Anda di halaman 1dari 7

5 HARI SEKOLAH

Kebijakan lima hari sekolah di SMA/SMK di Cilacap perlu kajian yang mendalam. Karena
disinyalir banyak ekses negatifnya, jika kebjikana itu benar-benar akan dilkasanakan

“Semakin banyak waktu libur, dikhawatirkan siswa akan bermain dengan anak-anak yang di
luar pantauan, ” kata Tulus Wibowo, Wakil Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Jawa Tengah, yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Cilacap, Kamis (2/7) kemarin.

Banyaknya waktu libur (Sabtu-Minggu-red) akan berisiko siswa masuk ke pergaulan yang
negatif. Sehingga perlu ada pengawasan yang ekstra. Selain itu, dengan diberlakukannya lima
hari sekolah, maka orang tua akan lebih banyak mengeluarkan biaya operasional untuk anak.
Mereka harus makan siang di sekolah, tidak seperti biasanya yang bisa makan siang di rumah.

“Belum lagi kemampuan daya serap anak yang cepat jenuh. Saat ini pulang jam 13.00 saja
konsentrasinya sudah kacau apalagi jika ditambah sampai sore,” katanya.

Pro dan Kontra

Sekolah lima hari atau lima hari belajar berdasar Surat Edaran Gubernur No. 420/006752/2015,
menurut Kepala SMAN 1 Ngluwar, Kabupaten Magelang, Dra. Etty Syarifah, M.Pd masih mengun-
dang pro dan kontra. Pro dan kontra yang muncul memperdebatkan keefektifan waktu belajar.
Berdasrkan analisa yang ia lakukan, Etty berpendapat pemberlakuan 5 hari belajar tidaklah hal yang
berlebihan dan juga tidak melanggar aturan, karena Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagai
rujukan penyusunan kurikulum sekolah, tidak ada disebutkan bahwa sekolah dalam seminggu harus
berlangsung 6 hari. Dengan demikian sekolah boleh saja mengatur jam pelajaran menjadi 5 hari
seminggu asal beban belajar yang telah ditetapkan dalam aturan tersebut bisa terpenuhi. Memang
ada aturan tentang minggu efektif per tahun ajaran, yaitu 34 – 38 minggu, tapi, sekali lagi, tidak
ada aturan yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan seminggu itu harus 6 hari belajar.
Beban Kerja Guru
Lalu, bagaimana dengan beban kerja guru? Etty menjelaskan, sesuai dengan Undang-undang nomor
14 tahun 2005 pasal 35 ayat (2) tentang guru dan dosen serta Peraturan Pemerintah nomor 74
tahun 2008 pasal 52 ayat (2) tentang guru, bahwa beban kerja guru tidak ditetapkan menurut hari,
melainkan menurut jumlah jam mengajar tatap muka, yaitu sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka
dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam seminggu. Karena itu, sepanjang guru bisa
memenuhi beban kerjanya, maka sekolah 5 hari seminggu tidak melanggar aturan beban kerja
guru.
Bagimana Sekolah Menyiasati?
Hal yang perlu dipikirkan juga menurut Etty adalah apa yang harus dilakukan anak-anak pada hari
Sabtu ketika hari belajar di sekolah ditetapkan 5 hari (Senin sampai Jumat)? Jika harapannya hari
sabtu untuk kegiatan weekend anak-anak bersama orang tua atau keluarga, perlu dipertimbangkan,
kondisi dan kebutuhan anak dalam lingkungan masyarakat berbeda-beda. Bagi sebagian orang tua
mungkin merasa bahagia karena banyak waktu bisa dimanfaatkan untuk weekend bersama anak-
anak. Tetapi bagi sebagian yang lain muncul kekhawatiran jika hari sabtu diliburkan atau tidak ada
kegiatan anak-anak di sekolah. Kekhawatiran itu, misalnya sebagian peserta didik justru mengisi
kegiatan dengan berkeluyuran ke pasar, ke pusat perbelanjaan atau pusat keramaian, ke warnet, ke
tempat permainan, ke tempat rekreasi dan lain sebagainya.
Untuk mengantisipasi berbagai tindakan negative yang tidak diinginkan, Etty merencanakan hari
Sabtu digunakan untuk kegiatan ektrakurikuler bagi siswa kelas X, Pembekalan Vocational untuk
kelas XI dan untuk kelas XII dilaksanakan tambahan
SISI POSITIF

