Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal. Kristalisasi
adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu
pelarut (solvent) dan pada kondisi tertentu akan terpresipitasi dan terpisah di antara
fasa. Sejak dahulu kala NaCl ditemukan pada permukaan bebatuan setelah mengalami
pemanasan matahari. Contoh proses kristalisasi yang lain dalam industri meliputi
produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain.
Teknologi kristalisasi berkembang dengan cepat akhir-akhir ini. melalui tangki
sederhana dimana pendinginan, penguapan, dan mungkin melalui pengaturan pH,
Kristal terbentuk pada proses kristalisasi larutan dipekatkan dan didinginkan sampai
konsentrasi zat terlarut melewati kelarutannya (supersaturation) pada suhu yang
bersangkutan. Zat terlarut akan keluar dari larutan dan membentuk zat padat
(Kristal/hablur) dalam keadaan yang hampir murni. Proses kristalisasi adalah salah satu
teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat
menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
Di dalam industri, bahan-bahan yang digunakan tidak jarang merupakan bahan
berat sehingga tidak dapat dijangkau dengan tenaga manusia dan terkadang berbahaya
apabila terjadi kontak langsung dengan manusia. Untuk itu diperlukan tempat
penyimpanan bahan dan juga alat transportasi khusus untuk mengangkut bahan-bahan
tersebut mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik itu berupa kapasitas
bahan yang akan diangkut maupun keselamatan kerja dari karyawan.Selain storage dan
alat transportasi zat padat, feeder juga berperan penting dalam industri. Feeder
diperlukan untuk membantu proses masuk nya umpan dalam proses industri. Selain
bahan berbentuk gas dan cair, padatan juga memiliki alat pengumpan (feeder) dengan
spesifikasi sendiri-sendiri.Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk lebih mengetahui
dan memahami proses penangan zat padat dalam dunia teknik kimia. Dalam makalah ini
akan dibahas beberapa hal mengenai alat-alat yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam industri kimia, transportasi merupakan proses pengangkutan bahan mentah
dan energi dalam jumlah besar ke pabrik dan ke dalam peralatan, atau pengangkutan

1
produk-produk dan limbah ke luar pabrik. Berdasarkan keadaan agregat dari bahan,
transportasi dibedakan: transportasi bahan padat dan transportasi fluida (cair dan gas).
Dalam suatu industri, pemindahan bahan baik bahan mentah (raw material), bahan
setengah jadi (intermediate product), maupun bahan jadi (product) merupakan
persoalan yang cukup penting untuk efisiensi dan efektifitas secara keseluruhan proses.
Bermacam-macam peralatan transportasi diperlukan guna pemindahan bahan ini namun
didalam bab ini hanya dibahas peralatan transportasi bahan padat, khususnya
menggunakan belt conveyor, screw conveyor, dan bucket conveyor.
Secara Universal di dalam industri, bahan - bahan material terdapat berbagai jenis
yang terkadang sangat berat sehingga berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat
transportasi untuk mengangkut bahan - bahan tersebut mengingat keterbatasan
kemampuan tenaga manusia. Bahan yang diangkut dipengaruhi kapasitas bahan, jenis
bahan dan tujuan pengangkutan. Alat pengangkut bertujuan untuk memudahkan kita
dalam pemindahan suatu zat. Salah satu jenis alat pengangkut yang sering dugunakan
dalam industry adalah conveyer yang berfungsi unuk mengangkut bahan-bahan padat.
Pemilihan alat pengangkut (conveying equipment) material padatan bergantung pada:
kapasitas material yang ditangani.jarak perpindahan material, kondisi pengangkutan :
horizontal; atau vertical, ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat material (properties),
harga peralatan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kristalisasi?
2. Bagaimana mekanisme pembentukan kristal?
3. Apa saja jenis-jenis alat cristalyzer?
4. Bagaimana prinsip kerja alat cristalyzer?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Perancangan Alat dan Proses yang selanjutnya akan digunakan dalam proses
belajar mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Crystalizer
2.1.1 Kristalisasi
Kristalisasi (crystallization) merupakan peristiwa pembentukan kristal-kristal
padat dalam suatu fase homogen. Baik itu dalam pembuatan partikel padat didalam uap
seperti dalam hal pembuatan salju atau pembuatan partikel padat didalam lelehan cair
sebagai mana dalam pembuatan kristal tunggal yang besar maupun kristalisasi dari
larutan cair misalnya pembuatan garam.
Prinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa padat akan mudah terlarut dalam
pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang lebih dingin. Jika suatu larutan
senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian didinginkan,senyawa
terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk kristal yang
murni dan bebas dari pengotor. Kemurnian zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal
zat telarut, sehingga za-zat ini dapat dipisahkan dari pengotornya.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat
jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut.
Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi
jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan
pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan,
penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.
Ketiga teknik yang lain pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia
pada prinsipnya adalah sama yaitu mengurangi kadar pelarut didalam campuran
homogen. Kristal merupakan suatu benda mati yang terorganisasi dan dibentuk oleh
partikel-partikel (yang bisa berupa atom, molekul atau ion) tersusun dalam suatu
susunan tiga dimensi yang beraturan. Bentuk kristal dapat berupa polyhedron yang
mempunyai sudut-sudut tajam dan sisi yang rata, bentuk ini dapat terbentuk jika kristal
dibiarkan sehingga permukaannya tidak mendapat gangguan dari kristal lain atau benda
luar.

