Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung


3 November 2015

KAJIAN ISOTERM ADSORPSI ION Ni(II) dan Zn(II) PADA


BIOMASSA Porphyridium sp. YANG DIMODIFIKASI
DENGAN SILIKA – MAGNET

Rio Wicaksono1), Buhani1) dan Suharso1)


1)
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Lampung
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung
Surel: uhmseung@gmail.com

ABSTRACT

It had been conducted a research about the adsorption of metal ions Ni (II) and Zn (II)
of the algae biomass Porphyridium sp. modified by a silica matrix (PS) via sol gel
process coated with magnetite (PSM). Material characterization of synthesis result was
done with IR spectrophotometer to identify functional groups. Metal ion adsorption of
Ni(II) and Zn(II) by PS and PSM was optimum at a concentration of 300 ppm with
contact time at 60 minutes. Each of adsorption capacity of Ni (II) and Zn (II) ion by PS
was 33.00 and 62.43 mg/g while on the PSM was 35.00 and 46.00 mg/g, respectively.

Keywords : adsorption, heavy metals, Porphyridium sp., silica – magnetite.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang adsorpsi ion logam Ni(II) dan Zn(II) pada biomassa
alga Porphyridium sp. yang dimodifikasi oleh matriks silika (PS) melalui proses sol gel
teknik pelapisan dengan magnetit (PSM). Karakterisasi material hasil sintesis dilakukan
dengan spektrofotometer IR untuk mengidentifikasi gugus fungsi. Adsorpsi ion logam
Ni(II) dan Zn(II) oleh PS dan PSM masing – masing optimum pada pada konsentrasi
300 ppm dengan waktu kontak 60 menit. Kapasitas adsorpsi ion Ni(II) dan Zn(II) oleh
PS masing-masing adalah 33,00 dan 62,43 mg/g sedangkan pada PSM masing-masing
35,00 dan 46,00 mg/g.

Kata kunci: adsorpsi, logam berat, Porphyridium sp., silika – magnetit.

PENDAHULUAN

Pencemaran logam berat terhadap lingkungan sangat erat kaitannya terhadap

penggunaan logam berat oleh manusia (Rochyatun et al., 2006). Pencemaran logam

berat banyak disumbangkan dari aktivitas pertanian seperti pembuatan pupuk dan

pemberian insektisida yang mengandung logam berat, kegiatan pabrik, serta kegiatan

pembuatan keramik dan peleburan logam. Apabila kegiatan tersebut dilakukan secara

696
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

terus menerus setiap harinya, mengakibatkan terakumulasinya logam-logam berat dalam

jumlah yang banyak (Suhendrayatna, 2001).

Untuk mengurangi pencemaran logam berat telah banyak teknik yang digunakan

antara lain dengan metode: koagulasi, kompleksasi, pertukaran ion dan teknik adsorpsi.

Dari beberapa metode tersebut, metode adsorpsi merupakan metode yang paling banyak

digunakan untuk mengurangi dampak pencemaran logam berat. Metode adsorpsi ini

memiliki beberapa keuntungan antara lain, prosesnya sangat sederhana, biaya yang

digunakan lebih murah (Buhani et al., 2010) serta tak memiliki efek samping yang

beracun (Purwaningsih, 2009). Salah satu contoh adsorben alternatif yang diketahui

memiliki kemampuan adsorpsi cukup baik yaitu mikroalga (Cervantes et al., 2001).

Alga hampir dapat dijumpai disetiap perairan dan harganya pun relatif lebih

murah (Sadhori, 1995). Secara biokimia alga mudah terdegradasi oleh aktivitas bakteri

sehingga penggunaan biomassa alga sebagai bioadsorben relatif lebih aman bagi

lingkungan. Alga juga mempunyai kemampuan mengikat ion logam yang cukup tinggi

dan kemungkinan pengambilan kembali ion logam tersebut relatif lebih mudah (Buhani

et al., 2010). Ada beberapa jenis alga yang sering dijumpai yakni alga merah, alga hijau,

dan alga coklat.

