PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah korupsi ini bukan lagi sebagai masalah baru dalam persoalan
hukum dan ekonomi bagi suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak
ribuan tahun yang lalu, baik dinegara maju maupun dinegara berkembang
sudah demikian parahnya dan menjadi masalah yang sangat luar biasa karena
multimedimensial serta ancaman nyata yang pasti akan terjadi yaitu dampak dari
potensi yang ada di dalam masyarakat khususnya pemerintah dan aparat penegak
hukum.
membawa bencana, tidak hanya bagi perekonomian nasional melainkan juga bagi
nomor 6 (enam) dari 133 negara. Di kawasan Asia, Bangladesh dan Myanmar
4
Edi Yunara, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005, hal 1.
5
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 2.
yang ber-IPK lebih buruk dari Indonesia merupakan negara yang sedang
mengalami konflik.6
dengan kejahatan korupsi. Penjatuhan pidana denda telah diatur dalam Undang-
Tahun 2001 mengatur tentang sanksi pembayaran denda dan uang pengganti atas
perbuatan korupsi yang dilakukan oleh orang pribadi maupun badan hukum.
6
Ibid., hal 2.
7
Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
hal. 85-86.
dan pada aturan-aturan pelaksanaannya, sementara uang hasil korupsi telah habis
UU No.31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU No.20 Tahun 2001 dengan tetap
Perampasan Aset Kejahatan, termasuk aset yang berasal dari tindak pidana
ditingkat nasional.8
8
Efi Laila Kholis, Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi, Solusi Publishing,
Depok, 2010, hal. 29.
usaha negara kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik didalam
maupun diluar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
membayar uang pengganti atau apabila barang yang disita belum atau tidak
mencukupi jumlah uang pengganti atau barang-barang terpidana telah habis maka
mempunyai harta kekayaan lagi dan apabila ternyata setelah beberapa lama (telah
selesai menjalani pidana badan) memiliki harta kekayaan maka jaksa penuntut
kepada pelaku korupsi sehingga belum sesuai dengan peraturan yang ada.9 Pada
dasarnya pencantuman mengenai lamanya pidana penjara dan adanya denda yang
9
VIVANews, Rabu, 19 Januari 2011 14:55: Kenapa Hakim 'Hanya' Vonis Gayus 7 Tahun,
http://vivanews.com/berita/200177-kenapa-hakim--hanya--vonis-7-tahun-.htm,diunduh
Minggu, 2 Juni 2012 pukul 23:22 WIB.
pesat diberbagai bidang. Ini tentunya didukung oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) makin bertambah, dari sekitar Rp.300 Milyar di awal
tahun 2000-an hingga sekarang mencapai lebih dari setengah Triliun Rupiah.10
Belanja Daerah yang lebih sedikit saja ada Pelanggaran Tindak Pidana Korupsi.
adalah ingin memberi sedikit gambaran perkembangan kasus korupsi yang terjadi
Otonomi khusus yang diberikan oleh pemerintah Pusat dalam penyaluran APBD
nya. Selain itu penulis sebelumnya telah melakukan riset di kejaksaan Negeri
Medan dengan judul yang sama tetapi tidak ada respon yang positif dari pihak
10
Membangun Gerakan Anti-Korupsi Untuk Tercapaina Pemerintahan yang Bersih
diKabupaten FakFak http://fakfakjamak.wordpress.com/, diunduh Minggu, 3 juni 2012
pukul 23.49 WIB
B. Rumusan Masalah
pengganti?
C. Tujuan Penelitian
D. Keaslian Penulisan
Uang Pengganti Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Kejaksaan
Papua Barat guna memperoleh data-data yang dapat mendukung penulisan skripsi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara itu dalam rangka pembuktian bahwa
judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, maka telah terbukti skripsi ini benar-benar
merupakan hasil pemikiran dari penulis sendiri dan bukan dari karya tulis orang
lain.
