Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bahan baku (feed stock) yang diolah oleh kilang P.T Pertamina RU II
Dumai (Persero) adalah Sumatra Light Crude (SLC), Duri Crude Oil (DCO), dan
Banyu Urip Crude Oil (BUCO). Komposisi masing-masing crude oil meliputi
BUCO sebesar kurang lebih 45%volume, SLC sebesar kurang lebih 40%volume,
dan DCO sebesar kurang lebih 15%. Umpan berupa slop oil boleh diolah kembali
dengan persentase volume sebesar maksimal 1,5%volume.
Selain jenis produk tersebut di atas juga diproduksi Jet Petroleum Grade 5
(JP–5) yang merupakan bahan bakar pesawat tempur F – 16. Produksi jenis JP-5
tergantung permintaan dalam negeri dan ekspor.
Gambar 3.1 Diagram alir proses kilang Pertamina RU II Dumai secara keseluruhan
Hydrocracking Complex (HCC), dan Heavy Oil Complex (HOC). Pengelompokan
tersebut didasarkan atas bahan baku serta proses yang terjadi di dalamnya. Ketiga
kompleks tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa unit-unit pengolahan.
Diagram alir sederhana dari proses pengolahan kilang minyak PT. Pertamina RU
II Dumai dapat dilihat pada gambar 3.1.
Kapasitas minyak mentah yang dapat diolah yaitu 127 MBSD (kapasitas
operasi), sedangkan kapasitas desainnya adalah 130 MBSD. Kapasitas tersebut
belum termasuk kapasitas CDU di kilang Sei Pakning yang berjumlah 47 MBSD
(kapasitas operasi) dengan kapasitas desain 50 MBSD. Jenis umpannya adalah
Sumatera Light Crude sebesar 40%volume, Duri Crude Oil sebesar 15%volume,
Banyu Urip Crude Oil sebesar 45%volume, dan slop oil sebesar maksimal
1,5%volume.
Produk yang dihasilkan unit ini adalah off gas yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar kilang atau dibuang ke flare, straight run naphtha yang
sebagian diambil sebagai produk dan sebagian lagi diumpankan ke NRU, kerosin
yang diambil sebagai komponen blending kerosin, light gas oil dan heavy gas oil
yang digunakan sebagai komponen blending Automotive Diesel Oil, dan long
residue yang sebagian besar (56%) digunakan sebagai umpan High Vacuum
Distillation Unit dan sebagian lagi digunakan sebagai komponen blending Low
Sulphur Waxy Residue (LSWR) sebagai bahan bakar atau diekspor.
Produk yang dihasilkan unit ini adalah off gas yang digunakan sebagai
bahan bakar kilang atau dibuang ke flare, light naphtha yang digunakan sebagai
komponen blending gasolin, dan heavy naphtha yang digunakan sebagai umpan
unit PL-I.
0
Produk atas dengan temperatur 80 C didinginkan oleh E-2AB lalu
dimasukkan ke D-1 untuk memisahkan air, distilat, dan gas. Air dialirkan ke unit
0
SWS, distilat dengan temperatur 50 C dipompa oleh P-4AB dan dipisahkan.
Sebagian dikembalikan ke kolom sedangkan sisanya diumpankan ke T-2. Gas
0
Di T-2 dengan temperatur operasi 95 C minyak kembali dimurnikan
dari gasnya, dengan light naphtha sebagai produk bawah. Light naphtha dengan
0
temperatur 120 C diambil sebagai produk setelah sebelumnya dipakai untuk
memanaskan minyak dari rerun tower yang akan diumpankan ke T-2. Nafta ini
kemudian didinginkan kembali oleh E-7 hingga temperaturnya menurun menjadi
0 0
35 C. Produk atas T-2 berupa gas dengan temperatur 80 C didinginkan
oleh E-4AB dan masuk ke D-2 untuk memisahkan gas dan distilat yang
terkandung di dalamnya. Gas akan dikirim ke fuel system sebagai fuel gas
0
sedangkan distilat dengan temperatur 80 C dipompakan kembali ke T-2 oleh
P-5AB.
PL-I terdiri dari dua bagian yaitu hydrobon dan platforming. Kedua bagian
tersebut saling berkaitan. Hydrobon adalah kumpulan unit yang memiliki tujuan
Produk yang dihasilkan unit ini adalah off gas yang digunakan sebagai
bahan bakar kilang dan sisanya dibuang ke flare, gas H2 yang digunakan
untuk recycle gas dalam proses, LPG yang akan dikirim ke unit Amine & LPG
Recovery, dan reformat yang digunakan sebagai komponen blending gasolin.
0
Umpan menuju reaktor platformer yang bertemperatur 90 C
dipompakan oleh P- 6AB dan dicampur dengan gas H2 dari C-1. Aliran ini
dipanaskan oleh E-5ABCD dan E-11ABC sehingga temperaturnya menjadi
0
450 C . Karena belum cukup panas aliran ini kemudian dipanaskan lagi oleh
0
H-3 (yang terintegrasi dengan H-4) hingga temperaturnya mencapai 510 C .
Bahan bakar H-3 dan H-4 yaitu campuran fuel gas dan fuel oil. Aliran ini
0
dimasukkan ke R-2 dan keluar dengan temperatur 430 C . Karena reaksinya
menuntut temperatur yang lebih tinggi, maka produk R-2 dimasukkan kembali ke
0
H-4. Umpan bertemperatur 510 C ini dimasukkan ke R-3 dan menghasilkan
produk dengan temperatur 430 0 C . Setelah didinginkan oleh E-11ABC menjadi
0
390 C maka produk keluaran R-3 dimasukkan ke R-4. Reaksi di R-4 ini
0
bersifat eksotermis dengan temperatur produk mencapai 430 C dan langsung
didinginkan oleh E-5ABCD kemudian dialirkan ke bagian platformer stripper.
Ketiga reaktor tersebut berjenis fixed bed.
Gas dari high-pressure separator (V-5) unit PL-II dialirkan ke V-8 yang
bertekanan tinggi yaitu 22 kg/ cm 2 . V-8 berfungsi untuk memisahkan gas dan
distilat. Distilat digabungkan dengan distilat V-9 yang pada akhirnya akan
bergabung dengan distilat V-5 untuk dialirkan ke naphtha stripper. Gas hasil
pemisahan V-8 sebagian diumpankan ke V-4 dan sebagian disirkulasi ulang oleh
Program Studi Teknik Kimia S1
Fakultas Teknik Industri
12
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 12
C-1AB. Sebagian gas tersebut dipanaskan oleh E-5 yang kemudian dimasukkan
kembali ke V-8, sedangkan sisanya digunakan sebagai recycle yang dicampurkan
ke produk keluaran V-1 yang hendak diumpankan ke V-5. Untuk menjaga jumlah
udara agar tidak terus berkurang maka diinjeksikan udara instrumen pada gas
keluaran V-9.