Sekolah 5 hari dalam seminggu meruakan hal yang baru bagi siswa Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah di Jawa Tengah karena sejak dulu kegiatan belajar mengajar
berlangsung selama 6 hari. Perubahan sistem waktu kegiatan belajar mengajar ini
memunculkan persepsi, sekolah 5 hari dengan libur 2 hari dalam seminggu. Hal itu berarti siswa
memiliki 1 hari lebih untuk berlibur yaitu hari Sabtu ditambah dengan hari Minggu yang berarti
berjumlah 2 hari.
Waktu 2 hari penuh dirumah ini, dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan berbagai
kegiatan. Waktu luang 2 hari penuh ini dapat diisi oleh siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru mata pelajaran, mengambil pelajaran tambahan berupa les atau kursus,
penyegaran kembali otak dan suasana hati dengan beistirahat atau berwisata bersama
keluarga. Karena secara ilmu Psikologi, menyegarkan kembali otak dan suasana hati yang
penat sangatlah penting untuk meningkatkan kembali semangat belajar para siswa.
Selain hal diatas, dengan tambahan waktu luang siswa dapat bergabung dengan organisasi
sosial yang ada di masyarakat untuk menjalin hubungan sosial yang baik dengan masyarakat
sekitar dan meningkatkan rasa toleransi terhadap lingkungan.
Dengan program sekolah 5 hari dalam seminggu, siswa memiliki waktu 5 hari penuh belajar di
sekolah dengan sisi lain hal ini menekan kemungkinan terjadinya halburuk yang akan dilakukan
siswa seperti kenakalan remaja yang dilakukan siswa diluar sekolah apabila siswa memiliki
banyak waktu luang berada diluar sekolah dengan sedikitnya aturan yang mengikatnya.
Disamping itu, dengan banyaknya waktu siswa berada di sekolah jaminan keamanan siswa
meningkat karena ¾ dari siang hari dihabiskan untuk fokus belajar di sekolah.

SISI NEGATIF
Selain terdapat sisi positif dari program sekolah 5 hari dalam seminggu tentu saja terdapat sisi
negatif dari program tersebut. Bergantinya sistem kegiatan belajar mengajar dari 6 hari menjadi
5 hari seminggu menyebabkan pemadatan waktu kegiatan belajar mengajar. Aturan beban
belajar untuk siswa Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sesuai Peraturan Menteri
Pendidikn dan Kebudayaan tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
pasal 6 nomor 7 yaitu beban belajar satu minggu untuk kelas X adalah 42(empat puluh dua)
jam pelajaran, kelas XI adalah 44(empat puluh empat) jam pelajaran, dan kelas XII adalah
44(empat puluh empat) jam pelajaran. Jadi waktu 42 dan 44 jam pelajaran dalam seminggu
tersebut dipadatkan dalam 5 hari sehingga terkadang siswa merasa sangat jenuh dan tertekan
dengan pelajaran yang mereka dapatkan. Otak yang terlalu dipaksakan untuk bekerja keras
dalam waktu yang lama akan menimbulkan resiko. Berdasarkan fakta yang terjadi, para dokter
di Inggris sering bekerja terus menerus dari Jumat pagi hingga Senin malam. Itu berarti mereka
kerja mental selama 80 jam tanpa henti. Mereka hanya bisa tidur beberapa jam saja. Seiring
dengan berjalannya waktu hal ini dapat menurunkan konsentrasi, mengakibatkan pekerjaan
menjadi kurang efisien dan semakin lama dalam membuat keputusan atau bertindak cepat.
Disamping itu, siswa akan mengalami kelelahan dan kurang tidur karena tuntutan tugas. Hal ini
dapat menyebabkan depresi di kalangan siswa.
Pelaksanaan 5 hari sekolah ini berdampak pula pada segi ekonomi bagi orang tua siswa.
Anggaran pendidikan untuk anak meningkat karena semakin lamanya siswa berada di sekolah
apalagi bagi siswa yang bertempat tinggal di daerah yang susah untuk mendapatkan
transportasi dan tidak adanya transportasi pribadi yang dapat digunakan. Tempat kos dan ojek
menjadi pertimbangan bagi orang tua dan siswa.
Apabila dilihat dari sudut pandang sekolah sebagai pelaksana, perlu adanya penataan ulang
jadwal kegiatan belajar mengajar agar efisien dan jadwal ekstrakulikuler semakin sempit
waktunya.
Pengkajian ulng terhadap hal baru itu penting untuk menentukan keakuratan hal baru tersebut
dan sesuaikah jika dilaksanakan dengan bersandar pada berbagai alasan dan landasan.
Bawa HP DI SEKOLAH

Namun terlepas dari itu, dengan jaman modern sekarang, handphone adalah salah satu
alat bantu bagi para siswa untuk memperluas ilmu pengetahuan. Apalagi sekarang ini
hampir rata-rata yang dipakai oleh pelajar sekarang khususnya SMA adalah telepon
pintar atau smartphone.

