Anda di halaman 1dari 42

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

.Latar Belakang

sistem kardiovaskuler ini bila terjadi keabnormalan. Sistem kardiovaskuler


merupakan salah satu sistem utama yang ada pada organisme. Sistem kardiovaskuler
berfungsi untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas cairan yang ada di dalam
tubuh agar tetap homeostatis.

Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa
utama, pembuluh darah, serta darah. Sistem kardiovaskuler yang sehat ditandai
dengan proses sirkulasi yang normal, apabila sirkulasi terhambat akibat
keabnormalan dari organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler ini maka akan dapat
menimbulkan berbagai penyakit bahkan bisa mematikan.

Pada saat ini, gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan penyebab kematian
paling tinggi. Pada awalnya gangguan pada sistem kardiovaskuler sering tidak
terdeteksi dan gangguan tersebut baru bisa terdeteksi pada saat penyakit sudah dalam
keadaan akut.

Untuk mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda lebih dini bila terdapat kelainan pada
sistem kardiovaskuler sebelum menimbulkan penyakit yang dapat
berakibat fatal, ada baiknya mengetahui bagaimana kerja dari sistem
kardiovaskuler tersebut, sehingga dengan mengetahuinya diharapkan mampu
untuk mencegah berbagai penyakit yang berhubungan dengan
PEMBAHASAN

Kelebihan kolesterol pada dasarnya merupakan momok yang sangat di takuti,


hal in karena dengan kelebihan kolesterol dapat meningkatkan berbagai resiko
penyakit antara lain arterosklerosis. Berbagai upaya pengobatan hendaknya harus di
tempuh untuk mengurangi resiko terjadinya arterosklerosis akibat kelebihan
kolesterol.
Pada prinsipnya pengobatan atas peningkatan koleterol yang berlebih meliputi
modifikasi gaya hidup, mengurangi factor resiko dan juga dengan upaya
menggunakan obat-obatan. Cara pertama yang harus di lakukan bukanlah
menggunakan obat-obatan, tetapi haruslah di mulai dari modifikasi gaya hidup
dengan diet dan pengaturan pola makan, jika cara ini tidak berhasil barulah dapat
digunakan obat-obatan untuk menurunkan kadar kolesterol darah yang berlebih.
Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lemak. Seperti kita
ketahui, lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita
disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak
merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.
Disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya lemak atau khususnya
kolesterol memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama
untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh.
Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon
steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh
tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena asupan
makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan
sampah (junkfood).
Kolesterol dalam tubuh yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding
pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu
penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal
terjadinya penyakit jantung dan stroke.
Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low
Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke
sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut
HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya
akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan)
empedu. LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan
mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B
(apolipoprotein-B).
LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan
penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya, HDL disebut sebagai
lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol
dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama
yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai
kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat.

Obat hipolipedemik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar


lipid plasma. Tindakan menurunkan kadar lipid plasma merupakan salah satu
tindakan yang di tujukan untuk menurunkan resiko penyulit arterosklerosis.
Arterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling umum di temukan,
di tandai dengan terdapatnya arterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol,
zat lipoid dan lipofag. Arteriosklerosis sendiri adalah suatu penyakit yang di tandai
dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri, dimana di kenal ada tiga
macam arteriosklerosis yaitu arterosklerosis, arteriosklerosis monckeberg, dan
arteriolosklerosis.
Pada arterosklerosis pembuluh darah yang terkena adalah arteri besar dan
sedang yaitu pembuluh serebral, vertebral, koroner, renal, aorta, dan pembuluh
tungkai. Kompilkasi terpenting dari arterosklerosis adalah pembuluh jantung koroner,
gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah perifer.
Hubungan antara arterosklerosis dengan metabolisme lemak telah banyak di
buktikan oleh para ahli, dimana kadar plasma kolesterol, kadar LDL (lipoprotein
ringan), trigliserid akan meningkat pada penyakit jantung koroner yang merupakan
salah satu komplikasi dari arterosklerosis. Jadi insidens dan kasus baru penyakit
jantung koroner yang merupakan salah satu komplikasi dari arterosklerosis paling
tinggi jumlahnya pada kelompok dengan kadar lemak dan lipoprotein plasma yang
tinggi.
Lipoprotein plasma adalah modifikasi dari susunan molekul lipid plasma yang
bersifat larut dalam air sehingga lipid plasma dapat dingkut dalam sirkulasi darah.
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserid, fosfolipid dan asam lemak
bebas. Dimana lipid plasma ini tidak dapat dapat larut dalam cairan plasma darah,
oleh karena itu maka lipid plasma ini akan mengalami modifikasi menjadi lipoprotein
agar dapat diangkut kedalam sirkulasi darah.
Pada lipoprotein terdiri atas stuktur inti yang terdapat ester kolesterol dan
trigliserid. Di sekitar inti di kelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non-ester dan
apolipoprotein. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein larut plasma.
Lipoprotein berfungsi atau bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya
menuju tempat penggunaannya. Adanya apolipoproteinyang mengelilingi inti partikel
lipoprotein berfungsi untuk mempertahankan stuktur lipoprotein dan mengarahkan
metabolisme lipid tersebut.

Pengangkutan Lipid Darah


Lipid plasma diangkut dengan dua cara yaitu dengan cara eksogen dan dengan cara
endogen.
Jalur eksogen, yaitu trigliserild dan kolesterol yang berasal dari makanan daam usus
di kemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu
kedalam darah via duktus torasikus. Didalam jaringan lemak trigliserild dalam
kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada
permukaan sel endotel. Akibat dari hidrolisis ini akan terbentuk asam lemak dan
kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk kedalam
jaringan lemak atau sel otot untuk di ubah menjadi trigliserild kembali (cadangan)
atau dioksidasi (energi).
Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian besar
trigliserildnya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya tetap.
Kilomikron remnan ini di bersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme
endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan
digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid
dan sebagainya) akan di simpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi atau
diekskresi kedalam empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) atau di ubah jadi
lipoprotein endogen yang di keluarkan kedalam plasma.
Kolesterol juga dapat di sintesis dari asetat di bawah pengaruh enzim HMG
CoA reduktase yang menjadi akif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen.
Asupan kolesterol dari darah juga diatur oleh jalur reseptor LDL yang terdapat pada
permukaan sel hati.
Dengan jalur endogen, yaitu:
 Trigliserid dan kolesterol yang di sintesis oleh hati diangkut secara endogen
dalam bentuk VLDL kaya trigliserild dan mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi
partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL.
 Low density lipoprotein atau LDL merupakan lipoprotein yang mengandung
kolesterol paling banyak (60-70%). LDL mengalami katabolisme melalui
reseptor seperti diatas dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat
di tekan oleh produksi kolesterol endogen. Jika katabolisme LDL oleh hati
dan jaringan perifer berkurang maka akan menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol plasma. Peningkatan kadar kolesterol ini sebagian di salurkan
kedalam makrofag yang membentuk sel busa yang berperan dalam terjadinya
arterosklerosis.
 HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron di
bawah pengaruh ensim lechitin: LCAT. Ester kolesterol ini akan mengalami
perpindahan dari HDL kepada VLDL atau IDL sehinggga dengan demikian
terjadi kebalikan arah transport kolesterol dari perifer menuju ke hati atau di
katabolisasi. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai antiaterogenik.

