Anda di halaman 1dari 18

1.

TUJUAN
Tujuan dari praktik ini adalah untuk menentukan nilai BOD
,COD dan kandungan ion Cr6+

2. DASAR TEORI
Kebutuhan oksigen biokimiawi disingkat KOB adalah jumlah
miligram oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisma (terutama
bakteri saprofit) untuk menguraikan zat organik dalam 1 liter air limbah
pada kondisi tertentu. BOD sering kita dengar dalam hal analisa limbah,
benar sekali, ini merupakan salah satu parameter penting yang digunakan
untuk mengukur kualitas air dari besarnya pencemaran yang terjadi di
dalam air tersebut dan juga dapat diartikan sebagai parameter dari
kemampuan suatu departemen di suatu pabrik dalam mengolah limbah
produksi mereka sebelum dibuang ke alam.
Analisa BOD sering juga dikaitkan dengan analisa COD, kedua
item ini sangat menentukan dan menjadi parameter penting dalam
menentukan kualitas air, apakah tercemar dan berapakah besarnya
pencemaran limbah tersebut. kalau kita lihat perbedaan dari analisa, ini
memang jauh berbeda, BOD menggunakan bantuan bakteri sedangkan
COD tidak menggunakan bakteri melainkan menggunakan bahan kimia
yaitu kalium dikromat K2Cr2O7 akan tetapi pada prinsipnya sama yaitu
jumlah oksigen yang digunakan atau dibutuhkan untuk mengoksidasikan
zat-zat organik hanya saja COD dapat mengoksidasi hampir seluruh zat
organik yang berupa logam-logam berat yang ada didalam limbah.
Secara prinsip analisa BOD adalah Oksigen yang terkandung
dalam air akan dioksidasi MnSO4 sehingga terjadi endapan MnO2 .
Dengan penambahan kalium iodida maka akan dibebaskan iodin yang
ekivalen dengan oksigen terlarut dan ditambahkan H2SO4 sebagai
katalis reaksi, Iodin yang dibebaskan tersebut di analisa dengan metode
iodimetri dengan larutan standar thiosulpat, untuk lebih jelasnya kita
dapat lihat reaksi yang terjadi dibawah ini
MnSO4 + 2 KOH ---> Mn(OH)2 + K2SO4
2Mn(OH)2 + O2 ----> 2MnO2 + 2H2O
2MnO2 + 2KI + 2H2O -----> Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2S2O3 -----> S4O6 + 2I

Berikut saya jelaskan sedikit ilmu tentang BOD yang saya miliki
selama menjadi analis environmental quality disalah satu perusahaan
terbesar di Indonesia,
Langkah awal yang perlu kita perhatikan adalah nilai DO dari
sampel, umumnya limbah memiliki DO rendah, sehingga diperlukan
pengenceran sampel agar bakteri yang kita gunakan dapat bekerja
optimal, setelah kita ketahui pengenceran, sampel dibagi menjadi 2,
sampel pertama kita masukkan ke dalam incubator dengan temperatur
20C dan sampel kedua kita lakukan titrasi untuk mengetahui nilai DOo
atau nilai sering disebut dengan kadar oksigen pada 0 hari ( hari
pertama) Dalam hal mencari nilai DO nya, kita dapat lakukan titrasi
dengan metoda iodimetri seperti yang telah saya jelaskan reaksi diatas,
selain itu kita juga dapat menggunakan alat DO meter.
Setelah diketahui nilai DOo nya, sekarang kita tunggu 5 hari
kedepan untuk mengetahui nilai DO pada hari kelima atau disebut DO5,
Perlakuan yang sama untuk mendapatkan nilai DO5 nya.
Nilai BOD dari sampel dapat diketahui dengan cara mengurangi
besarnya nilai DO5 dengan DOo dan dikurangi juga dengan selisih nilai
DO5 dengan DOo pada blank atau singkatnya selisih DO sampel
dikurangi dengan selisih nilai DO blank kemudian dikali dengan faktor
pengenceran tadi.
Untuk mendapatkan hasil yang memasuki nilai defletasi dari nilai
tersebut diperlukan langkah-langkah yang perlu untuk dilakukan seperti
pembuata aerasi untuk pengenceran.
Adapun hal-hal yang sangat perlu diperhatikan pada saat
membuat aerasi yang digunakan untuk bahan pengenceran bagi sampel
adalah
a. air harus dijaga pH disekitaran 6 - 7.5
b. Bibit bakteri
c. Nutrisi untuk bakteri

2. COD ( Chemical Oxygen Demand )

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk


mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam sampel air dengan
pengoksidasi K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Angka COD juga merupakan ukuran bagi pencemaran air dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen dalam air, Analisa COD berbeda
dengan analisa BOD, tapi dapat ditetapkan perbandingannya sebagai alat
kontrol uji COD dan BOD, namun pada prinsipnya sama yaitu mencari
nilai oksigen yang dibutuhkan.
Prinsip kerja dari COD adalah zat-zat organik yang ada pada
sampel dioksidasi oleh kalium dikromat K2Cr2O7 dalam keadaan panas
yang dilakukan dengan menggunakan refluk atau reaktor dan dalam
suasana asam agar terjadi reaksi sempurna kemudian ditambahkan
Ag2SO4 sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dan penambahan
HgSO4 untuk menghilangkan gangguan dari klorida
Untuk memastikan zat organis habis teroksidasi, maka
pengoksidasi K2Cr2O7 ditambahkan berlebihan. Kelebihan K2Cr2O7
digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai melalui
titrasi dengan Ferro Amonium Sulfat. Indikator feroin digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi dari warna hijau-biru menjadi merah
coklat.
Untuk analisa COD ini dilakukan uji larutan blangko, karena
blangko nilai awal tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi
K2Cr2O7.
Kromium adalah logam kristalin yang putih,tak begitu liat dan
tidak dapat ditempa dengan berarti.Ia melebur pada1765ºC.Logam ini
larut dalam asam klorida encer atau pekat.Jika tak tekena udara,akan
terbentuk ion-ion kromium(II). Asam sulfat encer menyerang kromium
perlahan-lahan,dengan membentuk hydrogen.Dalam asam sulfat pekat
panas,kromium melarut dengan mudah,pada mana ion-ion kromium(III)
dan belerang dioksida terbentuk.
2Cr + 6H2SO4→ 2Cr³ + 3SO4²­ + 3SO2 ↑ + 6H2O
Asam nitrat baik yang encer maupun yang pekat,membuat
kromium menjadi pasif,begitu pula asam sulfat pekat dingin dan air raja.
Dalam larutan-larutan air,kromium membentuk 3 jenis ion : kation-
kation kromium(II) dan kromium(III) dan anion kromat ( dan dikromat )
dalam mana keadaan oksidasi cromium adalah +6
Dalam kromat atau dikromat,anion kromium
adalahheksavalen,dengan keadaan oksidasi +6.Ion-ion ini diturunkan
dari kromium trioksida,ion-ion kromat bewrna kuning sedangkan
dikromat bewarna jingga.Kromat dapat di ubah menjadi dikromat
dengan penambahan asam.

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat  Bunsen
 Buret  Selang gas
 Statif  Pendingin
 Klem buret bola
 Erlenmayer  Tripot
 Beaker glass  Crush
 Pipet volume Porselin
 Pipet tetes 3.2 Bahan
 Bola hisap  Air limbah
 Kasa asbes  H2SO4 1 N
 Labu takar  NaOH 1 N
100 ml  Na2S2O3
 Labu takar  Buffer
500 ml Phospat
 Laruta MgSO4
 Larutan CaCl2
 Larutan FeCl3

4. PROSEDUR KERJA
4.1 Penentuan nilai BOD
4.1.1 Pengambilan Sample Air
 Sample air yang akan ditentukan nilai BOD nya, sebaiknya tidak
disimpan terlalu lama, sebab pada bahan tersebut akan mengalami
perubahan dari senyawa yang ada dalam sample
 Apabila terpaksa disimpan, sample harus disimpan pada suhu
kurang lebih 40C atau lebih rendah maksimal selam 24 jam sejak
sample air diambil sampai saat penentuan BOD

4.1.2 Perlakuan Pendahuluan


Sample air limbah yang akan diperikasa, biasanya perlu mengalami
perlakuan pendahuluan sebagai berikut :
 Untuk sample yang pH nya belum netral, perlu dinetralkam hingga
pH sample = 7 dengan menambahkan larutan H2SO4 1 N atau
NaOH 1N
 Untuk sample yang mengandung klorine, klorine dapat dihilangkan
dengan menambahkan larutan Na2S2O3 yang jumlahnya ditentuan
lebih dahulu dengan percobaan. Caranya sample ditambah larutan
Na2S2O3 sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan dari percobaan,
digojog dan dibiarkan 10 – 20 menit.
 Sample dijenuhkan dengan oksigen. Sample sebelum diperiasa
harus dalam keadaaan jenuh oksigen. Hal ini dapat dikerjakan
dengan cara menggojog kuat – kuat atau dengan cara aerasi.

4.1.2 Penyiapan Benih


 Kurang lebih 10 gram tanah subur yang tidak mengandung racun
atau pestisida dicampur dengan 100 ml sample air limbah.
 Simpan suspensi tanah ini pada incubator pada suhu 20 0C selama 1
hari.
 Saring suspensi dengan kertas saring biasa, kira – kira 50 ml air
saringan digunakan untuk benih.

4.1.3 Penyiapan Reagen


 Larutan buffer pospat : 0,85 gr KH2PO4, 3,34 gr Na2HPO4.7H2O san
0,17 gr NH4Cl dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan ditambah
aquades hingga batas.
 Larutan MgSO4 : 2,25 gr MgSO4.7H2O ditambah aquades hingga
100 ml
 Larutan CaCl2 : 2,75 gr CaCl2 ditambah dengan aquades hingga 100 ml
 Larutan FeCl3 : 0,025 gr FeCl3 ditambahkan aquades hingga 100 ml
 Bubuk inhibitor nitrifikasi : allyltio – ureum (ATU)
 Membuat larutan stnadar 500 ml Na2S2O3 0,025 N
 Menentukan kebutuhan Na2S2O3 dengan menggunakan rumus :
𝑔𝑟 1000
N= . valensi .
𝑏𝑚 𝑙

 Timbang Na2S2O3 dan larutkan dalam lbu takar 500 cc dengan


aquades bebas CO2 sampai batas
 Membuat 100 ml larutan stnadar primer K2Cr2O7 0,025 N
 Menentukan kebutuhan K2Cr2O7 dengan rumus :
𝑔𝑟.𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 1000
N= 𝑏𝑚
. valensi . 𝑙

 Menimbang K2Cr2O7 sesuai kebutuhan


 Melarutkan K2Cr2O7 dalam labu takar 500ml denagn aquades
hingga batas
 Mengitung ulang normalitas larutan stnadar K2Cr2O7
 Standarisasi larutan standar Na2S2O3
 10 larutan standar primer K2Cr2O7 +10 cc larutan H2SO4 (1:10)
+0,5 gr KI, lalu dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3
hingga larutan berwarna kuning muda
 Larutan +1 pipet indikator amilum 1% dan titrasi dijanjutkan
hingga TAT (biru tua – biru jernih)
 Catat volume titrasi
 Ulangi minimal 3 x
 Tentukan Normalitas larutan standar Na2S2O3

4.1.4 Pengeceran Sample


 Penyiapan larutan pengencer
Larutan pengencer dapat idsisapkan dari aquades yang telah dijenuhkan
dengan oksigen. Aquades ini selanjutnya untuk tiap 1 liter ditambahkan
masing – masing 1 ml : larutan bufer pospa, larutan MgSO4 2,25 % larutan
CaCl, larutan FeCl2, larutan benih dan 10 mgr bubuk inhibitor
nitrifikasi
 Pengenceran sample
Pengenceran sample sesuai dengan banyanya nilai BOD yang terdapat
disetiap sample.
4.1.5 Penentuan DO 0 hari
 Kedalam erlenmayer masukan sample yang sudah diencerkan kira – kira
100 ml
 Tambahkan kedalam sample 2 ml larutan MnSO4 dan 2 ml alkali Idida
azida dengan menggunakan pipet volum
 Tutup erlenmayer dengan menggunakan plastik dan dikaret
 Kocok dengan cara membolak balikkan erlenmayer secara perlahan
( minimal 15 kali) dan biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit
 Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat pada larutan yang mengendap dalam
erlenmayer lalu ditutup kembali
 Erlenmayer dibolak balik sehingga semua endapan larut kembali
 Kemudian larutan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0,025 N hingga
larutan berwarna kuning
 Larutan ditambah 1 – 2 pipet indikator amilum 1 % dan titrasi dilanjutkan
sampai TAT (biru tua – jernih )
 Lakukan minimal 2 x
 Tentukan DO 0 hari air limbah