Dengan kecanggihan smartphone, para murid dapat belajar banyak melalui alat ini dan
menambah berbagai macam pengetahuan, baik pengetahuan tentang sekolah maupun
pengetahuan teknologi bagi diri para murid untuk kedepannya.

Namun selain itu alat ini juga dapat membuat anak menjadi malas dan tidak bermoral
seperti bermain game dan banyaknya situs pornografi yang dengan mudahnya dapat di
akses.

Terlepas dari efek negatif dari adanya handphone bagi murid, dengan semakin
mahirnya para pelajar mengaplikasikan HP, mereka murid akan terbiasa untuk
mengoperasikan alat-alat canggih lainnya seperti laptop, ipad dan lainnya.

Apalagi di jaman teknologi canggih seperti sekarang alat-alat tersebut sangat


diperlukan untuk kedepannya bagi siswa tersebut agar siswa tersebut tidak Gagal
Teknologi atau GAPTEK.

Seperti dikatakan Yani, seorang guru komputer di SMA Satria. Ia mengatakan HP


adalah alat untuk mengembangkan pengetahuan para siswa. Dengan adanya HP,
siswa dapat menggali ilmu sebagai pengganti buku pelajaran.

"Kebanyakan siswa sekarang jarang yang gemar membaca buku karena cepat
membuat siswa tersebut jenuh dan bosan, tetapi dengan tampilan smartphone yang
canggih dan lebih berwarna, para iswa lebih tertarik untuk belajar melalui alat ini,"
ungkapnya.

Meski diakuinya ada dampak buruk namun jika diimbangi dengan pengawasan orang
tua HP bisa memberi keuntungan bagi murid dan orangtua.

"Dengan smartphone para siswa bisa menjadi high tech dan sangat bermanfaat bagi
para siswa untuk menjalani hidup di masa akan datang yang pasti teknologi semakin
canggih," tutur Yani.

Bagi para siswa dengan adanya larangan tidak diperbolehkan membawa HP kesekolah
tidak membuat semua siswa mengikuti aturan disekolah tersebut karena HP hampir
sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua masyarakat khususnya bagi para siswa
pelajar.

Apalagi sekarang ini semakin bertambahnya sosial media yang hampir semua pelajar
mempunyainya seperti facebook, twitter, instagram, path, dsb. Ditambah lagi aplikasi
chatt atau percakapan yang praktis, mudah, dan keren seperti bbm, line, yang dapat
mempermudah komunikasi bagi siswa dengan orang lain.
Sisi Positif:
+ Bagi orang tua bisa langsung berhubungan dengan anak-anak melalui telefon, jadi
selalu tahu di mana keberadaannya.
+ Anak-anak dapat menghubungi orang tua dalam keadaan darurat, dan sebaliknya..
+ Jika dalam bahaya, anak-anak dapat menelepon langsung orang tua atau pihak
berwajib
+ Ponsel menciptakan kenyamanan yang sebelumnya tidak tersedia. karena dengan
ponsel, Orang tua dapat dengan mudah menerima alasan apa pun dari anak Anda:
bertanya kepadanya, perubahan rencana, atau sekedar menyapa.

Sisi Negatif:
- Kebanyakan Siswa sering lupa untuk mematikan ponselnya di dalam kelas, sehingga
jika ada panggilan masuk maupun SMS, nada panggilan maupun nada pesan
sangatlah mengganggu kegiatan belajar
- Meskipun ponsel ada fitur 'silent mode' tetapi masih dapat menyebabkan gangguan.
Karena pesan teks telah menjadi teknologi tinggi untuk catatan di sekolah
- Ponsel dapat digunakan sebagai perangkat kecurangan selama ujian
- Efek jangka panjang secara fisik dapat merusak karena ponsel
- Ponsel dengan koneksi internet, yang dapat terhubung dengan Facebook dan Twitter,
dapat menjadi gangguan juga apabila digunakan untuk cyberbullying
Pemakai Narkoba di HUKUM MATI
Dalam keadaan darurat narkoba seperti sekarang ini, ketika kejahatan narkoba telah membunuh
dan merampas hak hidup sekitar 40 sampai dengan 50 warga dan generasi muda Indonesia, adalah
adil menjatuhkan hukuman mati terhadap satu orang pelaku kejahatan narkoba.