Produk distilat gabungan V-5, V-8, dan V-9 dipanaskan di E-7 dan E-6
secara seri sebelum dimasukkan ke V-2 untuk dipisahkan fraksi gas dan fraksi
cairnya. Produk bawah yang berupa fraksi cair dengan temperatur 1800 C
dipisahkan alirannya. Sebagian aliran adalah aliran refluks dan sisanya
diumpankan naphtha splitter. Aliran refluks dipompakan oleh P-2AB lalu
dipisahkan menjadi empat aliran dan masuk ke H- 2. Di dalam H-2 refluks
dipanaskan hingga temperaturnya 2000 C dan diumpankan kembali ke bagian
samping V-2. Bahan bakar H-2 adalah sebagian besar fuel oil, sebagian kecil fuel
0
gas, dan steam. Produk atas diambil pada temperatur 95 C dan didinginkan
secara seri di E-8 dan E-9. Kondensat kemudian dimasukkan ke V-6 untuk
memisahkan fraksi air, distilat, dan gas. Air dialirkan ke unit SWS, distilat
diumpankan kembali ke kolom V-2 setelah dipompa oleh P-3AB, dan gas
dialirkan ke unit Amine & LPG Recovery. Tekanan di V-6 adalah 6 kg/cm2 dan
untuk menjaga tekanan ini diperlukan tambahan aliran masuk yaitu fuel gas dari
fuel gas system.
Hydrotreated naphtha dari unit NHDT dan recycle gas dari C-1
0
dipanaskan oleh E-1 hingga temperaturnya 415 C lalu dipanaskan di H-1
0
hingga temperaturnya 520 C . Umpan panas tersebut dimasukkan ke V-1 yang
terletak paling atas. Pada dasar V-1 produk yang bertemperatur 480 0 C
dipanaskan kembali di H-2 hingga temperaturnya 5200 C dan dimasukkan ke
V-2 yang terletak di tengah. Produk V-2 dikeluarkan dengan temperatur 445°C
0
dan kembali dimasukkan ke H-3 sehingga temperaturnya menjadi 520 C
kemudian dimasukkan ke V-3 yang terletak di bawah. Produk keluaran V-3 yang
memiliki temperatur 480 0 C kemudian didinginkan di E-1 untuk kemudian
dialirkan ke bagian separator. Bahan bakar ketiga heater tersebut adalah sebagian
besar fuel gas, sebagian kecil fuel oil, dan steam. Ketiga reaksi di ketiga reaktor
berlangsung secara endotermik dengan reaksi di V-1 adalah dehidrogenasi, reaksi
di V-2 adalah hydrocracking, isomerisasi dan dehidrogenasi, sedangkan reaksi di
V-3 adalah penyempurnaan reaksi sehingga umpan yang belum bereaksi
diharapkan dapat bereaksi di reaktor ini. Katalis di ketiga reaktor tersebut
mengalir secara kontinu untuk diregenerasi dengan perbandingan katalis di V-1,
V-2, dan V-3 adalah 2:3:5.
Produk keluaran reaktor didinginkan oleh E-2ABCD dan E-3 secara seri
kemudian dimasukkan ke V-4 untuk dipisahkan fraksi berat dan gasnya dengan
tekanan 8.4 kg/ cm 2 . Selain produk tersebut, umpan V-4 adalah gas yang
berasal dari V-5. Gas yang dihasilkan sebagian dialirkan ke C-1 dan sebagian
dialirkan ke C-2AB. Dari C-1 gas dipisahkan menjadi dua aliran yaitu gas yang
menuju ke aliran umpan masuk reaktor dan recycle gas untuk unit CCR. Gas yang
menuju ke C-2AB kemudian digabungkan dengan fraksi berat keluaran V-4.
Salah satu penggunaan high pressure steam adalah pada C-1 dan C-2AB.
Kedua kompresor tersebut menghasilkan steam yang akan didinginkan pada E-
10AB dan ditampung di V-11. E-10AB berbentuk steam surface yang berfungsi
untuk menukar panas steam dari kompresor dengan kondensat yang ditampung di
V-11 dan kemudian dipompa oleh P-9AB dan menghasilkan cold condensate
dengan temperatur 800 C .
HCU berfungsi mengolah HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) dan HCGO
(Heavy Coker Gas Oil) menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan melalui proses
perengkahan berbantuan gas hidrogen (hydrocracking). Katalis yang digunakan
pad unit ini adalah DHC-8. Katalis ini terdiri dari metal site Ni dan W untuk
reaksi hidrogenasi dan acid site Al2O3.SiO2 sebagai power cracking. Katalis
Produk yang dihasilkan unit ini adalah gas dan LPG yang akan diolah
lebih lanjut di unit Amine & LPG Recovery, light naphtha yang akan digunakan
sebagai komponen blending Premium, heavy naphtha yang akan digunakan
sebagai umpan unit NHDT, light dan heavy kerosene yang akan dipakai sebagai
komponen blending kerosin dan/atau avtur, Automotive Diesel Oil (ADO), serta
bottom product yang akan digunakan sebagai komponen blending ADO.
Kemudian produk diteruskan ke V-8 untuk dipisahkan antara fasa gas dan
fasa cairnya. Fasa gas yang mengandung H2 akan dialirkan ke C-1 dan digabung
dengan recycle gas yang akan ditambahkan ke umpan. Air yang dihasilkan akan
dikirim ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut. Sedangkan hidrokarbon yang telah
dipisahkan diteruskan ke V-9 dan V-10 untuk memisahkan gas-gas yang masih
Fasa cair dari V-10 dialirkan ke V-12 untuk dihilangkan fraksi C 1-C4nya.
Fraksi ringan ini akan dtampung di V-13 untuk dipisahkan fasa gas dan fasa
cairnya. Fasa gas yang mengandung LPG dikirim ke Amine & LPG Recovery, fasa
cairnya sebagian juga dialirkan ke unit tersebut dan sebagian lagi digunakan
sebagai refluks V-12. Air yang berhasil dipisahkan dialirkan ke unit SWS. Produk
bawah V-12 sebagian digunakan sebagai refluks melalui H-2 dan sebagian lagi
diumpankan ke kolom fraksionator V-14 setelah sebelumnya dipanaskan dengan
H-3.
