PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali
menemukan apa yang disebut “magic bullet’, yang dirancang untuk menangani
infeksi mikroba. Pada tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika pertama,
Salvarsan, yang digunakan untuk melawan syphilis. Ehrlich kemudian diikuti oleh
Alexander Fleming yang secara tidak sengaja menemukan penicillin pada tahun
1928. Sejak saat itu antibiotika ramai digunakan klinisi untuk menangani berbagai
penyakit infeksi (Ardiansyah, 2009).
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau
sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses
biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi
lain tentang antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat pertumbuhan
serta reproduksi bakteri dan fungi. Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk
mengobati penyakit infeksi atau sebagai aat seleksi terhadap bakteri yang sudah
berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika (Prapti, 2012).
- Untuk mengetahuhi daya hambat Lidah buaya (Aloe vera) pada bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Sensitivitas
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode
cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai
bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas
bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar
kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona
hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
bahan anti bakteri (Gaman. dkk, 2002).
2.2 Pengertian Antibiotik
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau
sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses
biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi
lain tentang antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat pertumbuhan
serta reproduksi bakteri dan fungi. Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk
mengobati penyakit infeksi atau sebagai alat seleksi terhadap bakteri yang sudah
berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika (Prapti, 2012).
2.3 Jenis-Jenis Antibiotik
2.3.1 Menghambat Sintesis Dinding Sel
Menurut pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
yaitu:
1. Bacitracin adalah suatu polipeptida yang diperoleh dari suatu strain
Bacillus subtilis. Bacitracin stabil dan tidak dapat diabsorpsi dari saluran cerna.
Kegunaan basitrasin hanya untuk pemakaian topikal ke kulit, luka, atau selaput
lendir.
2. Streptomycin adalah antibiotik yang khas dibanding
dengan aminoglycoside lain, sebagaimana mekanisme resistennya. Resistensi
muncul pada banyak spesies, secara buruk membatasi kegunaan streptomycin saat
ini, dengan pengecualian yang disebut di bawah ini.
3. Tetracycline adalah golongan obat yang berbeda dalam ciri khas fisik dan
farmakologi tetapi sebenarnya mempunyai sifat antimikroba yang identik dan
memberikan resistansi silang lengkap
4. Gentamicin merupakan aminoglikosida yang banyak dipilih dan digunakan
secara luas untuk terapi infeksi serius. Gentamicin memiliki spektrum antibakteri
yang luas, tapi tidak efektif terhadap kuman anaerob.
5. Erhytromycin merupakan antibiotik sebagai alternatif untuk pasien yang
alergi terhadap penisilin untuk pengobatan enteritis kompilobakter, pneumonia,
penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik, anke
vukgaris dan profilaksis difetri dan pertusis.
6. Oxacillin (OX) adalah antibiotik dalam kelompok
obat penicillin. Oxacillin melawan bakteri dalam tubuh, yang bekerja dengan cara
menghalangi dinding sel akteri sehingga mematikan bakteri tersebut. Untuk
mengobati berbagai jenis infeksi berbeda yang disebabkan oleh bakteri, seperti
infeksi Staphylococcal yang juga disebut infeksi staph.
7. Sefalosporin adalah Aztreonam, yang merupakan antibiotik yang mencegah
efek penisilinase. Antibiotik jenis ini merupakan antibiotik yang sintesis dengan 1
cincin seginggaa disebut monobaktam. Antibiotik ini berefek pada bakteri graam
positif termasuk Escherichia coli dan Pseudomonas.
8. Sefalosporin memiliki inti serupa dengan Penisilin dan resisten terhadap
penisilinase. Sefalosporin lebih efektif terhadap bakteri gram negatif.
9. Karbapenem merupakan antibiotik berspektrum luas. Contohnya
adalah Primaxin yang merupakan antibiotik kombinasi imipenem dan Silastasin
natrium. Silastasin natrium mencegaah degradasi imipenem pada ginjal.
10. Vankomisin memiliki spektrum sempit, digunakan bagi Staphylococcus
aureus yang resisten terhadap Penisilin termasuk Metisilin.