Alga-alga tersebut mampu menyerap logam dengan sendirinya karena memiliki

gugus fungsi antara lain: gugus karboksil, hidroksil, dan amino yang terdapat di dalam

dinding sel pada sitoplasma (Mahan & Helcombe, 1989). Namun, alga-alga tersebut

mampu terdegradasi oleh bakteri-bakteri dan oleh mikroorganisme lainnya. Oleh karena

itu, maka perlu dilakukan modifikasi untuk mengoptimalkan penyerapan logam pada

alga. Salah satu matriks yang sering digunakan dalam memodifikasi biomassa alga

adalah silika. Silika gel merupakan padatan anorganik yang memiliki sisi aktif

697
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

permukaan seperti gugus silanol (-Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si) yang dapat berikatan

secara kimia dengan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada biomassa alga serta

mempunyai luas permukaan yang besar. Beberapa penelitian tentang hasil modifikasi

biomassa alga menunjukkan bahwa adsorben hasil modifikasi mampu menyerap logam

dengan baik seperti yang telah dilaporkan oleh Buhani & Suharso (2009) tentang

imobilisasi biomassa Nanochloropsis sp. dengan teknik sol – gel. Untuk lebih

meningkatkan daya adsorpsi hasil modifikasi biomassa alga – silika maka dilakukan

teknik pelapisan silika – magnetit.

Teknik pelapisan silika dengan partikel magnetit digunakan agar adsorben

memiliki kapasitas dan selektivitas yang besar terhadap logam yang teradsorpsi serta

dapat memisahkan logam dengan cepat (Peng et al., 2010). Dengan menggunakan

teknik tersebut maka diharapkan biomassa Porphyridium sp. – silika dapat

menghasilkan adsorben yang efektif terhadap logam berat serta bersifat ramah

lingkungan karena tidak memiliki produk samping seperti padatan tersuspensi.

METODE

Alat dan Bahan. Penyiapan alga Porphyridium sp. di Balai Besar Perikanan Budidaya

Laut Lampung (BBPBL). Karakterisasi material menggunakan spektrofotometer infra

merah (IR), difraksi sinar-X (XRD) serta uji adsorpsi menggunakan spektrofotometer

serapan atom (SSA). Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat-alat

gelas yang biasa digunakan di laboratorium, gelas kimia plastik, neraca analitik, oven,

labu ukur, pH indikator universal, magnetic stirrer, kertas saring Whatman No. 42,

sentrifuga, spektrofotometer IRShimadzu, spektrofotometer serapan atom (SSA) Perkin

Elmer seri AA 3110.

698
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah, biomassa alga

Porphyridiumsp., akuades, FeCl3.6H2O, FeSO4.5H2O, larutan HCl 1M, NiSO4.6H2O,

ZnSO4.4H2O, etanol p.a., NH4OH 1 M, TEOS, CH3COONa 0,1 M, HNO30,1 M, NaOH

0,1 M.

Metode Kerja

Sintesis. Sebanyak 5 mL TEOS dicampurkan dengan akuades ke dalam gelas plastik.

Kemudian ditambahkan HCl hingga pH larutan mencapai pH 2 dan diaduk dengan

pengaduk magnet selama 40 menit (Larutan A). Di tempat lain, sebanyak 0,4 g

biomassa Porphyridium sp. dicampur dengan etanol, campuran tersebut dimasukkan ke

dalam gelas plastik kemudian diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit

(Larutan B). Setelah larutan A homogen, Larutan B ditambahkan ke dalam larutan A

disertai pengadukan menggunakan pengaduk magnet sampai larutan tersebut menjadi

gel. Gel yang terbentuk disaring dengan kertas saring Whatmann No. 42, lalu didiamkan

selama 24 jam. Gel kemudian dibilas dengan menggunakan aquades dan etanol (60:40)

hingga pH ≈ 7. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 40 – 60 °C selama 2-3

jam dan digerus hingga halus.

Sebanyak 5 mL TEOS dimasukkan ke dalam akuades, kemudian ditambahkan

magnetit sebanyak 0,1 g, dimasukkan ke dalam wadah plastik, diaduk selama 30 menit.

Saat pengadukan, ditambahkan HCl tetes demi tetes hingga pH larutan mencapai pH 2

(Larutan C). Di wadah lain, biomassa Porphyridiumsp sebanyak 0,4 g dicampur dengan

etanol, kemudian diaduk selama 30 menit (Larutan D). Selanjutnya (larutan C)

dicampur dengan (Larutan D) disertai pengadukan hingga larutan menjadi homogen dan

membentuk suatu gel. Gel yang terbentuk kemudian didiamkan selama 24 jam. Gel

kemudian dicuci menggunakan aquades dan etanol (60:40) hingga pH filtrat mendekati

699
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

pH 7. Lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 40 – 60 °C selama 2-3 jam dan digerus

hingga halus.