4.1 Penentuan DO 5 hari


 Kedalam botol air mineral dimasukkan sample yang telah diencerkan
hingga penuh
 Masukkan botol tersebut kedaam incubator pada suhu 200C
 Setelah 1 jam tutup botol hingga benar – benar tidak ada gelembung udara
 Inkubasi sample air limbah dalam botol mineral dalam inkubator pada
suhu 200C selam 5 hari
 Setelah 5 hari sample dikeluarkan dari inkubator, tambahkan 2 ml larutan
Mg SO4 dan 2 ml alkali Idida azida dengan menggunakan pipet volume
 Kocok dengan cara membolak balikkan erlenmayer secara perlahan
( minimal 15 kali) dan biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit
 Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat pada larutan yang mengendap dalam
erlenmayer lalu ditutup kembali
 Erlenmayer dibolak balik sehingga semua endapan larut kembali
 Kemudian larutan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0,025 N hingga
larutan berwarna kuning
 Larutan ditambah 1 – 2 pipet indikator amilum 1 % dan titrasi dilanjutkan
sampai TAT (biru tua – jernih )
 Lakukan minimal 2 x
 Tentukan DO 5 hari air limbah

4.1.7 Penentuan BOD


BOD Air limbah = DO 0 hari - DO5 hari

4.2 Penentuan Nilai COD


4.2.1 Membuat 1000 ml larutan Fero Amonium Sulfat (FAS) 0,1 N
 Menentuan kebutuhan Fe(NH4)2(SO4)2 dengan menggunakan rumus:
𝑔𝑟 1000
N = 𝑚𝑟 . valensi . 𝑙

 Timbang Fe(NH4)2(SO4)2 dan larutkan dalam labu takar 1000 ml


dengan aquades sampai batas
4.2.2 Membuat 200 ml larutan standar K2Cr2O7 0,25 N
 Menetukan kebutuhan K2Cr2O7 dengan rumus :
𝑔𝑟 1000
N = 𝑚𝑟 . valensi . 𝑙

 Menimbang K2Cr2O7 sesuai kebutuhan


 Melarutkan K2Cr2O7 dalam labu takar 200 ml dengan aquades
sampai batas
 Menghitung ulang normalitas larutan standar K2Cr2O7

4.2.3 Standarisasi larutan standar FAS


 10 cc larutan standar primer K2Cr2O7 0,25 N , aquades 25 ml.
Ditambah 10 cc larutan H2SO4 pekat + 3 tetes indikator feroin lalu
dititrasi dengan larutan standar FAS sampai TAT (hijau – coklat
merah)
 Catat volume titrasi
 Ulangi minimal 3x
 Tentukan normalitas larutan standar FAS

4.2.4 Penentuan nilai COD


 Kedalam erlenmayer masukkan 20 ml sample air limbah dan
tambahkan beberapa batu diidh
 Tambahkan 4 gram H2SO4 dan 2 ml H2SO4 pekat (asam sulfat ini
disiapkan sehinga mengandung 22 gr AgSO4 tiap 4 gram H2SO4)
 Penambahan H2SO4 ini ditambhakna tetes demi tetes dan diaduk
perlahan hingga HgSO4 larut. Setelah pelarutan segera didinginkan
 Tambahkan 10 ml larutan standar K2Cr2O7 0,25 N dan dicampur
hingga homogen dan tutup dengan penutup balik.
 Tambahkan 28 ml H2SO4 yang mengandung AgSO4 melalui ujung
penutup balik
 Larutan selanjutnya didinginkan selam 30 – 120 menit (tergantung
banyak sedikitnya zat organik dalam air limbah)
 Setelah pemanasan selesai, larutan diencerkan dengan aquades
hingga volume menjadi 140 ml
 Setelah dingin, larutan ditambah 3 tetes indikator feroin dan
dittirasi dengan larutan standar FAS sampai TAT (hijau – coklat
merah)
 Catat volue titrasi sebagai Vts
 Ulangi minimal 2 kali
 Lakukan titrasi blanko dan catat volume titrasi sebagai Vtb
 Tentuan nilai COD air limbah