0
Produk samping dari V-14 diambil pada temperatur 162 C dan
dialirkan ke kolom V-18. Fasa gas dari V-18 dikembalikan ke V-14, sedangkan
fasa cairnya diambil sebagai produk berupa light kerosene dan sebagian
dikembalikan ke kolom V-18. Produk samping kedua diambil pada temperatur
0
195 C dan dipisahkan di kolom V-17. Produk atas V-17 dikembalikan ke
kolom V-14, sedangkan fasa cair sebagian dikembalikan ke kolom V-17 dan
sebagian lagi diambil sebagai produk berupa heavy kerosene. Aliran samping
0
ketiga diambil pada temperatur 295 C dan dimasukkan ke kolom V-16. Fasa
3
Kapasitas produksi unit ini adalah 43.455 Nm /jam untuk masing–
masing plant. Umpan unit ini terdiri dari 86.3 %-w off gas dari Amine & LPG
absorber, 13.7 %-w net off gas dari unit platforming, dan LPG sebagai cadangan.
Produk gas hidrogen yang dihasilkan unit ini diharapkan memiliki kemurnian
lebih dari 97 %, kandungan oksida karbon maksimum 30 ppm, kandungan metana
maksimum 3 %, dan tidak mengandung nitrogen serta sulfur.
0
Gas keluar dari E-5 dan masuk ke HTSC V-7 pada temperatur 370 C .
Kemudian produk V-7 didinginkan melalui E-6. Gas masuk ke E-7 yang
dimanfaatkan untuk memproduksi MP steam. Gas kemudian diproses lebih lanjut
di LTSC V-8 untuk konversi CO yang tersisa menjadi CO 2. Produk reaksi V-8
dikondensasikan di E-11. Kondensat yang banyak mengandung H 2S atau produk
bawah dicampurkan dengan air hasil reaksi metanasi di V-11, menghasilkan
H2SO4. Cairan yang banyak mengandung asam ini lalu dialirkan ke V-15 bersama-
sama dengan produk atas V-12 yang banyak mengandung gas CO 2. Produk atas
kolom V-15 adalah gas CO2 sedangkan produk bawah dialirkan ke unit SWS.
Gambar 3.11 Diagram alir Hydrogen Plant – Unit CO2 Removal Section
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan sulfur pada gas dan
LPG yang dihasilkan unit-unit lain. Penghilangan sulfur ini bertujuan untuk
Kapasitas amine dan LPG recovery pada unit ini masing–masing adalah
20.000 Nm3/jam dan 15 m3/jam. Umpan unit ini dapat dikategorikan menjadi dua
jenis yaitu gas dan LPG. Gas berasal dari berbagai unit proses seperti HCU, PL-I,
NHDT, dan DHDT. Sedangkan umpan LPG berasal dari HCU dan Pl-II. Produk
dari unit ini berupa gas dan LPG yang diharapkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah disebutkan di atas.
Umpan gas dari berbagai unit ditampung dalam V-1 untuk menghilangkan
kandungan cairan yang terbawa. Gas yang dipisahkan dipakai sebagai fuel gas,
sedangkan fasa cairnya dialirkan ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut. Fasa
gasnya kemudian dipanaskan dengan E-1 dan ditambah dengan MP gas yang
berasal dari HCU. Gas ini kemudian masuk ke V-3 untuk pemisahan cairan yang
masih tersisa. Produk bawah V-3 dialirkan ke unit SWS dan HCU sedangkan
produk atasnya masuk ke V-5 untuk pemisahan gas ringan. Gas yang berhasil
dipisahkan sebagian dipakai untuk unit H2 plant dan sebagian lagi digunakan
sebagai fuel gas. Produk bawah V-5 yang kaya amine dialirkan ke V-7.
Produk V-7 berupa cairan yang banyak mengandung H2S dialirkan dari
bawah dan dipanaskan dengan E-4, kemudian menuju V-8. Produk atas V-8
0
dengan temperatur 105 C didinginkan dengan E-4, kemudian masuk ke V-9.
Produk V-9 berupa gas dialirkan ke flare, sedangkan cairan yang mengandung
MEA dikembalikan ke V-8. Produk bawah V-8 berupa lean amine (MEA yang
mengandung sedikit H2S), sebagian dialirkan ke E-3 untuk pemisahan lebih lanjut
dan sebagian lagi dibagi menjadi dua aliran yaitu ke V-7 dan ke V-5. Lean amine
yang menuju E-3 juga dibagi menjadi dua, sebagian langsung dialirkan ke E-3 dan
sebagian lagi didinginkan melalui E-2 kemudian masuk ke F-1AB. Dari F-1AB,
lean amine dialirkan ke V-5, V-6, V-7, dan V-8. Lean amine yang ke E-3
dipanaskan kembali dengan MP steam kemudian dikembalikan ke V-8.
Produk atas V-13 berupa fraksi ringan (C 1 dan C2) dialirkan menuju V-14
setelah sebelumnya didinginkan dengan E-8. Kondensat V-14 dipompakan dengan
P-3AB ke puncak kolom sebagai total refluks sedangkan gas yang tak
terkondensasi dialirkan ke V-3 untuk diolah menjadi feed gas off absorber.
Sedangkan produk bawah V-13 berupa LPG dialirkan ke spherical tank system
setelah sebelumnya digunakan untuk memanaskan umpan V-13 dan didinginkan
dengan E-15.
Unit ini berfungsi untuk menurunkan kandungan H2S dan NH3 yang
mengkontaminasi air proses sehingga dapat digunakan kembali dan tidak
mencemari jika dibuang ke lingkungan. Unit ini mampu menghilangkan 97%-v
H2S dan 90%-v NH3 dari umpan.
Kapasitas pengolahan unit ini adalah 10.3 MBSD. Umpan unit ini berasal
dari unit NHDT, HCU, HVU, DCU, DHDT, Amine & LPG Recovery, dan KO
drum dari flare system. Produk dari unit ini diharapkan memenuhi standar baku
mutu kandungan H2S dan NH3 yang telah disebutkan di atas.