2.3.2 Merusak Permeabilitas Membran Sel
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang merusak permeabilitas membran
membran sel yaitu :
1. Polimiksin merupakan suatu peptida yang didalamnya terdapat satu ujung molekul
larut lipid dan ujung molekul yang lain larut dalam air. Masuknya Polimiksin dalam
membran plasma fungi akan menyebabkan gangguan antara lapisan-lapisan
membran plasma. Polimiksin akan tertinggal diluar membran, sedangkan lemak
larut akan berada didalam membran dan menyebabkan gangguan antaraa lapisan-
lapisan membran yang memungkinkan lalu lintas substansi bebas keluar masuk sel.
2. Nistatin dan Amfoterisin memiliki struktur lingkar yang besar disebabkan adanya
sejumlah ikatan ganda dan sering disebut sebagai antibiotik polien. Antibiotik ini
bergabung dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel fungi dengan
menimbulkan gangguan dan kebocoran kebocoran sitoplasma.
2.3.3 Menghambat Sintesis RNA (Proses Transkripsi)
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis RNA yaitu :
1. Rifampin merupakan turunan Rifamisin. Rifampin menghambat sintesis mRNA
dengan cara mengikat b-RNA polimerase bakteri sehingga menghambat transkripsi
mRNA. Antibiotik ini digunakan untuk melawan Mycobacteria pada TBC dan
lepra. Rifampin dapat mempenetrasi jaringan.
2. Kuinilon misalnya asam nalidiksat yang bersifat bakterisidal, bekerja dengan cara
menghambat enzim DNAgirase pada replikasi DNA, sehingga akan menghambat
proses replikasi DNA dan transkipsi mRNA. Antibiotik ini hanya digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran kencing.
2.3.4 Menghambat Sintesis Protein (Proses Translasi)
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis protein yaitu
:
1. Pefloxacin (PEF) umumnya dikenal sebagai obat antibakteri
kelompok fluoroquinolone. Pefloxacin adalah agen kemoterapetik sintetik yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang serius dan mengancam nyawa.
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri
2. Tetracyccline (TE) merupakan antibiotik berspektrum luas yang menghambat
sintesis protein. Agen-agen ini bersifat bakteriostatik terhadap berbagai bakteri
gram positif dan gram negatif, termasuk
anaerob, ricketsiae, chlamydiae, mycoplasma, dan bentuk-bentuk L, serta aktif pula
terhadap protozoa, contohnya amoeba.
3. Aminoglikosa merupakan kelompok antibiotik yang gula aminonya tergabung
dalam ikatan glikosida. Antibiotik ini memiliki spektrum luas dan bersifat
bakterisidal dengan mekanisme dengan mekanisme penghambatan pada sintesis
protein.
4. Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang diproduksi
oleh Streptomycin. Antibiotik ini dapat mempenetrasi jaringan tubuh sehingga
dapat melawan Rickttsia dan Chlamya intraseluler.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan struktur sederhana sehingga mudah
dibuat ecaara sintetik dibandibgkan dengan mengisolasinya dari Strepmyces.
6. Makrolida merupakan kelompok antibiotik yang memiliki cincin lakton
makrosiklik. Contohnya adalah eritromisin. Antibiotik ini tidak dapat
mempenetrasi dinding sel sebagian besar bakteri gram negatif Bacillus dan
merupakan obat alternatif Penisilin.
2.3.5 Menghambat Replikasi DNA
Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon,
novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase
sehingga mengahambat sintesis DNA
DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan
terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat
replikasi DNA.
2. 4. Deskripsi dan Taksonomi Lidah Buaya
2.4.1 Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L) merupakan tanaman asli Afrika, yang memiliki
ciri fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya,
berwarna hijau, dan daging daun berlendir. Pada awalnya lidah buaya sebagai
tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Lidah buaya tumbuh subur di
daerah yang berhawa panas dan terbuka dengan kondisi tanah yang gembur dan
kaya bahan organik. Pembudidayaan lidah buaya tergolong sangat mudah dan tidak
memerlukan biaya dan perawatan yang besar. Hal ini akan mendorong dan
pertimbangan untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku makanan (
Sudarto, 1997).