3
Tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk mendapatkan produk (hasil) dengan
derajat kemurnian yang tinggi, selain itu bentuk serta ukurannya juga turut menentukan
kualitas kristal hasil. Ini semata-mata diperlukan untuk:
 Kemudahan filtrasi (penyaringan) pencucian.
 Pelaksanaan reaksi dengan bahan kimia lain.
 Kemudahan dalam proses pengangkutan dan penyimpanan.
 Selain itu ciri suatu kristal yang baik yaitu:
 Kristal harus kuat
 Tidak menggumpal
 Memiliki ukuran seragam
 Tidak melekat dalam kemasan. Sehingga CSD (crystal size distribution)
distribusi ukuran kristal harus dikendalikan dengan ketat.

2.1.2 Mekanisme Pembentukan Kristal


Mekanisme pembentukan kristal terbagi menjadi dua tahapan,yaitu:
1. Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat
terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi
atau dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan lewat jenuh.
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
 Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini
berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
 Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total
permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal
persatuan waktu.

2.1.3 Pengertian Crystallizer


D a l a m p r o s e s k r i s t a l i s a s i d i s i n i , d i g u n a k a n a l a t ya n g dinamakan
dengan crystallizer. Crystallizer adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau
membuat kristal dari larutannya.

Dalam kristalisasi dari larutan sebagaimana yang dilakukan oleh industri,

4
campuran dua fasa cairan induk (mother liquor) dan kristal dari segala ukuran yang
mengisi crystallizer, akan dikeluarkan sebagai hasil atau disebut dengan magma.

Tujuan dari kristalisasi yang utama ialah mendapatkan perolehan atau hasil yang
memuaskan terutama kemurnian yang tinggi, oleh karena terdapat pertimbangan;

1. Jika kristal yang dihasilkan akan diproses lebih lanjut, maka ukuran yang wajar
dan cukup seragam diperlukan untuk kemudahan filtrasi, pencucian, pelaksanaan
reaksi dengan bahan kimia lain, pengangkutan, serta penyimpanan kristal.
2. Jika kristal tersebut akan dipasarkan secara langsung, untuk dapat diterima oleh
konsumen, maka kristal tersebut harus kuat, tidak mengumpal, ukurannya
seragam, dan tidak melekat dalam kemasan.

Untuk mencapai tersebut, maka distribusi ukuran kristal (crystal size


distiribusion) atau CSD, harus dikendalikan dengan benar dan itulah yang menjadi
tujuan utama dalam perancangan dan operasi pada crystallizer.