Umpan berupa air buangan proses (sour water) dari berbagai unit
dipisahkan antara fasa gas dan fasa cairnya di V-1. Fasa gas berupa sour gas
dibakar di flare, sedangkan fasa cair berupa minyak dipompakan dengan P-2 ke
slop oil tank untuk diolah kembali. Air dari V-1 dipompakan dengan P-1AB ke V-
2 untuk pemisahan gas NH3 dan H2S. Sebelum menuju V-2, air dipanaskan
Unit ini berfungsi untuk menghasilkan gas nitrogen yang digunakan untuk
start-up dan shut-down unit proses, regenerasi katalis, dan media blanketting
tangki. Gas nitrogen diperoleh dengan cara pemisahan oksigen dan nitrogen dari
udara berdasarkan titik embunnya dengan temperatur operasi - 1800 C. Nitrogen
akan mengalir ke bagian atas kolom dan oksigen akan berkumpul di bagian dasar
kolom sebagai cairan karena nitrogen mempunyai titik embun lebih rendah dari
oksigen. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 500 Nm3/hari. Proses ini
menggunakan molecular sieve absorber untuk menyerap uap air dalam udara.
Udara bebas bersama udara recycle dihisap dengan C-81AB yang masing-
masing terdiri dari dua tahapan. Udara yang telah dimanfaatkan kompresor tahap
Unit ini berfungsi untuk memisahkan umpan berupa Low Sulphur Waxy
Residue (LSWR) yang berasal dari unit CDU menjadi fraksi yang lebih ringan
berdasarkan titik didihnya. Prinsip dasar operasi unit ini adalah distilasi pada
Umpan LSWR yang berasal dari unit CDU ditampung di V-3 untuk
dihilangkan gasnya yang kemudian akan dibakar di flare. Umpan kemudian
dialirkan ke V-5AB. Keluaran V-5AB yang berupa brine akan diolah sehingga
dapat digunakan kembali, sedangkan minyak yang sudah tidak mengandung
garam akan dialirkan ke V-1 setelah sebelumnya dipanaskan dengan E-2, E-3, dan
H-1AB. Umpan masuk ke V-1 pada temperatur 400°C. Produk atas diserap
dengan mengggunakan J-51, J-52, dan J-53 kemudian didinginkan dengan E-52,
E-53, dan E-54 sebelum masuk ke V-2. Produk atas diserap dengan ejektor yang
memanfaatkan MP steam kemudian akan dialirkan ke V-2 setelah didinginkan
dengan E-52ABC, E-53, dan E-54. Keluaran yang masih bisa diolah sebagian
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi dialirkan ke slop tank. Gas yang dihasilkan
dimurnikan dari minyak di V-11 kemudian sebagian digunakan sebagai fuel gas
dan sebagian dibakar di flare. MP steam yang digunakan berasal dari V-10 yang
menggunakan air sebagai umpan.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO yang masing – masing diambil
pada temperatur 2190 C dan 3450 C . LVGO dipompakan dengan P-9AB
dari V-1 dan didinginkan dengan E-9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai
produk dan sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1 setelah dipanaskan terlebih
dahulu dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC dari V-1, sebagian
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan
melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk
pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran
Unit ini berfungsi mengolah short residue yang dihasilkan unit HVU
menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan, gas, dan coke. Prinsip dasar reaksi yang
berlangsung di unit ini adalah thermal cracking (perengkahan hidrokarbon pada
temperatur tinggi). Perengkahan ini biasanya dilakukan pada temperatur sekitar
0
500 C. Temperatur operasi yang tinggi menyebabkan terjadinya reaksi
polimerisasi yang kemudian akan membentuk green coke. Tahap-tahap
pembentukan green coke yang terjadi antara lain steaming out (1 jam), steaming
out to blowdown system (2 jam), water quenching (5 jam), water fill in (2 jam),
dan pengeringan. Steaming out berfungsi untuk menghilangkan fraksi ringan yang
masih tersisa. Water quenching menggunakan campuran air dan steam kurang
Kapasitas pengolahan unit ini adalah 35.4 MBSD. Umpan yang digunakan
adalah short residue yang berasal dari unit HVU. Produk yang dihasilkan antara
lain adalah gas, nafta, LCGO (light coker gas oil), HVGO (heavy coker gas oil),
dan green coke. Gas akan dimanfaatkan sebagai fuel gas, nafta akan diumpankan
ke unit NHDT, LCGO akan diumpankan ke unit DHDT, HCGO akan diumpankan
ke unit HCU, sedangkan green coke akan dijual langsung sebagai produk.
Produk samping V-2 yang diambil pada tray ke-11 dari atas berupa LCGO
akan dialirkan ke V-3. Dari V-3 sebagian LCGO akan dikembalikan ke V-2 setelah
dimurnikan dari gasnya di V-17. Fasa gas dari V-17 akan digunakan sebaga fuel
gas. Sebagian LCGO juga akan diambil sebagai produk sebagai fuel oil,
diumpankan ke DHDT, serta masuk ke coking section.
Produk samping V-2 yang diambil pada tray ke-28 dari atas berupa HVGO
akan dialirkan ke V-4. Sebagian HVGO akan dikembalikan ke V-2 dan sebagian
lagi akan dipakai untuk quenching pada coke chambers. HVGO dari V-4 akan
dimanfaatkan untuk memproduksi MP steam pada E-2 dan E-4 sebelum dialirkan
ke unit HCU 211/212 serta ke tangki penyimpanan.
Produk bawah V-2 yang masih merupakan fraksi berat hidrokarbon akan
direngkah dengan proses termal di V-1. Produk bawah V-2 keluar dari fraksionator
pada temperatur 330°C, kemudian dipanaskan lebih lanjut di H-1ABCD sebelum
masuk ke V-1ABCD. Umpan masuk ke V-1ABCD pada temperatur 490 0 C . Di
V-1ABCD terjadi proses thermal cracking pada temperatur 5000 C , tahapan
prosesnya mengikuti tahapan yang telah disebutkan di atas. Produk-produk V-
1ABCD antara lain adalah heavy hydrocarbon yang akan dialirkan ke V-2 dan
coke. Coke dari V-1ABCD akan dialirkan keluar reaktor dan langsung diambil
sebagai produk. Kebutuhan air yang digunakan berasal dari T-1, sedangkan
kebutuhan steam dipenuhi oleh steam generator.
Unit ini berfungsi untuk mengolah LCGO (light coker gas oil) dari unit
DCU dengan cara menjenuhkan material hasil perengkahan yang tidak stabil dan
membuang pengotor seperti sulfur dan nitrogen dengan bantan gas hidrogen
bertekanan. Katalis yang digunakan dalam proses ini adalah UOP S-12.
3
Kapasitas pengolahan unit ini adalah 90 m /jam. Produk yang
dihasilkan dari unit ini adalah gas, nafta, light kerosene, dan heavy kerosene. Gas
yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai fuel gas, nafta akan diumpankan ke
unit HCU, light kerosene dan heavy kerosene akan digunakan sebagai komponen
blending kerosin dan diesel (ADO).