Bentuk-bentuk lipoprotein
Dengan menggunakan elektroforesis maka lipoprotein di bedakan atas lima golongan
besar yaitu kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL.
1. Kilomikron

 Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar. Pada


kilomikron sekitar lebih dari 80% komponen terdiri dari trigliserild yang berasal dari
makanan dan kurang dari 5% merupakan koleseterol ester. Kilomikron membawa
trigliserid dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka juga membawa kolesterol
makanan ke hati. Kilomikronemia pascamakan (post prandial) akan mereda 8-10 jam
sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa dianggap abnormal.
Kilomikron membentuk lapsan krim diatas plasma yang di dinginkan.
2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low dendity lipoprotein).

 VLDL merupakan Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserid (endogen) dan
10-15% kolesterol. Lipoprotein ini terbentuk dari asam lemak bebas di hati. Karena
asam lemak dan gliserol dapat di sintesis dari karbohidrat, maka makanan kaya
karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL. Kadar trigliserild juga mungkin
berubah oleh pengaruh berat badan, minum alkohol, stress, dan latihan fisik. Efek
aterogenik VLDL belum begitu jelas tetapi hipertrigliseridemia mungkin merupakan
tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering di hubungkan dengan
kegemukan, intoleransi glukosa, dan hiperurisemia. Pernah di laporkan neuropaty
sensoris perifer yang diduga di sebabkan oleh hipertrigliserildemia, membaik setelah
kadar trigliserild diturunkan. Jika plasma pasien didinginkan semalaman (4 derajat
celcius), maka peningkatan kadar VLDL tampak sebagai kekeruhan di bawah lapisan
atas. Apabila lapisan atas berupa krim, maka kadar kilomikron juga meningkat.
3. Lipoprotein densitas sedang (IDL, Intermediate density lipoprotein)

 IDL merupakan lipoprotein yang kurang mengandung trigliserild (30%), lebih


banyak kolesterol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E.
IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL di katabolisme menjadi LDL,
tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatn konfersi lebih
lanjut. Bial terdapat dalam jumlah banyak IDL akan terlihat sebagai kekeruhan pada
plasma yang didinginkan meskipun ultrasentrifugasi perlu dilakukan untuk
memastikan adanya IDL.
4. Lipoprotein densitas rendah(LDL, low density lipoprotein).

 LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia


(70%total). Partikel LDL mengandung trigliserild sebanyak 10% dan kolesterol 50%.
LDL merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol kejaringan perifer
yang digunakan untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. Kadar LDL
plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan
lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. LDL adalah
komponen normal plasma dalam keadaan puasa. Plasma yang mengandung LDL
kadar tinggi tetap jernih setelah proses pendinginan karena LDL berukuran relatif
kecil.
5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high dendity lipoprotein.

 HDL saat ini di kenal ada 3 bentuk, yaitu HDL1, HDL2 dan HDL3. HDL 1
didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol dan
pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Kadar tinggi HDL2 dan HDL3
dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis.
Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum di ketahui
dengan jelas.
 Komponen HDL yaitu terdiri dari 13% kolesterol, kurang dari 5% berupa
trigliserild, dan 50% terdiri dari protein. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari
jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer akan berkurang.
HDL penting untuk bersihan trigliserild dan kolesterol dan untuk transport serta
metabolisme ester kolesterol dalam plasma. HDL biasanya membawa 20-25%
kolesterol darah. Kadar HDL kurang lebih sama pada laki-laki dan perempuan sampai
pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20% lebih rendah dari pada kadar
pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif
menetap sesudah dewasa yaitu kira-kira 45mg/dl pada pria dan 54mg/dl pada wanita.
 Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang
tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi ekstrogen-progestin. HDL secara
normal terdapat dalam plasma puasa, tetapi plasma yang dinginkan tetap jernih
walaupun HDL terdapat dalam jumlah besar karena HDL lebih kecil dari pada LDL.

Penggolongan hipolipidemia

 ASAM FIBRAT (KOLFIBRAT DAN GEMFIBROZIL)


 Kolifibrat
- Klorfibrat adalah ester etil dari asam p-klorofenoksi-isobutirat. Klofibrat
merupakan hipolipidemik yang terutama bermanfaat bagi penderita
hipertrigliserida.

 Farmakokinetik

o Efek terhadap lipid plasma berupa penurunan kadar VLDL terjadi dalam 2-5
hari setelah pengobatan.
o Umumnya kadar kolesterol dan LDL juga turun.
o Pada penderita-penderita tertentu yaitu penderita hipertrigliserild primer
type IV yang di tandai dengan peningkatan VLDL dengan
hipertrigliserildemia, maka pengunaan klofibrat ini akan menyebabkan
penurunan VLDL di sertai meningkatnya kadar LDL sehingga pengaruh
terhadap kolesterol plasma tidak nyata, penurunan LDL di temukan pada
penderita hiperlipedemia tipe II atau IIb.
o Pada coronary drug project di temukan penurunan kolesterol plasma rata-
rata sebanyak 6% pada penderita yang mendapat pengobatan 1,8 gr klofibrat
seharinya, sedangkan trigliserild menurun sebanyak 22%.
o Klofibrat sangat sensitive bagi penderita hiperlipoproteinemia type III
familial (type kelainan yang di tandai dengan peningkatan kolesterol dan
trigliserild),dimana dengan penggunaan klofibrat akan menurunkan kadar
koleterol sebnyak 50% dan penurunan trigliserild sebanyak 80%. Agaknya
kolfibrat juga dapat memobilisasi kolesterol dari jaringan yang terlihat dari
mengecilnya xanthoma (penumpukan lemak pada kelopak mata)
o Klofibrat tidak mempunyai efek terhadap hiperkilomikronemia.
Mekanisme kerja obat ini hanya di ketahui sebagian. Obat-obat ini
meningkatkan aktifitas lipoprotein lipase sehingga katabolisme protein kaya
trigliserild seperti VLDL dan IDL meningkat. Kadar kolesterol HDL
meningkat secara tidak langsung akibat menurunnya kadar trigliserild VLDL
atau karena meningkatnya produksi apo A1 dan A2 (benzafibrat dan
fenofibrat).

 Efek penurunan kolesterol LDL oleh asam fibrat di duga berhubungan dengan
meningkatnya bersihan VLDL dan IDL dalam hati sehingga produksi LDL
menurun.

 Farmakokinetik

o Klofibrat di arbsopsi melalui usus secra lengkap terutama bila di berikan


bersama makanan dan dalam plasma terdapat asam p-klorofenoksiburat.
Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu arbsopsi dan puncak kadar plasma
tercapai dalam beberapa jam setelah pemberian oral.
o 60% dari asam ini diekskresi melalui urin sebagai glukoronoid.
o Pemberian bersama kolesteramin hanya sedikit menunda tercapainya
puncak kadar plasma. Klofibrat menggeser antikoagulan dari ikatannya
dengan albumin.
o Obat ini mengalami konyugasi dan di eksresikan dalam urin.

 Efek samping

o Golongan asam fibrat umumnya di toleransi secara baik. Efek samping yang
paling sering di temukan adalah gangguan saluran cerna, berupa mual,
muntah, mencret, perut kembung, dll) yang terjadi pada 10% penderita.
Gangguan ini umumnya berkurang setelah beberapa waktu.
o Efek samping lain yang dapat terjadi berupa ruam kulit, alopesia, impotensi,
lekopenia, anemia, berat badan bertambah, gangguan irama jantung, dll
o Derivate asam vibrat kadang-kadang menyebabkan peningkatan CPK dan
trasaminase disertai miositis. CPK dan transaminase dapat juga meningkat
tanpa gejala miositis.
o Indeks litogenik meningkat sehingga lebih mudah terbentuk batu empedu.