Kristal yang baik, terbentuk dengan baik, umumnya hampir murni, namun masih
mengandung cairan induk bila dikeluarkan dari magma akhir dan jika hasil tersebut
masih mengandung agregat kristal, massa zat padat itu mungkin mengandung cairan
induk bersama kristal.

2.1.4 Jenis-Jenis Crystalizer


A. Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma
1. Forced Circulating Liquid Evaporator Cyrstallizer
Cyrstallizer jenis ini menggabungkan proses antara proses pendinginan dan
penguapan (evaporasi). Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai keadaan yang
supersaturasi (supersaturated) atau keadaan dimana larutan lewat jenuh.

Gambar 1. Forced Circulating Liquid Evaporator

5
Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu
dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat exchangers
tersebut berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash evaporation yaitu,
terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan kosentrasi
zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut sudah lewat jenuh atau
supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan
menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana pada badan
crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal.
Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer, namun tidak
semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah
menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa
sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil kristaliasi.
Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum
padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat Exchangers
dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat
Exchangers pada Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar
antara 3 – 100F untuk sekali lewat. Bila kenaikan titid didih yang diharapkan untuk
mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan beberapa evaporator
untuk menaikan titik didih, dimana kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena
mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi,
sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak
tetap atau naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet
atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih.

1. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer


Pada crystallizer jenis ini, terdapat keunggulan dimana pada badan crytallizer
terdapat pola atau sirkulasi untuk mekanisme kristalisasi. Diantaranya ialah draft tube,
draft tube akan memisahkan antara cairan induk dengan kristal yang akan terbentuk,
yang dilengakapi dengan pengaduk yang bergerak lambat. Pengaduk tersebut ada
dimaksudkan untuk membuat cairan induk dapat bernukleasi dengan cepat, karena
dengan pengadukan reaksi akan berjalan cepat.

6
Gambar 2. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer

Terlihat pada gambar diatas bahwa umpan masuk melalui Heat Exchangers
untuk proses pemanasan, karena terdapat pengaduk yang diletakkan pada poros badan
atau tangki crystallizer maka cairan induk akan tertarik menuju daerah pengaduk yang
menuju kearah atas, lalu bersikulasi turun kebawah bila hasilnya sudah berupa kristal.
Namun bila tidak akan dikembalikan menuju Heat Exchangers kembali melalui pipa
sirkulasi. Karena masuk ke HE maka akan terjadi kenaikan titik didih sekitar 1- 20F.
Terjadi pemisahan antara cairan induk dan kristal pada draft tube ialah karena adanya
perbedaan massa jenis, dimana massa jenis kristal akan lebih besar dila dibandingkan
dengan cairan induk, oleh karena itu adanya gaya gravitasi mengakibatkan kristal
tersebut akan turun kebawah dan diambil sebagai produk. Produk kristal memiliki
ukuran sekitar 6 – 20 mesh untuk padatan KCl, (NH4)2SO4, dan (NH4)H2PO4

2. Draft Tube Crystallizer


Jenis Crystallizer ini tidak jauh berbeda dengan DTB Crystallizer, hanya saja
pada jenis ini tidak ada baffle atau penyekat antara draft tube dengan badan crystallizer.
Namun kelemahan dari Crystallizer jenis ini kenaikan titik didih atau untuk dapat
membuat larutan menjadi lewat jenuh agak sulit, karena jenis ini beroperasi dengan
lambat dan panjang, namun akan didapatkan hasil atau magma yang cukup banyak.