Lidah buaya (Aloe vera L) pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-
17 dibawa oleh petani keturunan Cina. Tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias
yang ditanam sembarang di pekarangan rumah dan digunakan sebagai bahan
kosmetik yaitu untuk penyubur rambut. Baru pada dekade 1990-an, tanaman ini
dilirik menjadi bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang berkhasiat
menyehatkan (Furnawanthi, 2002).
Di Indonesia, lidah buaya (Aloe vera L) sudah lama ditanam oleh penduduk
sebagai tanaman obat keluarga sekaligus tanaman hias karena bentuknya yang
tergolong sangat unik. Penanaman secara khusus dan besar-besaran belum umum
dilakukan, kecuali di beberapa tempat yang telah terdapat pengolahan lidah buaya
(Aloe vera L) tersebut. Namun dengan semakin meluasnya penggunaan lidah buaya
(Aloe vera L) dan meningkatnya permintaan
sebagai bahan baku industri, maka lidah buaya dapat dijadikan sebagai lahan bisnis
baru serta dapat dijadikan sebagai tanaman agroindustri (Sudarto, 1997).
2.4.2 Botani Lidah Buaya
Jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersil di dunia yakni
Curacao aloe atau Aloe vera (Aloe barbadensis Miller), yang ditemukan oleh Philip
Miller, seorang pakar botani yang berasal dari Inggris, pada tahun 1768. Aloe
barbadensis Miller mempunyai nama sinonim yang binomial, yakni Aloe vera dan
Aloe vulgaris. Menurut Furnawanthi (2002) taksonomi Aloe barbadensis Miller
sebagai berikut.
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe barbadensis Miller
Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Asia
dan Amerika. Hal ini disebabkan bagian stomata daun lidah buaya dapat tertutup
rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya air daun. Lidah
buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Lidah buaya termasuk
tanaman yang efisien dalam penggunaan air, karena dari segi fisiologi tumbuhan,
tanaman ini termasuk tanaman yang tahan kekeringan (Furnawanthi, 2002).
Lidah buaya dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai daerah
pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar
keseluruh dunia mulai daerah tropika sampai ke daerah sub tropika. Tanah yang
dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organik dan gembur.
Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat diperlukan, karena
akarnya yang pendek tanaman ini tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang
pHnya rendah (Furnawanthi, 2002).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat 2. Bahan
a) Tabung reaksi a) Media MHA
b) Cawan petrik b) Biakan bakteri
c) Ose bulat c) NaCl 0,9%
d) Api Bunsen d) Mac farlan 0,5%
e) Rak tabung e) Lidah buaya ( Alo vera)
f) Batang pengaduk
g) Beaker gelas
h) Incubator
i) Autoclave
j) Pipet tetes
k) Tabung mac farlan
B. Prinsip Kerja
Suspensi bakteri 108CFU/ml diratakan pada media agar, kemudian agar
tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan.
Larutan antibiotik yang digunakan diteteskan kedalam sumuran. Diinkubasi
pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti pada cara Kirby-
Bauer (Jawetz et al., 2001).
C. Cara Kerja
1. Proses Pengolaha getah lidah buaya (Aloe vera)
a) Daun lidah buaya (Aloe vera) dibersihkan kulitnya menggunakan
pisau, kemudian diambil getahnya dan diperas menggunakan kasa.
b) Hasil ekstrak diletakkan di wadah steril (gelas kimia),
c) Masing-masing dibuat konsentrasi 10%,20% dan 30%
10
1. 10% = 𝑥5 𝑚𝑙
100
= 0,5 𝑚𝑙 (500 𝜇)
20
2. 20% = 𝑥5 𝑚𝑙
100
= 1 𝑚𝑙 (1000 𝜇)
30
3. 30% = 𝑥5 𝑚𝑙
100
= 1,5 𝑚𝑙 (1500 𝜇)
2. GAMBAR PENGAMATAN