 Kontraindikasi

o Penggunaan klorfibrat di kontraindikasikan bagi penderita dengan gangguan


hati dan ginjal, pada wanita hamil dan juga pada wanita menyusui.
o Klofibrat tidak dianjurkan di berikan pada anak karena belum ada data yang
mapan.

 Posologi dan indikasi

o Klorfibrat tersedia sebagai kapsul 500mg. diberikan 2-4kali sehari dengan


dosis total sampai 2g. Penambahan dosis diatas 2g, tidak menambah efek
terapi, tetapi memperbanyak efek samping. Dosis harus di kurangi pada
penderita yang sedang menjalani haemodialisis.

 Kombinasi

o Klorfibrat menggeser antikoagulan oral dari ikatannya dengan albumin dan


memperkuat efek obat-obat ini, tetapi peningkatan potensi antikoagulan lain
mungkin dibsebabkan karena klofibrat menggangu sintesis factor-faktor
pembekuan darah, disposisi vitamin K atau reseptor walfarin. Bial di berikan
bersama-sama, dosis antikoagulan harus dikurangi dan waktu protombin di
periksa secara teratur.
o Pemberian bersama kolesteramin hanya sedikit menunda tercapainya
puncak kadar plasma.

 Gemfibrozil
Obat ini sangat efektif menurunkan trigliserild plasma, sehingga produksi
VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun. Obat ini meningkatkan aktivitas
lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserild meningkat.
Kadar kolesterol HDL juga dapat meningkat pada poemberian obat ini.

 Farmakokinetik

o Kadar puncak gemfibrozil dalam plasma di capai dalam 1-2jam dan keadaan
mantap tercapai dalam 7-14hari pada pemberian 2x600mg sehari.
o Agaknya tidak ada hubungan antara besar dosis dengan efek penurunan lipid
darah.
o Masa paruhnya kira-kira satu setengah jam
o Sekitar 70% dari obat ini di ekskresikan secara utuh terutama dalam urin.
o Seperti pada kolfibrat, dimana obat ini juga meningkatkan efek antikoagulan
walfarin
o Obat ini mengalami konyugasi dan hidroksilasi serta di ekskresikan kedalam
urin.

 Efek samping
o Gemfibrozil di toleransi dengan baik dan efek samping yang terjadi
biasanya kurang dari 10% penderita yang mengkonsumsi gemfibrozil.
o Efek samping utama adalah gangguan saluran cerna berupa sakit perut,
diare, mual dan muntah.
o Pada sejumlah penderita terjadi peningkatan fosfatase alkali dan
transaminase.
o Peningkatan kadar CPK dengan miositis dapat terjadi pada penderita yang
juga mendapat derivat statin (lovostatin)
o Obat ini meningkatkan indeks litogenik, tetapi tidak seperti klorfibrat, hanya
kurang dari 1% penderita yang mengalami pembentukan batu empedu,
walaupun sesudah makan obat selama 2 tahun.

 Kontaindikasi

o Seperti derivat asam fibrat, gemfibrozil di kontaindikasikan pada pasien


dengan gangguan fungsi ginjal dan empedu, wanita hamil dan menyusui.
o Keamanan penggunaan gemfibrozi pada anak juga beum di ketahui.

 Posologi dan indikasi


o Indikasi penggunaan obat ini adalah untuk hiperlipidemia type III, IV atau
V. Type III yaitu dimana kolesterol serum dan trigliserild meningkat (350-
800mg/dl), adanya penimbunan IDL yang mungkin di sebabkan oleh blokade
parsial dalam metabolisme VLDL menjadi LDL, peningkatan produksi
apoprotein B atau peningkatan kadar apoprotein E. Pada type IV terjadi
peningkatan VLDL dengan trigliserildemia, type IV ini biasanya bersifat
sekunder akibat penyakit lain, misalnya alkoholis, diet kaya karbohidrat dan
biasanya penderita gemuk. Pada type V memperlihatkan kumulasi VLDL dan
kilomikron, yang mungkin terjadi karena gangguan katabolisme trigliserild
endogen dan eksogen, penderita memperlihatkan intoleransi terhadap
karbohidrat dan lemak serta hiperurisemia.
o Pengunaan gemfibrozil biasanya pada pasien dengan kadar trigliserild lebih
dari 750mg/dl yang tidak bisa diatasi dengan diet dan obat penurun trigliserild
lainnya.
o Gemfibrozil tidak efektif untuk penderita hiperkilomikronemia karena
defisiensi lipoprotein lipase familial.
o Dosis dewasa oral adalah 600mg 2X sehari, di berikan setengah jam
sebelum makan pagi dan makan malam.

 Fenofibrat

 Mekanisme kerja
o Distribusi : Luas ke seluruh jaringan. Ikatan protein : 99%.
Metabolisme : di jaringan dan plasma melalui esterase untuk diubah
menjadi bentuk aktif; asam fenofibrat akan diinaktifasi melalui
glukuronidasi melalui hati atau ginjal. Waktu paro eliminasi : 10-35
jam. Eksresi : urin ( 60% metabolit, 25 % feses).
o Hyperchol dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sebesar
20% sampai 25% dan trigliserida 40% sampai 50%.
o Penurunan kadar kolesterol dalam darah disebabkan oleh turunnya
rasio aterogenik dari fraksi VLDL (Very Light Density Lipoprotein)
dan LDL (Low Density Lipoprotein).Hal ini akan berakibat distribusi
dari kolesterol dalam darah meningkat,Hyperchol menurunkan rasio
total kolesterol dengan kolesterol HDL yang bertambah selama
hiperlipidemia aterogenik.
o Fenofibrat, yang merupakan obat antikolesterol, mampu menurunkan
risiko amputasi bagi pasien diabetes
 Indikasi
o Khusus untuk dewasa:
o Penderita hiperkolesterolemia (tipe Ha) dan hipertrigliseridemia
endogenik murni (tipe IV) atau kombinasi (tipeIIb dan III)
o Bila regimen diet yang sesuai tidak berhasil mencapai penurunan
kadar lipid yang diharapkan, terapi khususnya untuk penurunan
kolesterol LDL, total kolesterol, trigliserida dan apolipoprotein B ( apo
B ) pada pasien dewasa dgn hiperkolesterolemia atau kombinasi
dislipidemia
 Posologi sediaan
o Dosis awal lazim : 67-200 mg/hari sebagai dosis tunggal atau dalam 3
dosis terbagi, tergantung formulasi, Dosis harus disesuaikan dengan
respon yang timbul, maksimum dosis 267 mg/hari. Dosis anak : 67 mg
per 20 kg berat badan/hari.
o Untuk sediaan pelepasan yang dimodifikasi : dosis yang dianjurkan
54-160mg/hari (equivalen dengan 67-200mg fenofibrat mikronisasi.
Fenofibrat dalam bentuk non mikronisasi : 67 mg fenofibrat
mikronisasi sebanding dengan 100 mg fenofibrat non mikronisasi.

 Peringatan dan perhatian


o Jika dalam beberapa bulan pemberian (3-6 bulan) belum terjadi
penurunan konsentrasi lipid serum yang diinginkan,terapi
komplementer atau terapi lain yang berbeda harus dilakukan.
o Peningkatan serum transaminase umumnya terjadi pada beberapa
penderita.Pemantauan berkala terhadap serum transaminase setiap 3
bulan perlu dilakukan selama 12 bulan pertama dari pengobatan.
o Pengobatan harus dihentikan sementara bila nilai SGPT melebihi 100
mil.Fenofibrat tidak dapat dikombinasikan dengan senyawa
hepatotoksik seperti perheksilin maleat dan inhibitor MAO.
o Pada kehamilan : Dari hasil percobaan pada hewan uji
(tikus),memperlihatkan tanda-tanda embriotoksisitas.Oleh sebab itu
fenofibrat tidak direkomendasikan untuk wanita hamil. Pada ibu
menyusui: Dengan tidak adanya informasi tentang masuknya
fenofibrat pada air susu ibu, maka pemberian selama menyusui tidak
tidak dianjurkan.