7
3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer
Crystallizer jenis ini menggunkan prinsip sirkulasi cairan atau larutan induk,
dimana umpan maupun hasil kristaliasi akan masuk kedalam Sheell and Tube Heat
Exchangers untuk didinginkan. Perbedaan dengan jenis crystallizer lainnya ialah karena
pada saat dibadan crystallizer terbentuk campuran kristal dan cairan induk, maka akan
terjadi tumbukan antara cairan dengan kristal sehingga suhu campuran akan meningkat,
untuk mendinginkannya diperlukan medium pendingin. Crystallizer ini mneggunakan
prinsip pendinginan, karena kristalisasi dapat terjadi melalui pembekuan
(solidification).

Gambar 3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer

Terlihat pada gambar diatas, umpan dan recylce kristalisasi bersama-sama


masuk kedalam medium pendingin. Namun ada kelemahannya yaitu, panjang untuk
pertukaran panas pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat di
perhitungkan, sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan
kristalisasi pada proses pendinginan tidak berlangsung secara optimal.
Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi sangat dikontrol dengan baik, karena
pompa itulah yang menciptakan laju alir disamping bukaan valve. Adanya pompa
menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen baik didalam HE maupun
didalam badan Crystalizer, maka akan terjadi sering tumbukan untuk menghasilkan
kristal, dimana terdapat sekat antara saluran Head HE dengan ujung keluaran cairan
induk. Bila kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka
kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari
Crystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 – 100 mesh.

8
4. OSLO Evaporative Crystallizer
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang mulai
terbentuk pada chamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang bertujuan
untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.

Gambar 4. OSLO Evaporative Crystallizer

Terlihat pada gambar, bahwa umpan masuk pada G, karena dipompa umpan
akan bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE, cairan umpan
tersebut masuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A cairan induk yang
panas akan bercampur dengan panas penguapan pada bagian B. Laju penguapan
tersebut harus dikontrol antara kerja pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan
perubahan panas campuran tersebut.
Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara keadaan supersaturasi dengan
kedaan penguapan, maka sering timbul scale atau kerak garam, sehingga akan
mengganggu proses sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit kristal pada
bibit kristal untuk mempercepat pembentukan kristal-kristal yang kita harapkan.

5. OSLO Surface Cooled Crystallizer


Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan
induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam crystallizer. Lainnya sama
dengan jenis crystallizer OSLO EC.

9
Gambar 5. OSLO Surface Cooled Crystallizer

6. Vacuum Pan Crystallizer


Jenis crystallizer ini banyak digunakan pada industri gula. Proses kristalisasi
gula terjadi didalam suatu pan masak yang prosesnya kerjanya dilakukan pasa keadaan
vakum (hampa udara). Disamping itu proses kristalisasi dapat dilakukan baik dengan
single effect maupun multiple effect. Kondisi vakum dimaksudkan agar nira yang
diperoleh tidak rusak. Nira yang digunakan ialah nira yang kental yang merupakan
bahan baku proses kristalisasi. Dalam kristalisasi kadar kotoran dan air pada nira kental
akan dihilangkan.

Gambar 6. Vacuum Pan Crystallizer

Pada nira kental masih terkandung kotoran sekitar 15-20% zat terlarut, sedangka
kadar airnya sekitar 35-40% (dengan Brix 60-65). Sebelum dilakukan kristalisasi dalam
pan masak, nira pekat terlebih dahulu dialirkan gas SO2 untuk proses bleaching dan
untuk menurunkan viskositas masakan nira. Langkah pertama dari proses kristalisasi

10
adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi
jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan
meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa.
Setelah itu langkah membuat bibit yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam gula
kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak
ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun tidak beraturan.

B. Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma


1. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer
Crystallizer jenis ini berbentuk balok yang panjang yang didalamnya terdapat
piringan yang berlekuk-lekuk yang dapat berputar karena adanya poros atau pulley pada
ujungnya.