Fasa cair dari V-4 akan dipanaskan terlebih dahulu dengan E-6 sebelum
masuk ke V-8. Temperatur umpan masuk reaktor kurang lebih 2720 C . Produk
atas V-8 berupa campuran gas dan nafta dialirkan ke V-9 untuk dipisahkan dari air.
Fasa gas akan digunakan sebagai umpan unit Amine & LPG recovery dan fuel gas,
air akan dialirkan ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut, dan nafta akan
digunakan sebagai umpan unit HCU dan sebagian dikembalikan ke V-8. Produk
bawah V-8, sebagian dikembalikan ke V-8 dan sebagian lagi akan dialirkan ke V-
10.
Produk bawah V-8 dilewatkan E-6 kemudian masuk ke V-10. Produk atas
V-10 berupa light kerosene akan dialirkan ke V-11 setelah sebelumnya
didinginkan dengan E-9. Sebagian light kerosene akan dikembalikan ke V-10 dan
sebagian lagi akan dialirkan ke tangki penyimpanan setelah sebelumnya
digunakan untuk memanaskan umpan V-10. Produk bawah V-10 berupa heavy
kerosene sebagian akan dikembalikan ke V-10 setelah dipanaskan kembali dengan
H-3, sedangkan sebagian lagi akan dialirkan ke tangki penyimpanan setelah
didinginkan dengan E-5, E-11, dan E-12.
Unit ini berfungsi untuk mengolah green coke dari unit DCU menjadi
calcined coke yang biasanya digunakan sebagai bahan utama pembuatan
elektroda. Unit ini tidak beroperasi lagi sejak tahun 1994 karena adanya kerusakan
dan tidak diperbaiki karena nilai produknya rendah sehingga tidak memberikan
keuntungan. Proses yang terjadi dalam unit ini adalah proses pembakaran pada
temperatur tinggi ( 13500 C) untuk menghilangkan kandungan karbon yang
mudah menguap dan air. Kapasitas utama unit ini adalah 1334 ton perhari.
Umpan berupa green coke dari unit DCU dipanaskan pada temperatur
0
1250 C dengan H-203 untuk menghilangkan semua zat yang mudah menguap
dan air. Kemudian coke panas didinginkan di E-209 dengan jalan
mengontakkannya langsung dengan spray water. Panas hasil pembakaran coke di
H-204 akan digunakan untuk memproduksi steam pada waste heat boiler.
Sedangkan coke yang telah dingin dialirkan ke tempat penyimpanan.
Peralatan – peralatan utama yang terdapat pada unit CCR antara lain regen
tower, lock hopper 1 (LH-1), lock hopper 2 (LH-2), lift engagers 1 (LE-1), lift
engagers 2 (LE-2), dust collector, surge hopper, disengaging hopper (DH),
Peralatan utama yang terdapat dalam unit HCU antara lain adalah fresh
feed reactor (V-1, V-2), recycle reactor (V-3), HP separator (V-8), MP flash drum
(V-9), LP flash drum (V-10), debuthanizer (V-12), debuthanizer overhead
receiver (V-13), fractionator (V-14), diesel and kerosine stripper (V-16, V-17, V-
18), fractionator receiver (V-19), naphtha splitter (V-20, V-22), naphtha splitter
receiver (V-21, V-23), fresh feed surge drum (V-24), recycle feed surge drum (V-
25), backwash drum (V-26), stage suction drum (V-27, V-28, V-29), heater (H-1,
H-3, H-3), heat exchanger (E-1, E-2, E-3, E-4, E-21, E-24, E-25, E-28), pompa
(P-1 s.d. P-25), filter (F-1, F-2) dan kompresor (C-1, C-2).
Peralatan-peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah sour
water degassing drum (V-1), kolom stripper (V-2), caustic tank (T-1), pompa (P-
1AB, P-2, P-3AB, P-4AB), heat exchanger (E-1AB, E-2), fan (E-3, E-4), dan
cooler (E-5AB).
Peralatan-peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah flash
drum (V-84), rectification column (V-83), tangki (V-18AB), screw compressor (C-
81AB), cooler (E-90), dan heat exchanger (E-81, E-82, E-83, E-85, E-86, E-88,
E-94, E-95).
Peralatan-peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah vacuum
tower (V-1), condensate receiver (V-2), feed surge drum (V-3, V-4), 1st dan 2nd
stage desalter (V-5A, V-5B), tempered water expansion drum (V-6), continuous
blow down (V-8), intermediet blowdown (V-9), steam disengaging drum (V-10),
KO drum (V-11), vacuum heater (H-1A, H-1B), heat exchanger (E-1AB, E-
2ABC, E-3ABCD, E-4AB, E-52ABC, E- 53, E-54, E-5AB, E-6AB, E-7ABCD,
E-8AB, E-9A-I, E-10, E-11ABCD, E-12, E-13A-J, E-15, E-16), ejektor (J-51, J-
52, J-53), kompresor (C-1AB), dan pompa (P-2AB, P-3ABC,P-4AB, P-5AB, P-
6ABC, P-7, P-8AB, P-9AB, P-10AB, P-11AB, P-12AB, P-13AB, P-14AB, P-
15AB).
Peralatan-peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah coke
chambers (V-1ABCD), fractionator (V-2), light coker oil stripper (V-3), heavy
coker oil stripper (V-4), feed surge drum (V-5), fractionator overhead receiver (V-
6), separator (V-7), BDC separator (V-14), BDC KO drum (V-12), blow down
condensor (V-13), compressor surge drum (V-15), HP separator (V-16), absorber
(V-17), debuthanizer (V-18), debuthanizer overhead receiver (V-19), LPG splitter
(V-20), LPG splitter overhead receiver (V-21), interstage receiver (V-23), tangki
air (T-1), fractionator overhead gas compressor (C-1), heater (H-1 ABCD),
desuperheater (DS-1), heat exchanger (E-1 s.d.E-25), ejektor (J-51AB), dan
pompa (P-1AB s.d. P-27AB).
Peralatan-peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah feed
surge drum (V-1), reaktor (V-2,V-3), HP separator (V-4), recycle compressor
suction drum (V-5), make-up compressor suction drum (V-6), water injection tank
(V-7), stripper (V-8), stripper receiver (V-9), splitter (V-10), splitter receiver (V-
11), heater (H-1, H-2, H-3), recycle and make-up compressor (C-1AB),
desuperheater (DH-1), heat exchanger (E-1ABCDE, E-2ABCD, E-3, E-4, E-5, E-
6, E-7, E-8, E-9, E-11, E12), dan pompa (P-1AB, P-2AB, P-3AB, P-4AB, dan P-
5AB).