 Efek samping
o Jarang terjadi reaksi efek samping (tidak lebih dari 2% sampai 4%
kasus).Reaksi yang terjadi biasanya berupa :
o gangguan pada saluran pencernaan dan gastro-intestinal (sakit
perut konstipasi).
o peningkatan serum transaminase, reaksi alergi pada kulit, Sakit
kepala,fatigue,vertigo, nyeri punggung, gangguan pernapasan,
rhinitis.
o gangguan penglihatan, jerawat, agranulositosis, reaksi alergi,
alopesia, anamia, angina pektoris, ansietas, aritmia, arthralgia,
arthritis, arthrosis, asma, fibrilasi atrial.
 Kontraindikasi
o Anak-anak,penyakit hati yang serius dan kegagalan ginjal. Ibu hamil
dan menyusui,penderita hipersensitif terhadap fenofibrat atau
komponen lain dalam sediaan, disfungsi hati termasuk sirosis dan
kelainan fungsi hati lainnya serta penderita penyakit kandung empedu.
o Fenofibrat dapat meningkatkan efek obat antikoagulan oral dan
meningkatkan resiko komplikasi perdarahan (penggantian ikatan
protein plasma)Disarankan untuk kontrol jumlah protrombin lebih
sering dan menyesuaikan dosis dari antikoagulan oral selama
pengobatan dengan fenofibrat dan 8 hari setelah berhenti pengobatan.

 RESIN (KOLESTIRAMIN DAN KOLESTIPOL)

 Kolestiramin

 Efek terhadap lipid darah


o o Kolestiramin adalah garam klorida dari basic anion exchange resin
yang berbau dan berasa tidak enak. Kolestiramin dan kolestipol
bersifat hidrofilik, tetapi tidak larut dalam air, tidak di cerna dan tidak
di arbsopsi.
o o Obat ini menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara
menurunkan LDL. Penurunan kadar LDL biasanya nyata setelah 4-7
hari dan mencapai 90% efek maksimal dalam 2 minggu terapi.
o o Efek obat tergantung pada besarnya dosis, tetapi banyak pasien tidak
tahan menerima obat ini dalam dosis tinggi karena efek samping pada
saluran cerna.
o o Pada kebanyakan penderita kadar trigliserild dalam plasma (VLDL)
meningkat 5-20% dalam minggu-minggu pertama lalu perlahan-lahan
menurun pada kadar sebelum terapi dalam waktu 4 minggu.
o o Resin terutama efektif untuk pasien hiperkolesternemia familial atau
poligenik dimana hanya ldl yang meninggi.
o o Kolestiramin di laporkan mengurangi resiko penyakit jantung
koroner dan di gunakan untuk jangka lama.
o Mekanisme kerja

o Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu


dalam saluran cerna, menggangu sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi
steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat.
o Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan menyebabkan
meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol. Karena
sirkulasi enterohepatik di hambat oleh resin maka kolesterol yang di arbsobsi
lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja. Kedua hal ini
akan menyebabkan penurunan kolesterol dalam hati.
o Selanjutnya penurunan kadar kolesterol dalam hati, akan menyebabkan dua
hal yaitu: pertama meningkatkan jumlah reseptor LDL sehingga katabolisme
LDL meningkat dan meningkatnya aktivitas HMG CoA reduktase.
o Dari sini tampak pula bahwa efek resin tergantung dari kemampuan sel hati
meningkatkan jumlah reseptor LDL fungsional sehingga tidak efektif untuk
pasien dengan hiperkoleterolnemia famial homozigot dimana reseptor LDL
fungsional tidak ada.
o Efek resin akan meningkat jika di berikan bersama penghambat HMG CoA
reduktase tetapi hati- hati pada efek samping penggunaan bersama
penghambat HMG CoA reduktase

o Efek samping
o Obat ini mempunyai rasa tidak enak seperti pasir. Efek samping tersering
adalah mual, muntah dan kostipasi yang berkurang setelah beberapa waktu.
Konstipasi dapat di kurangi dengan makan makanan berserat
o Klorida yang di arbsopsi dapat menyebabkan terjdinya asidosis
hiperkloremik terutama pada pasien muda yang menerima dosis besar.
o Disamping meningkatkan trigliserild plasma, resn juga meningkatkan
aktivitas fosfatase alkali dan transaminase sementara.
o Akibat gangguan arbsopsi lemak atau steatore dapat terjadi gangguan
arbsopsi vitamin A, D dan K serta hipoprotrombinemia.
o Interaksi obat
o Obat ini menggangu arbsopsi klortiazid, tiroksin, digitalis, fenilbutazon dan
walfarin sehingga obat ini harus di berikan 1 jam sebelum atau 4 jam setelah
pemberian kolestiramin.
o Pemberian bersama antikoagulans harus di lakukan dengan hati-hati karena
dapat terjadi perpanjangan masa protrombin.

o Posologi dan indikasi


o Dosis yang dianjurkan adalah 12-16 gr sehari, dibagi 2-4 bagian dan dapat
di tingkatkan sampai maksimum 3 kali 8gr
o Obat ini dapat di telan sebagai larutan atau di dalam sari buah utuk
mengurangi iritasi, bau dan rasa yang mengganggu.
o Resin tidak bermanfaat dalam keadaaan hiperkilomikronemia, peninggian
VLDL atau IDL, dan bahkan dapat meningkatkan kadar trigliserild.
o Untuk pasien hiperlipoproteinemia dengan peningkatan VLDL perlu di
tambahkan dengan penggunaan obat lain, misalnya asam fibrat ataupun asam
nikotinat.

o Kolestipol
o Kolestipo adalah kopolimer dari dietil pentamin dan epiklorohidin,
juga suatu resin.
o Penggunaannya juga serupa dengan kolestiramin dengan dosis 20-30
gr sehari.
o Obat ini tiak memberikan bau dan rasa yang mengganggu sehingga
lebih memudahkan ketaatan minum obat di bandingkan dengan
kolestiramin.
o Efek sampingnya berupa konstipasi dan gangguan gastrointestinal
ringan.

 PENGHAMBAT HMGCoA REDUKTASE

o Suatu kemajuan dalam pengobatan hiperkolesterolemia dengan di temukannya


kelompok baru zat yang di dapat dari jamur yang bersifat competitor yang
kuat terhadap HMGCoA reduktase suatu enzim yang mengontrol biosintesis
kolesterol.
o Obat-obat ini sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol plasma.
Empat penghambat HMGCoA reduktase yang telah di pelajari pada manusia
antara lain : mevastatin, lovastatin, pravastatin, dan simvastatin.