E. Tinjauan Pustaka
yaitu straafbaar dan feit. Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan “sebagian
dihukum” yang sudah tentu tidak tepat. Oleh karena itu, kelak akan kita ketahui
bahwa yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi bukan kenyataan,
11
Evi Hartanti, Loc.Cit, Hal 5.
melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja
1. Bahwa kata feit dalam istilah sraafbaarfeit mengandung arti kelakuan atau
tingkah laku;
Hukum pidana umum adalah hukum pidana yang ditujukan dan berlaku
untuk semua warga negara (subjek hukum) dan tidak membeda-bedakan kualitas
12
Ibid. hal. 5.
13
Ibid., hal. 7.
14
Pengertian Tindak Pidana, http://uddin76.blogspot.com/2010/07/pengertian-tindak-
pidana-dan.html
yang pada umumnya berada ketentuannya diatur diluar KUHP yang berhubungan
yang ada terhadap hukum pidana umum dalam bentuk serta lembaga yang
berwenang mengadilinya.15
1. Latar belakang
2. Jenis-jenis
4. Proses penyelesaian16
2. Adanya delik yaitu pidananya relatif ringan, sedangkan delik itu pada
umum adalah hukum pidana yang dengan sengaja telah dibentuk untuk
diberlakukan bagi setiap orang (umum), sedangkan hukum pidana khusus adalah
hukum pidana yang dengan sengaja telah dibentuk untuk diberlakukan bagi orang-
15
Hukum Pidana Khusus, http://vanplur.wordpress.com/2011/04/23/hukum-pidana-
khusus/, Diunduh Rabu, 6 Juni 2012 Pukul 01.18 WIB.
16
Ibid.
17
Ibid.
Salah satu jenis kejahatan yang sulit dijangkau oleh aturan hukum pidana
adalah korupsi. Perbuatan korupsi merupakan suatu perbuatan curang dan tidak
berpikir (inteligensi), dengan pola perbuatan yang demikian itu kemudian paling
Secara tata bahasa kata korupsi berasal dari bahasa latin, corruptio atau
corruptus yang artinya merusak, tidak jujur, dapat disuap. Korupsi juga
kebejatan.19
18
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984,
hal. 1-2.
19
Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata Dan Korupsi Di Indonesia,
Raih Asa Sukses, Jakarta, 2011, hal. 146
20
Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi,
Mandar Maju, Bandung, 2001, hal. 7
tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara
tersebut pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat mencakup
dituntut dan dipidana. Tindak pidana korupsi yang telah meluas dan mengakar
dan kebudayaannya.
(abuse of power) oleh pejabat negara yang mendapatkan amanah dari rakyat untuk
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berakibat rusaknya tatanan yang
21
Ibid.
22
Ibid., hal. 8
semestinya didapat.
lainnya.23
ketidakjujuran;
2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya.
kepentingan sendiri.24
sebenarnya korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan, dalam hal ini uang
negara atau uang perusahaan, untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Jadi
segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, penyelewenagan kekuasaan dalam
23
Evi Hartanti, Loc.Cit, hal. 8
24
Ibid.
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri dan orang lain atau suatu korporasi
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat satu (1) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun)
dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan atau
denda paling sedikit Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
adalah :
dapat diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor internal dan faktor
eksternal, yaitu:
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri
kekuasaan demi keuntungan pribadi dan atau kelompok, baik keuntungan secara
ekonomi maupun keuntungan secara politik.26 Faktor internal ini bisa terjadi
karena orang dalam keadaan terpaksa, karena gaji tidak mencukupi untuk pola
hidup yang mewah, dan dapat juga terjadi karena kerakusan untuk menumpuk-
nilai-nilai seperti ini adalah sesuatu yang dapat menyenangkan secara lahiriah,
memperhatikan asal muasal kekayaan yang diperoleh oleh orang lain dalam hal
ini adalah pejabat, semakin kaya seorang pejabat semakin ia dianggap berhasil
oleh masyarakat, terlepas dari apakah kekayaan tersebut diperoleh dengan cara
25
Ikhwan Fahrojih, dkk, Mengerti dan Melawan Korupsi, Yappika dan Malang
CorruptionWatch (MCW), Jakarta, 2005, hal. 10.
26
Ibid., hal. 11
Pejabat dengan karakter seperti ini juga tidak akan pernah puas dengan gaji yang
Pejabat dengan karakter seperti ini bahkan sangat berpotensi pula untuk
praktek politiknya. Ketika orang melakukan investasi politik maka ada motivasi
2. Faktor Eksternal
1. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi.
27
Ibid., hal 11.
bahwa akibat dari tindak pidana korupsi sangat luas dan mengakar. Adapun akibat
28
Evi Hartanti, Loc.Cit., hal. 16
berikut :
1. Korupsi senantiasa melihatkan lebih dari satu orang. Hal ini tidak sama
dengan kasus pencurian atau penipuan. Seorang pejabat yang korup
sesungguhnya tidak ada dan kasus itu biasanya termasuk dalam pengertian
penggelapan (fraud). Contohnya adalah pernyataan tentang belanja perjalanan
atau rekening hotel, namun disini seringkali ada pengertian diam-diam
diantara pejabat yang mempraktekkan berbagai penipuan agar situasi ini
terjadi. Salah satu cara penipuan dilakukan dengan meningkatkan frekuensi
perjalanan dalam pelaksanaan tugas. Kasus seperti inilah yang dilakukan oleh
para elit politik sekarang yang kemudian mengakibatkan polemik di
masyarakat.
2. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu telah
merajalela dan begitu dalam sehingga individu yang berkuasa dan mereka
yang berada didalam lingkungannya tidak tergoda untuk menyembunyikan
perbuatannya, namun walaupun demikian motif korupsi tetap dijaga
kerahasiaannya.
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Kewajiban dan keuntungan itu tidak selalu berupa uang.
4. Mereka yang mempraktekkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum.
5. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu
untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
6. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh
badan publik atau umum (masyarakat).
29
Ibid., hal. 16
besar bahwa suatu tindak pidana korupsi paling tidak melanggar tanggung jawab
pada sistem publik atau kepentingan umum dan merusak sistemnya. Suatu sistem
30
Ibid, hal. 10
31
Ibid., hal. 11.
Menurut Munawar Fuad Noeh, suatu tindak pidana korupsi itu disebabkan
Sekretaris LSM Alammak Babel Joni Irawan menyebutkan, ada tiga puluh
jenis tindak pidana korupsi yang kerap dilakukan para koruptor. Bentuk/jenis
32
Djoko Prakoso, Peranan Pengawasan Dalam Penangkalan Tindak Pidana Korupsi,
Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 79.
33
Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, Zikrup Hakim, Jakarta,
1997, hal. 50.
ada juga beberapa jenis Pemidanaan yang di berikan kepada Terdakwa didalam
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat diketahui dari
34
Bangkapos.com Jumat, 4 Maret 2011 18:12 WIB : 30 Jenis Tindak Pidana Korupsi,
www.bangkapos.com, diunduh Kamis, 6 Juni 2012 pukul 01.17 WIB
35
Wawancara dengan Bapak Arfan, Kepala Bagian Pidana Khusus, Kejaksaan Negeri
Kabupaten Fak-Fak, 17 Juni 2012.
serta
1999, baik penjelasan umum maupun penjelasan pasal demi pasal, menurut
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12
dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal
mengaitkan dengan mencantumkan Pasal 209, Pasal 210, Pasal 387, Pasal
388, Pasal 415, Pasal 416, Pasal 417, Pasal 418, Pasal 419, Pasal 420, Pasal
423, Pasal 425, dan Pasal 435 KUHP yang naskah aslinya mempergunakan
bahasa Belanda, yaitu seperti yang terdapat dalam Wetboek van Strafrecht.
Dikatakan tidak mengacu lagi pada pasal-pasal dari KUHP, karena dalam
bahwa Pasal 209, Pasal 387, Pasal 388, Pasal 415, Pasal 416, Pasal 417, Pasal
418, Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425 dan Pasal 435 KUHP
dalam menerapkan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal
disisipkan pasal baru, yaitu Pasal 12A, Pasal 12B dan Pasal 12C.
disisipkan pasal baru, yaitu Pasal 38A, Pasal 38B dan Pasal 38C.
diantara Bab VI dan Bab VII ditambah Bab VI A yang berisi Pasal 43 A.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 43 ayat (3),
Desember 2002.