Peralatan-peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah rotary
calciner (H-203), incinerator (H-204), hot stack (H-219), waste heat boiler, feed
drum (V-201), cooler dust collector (V-212), cooler dishcharge housing (V-210),
air curtain blower (C 253), incinerator air fan (C-216), rotary cooler fan (C-213),
incinerator start-up burner fan (C-215), nose ring cooling fan (C-206), primary
air fan (C-207), secondary air fan (C-211), boiler shut-off damper (E-2), dump
damper (E-3), dan rotary cooler (E-209).
4.1 Utilitas
Sumber air tawar diperoleh dari sungai Rokan. Pengolahan air bertujuan
untuk memperoleh air yang memenuhi syarat sebagai air minum dan air
Air baku dari sungai Rokan dipompa menuju WTP (Water Treatment
Plant) Bukit Datuk yang berjarak 45 km, kemudian ditampung dalam raw water
pond. Di dalam raw water pond terjadi pengendapan lumpur, pasir, dan partikulat.
Kemudian air baku di pompa menuju clearator dan dilakukan penginjeksian zat-
zat sebagai berikut:
Refinery water (raw water) dari WTP Bukit Datuk dikirim ke new plant
dan dikirim ke sand filter. Outlet sand filter ditampung pada filtered water tank.
Dari tangki tersebut didistribusikan dengan pompa menuju:
Ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan kesadahan pada air. Ion-ion
tersebut bila masuk ke dalam boiler akan membentuk scale deposit.
1. External treatment
2. Internal treatment
Mengikat ion-ion Ca2+ dan Mg2+ untuk menghasilkan senyawa
berbentuk sludge/lumpur yang rapuh dan tidak melekat pada dinding
dan tube boiler.
Air umpan boiler memiliki persyaratan khusus karena dalam air masih
terdapat zat-zat yang bisa membentuk kerak pada tube boiler dan zat-zat yang
korosif. Kerak pada tube boiler disebabkan oleh garam-garam silikat dan
karbonat. Kerak ini menyebabkan over heating karena menghambat transfer
panas. Korosi pada pipa disebabkan adanya gas-gas korosif seperti : O2, CO2, pH
air yang rendah, oleh karena itu gas-gas harus dihilangkan dan pH air dijaga tetap
netral di dalam BFW. Garam-garam mineral yang larut dalam air bisa
mengakibatkan buih sehingga perlu dihilangkan dengan demineralizer yang terdiri
dari kation dan anion.
Unit ini berfungsi untuk menampung air yang akan digunakan sebagai air
pendingin pompa dan kompressor. Air yang digunakan adalah air tawar dari WTP
Bukit Datuk. Cooling tower di new plant berpusat di Utilities Circulation. Air dari
tangki didistribusikan ke cooling tower sebagai make-up. Untuk mempertahankan
level cooling tower maka diperlukan make-up karena air yang kembali (return
cooling tower) sangat sedikit. Untuk membuang sludge dan lumpur dilakukan
dengan blow down. Untuk menghindari pertumbuhan jasad renik (algae dan
lumut), diinjeksikan chlorine ke dalam cooling tower sebanyak 10 Kg selama 6
Fungsi dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh unit ini adalah :
2. Udara Kilang
Digunakan sebagai pembersih dan flushing pipa-pipa. Di dalam unit
kompresor juga terdapat cooling tower untuk mengatur air pendingin yang
mendinginkan pompa dan kompresor. Untuk menjaga agar temperatur air
tetap rendah digunakan fan. Untuk mencegah korosi, diinjeksikan polycrin
I dan polycrin AI yang merupakan corrosion inhibitor.
Sistem penyediaan fuel oil di new plant berpusat di utilitas. Fuel oil dari
tangki penampungan didistribusikan dengan pompa menuju :
1. Boiler Utilitas
2. Vacuum Unit
3. Platforming Unit
4. Naphtha Hydrotreating Unit
5. Distillate Hydrotreating Unit
6. Hydrocracking Unibon
4.1.7 Power Plant
Merupakan unit yang penting dalam operasi kilang. Unit ini berfungsi
sebagai penyedia tenaga listrik untuk kebutuhan kilang maupun perumahan
karyawan. Unit ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Power Generation
2. Power Distribution
3. Bengkel Listrik
Limbah gas yang dihasilkan oleh Pertamina RU II Dumai adalah jenis gas
yang mengandung SOx, NOx, H2S, NH3, CO2, CO, Hydrokarbon, debu, jelaga dan
bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong. Upaya
penanggulangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan stack atau cerobong
yang didesign dengan ketinggian tertentu agar memenuhi baku mutu emisi dan
baku kutu ambient. Upaya lainnya yang dilakukan oleh pihak Pertamina RU II
Dumai adalah dengan pemasangan CEM (Continuous Emission Monitoring),
yang diletakkan pada cerobong (stack) unit HVU, yang merupakan unit yang
setelah dianalisa menghasilkan emisi gas terbesar.
Pengolahan lebih lanjut untuk limbah gas tidak dilakukan sebab selama ini
ternyata emisi udara maupun ambient di lingkungan RU II Dumai masih
memenuhi mutu lingkungan. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas
udara di RU II Dumai dicantumkan pada tabel berikut ini:
a. Pengolahan Fisika
Instalasi pengolahan air limbah PT. Pertamina Persero RU II Dumai yang
menggunakan pengolahan fisika adalah:
- Separator II
- Kolam Ekualisasi
Kolam ini berfungsi untuk menampung air limbah dan menjaga
agar debit air limbah konstan, sehingga dapat mencegah shock
loading pada saat pengolahan selanjutnya (kolam aerasi).
- Kolam Pengendap
Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur setelah air
limbah tersebut diproses dalam kolam aerasi
- Separator III
Separator III ini berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih
terbawa dalam air limbah yang berasal dari proses pengolahan
limbah sebelumnya
b. Pengolahan Kimia
Pengolahan secara kimia adalah pengolahan air limbah dengan
menggunakan bahan-bahan kimia sehingga akan terjadi reaksi antara
bahan kimia tersebut dengan kandungan bahan organik yang terdapat pada
air limbah. Fungsi utama dari pengolahan kimia ini pada pengolahan
limbah cair kilang RU II Duai adalah untuk menetralkan pH air limbah.
Proses dengan penggunaan bahan kimia ini terjadi pada SWS di V-2, yaitu
ketika dilakukan penetralan pH dengan pengijeksian caustic soda.
c. Pengolahan Biologi
Proses pengolahan air limbah secara biologi adalah menampung air limbah
pada suatu kolam yang luas dengan waktu detensi tertentu sehingga
senyawa polutan yang terkandung dalam air limbah tersebut akan terurai
oleh aktifitas mikrooranisme. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah
proses Lumpur aktif, dimana kondisi dalam kolam ini juga mempengaruhi
aktifitas mikrooranisme itu sendiri. Udara yang cukup akan membantu
- Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator.
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan
dapat dipisahkan dari sludge. Dilakukan juga SOR (Sludge Oil
Recovery) dengan cara mengencerkan sludge, lalu disentrifusi agar
terpisah fasa minyak dan air. Minyak yang diperoleh dari metode ini
akan dikembalikan ke unit crude didtilling untuk diperoleh kembali.
Cara ini juga bermanfaat secara ekonomis, agar tidak ada minyak yang
terbuang begitu saja. Sludge yang telah diolah tersebut kemudian
dijual, dihibahkan, atau dikirimkan ke PPLI (Pusat Pengolahan Limbah
Industri) untuk diolah lebih lanjut.
- Spent catalyst
Pertamina RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat
digunakan untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah
tidak digunakan biasanya dijual ke PPLI, karena banyak mengandung
unsur platina yang cukup bernilai ekonomis.
- Karbon Aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi
spesifikasi akan dicampur dengan coke dan dijual.
Program Studi Teknik Kimia S1
Fakultas Teknik Industri
54
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 54
- Limbah Perbengkelan berupa logam, kaleng dan bungkus.
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara
kemudian dibuang atau dikirimkan ke PPLI.
Salah satu fungsi supply chain adalah menentukan bahan baku apa saja
yang diperlukan serta sarana transportasinya. Jenis crude oil yang merupakan
bahan mentah yang diolah oleh Pertamina RU II Dumai adalah Banyu Urip Crude
Oil, Duri Crude Oil, dan Sumatera Light Crude dengan komposisi yang berbeda-
beda. Sistem perpipaan crude oil dari Chevron Duri dan Minas memungkinkan
mendapatkan bahan mentah dari kilang Sungai Pakning dan bahkan dari
Pertamina RU lainnya, sedangkan Banyu Urip Crude Oil dan Sumatera Light
Crude mengalami shipping agar dapat tiba di Pertamina RU II Dumai.
Fungsi lain dari supply chain adalah mendistribusikan produk jadi dari
kilang. Pertamina RU II Dumai hanya mendistribusikan produk jadinya ke daerah
UPDN I (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau) sedangkan avtur,
khususnya, disalurkan ke Jakarta dengan menggunakan kapal tanker. Supply
chain juga mengatur transportasi barang agar tiba ke tujuan dengan aman dan
selamat. Pertamina RU II Dumai memanfaatkan trading company yang
merupakan anak perusahaan dari Pertamina, yaitu Pertamina Marine dan
Pertamina Tongkang.
HSE Manager
Occupational
Safety Section Environmental Fire & Insurance
Health Section
Head Section Head Section Head
Head
Gambar 5.2 Struktur Organisasi Health, Safety, & Environment
1. Saya mematuhi
Pekerja Pertamina mengetahui segala aturan HSE yang berlaku serta
mematuhinya selama berada di area Pertamina.
2. Saya melakukan intervensi
a. Hitam
Limbah yang dihasilkan oleh industri tidak mengalami penanganan dan
pengolahan yang mengakibatkan jauhnya industri untuk memenuhi
parameter yang ditetapkan pada assessment PROPER;
b. Merah
Limbah yang dihasilkan industri sudah ditangani dan diolah namun belum
dapat memenuhi parameter yang ditetapkan pada assessment PROPER;
c. Biru
Sudah ada penanganan dan pengolahan limbah yang dihasilkan industri
dan telah memenuhi parameter yang ditetapkan pada assessment
PROPER;
d. Hijau
Penanganan dan pengolahan limbah yang dihasilkan industri memenuhi
parameter yang ditetapkan pada assessment PROPER, telah memiliki
corporate social responsibility namun masih dalam tahap pengembangan
serta belum menghasilkan community development yang kuat bagi
masyarakat sekitar;
Program Studi Teknik Kimia S1
Fakultas Teknik Industri
60
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 60
e. Emas
Penanganan dan pengolahan limbah yang dihasilkan industri memenuhi
parameter yang ditetapkan pada assessment PROPER, telah memiliki
corporate social responsibility yang menciptakan community development
yang kuat dan impact yang tinggi.
Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib dikenakan oleh pekerja setelah
melewati gate (I atau II) dan memasuki wilayah ring II adalah:
a. Coverall
Coverall merupakan pakaian dinas single-piece pekerja Pertamina.
Pakaian ini wajib dipakai saat memasuki zona operasi Pertamina.
b. Safety helmet
Safety helmet merupakan pelindung kepala bagian atas yang disertai
dengan tali yang mengencangkan helm. Safety helmet memiliki suspender
yang memisahkan antara kepala bagian atas dengan bagian atas helm.
Safety helmet juga memiliki lubang untuk memasang wadah ear plug.
c. Safety shoes
Safety shoes merupakan sepatu yang wajib digunakan di lingkungan
Pertamina. Safety shoes menutupi hingga sekitar 5 cm di atas mata kaki
dan memiliki hak setinggi 5 cm. Bahan dari safety shoes merupakan karet
tebal berwarna hitam.
APD yang wajib dikenakan pada saat-saat tertentu ketika bekerja pada unit
operasi Pertamina RU II Dumai adalah:
a. Safety glasses
o Oil sludge
o Spent catalyst
o Pelumas bekas
o Filter bekas
o Bahan kimia bekas
o Baterai bekas
o Tanah tercemar hidrokarbon
o Drum bahan kimia bekas.
Fire & Insurance Section adalah divisi pada HSE yang menangani seluruh
kejadian pada lingkungan Pertamina RU II Dumai yang berkaitan dengan
kecelakaan api/kebakaran. Divisi ini bertanggung jawab dalam manajemen water
sprinkler untuk mencegah kebakaran pada unit operasi yang memiliki potensi
kebakaran. Divisi ini memiliki staf terbanyak pada divisi HSE, mencakup sekitar
50% dari total pekerja HSE. Unit-unit yang dimiliki oleh divisi ini antara lain 4
pompa emergency, 9 fire truck, ladder fire, dan foam cannon yang digunakan
untuk menembakkan liquid foam yang dapat menyelimuti isi tangki dan
memutuskan O2.