Hukuman mati terhadap pelaku kejahatan narkoba (drug-related criminals) kembali menjadi
perdebatan publik. Kontroversi semakin tajam ketika Pemerintah RI berencana mengeksekusi
terpidana warga negara asing yang terlibat kejahatan narkoba, khususnya warga Australia anggota
“Bali Nine”. Lalu, apakah hukuman mati itu sendiri adalah hukuman yang adil, manusiawi, dan
konstitusional? Kajian ini membahas argumen-argumen kelompok yang kontra dan yang pro-
hukuman mati, khususnya terhadap pelaku kejahatan narkoba.

Hukuman mati telah lama, dan tampaknya akan tetap, menjadi topik debat klasik di antara para
ilmuwan filsafat dan hukum. Masing-masing kelompok, baik yang menentang (kelompok abolisionis)
maupun yang mendukung hukuman mati (kelompok retensionis), mendasarkan pendapatnya pada
argumen yang kuat.

Argumen Kontra

Kaum abolisionis mendasarkan argumennya pada beberapa alasan. Pertama, hukuman mati
merupakan bentuk hukuman yang merendahkan martabat manusia dan bertentangan dengan hak
asasi manusia. Atas dasar argumen inilah kemudian banyak negara menghapuskan hukuman mati
dalam sistem peradilan pidananya. Sampai sekarang ini sudah 97 negara menghapuskan hukuman
mati. Negara-negara anggota Uni Eropa dilarang menerapkan hukuman mati berdasarkan Pasal
2 Charter of Fundamental Rights of the European Union tahun 2000.

Majelis Umum PBB pada 2007, 2008, dan 2010 mengadopsi resolusi tidak mengikat (non-binding
resolutions) yang mengimbau moratorium global terhadap hukuman mati. Protokol Opsional
II International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR akhirnya melarang penggunaan
hukuman mati pada negara-negara pihak terkait. Dasar argumen selanjutnya yang dikemukakan
kelompok abolisionis adalah konstitusionalitas hukuman mati. Kaum abolisionis di Amerika Serikat,
misalnya, menentang hukuman mati karena hukuman ini bertentangan dengan Amendemen VIII
Konstitusi Amerika Serikat.

Dasar argumentasi konstitusional juga telah digunakan oleh kaum abolisionis di Indonesia. Pada
2007, dua WNI terpidana mati kasus narkoba, yaitu Edith Sianturi dan Rani Andriani, serta tiga
warga Australia anggota “Bali Nine”, yakni Myuran Sukumaran, Andrew Chan, dan Scott Rush,
mengajukan permohonan uji konstitusional kepada Mahkamah Konstitusi atas pasal hukuman mati
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Kuasa hukum pemohon berargumentasi pasal pidana mati UU No. 22/1997 bertentangan dengan
Pasal 28A Perubahan II Undang-Undang Dasar 1945. Namun permohonan para pemohon ditolak
oleh majelis hakim Mahkamah Konstitusi yang pada intinya menyatakan hukuman mati terhadap
kejahatan yang serius merupakan bentuk pembatasan hak asasi manusia.

Kelompok abolisionis juga membantah alasan kaum retensionis yang meyakini hukuman mati akan
menimbulkan efek jera dan, karena itu, akan menurunkan tingkat kejahatan khususnya kejahatan
terkait narkoba. Belum ada bukti ilmiah konklusif yang membuktikan korelasi positif antara hukuman
mati dan penurunan tingkat kejahatan narkoba.

Argumen pro

Kelompok retensionis tidak kalah sengit mengajukan argumen yang mendukung hukuman mati.
Alasan utama adalah hukuman mati memberi efek cegah terhadap penjahat potensial kejahatan
narkoba. Bila menyadari akan dihukum mati, penjahat demikian setidaknya akan berpikir seribu kali
sebelum melakukan kejahatan narkoba.

Fakta membuktikan, bila dibandingkan dengan negara-negara maju yang tidak menerapkan
hukuman mati, Arab Saudi, yang memberlakukan hukum Islam dan hukuman mati, memiliki tingkat
kejahatan yang rendah. Berdasarkan data United Nations Office on Drugs and Crime pada 2012,
misalnya, tingkat kejahatan pembunuhan hanya 1,0 per 100 ribu orang. Bandingkan dengan
Finlandia yang sebesar 2,2; Belgia 1,7; dan Rusia 10,2.

Kaum retensionis juga menolak pendapat kelompok abolisionis yang mengatakan hukuman mati
(terhadap penjahat narkoba) bertentangan dengan kemanusiaan. Sebaliknya, mereka berpendapat
justru kejahatan narkoba merupakan kejahatan luar biasa yang menistakan perikemanusiaan.
Kejahatan narkoba merupakan kejahatan kemanusiaan yang merenggut hak hidup tidak hanya satu
orang, melainkan banyak manusia. Kelompok retensionis berpendapat, hukuman mati terhadap
penjahat narkoba tidak melanggar konstitusi sebagaimana telah dinyatakan oleh Mahkamah
Konstitusi. Di Amerika Serikat pun, hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi. Dalam
kasus Gregg vs Georgia, Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan, “The punishment of death
does not violate the Constitution.”