Gambar 1. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer

Umumnya dibuat dari dengan pipa dalam 6 – 12 inchi sebagai diameter dan
panjangnya sekitar 20 – 40 feet, yang disusun seri dalam sambungan dengan 3 buah
atau lebih. Piringan yang berlekuk tersebut dinamakan dengan Scraper Blades yang
berputar dengan kecepatan 15 sampai 30 rpm. Suhu operasi yang dapat dijalankan
sekitar -75 sampai 1000F. Dan dapat juga digunakan pada cairan yang memiliki
viskositas lebih dari 10000 cp. Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk
masuk dari bagian atas samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal didalam
pipa tersebut dan kristal akan mengendap dibawah dan menempel didinding pipa, yang
nantinya scaper blades akan mengambil kristal-kristal tersebut. Ukuran kristal yang
dihasilkan akan seragam, umumnya besar-besar. Namun, pertumbuhan untuk kristal
sangat kecil, hal ini disebabkan jarak antar sambungan seri yang terdapat scraper blades
mungkin terlalu jauh. Kapasitas yang ditentukan oleh koefisien perpindahan panas
sebesar 10 -25 Btu/hr ft2 0F umunya dapat tercapai. Namun untuk mendapatkan nilai
koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi, kita dapat mengubah bentuk dari scraper
blades maupun pergerakannya.

11
2. Scraped Surface Crystallizer
Contoh crystallizer jenis ini ialah tipe Swenson-Walker cystallizer. Berupa
saluran pipa yang dilapisi dengan jacket pendingin. Jenis ini berupa saluran denagn
ukuran 24 inchi untuk lebar, panjang 10 feet, tinggi 26 inchi. Terdiri dari 4 atau lebih
gabungan crystallizer. Seperti jenis crystallizer yang sebelumnya, bahwa kapasitasnya
sangat dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas sekitar 10 -25 Btu/hr ft2 0F dengan
luas penampang yang sediakan 3 ft2/ft panjangnya. Untuk 40 ft panjangnya dapat
menghasilkan 15 ton/hari trisodium pospat dan untuk 50 ft panjangnya dapat
menghasilkan 8 ton/hari garam Glaubers.

Gambar 2. Scraped Surface Crystallizer

Kristal yang terbentuk akan menempel didinding pipa tersebut akan diambil
dengan scraper blades lalu akan dikeluarkan pada salah satu ujungnya. Dimana scraper
blades digerakkan oleh pulley pada salah satu ujungnya.

3. Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil


Crystallizer jenis ini dapat divariasikan terutama pada bagian badan crystallizer
yang dapat digunakan pengaduk atau tanpa pengaduk. Umumnya bila dilengkapi
dengan pengaduk waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kristal akan lebih cepat
bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk. Koefisien perpidaan panas yang terjadi
sebesar 50 -200 Btu/hr ft2 0F, namun perbedaan temperature yang diperbolehkan untuk
mendapatkan keadaan lewat jenuh ialah sebesar 5 – 100F.

12
Gambar 3. Batch Stirred Crystallizer Tank with Internal Cooling

Jenis crystallizer ini termasuk jenis yang batch, artinya tidak ada alitan keluar
setiap waktunya. Tangki crystallizer diisi lalu diambil hasilnya pada waktu tertentu.
Jenis ini dapat digunakan untuk proses yang continous dengan dilengkapi pengaduk.
Umumnya jenis ini memiliki tutup yang berbentuk torispherical dimana umpan atau
cairan induk masuk dari atas dan masuk kedalam tangki untuk didinginkan. Medium
pendingin digunakan koil yang berada didalam tangki crystallizer tersebut, sehingga
efisiensi perpindahan panas cukup tinggi. Karena kontak antar cairan dengan medium
pendingin cukup luas. Disamping itu, bila digunakan pengaduk pembentuk kristal
terutama pada secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa
pengaduk.

4. Direct Contact Refrigeration Crystallizer


Seperti pada beberapa aplikasi pendinginan air laut menjadi es pada suhu yang
rendah dengan menggunakan refrigerant merupakan solusi yang ekonomis. Umunya
bila kita ingin menciptakan permukaan yang dingin atau cukup dingin pada sebuah HE
agak sulit karena perbedaan temperaturnya harus sangat kecil (dibawah 30F), sehingga
HE didesain dengan sebaik-baiknya terutama luas permukaannya yang dapat
memindahkan sejumlah panas yang kita inginkan. Apalagi bila cairannya cukup kental,
agak sulit untuk mencipatkan perbedaan suhu yang sangat kecil tersebut. Untuk
mengatasinya dapat digunakan bahan pendingin yaitu zat refrigerant.