Uji Adsorpsi. Sebanyak 50 mg material alga (PS dan PSM) dimasukkan masing-

masing ke dalam 6 tabung reaksi. Kemudian sebanyak 20 mL larutan ion logam Ni(II)

dengan konsentrasi yang berbeda yakni, 0-300 ppm. Masing-masing labu erlenmeyer

dibuat kondisi pH optimum sesuai hasil percobaan (a) dan diaduk selama 1 jam

Kemudian larutan dipisahkan dan filtrat yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

SSA. Prosedur ini juga diterapkan dengan menggunakan larutan ion logam Zn(II).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis. Hasil sintesis dari biomassa alga Porphyridium sp. dengan TEOS (PS) dan

pelapisan dengan magnet (PSM), dikarakterisasi dengan spektrofotometer IR untuk

mengetahui gugus-gugus fungsi yang terdapat pada biomassa alga, PS, dan PSM,

seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Pada Gambar 1a dapat diamati bahwa spektra IR biomassa alga Porphyridium

sp. menunjukkan pita serapan pada bilangan gelombang 3458,58cm-1 yang

menunjukkan adanya gugus –OH yang terikat pada C=O, diperkuat dengan munculnya

serapan pada bilangan gelombang 1427,32 cm-1 yang merupakan serapan khas dari

suatu asam karboksilat. Pada bilangan gelombang 3749,62 cm-1 menunjukkan adanya

gugus N – H primer, diperkuat dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang

856,39 cm-1. Serapan pada bilangan gelombang 2924,09 cm-1 menunjukkan adanya

gugus C – H terhibridisasi sp3 yakni dari suatu rantai karbon CH2 dan CH3 yang berasal

dari gugus organik pada biomassa alga. Pada Gambar 1b yang merupakan spektra IR

dari PS dan 1c dari PSM menunjukkan adanya bilangan gelombang pada 2931, 80 cm-1

700
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

yang menunjukkan vibrasi ulur dari C – H yang menunjukkan adanya gugus alifatik (-

CH2). Adanya gugus siloksan diperkuat dengan adanya serapan pada 856,39 cm-1 yang

berasal vibrasi ulur simetris dari Si – O dan puncak pada 432,05 cm-1 menunjukkan

vibrasi tekuk dari Si – O dari gugus siloksan (Si – O – Si) untuk spektra IR. Dengan

demikian, dapat dinyatakan bahwa sintesis PS dan PSM telah berhasil dilakukan yang

didukung dengan hasil karakterisasi dengan spektrofotmeter IR.

Uji Adsorpsi. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ion Ni(II) dan Zn(II) pada

adsorben dianalisis dengan menggunakan model istoterm adsorpsi persamaan Langmuir

(C/n = 1/nmK + C/nm) dan Freundlich (log qe = log kf + 1/n log Ce) (Buhani and

Suharso, 2009). Gambar 3 menunjukkan hubungan antara konsentrasi awal ion Ni(II)

dan Zn(II) dengan jumlah logam yang teradsorpsi pada PS dan PSM.

Pada Gambar 3 dapat diamati bahwa, kapasitas adsorpsi untuk ion logam Ni(II)

dan Zn(II) optimum pada konsentrasi awal ion logam sebesar 300 ppm. Lebih lanjut,

data tersebut dianalisis dengan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich (Gambar 4)

untuk menentukan parameter adsorpsi seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat diamati bahwa isoterm adsorpsi PS dan PSM untuk ion

logam Ni(II) dan Zn(II) mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir dengan nilai

koefisien korelasi (R2) yang mendekati 1. Apabila nilai R2 dibandingkan dengan model

isoterm Freundlich, maka nilai R2 pada model isoterm Langmuir jauh lebih besar

daripada model isoterm Freundlich. Dengan demikian proses adsorpsi ion Ni(II) dan

Zn(II) pada adsorben PS dan PSM mengikuti pola isoterm Langmuir.

Model isoterm Langmuir mengindikasikan bahwa proses adsorpsi yang terjadi

untuk ion logam Ni(II) dan Zn(II) terjadi melalui interaksi kimia melalui situs aktif pada

adsorben dengan ion logam Ni(II) dan Zn(II). Peningkatan daya adsorpsi pada PSM

701
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

untuk ion logam Ni(II) dan Zn(II) dikarenakan adanya pelapisan oleh magnetit. Sifat

magnet dari adsorben dapat menarik ion logam menyebabkan adsorben lebih mampu

menyerap logam melalui situs aktifnya, baik yang berasal dari gugus fungsi maupun

dari sifat magnet adsorben yang disebabkan oleh pelapisan dengan partikel magnet.