- Tangki
- Pipa
- Automatic Tank Gauge (ATG)
- Pompa sentrifugal
- Free vent, untuk mengatasi agar tangki tidak mengalami vakum atau
kelebihan tekanan;
- PV vent, untuk mencegah keberadaan gas berlebih dalam tangki;
- Water sprinkler, untuk mendinginkan tangki agar tidak memicu
perubahan fasa yang dialami oleh hidrokarbon dalam tangki;
- Foam, untuk memutus reaksi pembakaran apabila terjadi kebakaran
pada tangki, dan;
- Kabel grounding, untuk mencegah adanya gangguan yang diakibatkan
oleh listrik statis.
5.4 Laboratorium
Laboratorium gas bertugas untuk menguji bahan kimia berfasa gas yang
berasal dari kilang. Bahan kimia yang diuji adalah refinery gas dan LPG.
Laboratorium gas dijaga pada temperatur diantara 20-24°C karena ada alat-alat
yang harus beroperasi pada rentang temperatur tersebut dan tidak ada bahan kimia
berbahaya yang dapat membahayakan pada temperatur tersebut. Alat-alat yang
digunakan pada laboratorium gas adalah:
a. LECO
Alat ini beroperasi untuk melakukan analisis kandungan karbon dan sulfur
yang berada pada katalis dari proses Regenerasi Platforming-II CCR unit
Hydroskimming Complex (HSC). Mekanisme kerja dari alat ini adalah
dengan membakar katalis pada tabung osilator dengan bantuan iron chip
Program Studi Teknik Kimia S1
Fakultas Teknik Industri
69
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 69
accelerator dan hasil pembakaran karbon ditangkap oleh detektor yang
akan membaca kadar karbon dan sulfur pada katalis yang sudah dibakar.
Satuan pembacaan hasil pengujian adalah dalam %massa. Kadar karbon
yang diperbolehkan untuk katalis yang telah diregenerasi pada unit
Platforming-II CCR adalah 2,35±0,3%massa. Alat ini menggunakan
sistem pneumatic untuk menginjeksikan katalis ke alat. Waktu penggunaan
alat ini adalah 2 menit.
b. Alat pengecek sulfur (ASTM D-4045)
Alat ini digunakan untuk menguji keluaran PL-I dan PL-II unit HSC.
Mekanisme kerja dari alat ini adalah dengan membakar sampel pada alat
hingga temperatur 1300°C dengan aliran gas hidrogen. Injeksi sampel
dilakukan dengan menggunakan syringe. Alat ini dibantu dengan
keberadaan asam asetat, yang mana asam asetat akan lari menuju detektor
berbentuk kaset yang mengandung timbal dan bereaksi membentuk PbS
yang akan meninggalkan bercak-bercak hitam di sepanjang pita kaset
hingga akhir. Bercak-bercak hitam inilah yang menyatakan kandungan
sulfur dari keluaran PL-I dan PL-II. Satuan pembacaan hasil pengujian
adalah dalam ppm (part per million). Waktu pengujian dilakukan selama
18-20 menit.
c. Spektrofotometer UV-VIS double-beam
Alat ini untuk menguji air proses yang ada di kilang. Partikulat yang diuji
untuk diketahui kadarnya adalah air, silika, klorida, besi, sulfit, dan
ammonia. Prinsip kerja dari alat ini menggunakan hukum Lambert-Beer
yang menggunakan absorbansi cahaya yang dilakukan sampel untuk
mengukur kadar kandungan partikulat tertentu di dalam sampel. Sesuai
dengan nama alatnya, ada dua jenis cahaya yang digunakan untuk
pengujian, yaitu cahaya tampak Tungsten-Wolfram dengan panjang
gelombang lebih dari 400 nm dan cahaya ultraviolet dengan panjang
gelombang kurang dari 300 nm. Cairan yang digunakan untuk cahaya
tampak adalah CuSO4.5H2O dan untuk sinar ultraviolet adalah K 2Cr2O7.
Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sampel ke dalam kuvet dan
ditembakkan cahaya pada bagian bening kuvet kemudian dibuat grafik
absorbansi vs. konsentrasi pada panjang gelombang yang berbeda-beda.
a. Crude Subsection
Bagian dari laboratorium ini menangani kualitas crude oil yang digunakan
oleh Pertamina RU II Dumai sebelum diolah lebih lanjut. Alat utama dari
bagian laboratorium ini adalah SIBATA yang merupakan simulasi distilasi
crude oil dengan skala laboratorium. Alat ini dapat menentukan komposisi
crude oil, proses fraksionasi yang dialami sampel, serta menyatakan
kandungan raksa pada crude oil.
b. Environmental Subsection
Bagian laboratorium ini berfungsi untuk menganalisis limbah yang
dihasilkan oleh Pertamina RU II Dumai kecuali limbah bahan kimia
beracun dan berbahaya (B3). Limbah yang dianalisis wajib memenuhi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10 tahun 2014. Terutama untuk
limbah air dari kilang utama, Sungai Pakning, serta Patra SK, pengujian
dilakukan di laboratorium ini dengan parameter yang ditetapkan sebagai
berikut:
c. Chemicals Subsection
Bagian laboratorium ini menguji sifat fisika minyak yang ada di Pertamina
RU II Dumai. Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium ini adalah:
Alat ini merupakan ‘miniatur’ dari unit CDU yang ada di HSC, digunakan
untuk menguji initial boiling point (temperatur saat minyak sudah mulai
meneteskan distilat) dan end-point (temperatur saat minyak sudah tidak
dapat menghasilkan distilat lagi) sampel berupa solar, kerosin, dan avtur.
Jumlah sampel yang diuji adalah sebesar 100 ml yang kemudian
dimasukkan ke dalam flask. Temperatur diukur menggunakan termometer
alkohol dengan pangkal ujung raksa harus sejajar dengan flask outlet.
Proses distilasi dimulai dengan menaikkan temperatur pada simulator
sehingga sampel menguapkan dan terkondensasi. Kondensat ditampung
pada gelas ukur. Termometer digunakan untuk mengecek initial boiling
point dan end-point yang dicapai oleh sampel. Untuk fraksi minyak yang
lebih ringan kurang lebih metodenya sama namun mengalami pendinginan
terlebih dahulu.