13
Gambar 4. Direct Contact Refrigeration Crystallizer

Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendinginan dari
refrigerant yang digunakan. Umpan berupa cairan induk dimasukkan kebadan
crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu yang refrigerant (suhu cair
refrigerant minus). Karena titik didih dari refrigerant sangat kecil atau jauh dibawah
suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas dari cairan induk menuju refrigerant,
dimana akan mengakibatkan suhu refrigerant akan naik dan menguap untuk
mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada keadaan lewat jenuhnya.
Penggunaan refrigerant ini medium pendingin sangatlah efektif, karena apabila
digunakan HE dengan media refrigerant sebagai pendingin, perbedaan suhu yang
dihasilkan akan sangat kecil, ditambah dengan resiko-resiko lain dari sifat refrigerant
itu sendiri. Didalam badan crystallizer antara refrigerant dan cairan induk akan
berkontak, namun sifat dari refrigerant yang immiscible, tidak akan membuat mereka
bercampur. Contoh dari jenis crystallizer ini pada proses pembuatan kristal Calcium
Chloride dengan refrigerant freon atau propane dan pembuatan kristal p-xylene dengan
refrigerant propane.

5. Twinned Crystallizer
Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang didalamnya terdapat dua
pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat medium
pemanas dimana yang salah satunya berkerja pada suhu saturasi, sedangkan satunya
bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi pada
crystallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya akan didapatkan

14
keseragaan ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama, walaupun terdapat
dua pengaduk dalam satu tangki tersebut.

Gambar 5. Twinned Crystallizer

Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam jenis


crystallizer yang beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki
crystallizer (gambar 5). Terlihat bahwa umpan masuk dari sebelah kanan atas, karena
adanya pergerakan pengaduk, cairan induk bersikulasi, disamping bersikulasi karena
adanya sekat antara kedua pengaduk tersebut. Bila kita melihat jenis alirannya, sudah
pasti cukup turbulen, sebab cairan bersikulasi cukup panjang didalam crystallizer
tersebut. Semakin cepat gerakan pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu yang
ditukarkan, maka semakin cepat dan baik kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal
dapat diambil pada bagian bawah crystallizer, karena kristal akan jatuh atau mengendap
dibawah adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis.

6. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer

Gambar 6. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer

15
Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-butiran
atau kristal yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0.5 mm. Prinsip kerjanya hampir
sama dengan crystallizer yang lain, umpan masuk dengan forced flow dengan pompa
lalu melewati sebuah evaporator yang didalamnya terdapat HE. Pada saat cairan induk
berada pada keadaan supersaturasi atau lewat jenuh, maka akan terbentuk kristal-kristal
halus, kristal tersebut ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat jenuh
dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal dikelurkan produk. Contohnya pada
pembuatan kristal NaCl (garam), Na2SO4, Citric Acid.

7. Escher-Wyss Crystallizer

Gambar 7. Escher-Wyss Crystallizer

Crystallizer jenis ini menggunakan pengaduk yang piringannya berganda seperti


paddle, turbin six blade atau yang lainnya. Karena pergerakan pengaduk yang cukup
untuk menimbulkan keturbulensian antara aliran didalam draft tube dan annulus. Aliran
akan mengalir kebawah melalui annulus, mengalir keatas melalui draft tube. Produk
yang didapatkan berupa suspensi-suspensi yang berbentuk besar.

16
2.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Perancangan Crystallizer
Satu dari keuntungan proses kristalisasi jika dibandingkan dengan proses
pemisahan lainnya adalah mampu menghasilkan produk dengan kemurnian yang sangat
tinggi dari larutan dan menggunakan energy yang sangat sedikit. Pemisahan secara
kristalisasi yang sering terjadi dapat dibentuk dalam satu tahap, rendemen dari produk
tidak dalam keadaan kemurnian yang tinggi tapi memilki tampilan yang bagus dengan
densitas yang sangat tinggi. Dibutuhkan proses pengeringan minimal untuk membuat
kelembaban dari produk sangat rendah dengan cara memprosesnya di dalam centrifuge
atau dilakukan filtrasi.
Dalam bidang kebutuhan energy, kristalisasi membutuhkan sangat sedikit
energy untuk pemisahan daripada distilasi ataupun metode proses pemurnian lainnya
yang sejenis. Itu mungkin dilakukan relative dari skala penggunaannya, tinggi atau
rendahnya temperature tergantung dari produksi yang dilakukan mulai dari kilogram
hingga jutaan ton per hari.
Perhitungan banyaknya kristal yang dihasilkan dihitung menggunakan suatu
formula. Berikut ini adalah formula yang digunakan :

𝟏𝟎𝟎 𝑾𝒐−𝑺 (𝑯𝒐−𝑬)


C= R
𝟏𝟎𝟎−𝑺(𝑹−𝟏)

Dimana ; C = berat kristal pada kondisi akhir (kg)


𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡
R = 𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑛ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡

S = kelarutan mother liquor pada temperature akhir (basis anhidrat)


dalam kg/100 kg pelarut
Wo = berat dari zat terlarut, anhidrat (kg)
Ho = total berat dari pelarut pada mula-mula (kg)
E = evaporasi (kg)

Pada formula tersebut dapat disimpulkan bahwa kristal yang dihasilkan dari
suatu crystallizer dipengaruhi oleh kelarutan (kejenuhan) mother liquor, laju evaporasi
dan banyaknya kedua bahan dalam larutan (zat terlarut dan pelarut). Kelarutan atau
kejenuhan dari mother liquor dipengaruhi oleh sirkulasi massa yang masuk ke dalam
crystallizer (neraca massa). Jika aliran massa larutan yang masuk ke dalam crystallizer
terlalu banyak, maka kelarutan mother liquor akan semakin kecil dan mengganggu

17
dalam proses pembentukkan kristal, begitu pula sebaliknya. Maka, pengendalian massa
larutan yang masuk ke dalam crystallizer sangat berpengaruh pada perancangan
crystallizer.
Sedangkan pada evaporasi menunjukkan berapa banyak air yang dapat
dihilangkan pada proses kristalisasi. Biasanya terjadinya proses evaporasi dilakukan
dalam keadaan vakum. Larutan akan dialirkan menuju sebuah alat penukar panas
sebelum masuk ke crystallizer agar proses penguapan air (evaporasi) menjadi lebih
cepat. Ini dilakukan dengan mengdalikan besarnya transfer panas pada alat penukar
panas (neraca panas). Jika larutan terlalu panas maka pembentukkan kristal terjadi lebih
cepat didalam exchanger.

2.3 Prosedur Perancangan Crystallizer


Setelah mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi pemilihan alat proses
kristalisasi maka kita dapat merancang crystallizer sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini
adalah langkah-langkah prosedur dalam perancangan dan pemilihan alat crystallizer :
 Pemilihan tipe crystallizer yang paling baik dengan mengetahui beberapa hal
yang dibutuhkan yaitu, (a) ukuran produk, (b) kualitas produk, (c) ekonomi pada
proses dan (d) skala operasi. Tabel dibawah ini merupakan perbandingan dari
tipe crysatallizer dengan keunggulan masing-masing.

Tipe Ukuran Tipe Kelarutan Tipe Produk Penjelasan


Peralatan Kristal (Tyler
Mesh)
Force 30—150 Normal, flat or NaCl, Na2SO4, citric Kapasitas besar dan
Circulation inverted acid, Na2CO3. 10 kecil. Sangat stabil,
H2O, lactose kadang terjadi
masalah pada
dindingnya, waktu
operasi pendek
Fluidized 6—65 Normal, flat KCl, NH4SO4, Sering terbentuk
Suspension Na2B4O7.H2O endapan pada
dinding
Draft Tube 6—48 Normal, flat KCl, NH4SO4, H3BO4, Jarang terjadi
Baffle (NH4)H2PO4, endapan pada
dinding,
Reactive 6—100 All (NH4)SO4, Dapat menggunakan
Type (NH4)H2PO4, DTB atau DT
(NH4)2HPO4
Surface 20—150 Normal Na2ClO3, KCl, Baik utk
Cooled Na2SO4.10H2O temperature rendah,
siklus pencucian
sedang

18
Direct 6—48 Normal Paraxylene, Dapat beroperasi
Contact NaOH.2H2O pada temperature
Refrigeration sangat rendahsering
terjadi masalah pada
pedingin permukaan
Batch Type 20—100 Normal, steep Na2SO4.10H2O,FeSO4 Instrument
.7H2O, Tri-P.E. sederhana, kapasitas
kecil, pembersihan
manual.
Teflon Tube 14—65 Normal Na2SO4. 10H2O Umumnya
digunakan untuk
temperature
pendinginan rendah
Air Cooled 30—200 Normal Na2CO3. 10 H2O, Membutuhkan
H3BO3, Na2SO4. energy yang sangat
10H2O rendah, beroperasi
pada temperature
lingkungan sekitar

 Sangat disarankan membuat data lengkap mengenai zat /reaktan yang akan
dijadikan kristal. Data-data yang dibutuhkan antara lain data yang terkait dengan
temperature, sifat fisis dari zat tersebut yang diperlukan pada proses
perhitungan. Data ini sering juga disebut temperature frame, atau ringkasan
singkat untuk kebutuhan perhitungan.
 Membuat neraca massa, neraca panas dan flow sheet.
 Menghitung berapa waktu proses yang diperlukan untuk membentuk produk dari
mulai proses pertumbuhan kristal hingga nukleasi.
 Menentukan besar ukuran crystallizer yang dibutuhkan. Mengendalikan berapa
volume yang dibutuhkan ketika kristal terbentuk dengan batasan-batasan yang
dibutuhkan ketika proses pelepasan uap berlangsung.
 Menghitung transfer panas permukaan dan rersirkulasi rata-rata termasuk
didalamnya adalah pemilihan kondensasi pada bagian evaporasi di dalam
crystallizer.
 Pemilihan alat-alat pendukung seperti peralatan vacuum, pompa, pengaduk dan
lainnya.
 Menentukan bahan konstruksi apa yang digunakan seperti ASME, UPV Section
VII dan lainnya.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kristalisasi merupakan salah satu satuan proses yang sering digunakan dalam
industri kimia, seperti pemekatan susu menjadi berwujud powder dan
sebagainya.
2. Alat-alat yang digunakan dalam proses kristalisasi disebut dengan Crystallizer
dimana alat ini sering ditemukan di berbagai industri pabrik di dunia.
3. Proses kristalisasi pada umumnya merupakan suatu proses evaporasi dimana hal
ini terjadi pada kondisi larutan yang supersaturated sehingga terjadi perubahan
fasa dari fasa cair ke fasa padatan
4. Crystallizer dibagi menjadi dua jenis yaitu Jenis Crystallizer dengan Circulating
Magma dan Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca, khususnya para mahasiswa/i sebaiknya agar lebih
memahami mengenai kristalisasi beserta alatnya, maka diperlukan langkah-langkah cara
mendesain crystallizer dengan ketentuan sesuai dengan umpan yang akan dikristalkan
serta aktif mengumpulkan referensi mengenai crystallizer dan mempelajarinya agar
lebih mengetahui crystallizer dalam suatu industri kimia.

20

Anda mungkin juga menyukai