Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP

ASUAHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)


DI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Disusun oleh:
Nama : Ika Ulya Cahyani Putri
NIM : PO.62.20.1.16.145
Prodi : DIV Keperawatan
Ruang Praktik : Ruang Flamboyant

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2018
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah
yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit (Lynn Betz 2009 dalam Asihantari 2013).
Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14 hari
dan kronik kalau berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius
yang akut dan tersebar diseluruh penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta
kematian setiap tahunnya pada balita, khususnya di negara berkembang dan menjadi
penyebab utama malnutrisi kalori, protein dan dehidrasi (Fragrania, 2015).

Dapat disimpulkan Gastroentritis merupakan inflamasi lambung dan usus yang


disebabkan oleh bakteri, usus, dan pathogen, yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/sehari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair).

B. Etiologi

Menurut Ngastiyah (2013) penyebab terjadinya gastroenteritis ada 5 faktor, yaitu :


1. Faktor Infeksi adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroentritis pada infeksi internal, meliputi :
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E Coli, Samonela, Shigella, Campylobachter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Ento (virus echo), coxsackie, poliomytis, adenovirus, rotavirus, astovirus, dan
lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoo, dan jamur
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi lactora, maltose, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, friktosa, dan gluktosa), pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan
karbohidrat utama dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka
pada bayi dam balita diare intoleransi laktosa mendaat perhatian khusus.
Penyababnya karena pada bayi pembentukan enzim lipase yang berfungsi
memecah laktosa belum sempurna, sehingga menyababkan bayi diare, dan lipase
akan berfungsi optimal saat berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
usia bayi 1-2 bulan dan tidak menyababkan berat badannya turun. Selain itu
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan gastoentritis karena dapat merangsang
peningkatan peristaltic usus.

C. Tanda dan Gejala

1. Secara umun :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat tanda gejala dehidrasi : turgor kuit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.
c. Demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat Menurun atau tidak
adanya pengeluaran urine.

Bila penderita telah banyak kehilangan banyak cairan elektrolit, maka gejala dehidrasi
tampak. ada 3 tingkatan dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun
dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat
haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan
minum normal.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah
turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-
ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum. Atau yang dikatakan
dehidrasi bila:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.

D. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-
oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
E. Pathway

infeksi
Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak


dan berkembang meningkat dapat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air hiperperistaltik


Toksin dalam dan elektrolit ke
dinding usus rongga usus
halus

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


dan elektrolit meningkat absorbsi
usus meningkat menurun

DIARE

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit di sekitar Cairan yang Frekwensi Agen Mual dan


anus lecet dan keluar banyak defekasi pirogenic muntah
iritasi

anoreksia
Kemerahan dehidrasi BAB encer Suhu tubuh
dan gatal dengan atau meningkat
tanpa darah
Ketidakseimb
Resiko Kekurangan angan nutrisi
kerusakan volume diare hipertermia kurang dari
integritas kulit cairan kebutuhan
tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri
makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
2. Obat – obatan
a. Obat anti sekresi
b.Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
c. Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
3. Pemberian cairan
1) Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan
perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
2) Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml /
kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
3) Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml /
kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
4) Dehidrasi Berat
 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri cairan
oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
 > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan
sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300 ml / kg
BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan
frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut , demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serah, bisa disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya
masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan
kearea geogratis lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita
anggota keluarga.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari
kebiasaan sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas
usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual
atau tidak enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya
karena asupan yang kurang.

d. Pola istirahat tidur.


Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan
seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi
akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan
muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: BAB sering dengan konsistensi Kekurangan volume


Klien merasa lemah dan haus encer cairan
DO:
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah Cairan yang keluar banyak
3. Tekanan darah menurun
4. Turgor kulit menurun
5. Membran mukosa kering dehidrasi
6. Volue urine menurun
7. Suhu tubuh meningkat
8. Berat badan turun tiba-tiba

DS: Inflamasi saluran pencernaan Gangguan nutrisi


kurang dari kebutuhan
Klien mengatakan tidak nafsu
makan
Mual dan muntah
DO:

1. Berat badan menurun


anoreksia
minimal 10% di bawah
rentang ideal
2. Bising usus hiperaktif
3. Membran mukosa pucat
4. Diare

DS: Inflamasi saluran pencernaan Hipertermi

Klien mengatakan tubuhnya terasa


panas
Agen pirogenic
DO:
1. Suhu tubuh diatas nilai Suhu tubuh meningkat
normal
2. Kulit merah
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit teraba hangat

C. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih.