 Efek terhadap lipid dan lipoprotein plasma


o Semua penghambat HMGCoA reduktase memperlihatkan efek yang
sama terhadap lipid plasma, tetapi dari semuanya data yang terbanyak
mengenai lovostatin.
o Bila di berikan pada penderita yang mengkonsumsi diet rendah
kolesterol sebagai obat tunggal, maka lovostatin menurunkan LDL
kolesterol plasma yang berhubungan dengan dosis. Penurunan 20%,
pada dosis 10mg sampai 40% pada dosis 80mg/hari. Perubahan ini
terutama karena penurunan total LDL partikel, juga di dapat
penurunan sedikit untuk setiap partikel LDL.
o Jumlah kolesterol dalam VLDL menurun dan kadar trigliserild
menurun sampai 25% sedangkan kadar HDL meningkat 10-13%
o Obat ini juga efektif pada hiperkolesterolemia karena diabetes mellitus
atau sindrom nefrotik.
o Lovostatin menunjukan efek aditif dengan kolestiramin dan kolestipol

 Cara kerja
o Penghambat HMGCoA reduktase menghambat sintesis kolesterol di
hati dan hal ini menurunkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar
kolesterol akan menimbulkan perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan potensi obat ini.
o Kolesterol menekan transkrip tiga jenis gen yang mengatur sintesis
HMGCoA sintase, HMGCoA reduktase dan reseptor LDL.
o Menurunnya sintesis kolesterol oleh penghambat HMGCoA reduktase
akan menghilangkan hambatan ekspresi ke tiga jenisgen tersebut
diatas, sehingga aktivitas sintesis kolesterol meningkat secara
kompensatoir. Hal ini menyebabkan penurunan sintesis kolesterol oleh
penghambat HMGCoA reduktase tidak besar.
o Rupa-rupanya obat ini melangsungkan efeknya dalam menurunkan
kolesterol dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL, sehingga
katabolisme kolesterol terjadi semakin banyak. Dengan demikian
maka obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol (LDL). Oleh karena
itu pula maka obat ini tidak efektif untuk penderita
hiperkolesterolemia familial homozigot, karena jumlah reseptor LDL
pada penderita ini sangat sedikit sekali.

 Efek samping dan interaksi obat


o Lovostatin sudah di gunakan secara luas di AS sejak 1987. Sejauh ini
lovostatin sudah di terima secara baik di AS dan tidak di laporkan
adanya efek toksik.
o Kurang dari 10 di laporkan penderita yang mengkonsumsi obat ini
mengalami gangguan pencernaan, sakit kepala, rash (kemerahan),
tetapi gangguan ini tidak sampai menyebabkan penghentian konsumsi
obat ini.
o Peningkatan serum transaminase asimtomatik terjadi pada 2% paien,
dalam hal ini perlu control tiap 4-6 minggu selama 15 bulan pertama
pengobatan, kemudian control secara periodic sesudahnya. Obat harus
di hentikan jika di jumpai kadar transaminase yang tetap tinggi atau
bertambah tinggi.
o Kenaikan kadar keratin fosfokinase (CPK) pada plasma yang
asimtomatik terjadi pada lebih dari 11% penderita yang menggunakan
lovostatin. Secara umum ini tidak merupakan alas an untuk
menghentikan penggunaan lovostatin, kecuali CPK naik sampai
3Xnormal, persisten dan timbul gejala miopaty.
o Pada penderita yang menggunakan lovostatin sebagai obat tunggal,
kejadian miopati hanya kurang dari 0,2%, tetapi pada penderita yang
juga menggunakan obat lain, misalnya imonosupressan (siklosporin),
asam nikotinat atau gemfibrozil maka kejadian miopati akan lebih
sering dan cenderung berat. Beberapa penderita menderita
rabdomyolisis dengan myoglobinuria dan gagal ginjal. Lovostatin
harus di gunakan secara hati-hati opada keadaan ini dan dosis harian
harus di batasi sampai 20mg.
o Lovostatin dosis tinggi dapat menimbulkan katarak pada lensa mata
anjing, walaupun hal ini belum terbukti pada manusia, perlu di
lakukan pemeriksaan mata pada pengguna obat ini.
 Posologi dan Indikasi
o Lovostatin tersedia dalam bentuk tablet 20-40mg. Dosis di mulai dari
20-4-mg perhari di berikan bersama-sama dengan makanan. Bila
perlu sesudah 4 minggu dosis dapat di tingkatkan sampai maksimum
80mg/hari. Obat ini sedikit lebih efektif bila di berikan dengan dosis
terbagi. Bila di berikan dalam dosis tunggal, sebaiknya malam hari
sehubungan dengan ritme diural sintesis kolesterol.
o Kombinasi lovostasin dengan gemfibrosil sangat efektif pada
penderita tertentu, tetapi harus hati-hati dengan kemungkinan
terjadinya miopati.
o Lovostatin seperti halnya obat penurun kolesterol lainnya hanya
dianjurkan diberikan hanya jika diet rendah kolesterol dan lemak
jenuh telah gagal di capai, barulah dapat mengkonsumsi obat-obatan
penurun hiperlipoprotenemia, termasuk lovostatin.
o Lovostatin merupakan terapi utama untuk penderita dengan resiko
tinggi infark miokard karena hiperkolesterolemia, termasuk pasien
dengan total kolesterol lebih dari 300mg/dl atau lebih dari 240mg/dl
yang juga menderita penyakit koroner atau ada factor-faktor resiko
lainnya.
 Kontraindikasi
o Obat ini di kontaindikasikan pada wanita hamil, karena obat ini
mempunyai efek teratogenik yang di temukan pada hewan percobaan.

 ASAM NIKOTINAT
Asam nikotinat atau niasin adalah salah satu dari komponen vitamin B
kompleks yang hingga kini masih dipakai secara luas untuk penggunaan
pengobatan hiperkolesterolemia type IIa dan type kombinasi IIb dan IV.

 Farmakodinamik
o Asam nikotinat menurunkan produksi VLDL, sehingga kadar IDL dan LDL
menurun. Bagaimana jelasnya penurunan VLDL ini belum di ketahui secara
jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan penghambatan lipolisis pada
jaringan lemak sehingga asam lemak bebas yang di perlukan untuk sintesis
VLDL di hati menurun dan meningkatnya aktifitas lipoprotein lipase. Akibat
dari hal diatas maka kadar LDL akan menurun.
o Kadar HDL meningkat sedikit sampai sedang karena menurunnya
katabolisme Apo AI oleh mekanisme yang belum di ketahui.
o Obat ini tidak mempengaruhi katabolisme VLDL, sintesis kolesterol total
atau ekskresi asam empedu.

 Efek samping

o Efek samping asam nikotinat pada pengobatan hiperlipidemia yang paling


mengganggu adah gatal dan kemerahan kulit terutama wajah dan tengkuk
yang timbul beberapa menit hingga beberapa jam. Efek ini agaknya di
langsungkan oleh jalur prostaglandin, karena pemberian aspirin dapat
mencegah timbulnya gangguan ini, tetapi efek ini akan cepat menghilang jika
obat ini di teruskan.
o Efek samping yang sangat berbahaya adalah gangguan fungsi hati, ditandai
dengan kenaikan kadar fosfatase alkali dan transaminase terutama pada dosis
tinggi (diatas 3gr). Gangguan faal hati di duga oleh karena penghambatan
sintesis NAD.
o Efek samping lain adalah gangguan saluran cerna berupa muntah, diare,
ulkus lambung karena sekresi asam lambung naik, dsb. Juga dapat terjadi
akantosis nigrans dan pandangan kabur pada pemakaian jangka lama,
hiperurisemia, dan hiperglikemi. Gangguan faal hati , hiperurisemia,
hiperglikemi bersifat reversible dan dapat menghilang jika obat di hentikan.
o Karena banyaknya efek samping asam nikotinat ini, maka banyak pasien
menghentikan pengobatan dan mengganti dengan obat yang lain.

 Interaksi obat
o Kombinasi niasin dengan kolestipol, menurunkan kadar tiroksin bidding
globulin, sehingga tiroksin total menurun.