Dari berbagai argumen yang dikemukakan kelompok abolisionis dan retensionis, sesungguhnya
dapat diambil kebijakan sintesis hukuman mati bagi penjahat narkoba di Indonesia. Dalam keadaan
darurat narkoba seperti sekarang ini, ketika kejahatan narkoba telah merusak generasi muda dan
merampas hak hidup banyak manusia di Indonesia, adalah adil menjatuhkan hukuman mati
terhadap satu orang penjahat narkoba. Jadi, pertimbangan utamanya adalah rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat. Hukuman mati juga diterapkan untuk memberi peringatan keras bagi para
penjahat narkoba potensial bahwa kita tidak akan berkompromi dengan kejahatan yang serius dan
luar biasa itu.

Tetapi hukuman mati hanya dijatuhkan pada bentuk kejahatan narkoba yang paling jahat, seperti
pemroduksi dan pengedar narkoba. Selain itu, hukuman mati harus sangat berhati-hati dijatuhkan.
Dalam sistem peradilan pidana yang korup seperti sekarang ini, seseorang sangat mungkin menjadi
korban peradilan sesat (miscarriage of justice). Bahkan di Amerika Serikat sekalipun yang sistem
peradilan pidananya relatif cukup baik, dalam periode 1900-1987 23 orang telah dihukum mati
karena kekeliruan peradilan.

Karena itu, untuk mencegah miscarriage of justice, terdakwa kejahatan narkoba harus diberi hak
melakukan upaya hukum yang adil. Misalnya, dalam sidang kasasi, terdakwa wajib diadili sendiri
oleh sembilan hakim agung pidana Mahkamah Agung. Untuk mengumpulkan bukti-bukti baru yang
meyakinkan (novum), ia pun diberi hak untuk mengajukan peninjauan kembali tanpa batas waktu.

Apabila terdakwa pada akhirnya dipidana mati, ia pun masih memiliki kesempatan mengajukan grasi
atau permintaan ampun. Ia dapat mengajukan permintaan ampun kepada parlemen sebagai wakil
rakyat yang telah dirugikan. Jika grasinya diterima, hukumannya diperingan. Peringanan hukuman
hanya boleh diberikan menjadi minimal 20 tahun penjara. Namun, bila ditolak, ia masih memiliki
kesempatan memohon grasi kepada presiden.

Apabila Indonesia telah terbebas dari darurat narkoba dan kedaulatan hukum telah ditegakkan,
hukuman mati terhadap penjahat narkoba sebaiknya dihapuskan. Dampak kejahatan narkoba dalam
keadaan “normal” tidaklah seburuk seperti dampak kejahatan narkoba dalam keadaan darurat.
Hukuman mati hanyalah salah satu cara untuk mencegah meluasnya kejahatan narkoba.
Memberantas korupsi dalam proses penegakan hukum antinarkoba, mengurangi permintaan akan
narkoba, dan merehabilitasi korban narkoba adalah beberapa cara lain yang efektif untuk
memberantas kejahatan itu.

Selain itu, meskipun kita telah mendesain sistem peradilan pidana dengan baik untuk
mencegah miscarriage of justice, kemungkinan menghukum mati orang yang tidak sepantasnya
dihukum mati tetap ada. Kita tidak ingin menghukum mati anak manusia yang tidak bersalah.
Sebab, seperti yang dikatakan ahli hukum abad ke-12, Moses Maimonides, “It is better and more
satisfactory to acquit a thousand guilty persons than to put a single innocent man to
death.” Membunuh satu manusia (yang tidak bersalah), sesungguhnya adalah seperti membunuh
seluruh manusia, begitulah yang difirmankan Sang Maha Adil (QS. 5 : 32).

Pemerintah Indonesia di masa depan perlu mengkaji opsi kebijakan untuk memberikan hukuman
pidana terberat bagi terpidana warga negara asing berdasarkan sistem pemidanaan negara asal
warga negara itu (bisa hukuman mati atau seumur hidup). Misalnya, bila peradilan Indonesia
menjatuhkan hukuman mati bagi warga negara asing yang di negaranya tidak ada hukuman mati
maka Presiden RI dapat mengabulkan grasi warga negara asing tersebut dengan meringankan atau
memberikan hukuman terberat menurut sistem pemidanaan di negaranya, misalnya hukuman
seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai