Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern saat ini. Stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi

hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang

mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).


Secara umum jenis stroke ada 2 jenis yakni stroke iskemik (non

hemorhagik) dan hemoragik. Stroke iskemik merupakan gangguan secara

tiba-tiba, yang menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan

fungsi neurologi lainnya, yang terjadi lebih dari 24 jam dimana

penyebabnya adalah gangguan sirkulasi aliran darah ke otak. Stroke

hemoragik merupakan pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan

terjadinya penurunan kesadaran ataupun gangguan neurologi lainnya,

yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung hingga lebih dari 24 jam dan dapat

menyebabkan kematian (Usman, 2014). Semakin lambat pertolongan

medis yang diperoleh, maka akan semakin banyak kerusakan sel yang

tidak bisa diselamatkan dan semakin buruk kecacatan (Prinzon, et al.,

2010).
Menurut data World Health Organization (WHO, 2016) bahwa

stroke merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang

paling umum dari kecacatan. Sekitar 15 juta orang menderita Stroke yang

pertama kali setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6
juta mengakibatkan kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki-laki).

Stroke merupakan masalah besar di negara-negara penghasilan rendah

prosentase kematian dini karena stroke naik menjadi 94% pada orang

dibawah usia 70 tahun.


Prevalensi stroke di Indonesia sebanyak 10,9%, prevalensi

tertinggi ditemukan di Kalimantan Timur (14,7%), dan terendah di Papua

(4,1%) dari survey yang dilakukan pada 18 provinsi. Riskesdas 2018 pada

provinsi Jawa Tengah menunjukan kasus stroke sebesar (11,3%)

(Riskesdas, 2018). Surakarta tahun 2013 menempati urutan ke 3 sebesar

365 kasus (Dinkes, 2013). Data dari RSUD dr.Moewardi Stroke Non

Hemoragik pada tahun 2014 terdapat 278 kasus (Profil kesehatan

Surakarta, 2014).
Dampak yang mungkin timbul pada pasien stroke adalah

berkurangnya saturasi oksigen darah, infeksi paru, infeksi saluran kemih,

dan resiko dekubitus. Dekubitus atau penekanan pada daerah yang

bersentuhan dengan permukaan tempat tidur. Dekubitus merupkan suatu

keadaan dimana ada kerusakan jaringan setempat atau luka yang

diakibatkan oleh tekanan dari luar yang berlebih, dan pada umumnya

terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronik yang sering berbaring

lama di tempat tidur. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka

karena trauma dan pembedahan namun dapat disebabkan juga karena

kulit tertekan dalam waktu yang lama yang menyebabkan iritasi dan akan

berkembang menjadi dekubitus atau luka tekan (Sari, 2017).


Insiden luka tekan meningkat secara merata di berbagai Negara,

berdasarkan sensus kependudukan dan demografi Indonesia (SKDI) tahun


2016 sebanyak 1 juta setiap tahun dengan prevalensi 6,1 per 1000

penduduk. Hasil terjadinya dekubitus secara umum di laporkan bahwa 5-

11% terjadi pada perawatan acut care, 15-25% di perawatan jangka

panjang dan 7-12% di tatanan perawatan home care. Di Indonesia hampir

mencapai 25% penderita stroke yang terkena dekubitus.


Dari hasil penelitian menunjukan bahwa intervensi kenyamanan

yang sering dilakukan pada perawatan intensif adalah memberikan suhu

yang hangat pada pasien, mengobservasi tanda-tanda vital, menejemen

nyeri, pemberian posisi yang tepat, dan pemberian kasih sayang (Kolcaba,

2004 dalam Rosydah, 2016).


Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemberian

posisi miring 30 derajat yang bertujuan untuk membebaskan adanya

tekanan sebelum terjadi iskemia jaringan dan luka tekan pun tidak akan

pernah berkembang (Tarihoran, 2010).


Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

mengaplikasikan tindakan pemberian posisi miring 30 derajat terhadap

pasien Stroke.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke Non

Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.


1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan keperawatan pasien

Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman

nyaman di RSUD dr.Moewardi.


1.3.2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien Stroke Non Hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.


2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa

aman nyaman.
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan

Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa

aman nyaman.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa

aman nyaman .
5) Melakukan evaluasi pada pasien dengan Stroke Non

Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman.


1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
1) Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

melakukan asuhan keperawatan tentang upaya peningkatan rasa

aman nyaman pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik di

ruang HCU Neurologi RSUD dr. Moewardi.


2) Bagi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di

kampus STIKes Kusuma Husada Surakarta.


1.4.2. Manfaat Praktis
1) Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan konstribusi terbaru

pengembangan pada pasien khususnya keperawatan kritis pada

pasien dengan gangguan system persyarafan.


2) Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam peningkatan mutu

pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif terutama pada pasien Stroke


3) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai referensi bagi institusi pendidikan dalam

mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan rasa

aman nyaman.
4) Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan pemahaman dan pendalaman

serta untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dapat selama

perkuliahan terutama keperawatan kritis.


5) Bagi Pasien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat ikut serta dalam

pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman dengan terapi non

farmakologi yaitu posisi miring 30o.

Anda mungkin juga menyukai