 Posologi dan indikasi


o Asam nikotinat berguna sebagai obat pilihan pertama untuk pengobatan
semua jenis hipertrigliserildemia dan hiperkolesterolemia kecuali type 1.
Asam nikotinat terutama bermanfaat bagi pasien hiperlipoproteinemia type IV
yang tidak berhasil di obati dengan resin. Type 1 yaitu memperlihatkan
hiperkilomikronemia pada waktu puasa, bahkan dengan diet lemak normal
dan biasa di sebabkan oleh defesiensi lipoprotein lipase yang di butuhkan
untuk metabolism kilomikron. Type IV di tandai dengan terjadi peningkatan
VLDL dengan hipertrigliserildemia.
o Asam nikotinat biasanya di berikan peroral 2-6gr sehari, terbagi dalam tiga
dosis bersama makanan. Mula-mula dalam dosis rendah yaitu 3 kali 100-
200mg sehari, lalu di naikan setelah 1-3 minggu.

 Asipimok
o Asipimoks merupakan analog sintetik asam nikotinat yang juga
menghambat lipolisis pada jaringan lemak.
o Obat ini menurunkan kadar lemak darah dan mengingkatkan HDL
pada pasien hiperlipidemia type II, type III dan Type IV. Pada Type II
terjadi peninggian LDL dan apoprotein B dengan VLDL kadar normal
(type IIa) atau meningkat sedikit (type IIb). Pada type III terjadi
penimbunan IDL yang mungkin di sebabkan oleh blockade parsial
dalam metabolism VLDL menjadi LDL, juga terjadi peningkatan
apoprotein B atau peningkatan kadar apoprotein E. Pada type IV
terjadi peningkatan VLDL dengan hipertrigliserildemia.
o Dibanding dengan asam nikotinat, maka asipimoks kurang
mengganggu toleransi glukosa dan saluran cerna sertakurang
menimbulkan vasodilatasi di muka atau flushing.

 PROBUKOL
o Probukol menurunkan kadar kolesterol serum dengan cara
menurunkan kadar LDL. Oabt ini tidak menurunkan kadar trigliserild
serum pada kebanyakan penderita. Kadar HDL menurun lebih banyak
dari pada kadar LDL sehingga menimbulkan rasio LDL:HDL yang
kurang menguntungkan.
o Penyelidikan menunjukan probukol meningkatkan kecepatan
katabolisme fraksi LDL pada pasien hiperkolestrolemia familial
heterozigot dan homozigot lewat jalur non-reseptor.
o Akhir-akhir ini probukol mendapat perhatian kembali karena
kemungkinannbermanfaat dalam menghambat proses arterosklerosis
berdasarkan antioksidansnya. Agaknya efek antiaterogenik probukol
ini terlepas dari efek hipolipidemik.

 Indikasi
o Probukol dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan
hiperkolestrolemia dengan peningkatan LDL. Obat ini menurunkan
kadar LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserild. Efek
penurunan kadar LDL karena obat ini kurang kuat di bandingkan
resin. Probukol menurunkan LDL dan mengecilkan xanthoma pada
penderita hiperkolesterolemia familial homozigot.
o Obat ini dapat dikombinasi dengan hipolipidemik lainnya. Pemberian
bersama resin meningkatkanefek lipodemiknya. Probukol
menimbulkan konsentensi tinja yang lunak sehingga memperbaiki
efek samping resin yang menimbulkan konstipasi. Kombinasi
probukol dengan klorfibrat tidak boleh dilakukan karena kadar HDL
akan lebih rendah.

 Farmakokinetik
o Walaupun probukol dapat larut lemak, obat ini di arsopsi terbatas
lewat saluran cerna (kurang dari 10%), tetapi kadar darah yang tinggi
dapat dicapai bila obat ini diberikan bersama makanan.
o Walaupun waktu paruh eliminasi adalah 23 hari, tetapi akan
memanjang pada pemberian kronik. Obat ini perlahan-lahan
berkumpul dalam jaringan lemak dan bertahan selama 6 bulan atau
lebih setelah dosis terakhir dimakan. Tidak ada korelasi antara kadar
dalam darah dengan efek hipokoleteremiknya.
o Metabolism tidak di ketahui dan jalan ekresi yang utama adalah
melalui feses.

 Efek non-terapi
o Probukol di toleransi dengan baik, reaksi yang sering terjadi berupa
gangguan gastrointestinal ringan seperti diare, flatus, nyeri perut dan
mual. Kadang-kadang terjadi eosinofilial, parestesia dan endema
angioneurotik.
o Pada wanita yang merencanakan untuk hamil, dianjurkan agar
menghentikan probukol 6 bulan sebelumnya.
o Keamanan pengunaan probukol pada anak, belum diketahui.
o Selama mengkonsumsi probukol, dianjurkan agar pasien yang
mengkonsumsi obat probukol tersebut memeriksakan EKG sebelum
terapi, 6 bulan kemudian dan tiap tahun setelahnya, sebab biasanya
terjadi pemanjangan interval QT.
o Probukol tidak boleh di berikan pada pasien infark jantung baru atau
dengan kelainan EKG.

 Posologi dan indikasi


o Dosis dewasa probukol adalah 250-500mg sebaiknya di telan bersama
makanan, 2 kali sehari. Biasanya di kombinasikan dengan obat
hipolipidemik yang lain (misalnya resin atau penghambat HMGCoA
reduktase)

 LAIN-LAIN
 Neomisin sulfat
o Neomisin sulfat dapat di berikan peroral akan menurunkan kadar
kolesterol dengan cara mirip dengan golongan obat resin yaitu
membentuk kompleks yang tidak larut dalam asam empedu.
o Efek penurunan kolesterol neomisin bersifat sedang, pada pemberian
2gr/hari dalam dosis terbagi menurunkan LDL dan kolesterol total
sebanyak 10-30%, tanpa mengubah kadar trigliserild.
o Obat ini dapat di berikan tunggal atau bersama dengan obat lain
dengan indikasi serupa dengan resin, sebaiknya bagi pasien yang tidak
cocok dengan obat hipolipidemik yang lainnya
o Efek samping neomisin meliputi gangguan saluran cerna,
ototoksisitas, nefrotoksisitas, gangguan arbsopsi obat lain (digoxin),
dsb.

 Beta sitosterol
o Betasitosterol adalah gangguan sterol tanaman yang tidak diarsopsi
saluran cerna manusia.
o Mekanisme kerjanya di duga menghambat arbsopsi kolesterol eksogen
dan diindikasikan hanya untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik
yang amat sensitive dengan penambahan kolesterol dari luar
(makanan)
o Efek samping berupa gangguan saluran cerna (efek laksatif, mual,
muntah)
o Dosis dianjurkan berkisar antara 3-6g/hari. Mengingat khasiat
terapinya yang minimal dan efek sampingnya yang menggangu, maka
pada saat ini beta sitosterol tidak dianjurkan penggunaannya.

 Dekstrotiroksin
o Merupakan isomer optic hormone tiroid yang dahulu digunakan untuk
pengobatan hiperkolesterolemia.
o Mekanisme kerjanya dalam menurunkan kadar lipid darah di duga
karena efek tiromimetiknya yaitu kemampuan menurunkan kadar lipid
yang lebih besar dari pada peningkatan kecepatan metabolismenya.
o Metabolisme LDL meningkat oleh karena tiroksin meningkatkan
jumlah reseptor LDL.
o Dekstrotiroksin merupakan obat hipolipodemik yang tidak di
rekomendasikan penggunaannya lagi pada saat ini. Hal ini karena
dekstrotiroksin lebih banyak menimbulkan gangguan jantung berupa
infark, angina dan aritmia serta meningkatkan mortalitas di
bandingkan placebo.
o Menurut sejumlah peneliti, obat ini mungkin bermanfaat untuk
pengobatan hiperkolesterolemia pada anak atau orang dewasa yang
tidak disertai dengan kelainan koroner.
2.1 Lancid ( Lansoprazole )

1. Golongan

Antasida ( Penghambat Pompa Proton )

2. Indikasi
Ulkus duodenum, ulkus gaster jinak, refluks esofagitis.
3. Mekanisme kerja
Lancid mengandung lansoprazole yang digunakan untuk supresi asam lambung
yang bekerja dengan menghambat enzim H/K-ATPAse di pompa proton sel
parietal lambung
sehingga menghambat pengeluaran asam lambung pada tahap akhir.
4. Efek Samping

-Sakit kepala (lebih dari 1% kasus), diare.