sidang pengadilan mengenai perkara tindak pidana korupsi yang terdapat dalam
Tahun 1999 oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 yang kemudian disusul
Undang Nomor 31 Tahun 1999 dapat lebih mampu memenuhi dan mengantisipasi
memberantas secara efektif setiap bentuk tindak pidana korupsi yang sangat
penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana
1. Pidana Tambahan
36
Evi Hartanti, Loc.Cit, hal. 14-15
Republik Indonesia memiliki Tugas Pokok dan Fungsi yang telah diatur.
tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah hukum Kejaksaan Tinggi
untuk tindak pidana khusus, dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-undang Nomor 16
perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dalam kuasa khusus dapat bertindak baik
didalam maupun diluar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
membayar uang pengganti atau apabila barang yang disita belum atau tidak
mencukupi jumlah uang pengganti atau barang-barang terpidana telah habis maka
mempunyai harta kekayaan lagi dan apabila ternyata setelah beberapa lama (telah
selesai menjalani pidana badan) memiliki harta kekayaan maka jaksa penuntut
tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang
lanjut dijelaskan bahwa pembayaran uang pengganti adalah salah satu upaya
37
http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?idu=31&sm=2, diunduh Minggu,
pukul 01.08 WIB
38
Evi Hartanti, Loc.Cit, hal 20
kerugian negara. Apabila pembayaran uang pengganti tidak dapat dipenuhi oleh
dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari
ayat (1) huruf b paling lama 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa
“Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
pembayaran uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka
dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum
dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan lamanya
39
Undang-Undang Nomor 31 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b.3 KUHP, kecuali dalam putusan
hakim tersebut terdapat perintah kepada Jaksa agar putusan hakim diumumkan
Tahun 1999 tersebut di atas, maka Pasal 18 ayat (1) huruf b menentukan bahwa
sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana
pengganti sebagaiman ditentukan dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b tersebut, maka
40
P.A.F. Lamintang, Loc.Cit, hal. 84
41
R.Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005, hal. 126
Pasal 184 ayat (1) huruf b KUHAP) yang dapat menentukan dan membuktikan
berapa sebenarnya jumlah harta benda yang diperoleh terpidana dari tindak pidana
korupsi yang dilakukannya.42 Hal ini perlu dilakukan karena penentuan pidana
sebanyak-banyaknya sama dengan harta yang diperoleh terpidana dari hasil tindak
pidana korupsi.
Adapun yang dimaksud dengan harta benda yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b tersebut menurut R. Wiyono tidak
hanya ditafsirkan harta benda yang diperoleh dari hasil tindak pidana korupsi
putusannya, tetapi ditafsirkan juga termasuk harta benda yang diperoleh dari hasil
harta benda tersebut oleh terdakwa sudah dialihkan penguasaannya kepada orang
lain.43
dapat diketahui bahwa pidana tambahan yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa
dalam perkara tindak pidana korupsi adalah pidana tambahan yang ditentukan
dalam :
42
Ibid., hal. 129.
43
Ibid., hal. 130.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
44
Ibid., hal. 131
Indonesia.45
2. Sumber Data
penelitian ini.
45
Ibid., hal. 132.
3. Lokasi Penelitian
4. Narasumber Penelitian
mewakilinya
narasumber penelitian.
penelitian ini.
6. Analisis Data
kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian disajikan dan diolah
G. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan dalam memahami isi dari skripsi ini, berikut disajikan
sistematika penulisan dari skripsi ini yang terbagi ke dalam beberapa bab dan
masing-masing bab terbagi lagi ke dalam beberapa sub bab. Adapun masing-
BAB I PENDAHULUAN
rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka yang merupakan bekal
dasar bagi penulis dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya pada bab ini juga
diuraikan tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, sumber data,
lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Pada bab ini diuraikan dan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi. Adapun uraian pada bab ini meliputi : Tugas pokok
Kejaksaan dalam tindka pidana korupsi, Pidana tambahan dalam tindak pidana
FAK
Pada bab ini diuraikan dan dianalisis hasil penelitian lapangan terhadap
pidana korupsi di Daerah Kabupaten Fak-Fak. Adapun uraian dan analisis pada
penyelesaiannya.
permasalahan dalam skripsi ini dan sekaligus disajikan saran yang merupakan