Model isoterm Langmuir mengindikasikan bahwa interaksi antara ion Ni(II) dan Zn(II)

terjadi melalui interaksi kimia.

Apabila ditinjau dari harga energi adsorpsi yang dihasilkan dalam penelitian ini,

seperti yang tertera pada Tabel 3, menunjukkan proses adsorpsi lebih cenderung terjadi

melalui interaksi fisika. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Adamson and Gast

(1990) bahwa batas bawah energi kimia adalah sekitar 20 kJ/mol.

Adanya perbedaan antara pola isoterm adsorpsi Langmuir yang menunjukkan

interaksi kimia dengan harga energi adsorpsi yang cenderung menunjukkan interaksi

fisika, ini disebabkan karena situs aktif pada permukaan adsorben yang berperan dalam

penyerapan ion logam tidak hanya didominasi oleh gugus fungsi seperti karboksilat

(COO–) dan amina (NH2) yang menghasilkan interaksi kimia. Akan tetapi dengan sifat

magnet dari adsorben yang dihasilkan dari pelapisan partikel magnetit menyebabkan

interaksi ion logam dengan adsorben PSM terjadi melalui interaksi fisika.

Dari uraian tersebut teknik pelapisan dengan magnetit dapat meningkatkan daya

interaksi fisika yang menguntungkan jika adsorben akan digunakan secara berulang

karena ion logam yang telah diserap akan dapat dilepaskan kembali atau didesorpsi

dengan mudah.

702
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

Gambar 1. Spektra IR biomassa alga Porphyridium sp. (a), PS (b), dan PSM (c).

a) Ion b) Ion
Ion Ni(II), NI(II),
Ni(II), 0
300, 0
300,
68.782 Ion 87.857
200, 25 25
Ion NI(II),
60.684
Q (mg/g)

Q (mg/g)

Ni(II), 50 200, 50
Ion
100, 61.750
100 NI(II), 100
Ion 39.363
200 Ion 100, 200
IonNi(II), IonNI(II),39.545
Ni(II),50,
Ion 300 Ion
NI(II),50, 300
25,19.900
Ni(II), 0, Co (mg/L) NI(II),
25,0, Co (mg/L)
19.799
9.900
0 9.900
0
Ion Ion
c) d)
Ion Zn(II),
0 Ion Zn(II),
0
Zn(II), 300, Zn(II), 300,
25
71.980 25
71.980
Ion 200, Ion 200,
Q (mg/g)

Q (mg/g)

58.232 50 58.232 50
Zn(II), Zn(II),
Ion 100, 100 Ion 100, 100
Ion 38.511
Zn(II), 38.511
Zn(II),
Ion
200 200
Zn(II),50,
Ion Zn(II),50,
Ion
19.871 300 19.871 300
Zn(II),
25,0, Co (mg/L) Zn(II),
25,0, Co (mg/L)
9.875
0 9.875
0
Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi awal ion logam Ni(II) pada PS (a) dan PSM
(b); dan ion logam Zn(II) pada PS (a) dan PSM (b).

703
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

Tabel 1. Parameter isotherm adsorpsi Langmuir dan Freundlich ion Zn(II) dan Ni(II)
pada PS dan PSM.
Parameter Isoterm Adsorpsi
Langmuir Freundlich
Adsorben Ion Logam
b K E kf
R2 R2
(mg/g) (L/mol) (KJ/mol) (mg/g)
Ni(II) 33,00 33,08 0,99 -8,73 5,27 0,16
PS
Zn(II) 35,00 88,97 0,99 -11,19 6,36 0,17
Ni(II) 62,43 22,54 0,97 -7,77 4,14 0,14
PSM
Zn(II) 46,00 115,00 0,99 -11,83 4,88 0,20

a) b) PS, PSM,
2.47,
PS, PSM,
1.71
2.57,
PS, 2.41,
y = 0.0094x + 0.0417 218.16, 2.42,
R² = 0.9749 1.51
1.29
3.91 1.26
y = 0,55x - 0,6166
y = 0.0175x - 0.0529
C/n (g/L)