- Efek samping lain (kurang dari 1 %): Reaksi mirip anafilaksis, asthenia,
kandidiasis, nyeri dada (tidak spesifik), edema, demam, sindrom flu, halitosis, infeksi
(tidak spesifik), malaise
- Sistem Kardiovaskuler: angina, gangguan serebrovascular, , infark miokard,
palpitasi, syok (kegagalan sirkulasi)
- Sistem Pencernaan: melena, gangguan pencernaan, hematemesis, pendarahan
rektum, kolitis ulserativa
- Sistem Endokrin diabetes mellitus, goiter
- Sistem Hematologik and Limfatik : pansitopenia, trombotik trombositopenia
purpura
- Gangguan Metabolik: gout; Sistem Muskuloskeletal: artritis, mialgia
- Sistem Saraf : dizziness, halusinasi, hemiplegia, penurunan libido, gangguan
berpikir
- Sistem Pernapasan : asma, pneumonia; Kulit : jerawat, alopesia, rash
- Panca Indera : gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan pengecapan
- Sistem Urogenital : haid abnormal, hematuria, impotensi. Sebagian besar kasus
hematologi tidak diketahui secara jelas hubungannya dengan lansoprazole.
5. Profil Farmakokinetik
Lansoprazole cepat diabsorpsi, kadar obat dalam serum dicapai 1,5 jam setelah
obat diminum. Lansoprazole menunjukkan bioavailabilitas yang tinggi (80 - 90 %),
sehingga sekresi asam lambung dapat segera dihambat. Pada dosis tunggal,
Lansoprazole 30 mg dapat menghambat rangsangan sekresi asam lambung sekitar 80
%. Lansoprazole dimetabolisme dalam hati dan diekskresikan terutama dalam feses
hanya sekitar 15 - 30 % dari dosis diekskresikan dalam air seni.
Waktu paruh plasma Lansoprazole dicapai sekitar 1,4 jam tetapi masa kerjanya lebih
panjang.
Sekitar 97 % Lansoprazole terikat pada protein plasma. Bersihan ginjal menurun pada
pasien usia lanjut dan penderita gangguan hati.
6. Interaksi Obat

Lansoprazole di metabolisme di hati. Penelitian menunjukkan bahwa


Lansoprazole merupakan pemicu sitokrom P-450 yang lemah. Oleh karena itu,
Lansoprazole mungkin berinteraksi dengan obat-obat yang juga dimetabolisme di
hati.
Hati-hati penggunaan Lansoprazole bersama-sama dengan kontrasepsi oral dan obat
lain seperti: fenitoin, teofilin atau warfarin.
Tidak dijumpai secara bermakna efek klinis Lanzoprazoie terhadap AINS atau
diazepam. Antasid dan sukralfat dapat mengurangi bioavailabilitas Lansoprazole,
sehingga sebaiknya diberikan 1 jam setelah pemberian Lansoprazole.
7. Dosis
Ulkus duodenum/refluks esofagrtis : 1 kapsul sehari selama 4 minggu.
Ulkus gaster : 1 kapsul sehari selama 8 minggu.
Pasien lanjut usia, pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal: tidak diperlukan
penyesuaian dosis. Jangan melebihi 30 mg/hari.
LANCID® sebaiknya diminum pagi hari sebelum makan.

2.2 Spironolacton
1. Golongan
Diuretik hemat kalium

2. Indikasi
Edema yang berhubungan dengan ekskresi aldosteron berlebihan, hipertensi, gagal
jantung kongestif, hiperaldosteronism primer, hipokalemia, penanganan hipersutism,
sirosis hati yang diikuti dengan edema atau asites

3. Mekanisme Kerja
Spironolakton berkompetisi dengan aldosteron pada reseptor di tubulus ginjal
distal, meningkatkan natrium klorida dan ekskresi air selama konversi ion kalium dan
hidrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar.

4. Efek Samping
Edema, gangguan SSP seperti mengantuk, lethargi, sakit kepala, kebingungan,
demam, ataksia, makulopopular, erupsi eritematosus, urtikaria, hiesutism,
eosinofilia, ginekomastia, sakit payudara, hiperkalemia serius, hiponatremia,
dehidrasi, metabolik asidosis, impotensi, haid tidak teratur, amenorea,
pendarahan setelah postmenopouse, anoreksia, mual, muntah, kram perut, diare,
pendarahan lambung, ulserasi, gastritis, muntah, agranulositosis, toksisitas
hepatoselular peningkatan konsentrasi BUN.

5. Profil Farmakokinetik
Preparat ini biasanya dipakai bersama diuretik lain untuk mengurangi ekskresi
kalium disamping memperbesar diuresis. Durasi kerja : 2-3 hari, Ikatan protein : 91-
98%. Metabolisme : melalui hati untuk membentuk banyak metabolit termasuk
canrenone (metabolit aktif). T½ eliminasi : 78-84 menit. Waktu untuk mencapai
puncak dalam serum :1-3 ham (utamanya dalam bentuk metabolit aktif). Ekskresi :
melalui urin dan feses.

6. Interaksi Obat
Beberapa jenis obat diketahui dapat berinteraksi dengan spironolakton ,
diantaranya yaitu:

 Konsumsi bersamaan dengan diuretik tipe potassium-sparring, suplemen K,


penghambat ACE, reseptor antagonis angiotensin II, trilostan dan heparin
dapat meningkatkan risiko hiperkalemia.
 Penggunaan bersamaan dengan siklosporin dan Obat NSAID dapat
meningkatkan risiko neprotoksisitas.
 Penggunaan bersamaan dengan litihium dapat meningkatkan toksisitas
lithium.
 Penggunaan bersama dengan digoxin dapat meningkatkan konsetrasi digoxin
dalam darah.
 Penggunaan bersamaan dengan kolestiramin dapat menyebabkan
hiperkalemia asidosis metabolik.
 Barbituran dan narkotika dapat menyebabkan hipotensi ortostatik jika
digunakan bersamaan dengan spironolakton.