4.3 Penentuan Kandungan ion Krom


4.3.1 Membuat 200 cc larutan difenil arbazida
 Larutkan 100 mgr difenil carbazida + 50 cc alkohol + 20 cc
H2SO4 dan encerkan dengan aquades hingga 200 ml
4.3.2 Membuat 1000 ml larutan induk Cr6+ 200 ppm
 Larutkan 566 mgr K2Cr2O7 dalam labu takar 1000 cc dengan
aquades sampai batas
4.3.3 Membuat 200 cc larutan standar Cr6+ 10 ppm
 Encerkan 10 cc larutan induk Cr6+ 200 ppm dalam labu takar 200
cc dengan aquades sampai batas.
4.3.4 Pembuatan larutan deret
 Jedalam lima labu takar 50 ml berturut – turut masukkan 10 cc air
limbah dan berturut – turut masukkan 0 cc , 1 cc , 2 cc, 3 cc, dan
4 cc larutan standar Cr6+ 10 ppm
 Selanjutnya ke dalam lima labu takar tersebut masing – masing
tambhakan 2 cc larutan H2SO4 3 M, 2 cc difenil carbazida dan
tambahkan aquades sampai batas

4.3.5 Pengukuran niali adsorbansu


 Larutan deret selanjutnya diukur nilai adsorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
 Catat nilai adsorbansinya

4.3.6 Gambar kurva standar adisi volume larutan standar terhadap nilai
adsorbansi
4.3.7 Tentukan persamaan regresi A = a + b. Cs
∑Y = N.a + b∑X
∑XY = ∑X.a + b. ∑X2

4.3.8 Tentukan consentrasi Cr6+ dalam air limbah dengan rumus


𝑎
Vx . Cx = 𝑏 . Cs

5. DATA
5.1 Penentuan Nilai BOD
5.2.2 Data Bahan
5.1.1.1 Bahan Standar Primer
 K2Cr2O7 = 0,115 gram
5.1.1.2 Sampel
 Air Limbah
5.1.2 Data Standarisasi
5.1.2.1 Standarisasi larutan standar Na2S2O3

Volume larutan Volume larutan


standar primer standar

10 ml 11,2 ml

10 ml 11,1 ml

10 ml 11,2 ml

ṽ = 11,1667 ml

5.1.3 Data Penentuan Nilai BOD

5.1.3.1 Titrasi Penentuan Nilai BOD

Vol. Sampel Volume Na2S2O3 Volume Na2S2O3


(0 hari) (5 hari)

100 ml 5,7 ml 0 ml

100 ml 5,5 ml 0 ml

ṽ = 5,5 ml ṽ = 0 ml

5.3 Penentuan COD


5.2.1 Data Bahan
5.2.1.1 Bahan Standar Primer
 K2Cr2O7 = 2,458 gram
5.2.1.2 Sampel
 Air Limbah
5.2.2 Data Standarisasi
5.2.2.1 Standarisasi larutan standar Na2S2O3

Volume larutan Volume larutan


standar primer standar

10 ml 13,5 ml

10 ml 13,6 ml

10 ml 13,5 ml

ṽ = 13,53 ml

5.2.3 Data Penentuan Nilai COD

5.2.3.1 Titrasi Penentuan Nilai COD

Vol. Sampel Volume Na2S2O3 Volume Na2S2O3


(Vts) (Vtb)

20 ml 22,7 ml 26,3 ml

20 ml 22,6 ml 26,5 ml

ṽ = 22,65 ml ṽ = 26,4ml
5.2.4 Data nilai Absorbansi

NO Volume larutan Absorbansi


Standar (X) (Y)
1 0 ml 0,014
2 1 ml 0,102
3 2 ml 0,185
4 3 ml 0,235
5 4 ml 0,329

X X2 Y XY
0 0 0,014 0
1 1 0,102 0,102
2 4 0,185 0,37
3 9 0,235 0,705
4 16 0,329 1,316
∑ 10 30 0,865 2,493

Kurva Adisi Larutan Standar Terhadap


Nilai Adsorbansi
0.45 A = 0.072Vs + 0.105
0.4 R² = 0.988
Volume larutan satnadar

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5
Nilai Adsorbansi
6. PERHITUNGAN
Kandungan Nilai BOD
6.1 Normalitas larutan standar primer & larutan standar
6.1.1 Normalitas larutan standar primer K2Cr2O7
𝑔𝑟 1000
𝑁= × 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 ×
𝐵𝑀 ℓ
0,115
𝑁= × 6 × 10
294,19
𝑁 = 0,0234 𝑁