2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak adekuat
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus.

D. Intervensi Keperawatan: Tujuan, Rencana Tindakan , Rasional

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Kekurangan Terpenuhinya 1. Anjurkan ibu 1. Zat-zat yang terkandungan
volume kebutuhan cairan untuk tetap dalam ASI sangat baik
cairan berhubu elektrolit dalam tubuh memberikan ASI. untuk bayi
ngan dengan setelah dilakukan 2. Anjurkan orangtua 2. Untuk mengurangi
output berlebih. tindakan 2 x 24 jam untuk memberikan defekasi yang berlebih.
dengan kriteria hasil: oralit sedikit- 3. Memenuhi kebutuhan
1. Input dan output sedikit tapi sering. elektrolit tubuh.
cairan elektrolit 3. Ajarkan orang tua 4. Memenuhi kebutuhan
seimbang. cara membuat cairan elektrolit dalam
2. Menunjukkan LGG (Larutan tubuh.
membran mukosa Gula Garam). 5. Memantau input cairan
lembab dan turgor 4. Kolaborasi dengan yang masuk dalam tubuh
jaringan normal. tim medis untuk 6. Menggantikan cairan
memasang infus yang terbuang.
kristaloid (RL).
5. Monitor tetesan
infus/jam.
6. Anjurkan banyak
minum air putih.

Gangguan Terpenuhinya 1. Beri PenKes


nutrisi kurang kebutuhan nutrisi dalam tentang pentingnya 1. Memberikan pengetahuan
dari kebutuhan tubuh setelah dilakukan nutrisi bagi anak pada orang tua,makanan
tubuh tindakan selama 2 x 24 diare. yang harus dikomsumsi
berhubungan jam dengan kriteria 2. Anjurkan orangtua anak diare.
dengan intake hasil: untuk tidak 2. Usus tidak dapat menyerap
makanan yang 1. orang mengerti memberikan makanan yang berserat
tidak adekuat. jenis makanan bagi makanan tinggi 3. Memantau seberapa
anak diare. serat. banyak makanan yang
2. Nafsu makan 3. Temani masuk.
meningkat. pasien/anak saat 4. Memenuhi asupan gizi
3. Pasien makan. dalam tubuh.
menghabiskan 1 4. Kolaborasi dengan 5. Memantau peningkatan
porsi makan rumah tim gizi dalam kebutuhan nutisi dalam
sakit. pemberian tubuh.
4. Berat badan makanan rendah
kembali normal. serat.
5. Monitor BB

Hipertermi Rasa nyaman kembali 1. Anjurkan orangtua 1. Memberikan respirasi


terpenuhi setelah untuk memberikan pada kulit.
dilakukan tindakan pakaian longgar/ 2. Sirkulasi udara
keperawatan dengan tipis. 3. Memberikn kenyamanan
kriteria hasil: 2. Anjurkan orangtua 4. Membuka pori2 untuk
1. Suhu tubuh pasien untuk tidak melancarkan sekresi
turun nomal. (36- memberikan keringat.
370C) selimut tebal. 5. Menurunkan panas.
2. Pasien mengatakan 3. Ganti pakaian
dirinya sudah pasien jika basah.
merasa nyaman 4. Lakukan kompres
hangat.

5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian
antipiretik
(paracetamol).
DAFTAR PUSTAKA

Efra, (2013). Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Prilaku

Ngastiyah. 20mip13. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.

Fragrania, A. (2015). Asuhan Keperawatan Gastroenteritis. Diakses pada tanggal 20


November 2018.. Tersedia dalam : http://fragranianindytha.academia/2015/05/asuhan-
keperawatan-gastroenteritis.html

Asihantari, (2013). Gastroenteritis diakses pada tanggal 20 November 2018. Tersedia dalam :
https://asihantari.wordpress.com/2013/03/19/gastroenteritis/

Anda mungkin juga menyukai