7. Dosis

 Dosisi untuk tes jangka panjang: 400 mg per hari selama 3-4 minggu.
Jika terjadi perubahan pada kondisi hiperkalemia ataupun hipertensi
menunjukkan adanya hiperaldosteronisme.
 Dosis untuk tes singkat: 400 mg per hari selama 4 hari. Jika konsentrasi
potassium dalam darah meningkat saat penggunaan obat dan turun kembali
setelah selesai maka ini menunjukkan kondisi hiperalodsteronisme.
2.3 HCT ( Hydrochlorothiazide )

1. Golongan
Diuretik golongan tiazid

2. Indikasi
Diuretik, Hipertensi

3. Mekanisme Kerja

Menghambat penyerapan kembali (reabsorbsi) ion natrium pada


tubulus distal di ginjal. Proses penghambatan tersebut dapat
meningkatkan pengeluaran ion natrium, kalium, hidrogen dan air dari
dalam tubuh.
4. Efek Samping

 Efek samping hidroklorotiazid pada saluran pencernaan misalnya mual, muntah,


diare, kram pada perut, sembelit, iritasi lambung, dan
 Efek samping lain yang sering terjadi seperti pusing, sakit kepala, gelisah dan
vertigo.
 Anemia aplastik, agranulositosis, leukopenia, anemia hemolitik, trombositopenia,
efek pada kulit misalnya ruam, sindrom stevens-johnson, dermatitis eksfoliatif
termasuk nekrolisis epidermal toksik, kadang terjadi terutama pada pemakaian
melebihi dosis yang dianjurkan.
 Pengguna alkohol, barbiturat, dan narkotika bisa meningkatkan efek samping
hidroklorotiazid berupa penurunan tekanan darah yang drastis.
 Gangguan sistem metabolisme akibat pemakaian hidroklorotiazid seperti
peningkatan level asam urat, gula darah dan kolestrol.
5. Profil Farmakokinetik
Semua thiazide diabsorbsi pada pemberian secara oral, umumnya efek obat tampak
setelah 1 jam. Tetapi terdapat perbedaan dalam metabolismenya. Semua thiazide
disekresi oleh sistem sekretorik asam organik dan bersaing pada beberapa hal dengan
sekresi uric acid oleh sistem tersebut. Sebagai hasilnya, kecepatan sekresi uric acid
dapat menurun, dengan diikuti peningkatan kadar uric acid serum. Pada steady state,
produksi uric acid tidak dipengaruhi oleh thhiazide. Klorothiazide didistribusikan ke
seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun
dalam jaringan ginjal saja. Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli
proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar sekali, biasanya 3-
6 jam sudah diekskresikan dari badan. Klorotiazid dalam badan tidak mengalami
perubahan metabolik.

6. Interaksi Obat
hidroklorotiazid berinteraksi dengan obat-obat berikut :

 Jika digunakan bersamaan dengan barbiturat, atau anda pengguna alkohol dan
narkotika, efek samping berupa hipotensi ortostatik dapat terjadi.
 Penyesuaian dosis obat anti diabetes baik oral maupun insulin mungkin perlu
dilakukan jika diberikan bersamaan dengan hidroklorotiazid.
 Cholestyramine mengurangi penyerapan hidroklorotiazid di usus sehingga bisa
mengurangi efektivitasnya.
 Pemberian bersama obat kortikosteroid bisa meningkatkan gangguan elektrolit
terutama hipokalemia.
 Diuretik termasuk hidroklorotiazid mengurangi klirens lithium dari ginjal sehingga
meningkatkan resiko toksisitasnya.
 Hidroklorotiazid dan NSAID jika digunakan bersamaan, efek diuresis
kemungkinan menurun.
7. Dosis

 Dosis lazim dewasa untuk edema

Dosis umum : 25 mg – 100 mg 1-2 x sehari

 Dosis lazim dewasa untuk hipertensi

Dosis awal : 25 mg 1 x sehari

Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 50 mg / hari, sebagai dosis tunggal atau


dibagi 2 x dosis.

 Dosis lazim dewasa untuk nefrokalsinosis

Awal : 25 mg 1 x sehari

Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 50 mg 2 x sehari.

 Dosis lazim dewasa untuk osteoporosis

Awal : 25 mg 1 x sehari

Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 50 mg / hari

 Dosis lazim dewasa untuk diabetes insipidus

Awal : 50 mg 1 x sehari

2.4 Truvaz ( Atorvastatin )


1. Golongan
hipolipidemia golongan statin atau HMG CoA reductase inhibitors.
2. Indikasi
Sebagai terapi tambahan disamping diet :
- Untuk menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, apo-B dan kadar trigliserida
pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi
(campuran), serta hiperkolesterolemia familial heterozigot dan homozigot
- Untuk mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan apo-B pada anak laki-
laki dan perempuan postmenarche, umur 10 sampai 17 tahun dengan
hiperkolesterolemia familial heterozigot

3. Mekanisme Kerja
mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah
jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium
dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya
K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium
menyebabkan turunnya GFR.
4. Efek Samping
Atorvastatin secara umum ditoleransi dengan baik. Efek samping
biasanya ringan dan sementara, seperti insomnia, sakit kepala,
gangguan gastrointestinal, mialgia, dan artralgia.
5. Profil Farmakokinetik

diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan
hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
6. Interaksi Obat
Pemberian obat kolesterol lainnya dapat meningkatkan efek penurunan
kolesterol TRUVAZ.
Pemberian bersama dengan obat nyeri lambung seperti antasida dapat
menurunkan konsentrasi TRUVAZ.
Pemberian bersamaan dengan eritromisin atau clarithromycin dikaitkan dengan
konsentrasi plasma TRUVAZ yang lebih tinggi.
Pemberian bersamaaan dengan kontrasepsi oral yang
mengandung norethindrone dan ethinyl estradiol meningkatkan nilai AUC kedua zat
tersebut.
7. Dosis
- Dosis awal umumnya 10 mg sekali sehari. Kisaran dosis 10-80 mg sekali
sehari.
- Dosis awal dan pemeliharaan harus diindividualisasi menurut tujuan terapi dan
respons pasien.

2.5 Obat Prednison


1. Golongan
Kortikosteroid
2. Indikasi.
Inflamasi Akut , rheumatoid arthritis, osteoarthritis, asma bronkial, penyakit
kelainan darah, penyakit peradangan kulit seperti psoriasis, reaksi alergi pada kulit,
radang pada mata.

3. Mekanisme Kerja
Prednison menurunkan peradangan melalui penghambatan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan mengurangi proses permeabilitas pada dinding kapiler.
Sehingga dapat menekan sistem kekebalan tubuh dengan mengurangi aktivitas dan
volume dari sistem limfatik.
4. Efek Samping
 Sakit perut atau gangguan pencernaan.

 Mual.

 Infeksi jamur.

 Bingung.
 Susah tidur.

 Berat badan bertambah.

 Merasa letih atau lemah.

 Luka tidak cepat sembuh.

 Menstruasi tidak teratur.

5. Profil Farmakokinetik
 Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula
kerja dan lama kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan
protein. Prednisone adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi
prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
 Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan ruang
sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat
menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal.
 Pada keadaan normal, 90% kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma, yaitu
globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Kortikosteroid berkompetisi
sesamanya untuk berikatan dengan globulin pengikatnya; kortisol mempunyai
afinitas tinggi sedangkan metabolit yang terkonjugasi dengan asam glukuronat
dan aldosteron afinitasnya rendah.

6. Interaksi Obat
 Pemakaian asetosal bersama dengan kortikosteroid tidak dianjurkan pada
penderita kolitis ulseratif non spesifik.

 Rifampicin, fenitoin, fenobarbital dapat


mempercepat metabolisme kortikosteroid.
 Pemberian vaksin bersama kortikosteroid dapat menyebabkan vaksin tidak
bekerja.

7. Dosis
Dewasa : 1 – 4 tablet sehari atau menurut petunjuk dokter.
Dosis diturunkan secara bertahap sampai dosis terendah efektif.
https://www.scribd.com/document/177147373/Laporan-Hipolipidemik
http://sikkahoder.blogspot.co.id/2012/09/obat-hipolipodemik-obat-untuk.html

http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/4271/Lancid.aspx

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/25-diuretika/253-
diuretika-hemat-kalium/antagonis-aldosteron

http://kampusfarmasi.blogspot.co.id/2015/06/spironolakton.html?m=1

https://www.google.co.id/amp/s/mediskus.com/spironolakton/amp

https://www.google.co.id/amp/s/www.farmasiana.com/hydrochlorothiazide/hidroklor
otiazid/amp/

http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/3276/Truvaz.aspx

Anda mungkin juga menyukai