6.1.2 Normalitas larutan standar Na2S2O3 (I)


𝑇𝐸; 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛

𝑉k2cr2o7 × 𝑁k2cr2o7 = 𝑉Na2s2o3 × 𝑁Na2S2O3

10 𝑚𝑙 × 0,0234 N = 11,1667 𝑚𝑙 × 𝑁Na2S2O3

𝑁Na2S2O3 = 0,02145 N
6.1.3 Normalitas larutan standar Na2S2O3 (II)
𝑇𝐸; 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛

𝑉k2cr2o7 × 𝑁k2cr2o7 = 𝑉Na2s2o3 × 𝑁Na2S2O3

10 𝑚𝑙 × 0,0234 N = 11,33 𝑚𝑙 × 𝑁Na2S2O3

𝑁Na2S2O3 = 0,02145 N

6.2 Penentuan Nilai BOD

6.2.1 BOD 0 Hari


𝑇𝐸; 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Mgre O = mgrek Na2S2O3
𝑚𝑔𝑟
. val = v . Na2S2O3
𝐵𝐴
𝑚𝑔𝑟
. 4 = 5,6 . 0,0209
32

Mgr = 0,9363 mgr


1000 1000
DO 0 hari =0,9363 x 117−4 𝑥 = 66,2881 ppm
100

6.2.2 BOD 5 Hari


𝑇𝐸; 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Mgre O = mgrek Na2S2O3
𝑚𝑔𝑟
. val = v . Na2S2O3
𝐵𝐴
𝑚𝑔𝑟
. 4 = 0 . 0,02145
32

Mgr = 0 mgr
1000 1000
DO 5 hari =0 mgr x 𝑥 = 0 ppm
117−4 100

BOD Air Limbah = DO0hari – DO5hari


= 66,2881 – 0 = 66,2881ppm

Kandungan Nilai COD


6.3 Normalitas larutan standar primer & larutan standar
6.3.1 Normalitas larutan standar primer K2Cr2O7
𝑔𝑟 1000
𝑁= × 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 ×
𝐵𝑀 ℓ
2,458 1000
𝑁= ×6×
294,19 200
𝑁 = 0,2504𝑁

6.3.2 Normalitas larutan standar FAS


𝑇𝐸; 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛

𝑉k2cr2o7 × 𝑁k2cr2o7 = 𝑉FAS × 𝑁FAS

10 𝑚𝑙 × 0,2504 N = 13,53 𝑚𝑙 × 𝑁FAS


𝑁FAS = 0,185N

6.4 Penentuan Nilai COD

𝑇𝐸; 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛


Mgrek O2= mgrek FAS
𝑚𝑔𝑟
. val = (VTB – VTS) N FAS
𝐵𝐴
𝑚𝑔𝑟 1000
. 4 = (26,4 – 22,65) 0,185.
32 20

Nilai COD = 277,5 ppm

6.5 Penentuan Konsentrasi Cr6+ dalam air limbah


A = a +b. Vs
∑Y = N a + B ∑X
∑XY = ∑X a + b ∑X2
0,865 = 5 a + b 10 x 2 = 1,73 = 10 a +20 b
2,493= 10 a +b 30 x 1 = 2,493 = 10 a + 30 b
- 0,763 = - 10 b
b = 0,0763
b = 0,0763
0,865 = 5a + 10 b
0,865 = 5a + 10 . 0,0763
1,253 = 5a + 0,763
a = 0,0204
Konsentrasi Cr 6+ dalam air limbah :
𝑎
Vx . Cx = 𝑏 . Cs
0,0204
10 . Cx = 0,0763 . 10 ppm

Cx = 0,2673 ppm
7. SIMPULAN
Jadi kandungan BOD dalam air limbah adalah 66,2881 ppm dan
kandungan COD yang terkandung dalam air limbah adalah 277,5 ppm serta
kandungan ion Cr6+ yang ada dalam air limbah tersebut adalah 0,2673 ppm
.

8. DAFTAR PUSTAKA

Anita, Agnes. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN
Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di Rsud
Nganjuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 97-110.

Semarang, 28 November 2014


Pembimbing Praktikan

Antonius Prihanto Spd,MT AwalludinFirmansyah


LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA II

ANALISA KANDUNGAN BOD,COD, & ION Cr 6+


DALAM AIR LIMBAH

Awalludin Firmansyah

113004

AKADEMI KIMIA INDUSTRI SANTO PAULUS


SEMARANG

2014/2015

Anda mungkin juga menyukai