ketempat yang tinggi yang berlawanan arah dengan longsor.

3. Sesudah Terjadi Longsor


a. Rehabilitasi: upaya pemulihan korban dan prasarana nya, meliputi
kondisi sosial, ekonomi, dan saran transportasi. Selain itu dikaji juga
perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah
longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah
longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
b. Rekonstruksi: penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah
rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi
kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan
untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor
hampir 100%. Ada beberapa tindakan dan perlindungan dan perbaikan
yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian seperti perbaikan
drainase tanah, modifikasi lereng, vegetasi kembali lereng-lereng dan
beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan hunian.

https://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/ diakses pada 23 Oktober 2018

2.8 Tindakan Kesehatan Pra, Saat, dan Pasca Tanah Longsor


1. Tindakan Kesehatan Pra Bencana Tanah Longsor
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam
perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan
rencana tata ruang, pendidikan dan pelatihan serta penentuan persyaratan
standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan
mitigasi bencana).
a. Mengetahui gejala-gejala tanah longsor yang ada disekitar rumah.
b. Selalu mematikan kompor, listrik dan air setelah pemakaian.
c. Menyediakan kotak P3K dirumah.
d. Menghubungi BPBD saat terjadi tanah longsor.

11
e. Tidak disarankan menderikan rumah di pinggir tebing yang rawan
longsor.
f. Tenaga Kesehatan mengikuti pelatihan penanggulangan bencana tanah
longsor. Perencanaan penampungan sementara dan jalur evakuasi.
g. Tenanga kesehatan ikut terlibat dalam penyuluhan masyarakat tentang
tanggap darurat bencana tanah longsor,
h. Tenaga kesehatan meyiapkan perbekalan kesehatan (obat-obatan).

2. Tindakan Kesehatan Saat Bencana Tanah Longsor


Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi,
kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat,
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan
psikososial dan kesehatan.
a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman.
b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat diselamatkan.
c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi para pengungsi
seperti tenda-tenda darurat.
d. Menyediakan dapur umum.
e. Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan
f. Memberikan pada dorongan semangat bagi para korban bencana agar
para korban tersebut tidak frustasi.
g. Koordinasi dengan aparat secepatnya.
h. Saat memilih alat penerangan pilihlah lampu senter. Jangan gunakan api,
lilin atau yang mengandung gas.

3. Tindakan Kesehatan Setelah Terjadi Bencana Tanah Longsor :


a. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan
tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah laongsor bila bencana
ini sulit dikendalikan.

12
b. Rekonstruksi
Mengurangi pembangunan rumah dan bangunan lainnya di pinggir tebing
atau tanah yang dikhawatirkan terjadi tanah longsor. Ada beberapa
tindakan dan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian seperti perbaikan drainase tanah, modifikasi
lereng, vegetasi kembali lereng-lereng dan beton-beton yang menahan
tembok mungkin bisa menstabilkan hunian.

2.9 Analisis Kasus

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1132734/likuifaksi-di-palu-ternyata-
sudah-diprediksi-sejak-2012
Pada pukul 18.02 WITA, bencana terjadi. Tanah yang mereka injak tiba-
tiba berguncang kuat, jalan-jalan terbelah seperti ombak, dan bangunan-bangunan
ambruk. Gempa berkekuatan 7,4 pada skala Richter telah melanda Palu di
Sulawesi Tengah. Gempa ini bukanlah yang pertama, tapi inilah yang terkuat. Di
Kelurahan Petob, tanah seketika berubah seperti lumpur hisap. Permukaan tanah
bergerak dan ambles sehingga semua bangunan hancur. Diperkirakan banyak
korban terjebak didaerah ini.
Di perumahan Balaroa, Kota Palu, sekitar 1.700 rumah tertelan bumi
setelah gempa menyebabkan tanah menjadi cair, sebut Badan SAR Nasional.
Ratusan hingga ribuan oran diyakini terkubur. Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan likuifaksi menyebabkan

13
banyak orang meninggal dunia. Fenomena ini, menurutnya, terjadi di sebuah
perumahan yang menampung 1.333 rumah.
Likuifaksi diumpamakan sama seperti saat kita mengaduk air dan pasir di
dalam botol. Barang padat seperti pasir akan berubah menjadi cair. Para ahli
memandang daerah Kelurahan Petobo, Jono Oge dan Balaroa memang rawan
terjadi likuifaksi karena susunan tanah yang berpasir.Likuifaksi terjadi karena
larutnya suatu benda padat ke benda cair. Didaratan tepatnya pada lapisan dalam
tanah terdapat air tanah. Air tanah ini akan membuat tanah menjadi jenuh atau
agak jenuh sehingga kehilangan kekuatan dan kekakuannya. Ketika terjadi getaran
kuat seperti gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak tanah
padat yang berada diatasnya akan melarut, teraduk akibat adanya getaran.
Likuifaksi di Balaroa ini sangat mungkin disebabkan oleh pembuburan
tanah akibat kuatnya getaran yang bersumber didekatnya (Sesar Palu Koro).
Lokasi Pembuburan – Longsoran Petobo berada dibawah saluran air
irigasi Gumbasa. Dari perkiraan (cartoon) sayatan membujur sepanjang
longsoran, sangat wajar apabila proses longsoran ini juga dipengaruhi adanya
kandungan air didalam lapisan akuiver (lapisan mengandung air) dibawah daerah
Petobo ini.
Pengamatan dengan menggunakan Google Street juga menujukkan
bahwa saluran ini memang terisi air, dan air berhenti pada ujung saluran irigasi
ini. Dari pengamatan peta jadul kota Palu, menunjukkan bawa saluran ini sudah
ada sejak jaman Belanda (Peta Kruyt, 1938). Dengan demikian sangat mungkin
air yang dialirkan ini mengairi sepanjang saluran, dan apabila saluran ini memang
benar tidak ada perkerasan (semen) dibagian bawahnya, maka sangat mungkin air
akan terserap kebawah dan mengisi akuifer dibawahnya, sehingga sangat jenuh
air.
Mirip seperti yang terjadi di Petobo, walau relatif agak jauh dari Sesar
Palu – Koro sisi Barat yang mengalami pergeseran (dislokasi yang telah
terpetakan dari citra satelit. Namun diperkirakan Jono Oge mengalami
pembuburan tanah seperti di Petobo.
Kerusakan di Jono Oge ini menjadi lebih meluas atau memanjang,
diperkirakan karena lereng yang lebih curam, juga diperkirakan pembuburan

14
tanah ini menyebabkan runtuhnya saluran sehingga kandungan air didalam
akuifernya lebih jenuh, ditambah air yang mengguyur akibat jebolnya saluran.
Pada umumnya likuifaksi terjadi pada susunan tanah berpasir. Tanah
berpasir tersebut mudah jenuh dan mudah terendam air (tingkat kepadatan
rendah). Ketika tanah tersebut mengalami guncangan maka air akan memiliki
tekanan yang berlebih karena air memberi tekanan kesegala arah untuk mencapai
permukaan, dan mendorong permukaan tanah berpasir. Jika tekanan air dalam
pori-pori cukup besar untuk membawa semua beban, tekanan itu akan berefek
membawa partikel-partikel menjauh dan menghasilkan suatu kondisi yang secara
praktis seperti pasir hisap. Pergerakan awal beberapa bagian material dapat
menghasilkan tekanan yang terus bertambah, mulanya pada suatu titik, kemudian
pada titik lainya, secara berurutan, menjadi titik-titik konsentrasi awal yang
mencair.
Enam tahun lalu, ESDM sudah melakukan penelitian terkait gejala alam
ini di beberapa tempat, termasuk di Sulawesi Tengah. Di Palu memang memiliki
potensi likuifaksi. Tahun 2012 kota Palu sudah di identifikasi, di bagian tengah
rata-rata endapan berumur masih muda, banyak pasir, lumpur yang masih belum
terikat, masih gembur. Penampakan topografi Kota Palu juga curam sehingga
menyebabkan longsor.
Indonesia sebenarnya punya sistem deteksini dini tsunami, namun
"sangat terbatas". Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono,
mengatakan kepada BBC News Indonesia bahwa dari 170 sensor gempa yang
dimiliki BMKG, anggaran pemeliharaan hanya ada untuk 70 sensor. Bahkan,
perangkat pemantau ombak terdekat dengan Palu, yang mendeteksi tsunami ini,
berada sejauh 200 kilometer. Dan perangkat itu hanya bisa mendeteksi kenaikan
ombak setinggi 6cm, yang saat itu dinilai "tidak signifikan".
Mengingat sebagian wilayah Indonesia berada di daerah Cincin Api
Pasifik maka kemungkinan terjadinya likuifaksi selalu ada. Tetapi sebenarnya
terdapat sejumlah tindakan yang bisa dilakukan untuk mengantisipasinya, seperti
melakukan pemetaan bencana yang lebih menyeluruh
Indonesia juga dapat belajar dari negara lain seperti Jepang untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya akibat merusak likuifaksi dan penggunaan