PSM R² = 0,1364 PSM


log qe

R² = 0.9864
PSM, PSM, 0,
PS,
PSM, PS PS, 0, 0 PS,PSPSM,
2.22,
136.91, 0
82.28,
77.73, PSM,2.23, -
-0.20
PSM, 1.03 1.23 PSM,1.93,
PS, 0.43,
PS,
PSM, 2.71,
0, 0.93 y =PS,
0,5465x 0.34
-
0.86,
1.94,
PS, 0, 0 PS,- 1.93,
1.62, 0,7215
0.04
0.03
0.01
0 1.62, -0.70
R² = 0,1575
0.06
0.05
0.03 Ce (mol/L x 10-5) log Ce -1.00-1.00
1.00

c) d) PS, PSM,
2.39,
PS, PSM,
2.44,
PS,1.75
2.31,
y = 0.014x + 0.0122 213.15, y = 0,5788x - 0,6884 2.35,
1.68
1.43
R² = 0.9999 4.01 R² = 0,2003 1.34
PSM,
PSM,
C/n (g/L)

183.56,
PSM PS,PSM
2.17,
log qe

y PS,
= 0,0185x - 0,0208 PSM, 0, 2.17,
2.58 PS, 0, 0 0.22
PSM,
101.72,R² = 0,9971
PS 0 0.17
PS
83.21,1.69 PSM,
PSM,PS, 1.88,
PSM,
PSM, 1.16 y =1.58,1.88,
--0.84
0,6241x -
- 0,8035
PS,0.00,
PSM,
PS, 6.27,
0.55,
0.13,
0, R²1.58,
= 0.89
0,1723
5.69,
0.48,
0.49, PS,
0.90
0.11
0.02
0.01
0.00
0
0.10
0.03
0.02 Ce (mol/L x 10-5) log Ce -1.46

Gambar 3. Pola isoterm adsorpsi Langmuir (a) dan Freundlich (b) ion logam Ni(II) dan
pola isoterm adsorpsi Langmuir (c) dan Freundlich (d) ion logam Zn(II).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang didapat, dapat diambil beberapa kesimpulan yakni,

sintesis biomassa alga Porphyridium sp. – silika (PS) dan PS – magnetit (PSM) berhasil

704
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015

dilakukan, serta isoterm adsorpsi ion Ni(II) dan Zn(II) oleh adsorben cenderung

mengikuti model isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi masing-masing ion

sebesar 33,00; 35,00 mg/g untuk PS dan 62,43; 46,00 untuk PSM mg/g.

DAFTAR PUSTAKA

Adamson AW & Gast AP. 1990. Physical Chemistry Surface. 6th edition. John Wiley
and Sons inc. New York.

Buhani & Suharso. 2009. Immobilization of Nannochloropsis sp biomass by sol-gel


technique as adsorbat of metal ion Cu(II) from aqueous solution. Asian Journal
Chemistry 21 (5): 3799-3808.

Buhani, Suharso, & Sumadi. 2010. Adsorption kinetics and isotherm of Cd(II) ion on
Nannochloropsis sp biomassimprinted ionic polymer. Desalination. 259: 140-
146.

Cervantes C, Garcia J, Silvia D, Corona FG, Tavera HL, Gusman J, & Sanchez RM.
2001. Interaction of chromium with microorganisms and plant.FEMS
Microbiology Reviews 25: 335-347.

Mahan CA & Helcombe JA. 1989. The journal of evaluation of the metal uptake of
several algae strain in multicomponent matrixultizung inductively coupled
plasma emission spektrofotometry. Journal of Analytical Chemistry. 61: 624-
627.

Peng Q, Liu Y, Zeng G, Xu W, Yang C, & Zhang J. 2010. Biosorption of copper (ii)
immobilizing Saccharomyces cerevisae on the surface of chitosan coated
magnetc nanoparticle from aqueous solution. Journal of Hazardous Material
177: 676-682.

Purwaningsih. 2009. Adsorpsi multi logam Ag(I), Pb(II), Cr(II), Cu(II) dan Ni(II) pada
hibrida etilendiamino-silika dari abu sekam padi. Jurnal Penelitian Saintek
14(1): 59-76.

Rochyatun M, Kaisupy T, & Rozak A. 2006. Distribusi logam berat dalam air dan
sedimen di perairan muara sungai Cisadane. Makara Sains 10(1): 35-40.

Sadhori SN. 1995. ”Budidaya Rumput Laut” p. 29, Balai pustaka, Jakarta.

Suhendrayatna. 2001. Bioremoval logam berat dengan menggunakan mikroorganisme:


Suatu Kajian Kepustakaan. Seminar On-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad
21, 1-14 Februari 2001.

705

Anda mungkin juga menyukai