TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis
(Salim, 1994). Setiap kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk
kehidupan mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-
macam anyaman/tali-temali, bahan perlengkapan upacara adat, disamping yang
digunakan untuk kebutuhan sandang pangan serta papan. Bentuk susunan ramuan,
komposisi dan proses pembuatan/pengolahan dilakukan secara tradisional
menurut cara suku/kelompoknya masing-masing yang mereka terima secara
turun-temurun.
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang
meliputi :
1. Kebenaran bahan : Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies
yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran
bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan.
2. Ketepatan dosis : Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang
tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti
4. Ketepatan cara penggunaan : Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat
aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat
kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya.
Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat
bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan
diminum dapat menyebabkan keracunan / mabuk.
Tabel 2.1. Jenis Tanaman yang Sering Dimanfaatkan sebagai Obat untuk
Penyakit Tertentu:
NO. Nama Tanaman Khasiat
1. Daun dewa (Gynura segetum) Menyembuhkan muntah darah,
payudara bengkak, pendarahan pada
wanita, gigitan ular, dan batuk.
2. Seledri Menyembuhkan tekanan darah tinggi
3. Belimbing Menyembuhkan tekanan darah tinggi
4. Kelor Mengobati panas dalam atau demam
5. Daun bayam duri Mengobati kurang darah
6. Kangkung Mengobati insomnia
7. Saga (abru precatorius) Menyembuhkan batuk dan sari awan
8. Pacar cina Menyembuhkan penyakit gonorrhea
9. Landep (barlariae prionitis L) Menyembuhkan rematik
10. Miana(Coleus antropupureus Menyembuhkan wasir
Benthan)
11. Papaya (carica papaya L) Menyembuhkan demam dan disentri
12. Jinten (coleus ambonicus) Menyembuhkan batu, mules, dan
sariawan
13. Pegagan (Centela asiatica Menyembuhkan sariawan yang
Urban) bersifat astringensia
14. Blustru (luffa cylindrice Roem) Bersifat deuretik (peluruh air seni)
15. Kemuning (Murraye paniculata Menyembuhkan penyakit gonorrhea
Jack)
16. Murbei (Morus indica Rumph) Bersifat deuretik
17. Kumis kucing (Orthosiphon Bersifat deureti
stamineus Benth)
18. Sirih (Chavica betle L) Menyembuhkan batuk, antiseptika,
dan obat kumur
19. Randu (Ceiba pentandra gaerth) Sebagai obat mencret dan berkumur
20. Salam(Eugenia polyantha Bersifat astrigrensia
wight)
21. Jambu biji (Psidium guajava L) Menyembuhkan mencret
( Redaksi Agromedia, 2008)
Penggunaan produk obat bukan alami atau sintetis ini berubah secara
global dalam 20 tahun terakhir, yang mengarah kepada penggunaan bahan alam.
Sebagai konsekuensinya, perhatian terhadap penelitian tumbuhan untuk obat
sangan meluas, baik dalam bidang maupun kedalaman penelitian, sedangkan
disiplin ilmu yang terlibat tidak lagi hanya farmasi dan ilmu kimia, melainkan
juga kedokteran, farmakologi, botani, ekologi, dan sebagainya. Selain itu
berkembang juga kepentingan ekonomi yang sangat besar dari hasil pertanian
tumbuhan obat, yang menyebabkan peningkatan penelitian yang ditandai dengan
meningkatnya jenis, jumlah dan mutu publikasi. Perubahan ini juga diakibatkan
karena produk obat yang bersifat sintetis memiliki kecenderungan menghasilak
efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.
Memang, hingga saat ini belum semua tanaman penghasil obat sudah diteliti
secara farmakologis khasiat dan kandungannya. Pada akhirnya, resep-resep
tradisional juga harus dapat dipertanggungjawabkan secara medis dan ilmiah.
Tanaman obat telah lama digunakan oleh nenek moyang dan memberi hasil yang
baik dalam pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Selama berabad-
abad banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat berbagai jenis penyakit.