15
pemetaan bagi rencana tata ruang kota. "Kita melakukan penelitian itu awalnya
adalah untuk peruntukan tata ruang. Jadi memberikan rekomendasi ke pemerintah
daerah untuk mengatur tata ruangnya beraspek bencana, bencana geologi, salah
satunya likuifaksi," kata Taufiq Wira Buana dari ESDM. Pendirian bangunan
masih dibolehkan asal memenuhi kaidah-kaidah tahan gempa.
Evakuasi korban bencana, penyediaan prasarana dan sarana air bersih
dan sanitasi, pembersihan kota dari puing-puing bangunan runtuh, serta
penyelesaian masalah konektivitas. Semua langkah dimulai Minggu malam 30
September 2018.
Pertama, evakuasi korban bencana difokuskan di Balaroa dan Petobo, di
mana pada kedua wilayah ini menderita kerusakan yang sangat parah akibat
gempa bumi. Diperkirakan masih terdapat puluhan orang yang tertimbun dibawah
reruntuhan Kedua, penyediaan prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi di 80-
an titik pengungsian dan permukiman padat penduduk. Untuk itu mulai tadi
Minggu malam 30 September 2018 telah dimobilisasi 3 unit dump truck untuk
mengangkut 15 hidran umum (HU) kapasitas 2.000 liter per detik, juga dua
mobile tanki air, 15 wc portable, dan 10 tenda darurat. Ketiga, dalam rangka
pembersihan kota, dimobilisasi tiga dump truck dan dua ekscavator. Kementerian
PUPR bekerjasama dengan Pemerintah Kota mulai membersihkan puing-puing
secara bertahap. Keempat, penyelesaian isu konektivitas guna menjamin
kelancaran arus logistik ke Kota Palu dari arah Makassar, Gorontalo dan Poso,
seperti perbaikan dua jembatan yang rusak di Towalen dan di Toyobo

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Penanggulangan bencana sendiri terdiri dari pra-saat dan pasca bencana
tujuannya adalah untuk menanggulangi terjadinya bencana supaya tidak
menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Tindakan kesehatan juga terjadi
pra-saat dan pasca bencana tujuaannya untuk mengantisipasi korban supaya
bisa menyelamatkan diri dari musibah bencana tanah longsor yang terjadi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.


https://geologi.co.id/2018/10/17/likuifaksi-pembuburan-tanah-gempa-palu-
saluran-irigasi-gumbasa-dan-likuifaksi/ diakses pada 22 Okt. 18
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/tanah-longsor diakses pada 21 Oktober
2018
https://tekno.tempo.co/read/1132734/likuifaksi-di-palu-ternyata-sudah-diprediksi-
sejak-2012 diakses pada 22 Okt. 18
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45708229 diakses pada 22 Okt. 18
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45832237 diakses pada 22 Okt. 18
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gerakan_Tanah.pdf
diakses pada 9 Oktober 2018
https://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/ diakses pada 23 Oktober 2018
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3656176/upaya-kementerian-pupr-percepat-
penanganan-gempa-palu-dan-donggala diakses pada 22 Okt. 18
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan
Tanah. Jakarta : Mancamedia.

18

Anda mungkin juga menyukai