(Harianja, 2012)
Logam berat mengacu pada setiap logam yang berat atomnya lebih besar dari
berkisar 50. Ketika terserap kedalam tubuh, secara langsung logam berat beracun
(Eugene, 1990).Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih
dari 5 gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas 13,55gr/cm3. Diantara
semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya,
dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat
antara lain Cd, Ag, Ni, Pb,As, Cr, Sn, Zn (Fardiaz, 1992).
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat
atau konsenterasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain (Pasal 1 (17) UU No. 23 1997) . B3 dalam
ilmu bahan dapat berupa bahan biologis (hidup/mati) atau zat kimia. Zat kimia B3
2.4.1. Logam Cu
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia
melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial standarnya positif, (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia bias larut sedikit. Asam nitrat yang sedang
pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga:
Keracunan logam berat bersifat kronis dan dampaknya baru terlihat setelah
beberapa tahun. Logam berat bersifat akumulatif didalam tubuh organisme dan
konsentrasi mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dalam rantai makanan.
2.4.2. Logam Fe
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Besi
membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi(II) atau fero
diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+
dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi(III) atau feri diturunkan dari oksida
besi(III), Fe 2 O 3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Zat-zat pereduksi
mengubah ion besi(III) menjadi besi(II) (Svehla, 1990).
Timbal-senyawa yang mengandung toksik yang tinggi dan lebih dikenal dalam
masyarakat daripada arsenik saat ini. Polusi timbal dianggap oleh para ahli
menjadi masalah lingkungan utama yang dihadapi dunia modern (Meyer, 1990).
Timbel merupakan logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang
tinggi(11,48 gr/ml pada suhu kamar). Ia mudah terlarut dalam asam nitrat yang
sedang pekatnya (8 M) (Svehla, 1990).
Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg.
Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir
(sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah
berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar
antara 1- 60μg/liter.
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) Pb pada bahan bakar kendaraan
bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang bercampur
dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di
dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas
buang lainnya (Sudarmaji et al, 2003).
Sesuai dengan peraturan Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan No.28
tahun 2004 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan dan obat
diatur bahwa batas maksimum cemaran logam adalah Pb(timbal) 0,1 sampai 10
mg/Kg, untuk logam Cu 0,1 sampai 150 mg/Kg dan Fe 30 mg/Kg (BPOM, 2004).
2.7. Destruksi
Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan, yaitu :
1. Destruksi basah menggunakan HNO 3 dan H 2 SO 4
2. Destruksi basah menggunkana HNO 3 , H 2 SO 4 , dan HClO 4
3. Destruksi basah menggunakan HNO 3 , H 2 SO 4 , dan H 2 O 2 (Apriyanto,1989).
2.8.1. ICP-OES
Metode ICP dari atomisasi dan eksitasi sampel telah dikembangkan dalam 10
sampai 20 tahun dan menawarkan beberapa keuntungan diatas kegunaan suber
tembakan dan bunga api. Sebuah plasma adalah sebuah gas dalam sebuah fraksi
signifikan dari atom-atom atau molekul yang terionisasi dan selanjutnya, akan
berinteraksi dengan medan magnet. Plasma dihasilkan oleh “ penyemaian” dengan
electron-elektron sebuah gas pembawa (Ar mengalir melalui sebuah tabung, untuk
2.8.2. SSA
Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium 358,5 nm, sedangkan kalium
pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi
untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.
Tabel 2.4. Berikut ini Tabel dari Gas Pembakar dengan Gas Oksidan dengan
Suhu Maksimum yang dihasilkan.
Bahan Bakar Oksidan udara Oksidan oksigen N2O
Hidrogen 2100 2780 -
Asetilena 2200 3050 2955
Propan 1950 2800 -
Khopkar,S.M. 1990).
Proses atomisasi yang terjadi dalam atomizer pada instrumentasi AAS sebagai
berikut: