1HIPOLIPIDEMIA
1HIPOLIPIDEMIA
LATAR BELAKANG
.Latar Belakang
Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa
utama, pembuluh darah, serta darah. Sistem kardiovaskuler yang sehat ditandai
dengan proses sirkulasi yang normal, apabila sirkulasi terhambat akibat
keabnormalan dari organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler ini maka akan dapat
menimbulkan berbagai penyakit bahkan bisa mematikan.
Pada saat ini, gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan penyebab kematian
paling tinggi. Pada awalnya gangguan pada sistem kardiovaskuler sering tidak
terdeteksi dan gangguan tersebut baru bisa terdeteksi pada saat penyakit sudah dalam
keadaan akut.
Untuk mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda lebih dini bila terdapat kelainan pada
sistem kardiovaskuler sebelum menimbulkan penyakit yang dapat
berakibat fatal, ada baiknya mengetahui bagaimana kerja dari sistem
kardiovaskuler tersebut, sehingga dengan mengetahuinya diharapkan mampu
untuk mencegah berbagai penyakit yang berhubungan dengan
PEMBAHASAN
Bentuk-bentuk lipoprotein
Dengan menggunakan elektroforesis maka lipoprotein di bedakan atas lima golongan
besar yaitu kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL.
1. Kilomikron
VLDL merupakan Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserid (endogen) dan
10-15% kolesterol. Lipoprotein ini terbentuk dari asam lemak bebas di hati. Karena
asam lemak dan gliserol dapat di sintesis dari karbohidrat, maka makanan kaya
karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL. Kadar trigliserild juga mungkin
berubah oleh pengaruh berat badan, minum alkohol, stress, dan latihan fisik. Efek
aterogenik VLDL belum begitu jelas tetapi hipertrigliseridemia mungkin merupakan
tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering di hubungkan dengan
kegemukan, intoleransi glukosa, dan hiperurisemia. Pernah di laporkan neuropaty
sensoris perifer yang diduga di sebabkan oleh hipertrigliserildemia, membaik setelah
kadar trigliserild diturunkan. Jika plasma pasien didinginkan semalaman (4 derajat
celcius), maka peningkatan kadar VLDL tampak sebagai kekeruhan di bawah lapisan
atas. Apabila lapisan atas berupa krim, maka kadar kilomikron juga meningkat.
3. Lipoprotein densitas sedang (IDL, Intermediate density lipoprotein)
HDL saat ini di kenal ada 3 bentuk, yaitu HDL1, HDL2 dan HDL3. HDL 1
didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol dan
pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Kadar tinggi HDL2 dan HDL3
dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis.
Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum di ketahui
dengan jelas.
Komponen HDL yaitu terdiri dari 13% kolesterol, kurang dari 5% berupa
trigliserild, dan 50% terdiri dari protein. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari
jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer akan berkurang.
HDL penting untuk bersihan trigliserild dan kolesterol dan untuk transport serta
metabolisme ester kolesterol dalam plasma. HDL biasanya membawa 20-25%
kolesterol darah. Kadar HDL kurang lebih sama pada laki-laki dan perempuan sampai
pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20% lebih rendah dari pada kadar
pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif
menetap sesudah dewasa yaitu kira-kira 45mg/dl pada pria dan 54mg/dl pada wanita.
Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang
tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi ekstrogen-progestin. HDL secara
normal terdapat dalam plasma puasa, tetapi plasma yang dinginkan tetap jernih
walaupun HDL terdapat dalam jumlah besar karena HDL lebih kecil dari pada LDL.
Penggolongan hipolipidemia
Farmakokinetik
o Efek terhadap lipid plasma berupa penurunan kadar VLDL terjadi dalam 2-5
hari setelah pengobatan.
o Umumnya kadar kolesterol dan LDL juga turun.
o Pada penderita-penderita tertentu yaitu penderita hipertrigliserild primer
type IV yang di tandai dengan peningkatan VLDL dengan
hipertrigliserildemia, maka pengunaan klofibrat ini akan menyebabkan
penurunan VLDL di sertai meningkatnya kadar LDL sehingga pengaruh
terhadap kolesterol plasma tidak nyata, penurunan LDL di temukan pada
penderita hiperlipedemia tipe II atau IIb.
o Pada coronary drug project di temukan penurunan kolesterol plasma rata-
rata sebanyak 6% pada penderita yang mendapat pengobatan 1,8 gr klofibrat
seharinya, sedangkan trigliserild menurun sebanyak 22%.
o Klofibrat sangat sensitive bagi penderita hiperlipoproteinemia type III
familial (type kelainan yang di tandai dengan peningkatan kolesterol dan
trigliserild),dimana dengan penggunaan klofibrat akan menurunkan kadar
koleterol sebnyak 50% dan penurunan trigliserild sebanyak 80%. Agaknya
kolfibrat juga dapat memobilisasi kolesterol dari jaringan yang terlihat dari
mengecilnya xanthoma (penumpukan lemak pada kelopak mata)
o Klofibrat tidak mempunyai efek terhadap hiperkilomikronemia.
Mekanisme kerja obat ini hanya di ketahui sebagian. Obat-obat ini
meningkatkan aktifitas lipoprotein lipase sehingga katabolisme protein kaya
trigliserild seperti VLDL dan IDL meningkat. Kadar kolesterol HDL
meningkat secara tidak langsung akibat menurunnya kadar trigliserild VLDL
atau karena meningkatnya produksi apo A1 dan A2 (benzafibrat dan
fenofibrat).
Efek penurunan kolesterol LDL oleh asam fibrat di duga berhubungan dengan
meningkatnya bersihan VLDL dan IDL dalam hati sehingga produksi LDL
menurun.
Farmakokinetik
Efek samping
o Golongan asam fibrat umumnya di toleransi secara baik. Efek samping yang
paling sering di temukan adalah gangguan saluran cerna, berupa mual,
muntah, mencret, perut kembung, dll) yang terjadi pada 10% penderita.
Gangguan ini umumnya berkurang setelah beberapa waktu.
o Efek samping lain yang dapat terjadi berupa ruam kulit, alopesia, impotensi,
lekopenia, anemia, berat badan bertambah, gangguan irama jantung, dll
o Derivate asam vibrat kadang-kadang menyebabkan peningkatan CPK dan
trasaminase disertai miositis. CPK dan transaminase dapat juga meningkat
tanpa gejala miositis.
o Indeks litogenik meningkat sehingga lebih mudah terbentuk batu empedu.
Kontraindikasi
Kombinasi
Gemfibrozil
Obat ini sangat efektif menurunkan trigliserild plasma, sehingga produksi
VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun. Obat ini meningkatkan aktivitas
lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserild meningkat.
Kadar kolesterol HDL juga dapat meningkat pada poemberian obat ini.
Farmakokinetik
o Kadar puncak gemfibrozil dalam plasma di capai dalam 1-2jam dan keadaan
mantap tercapai dalam 7-14hari pada pemberian 2x600mg sehari.
o Agaknya tidak ada hubungan antara besar dosis dengan efek penurunan lipid
darah.
o Masa paruhnya kira-kira satu setengah jam
o Sekitar 70% dari obat ini di ekskresikan secara utuh terutama dalam urin.
o Seperti pada kolfibrat, dimana obat ini juga meningkatkan efek antikoagulan
walfarin
o Obat ini mengalami konyugasi dan hidroksilasi serta di ekskresikan kedalam
urin.
Efek samping
o Gemfibrozil di toleransi dengan baik dan efek samping yang terjadi
biasanya kurang dari 10% penderita yang mengkonsumsi gemfibrozil.
o Efek samping utama adalah gangguan saluran cerna berupa sakit perut,
diare, mual dan muntah.
o Pada sejumlah penderita terjadi peningkatan fosfatase alkali dan
transaminase.
o Peningkatan kadar CPK dengan miositis dapat terjadi pada penderita yang
juga mendapat derivat statin (lovostatin)
o Obat ini meningkatkan indeks litogenik, tetapi tidak seperti klorfibrat, hanya
kurang dari 1% penderita yang mengalami pembentukan batu empedu,
walaupun sesudah makan obat selama 2 tahun.
Kontaindikasi
Fenofibrat
Mekanisme kerja
o Distribusi : Luas ke seluruh jaringan. Ikatan protein : 99%.
Metabolisme : di jaringan dan plasma melalui esterase untuk diubah
menjadi bentuk aktif; asam fenofibrat akan diinaktifasi melalui
glukuronidasi melalui hati atau ginjal. Waktu paro eliminasi : 10-35
jam. Eksresi : urin ( 60% metabolit, 25 % feses).
o Hyperchol dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sebesar
20% sampai 25% dan trigliserida 40% sampai 50%.
o Penurunan kadar kolesterol dalam darah disebabkan oleh turunnya
rasio aterogenik dari fraksi VLDL (Very Light Density Lipoprotein)
dan LDL (Low Density Lipoprotein).Hal ini akan berakibat distribusi
dari kolesterol dalam darah meningkat,Hyperchol menurunkan rasio
total kolesterol dengan kolesterol HDL yang bertambah selama
hiperlipidemia aterogenik.
o Fenofibrat, yang merupakan obat antikolesterol, mampu menurunkan
risiko amputasi bagi pasien diabetes
Indikasi
o Khusus untuk dewasa:
o Penderita hiperkolesterolemia (tipe Ha) dan hipertrigliseridemia
endogenik murni (tipe IV) atau kombinasi (tipeIIb dan III)
o Bila regimen diet yang sesuai tidak berhasil mencapai penurunan
kadar lipid yang diharapkan, terapi khususnya untuk penurunan
kolesterol LDL, total kolesterol, trigliserida dan apolipoprotein B ( apo
B ) pada pasien dewasa dgn hiperkolesterolemia atau kombinasi
dislipidemia
Posologi sediaan
o Dosis awal lazim : 67-200 mg/hari sebagai dosis tunggal atau dalam 3
dosis terbagi, tergantung formulasi, Dosis harus disesuaikan dengan
respon yang timbul, maksimum dosis 267 mg/hari. Dosis anak : 67 mg
per 20 kg berat badan/hari.
o Untuk sediaan pelepasan yang dimodifikasi : dosis yang dianjurkan
54-160mg/hari (equivalen dengan 67-200mg fenofibrat mikronisasi.
Fenofibrat dalam bentuk non mikronisasi : 67 mg fenofibrat
mikronisasi sebanding dengan 100 mg fenofibrat non mikronisasi.
Efek samping
o Jarang terjadi reaksi efek samping (tidak lebih dari 2% sampai 4%
kasus).Reaksi yang terjadi biasanya berupa :
o gangguan pada saluran pencernaan dan gastro-intestinal (sakit
perut konstipasi).
o peningkatan serum transaminase, reaksi alergi pada kulit, Sakit
kepala,fatigue,vertigo, nyeri punggung, gangguan pernapasan,
rhinitis.
o gangguan penglihatan, jerawat, agranulositosis, reaksi alergi,
alopesia, anamia, angina pektoris, ansietas, aritmia, arthralgia,
arthritis, arthrosis, asma, fibrilasi atrial.
Kontraindikasi
o Anak-anak,penyakit hati yang serius dan kegagalan ginjal. Ibu hamil
dan menyusui,penderita hipersensitif terhadap fenofibrat atau
komponen lain dalam sediaan, disfungsi hati termasuk sirosis dan
kelainan fungsi hati lainnya serta penderita penyakit kandung empedu.
o Fenofibrat dapat meningkatkan efek obat antikoagulan oral dan
meningkatkan resiko komplikasi perdarahan (penggantian ikatan
protein plasma)Disarankan untuk kontrol jumlah protrombin lebih
sering dan menyesuaikan dosis dari antikoagulan oral selama
pengobatan dengan fenofibrat dan 8 hari setelah berhenti pengobatan.
Kolestiramin
o Efek samping
o Obat ini mempunyai rasa tidak enak seperti pasir. Efek samping tersering
adalah mual, muntah dan kostipasi yang berkurang setelah beberapa waktu.
Konstipasi dapat di kurangi dengan makan makanan berserat
o Klorida yang di arbsopsi dapat menyebabkan terjdinya asidosis
hiperkloremik terutama pada pasien muda yang menerima dosis besar.
o Disamping meningkatkan trigliserild plasma, resn juga meningkatkan
aktivitas fosfatase alkali dan transaminase sementara.
o Akibat gangguan arbsopsi lemak atau steatore dapat terjadi gangguan
arbsopsi vitamin A, D dan K serta hipoprotrombinemia.
o Interaksi obat
o Obat ini menggangu arbsopsi klortiazid, tiroksin, digitalis, fenilbutazon dan
walfarin sehingga obat ini harus di berikan 1 jam sebelum atau 4 jam setelah
pemberian kolestiramin.
o Pemberian bersama antikoagulans harus di lakukan dengan hati-hati karena
dapat terjadi perpanjangan masa protrombin.
o Kolestipol
o Kolestipo adalah kopolimer dari dietil pentamin dan epiklorohidin,
juga suatu resin.
o Penggunaannya juga serupa dengan kolestiramin dengan dosis 20-30
gr sehari.
o Obat ini tiak memberikan bau dan rasa yang mengganggu sehingga
lebih memudahkan ketaatan minum obat di bandingkan dengan
kolestiramin.
o Efek sampingnya berupa konstipasi dan gangguan gastrointestinal
ringan.
Cara kerja
o Penghambat HMGCoA reduktase menghambat sintesis kolesterol di
hati dan hal ini menurunkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar
kolesterol akan menimbulkan perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan potensi obat ini.
o Kolesterol menekan transkrip tiga jenis gen yang mengatur sintesis
HMGCoA sintase, HMGCoA reduktase dan reseptor LDL.
o Menurunnya sintesis kolesterol oleh penghambat HMGCoA reduktase
akan menghilangkan hambatan ekspresi ke tiga jenisgen tersebut
diatas, sehingga aktivitas sintesis kolesterol meningkat secara
kompensatoir. Hal ini menyebabkan penurunan sintesis kolesterol oleh
penghambat HMGCoA reduktase tidak besar.
o Rupa-rupanya obat ini melangsungkan efeknya dalam menurunkan
kolesterol dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL, sehingga
katabolisme kolesterol terjadi semakin banyak. Dengan demikian
maka obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol (LDL). Oleh karena
itu pula maka obat ini tidak efektif untuk penderita
hiperkolesterolemia familial homozigot, karena jumlah reseptor LDL
pada penderita ini sangat sedikit sekali.
ASAM NIKOTINAT
Asam nikotinat atau niasin adalah salah satu dari komponen vitamin B
kompleks yang hingga kini masih dipakai secara luas untuk penggunaan
pengobatan hiperkolesterolemia type IIa dan type kombinasi IIb dan IV.
Farmakodinamik
o Asam nikotinat menurunkan produksi VLDL, sehingga kadar IDL dan LDL
menurun. Bagaimana jelasnya penurunan VLDL ini belum di ketahui secara
jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan penghambatan lipolisis pada
jaringan lemak sehingga asam lemak bebas yang di perlukan untuk sintesis
VLDL di hati menurun dan meningkatnya aktifitas lipoprotein lipase. Akibat
dari hal diatas maka kadar LDL akan menurun.
o Kadar HDL meningkat sedikit sampai sedang karena menurunnya
katabolisme Apo AI oleh mekanisme yang belum di ketahui.
o Obat ini tidak mempengaruhi katabolisme VLDL, sintesis kolesterol total
atau ekskresi asam empedu.
Efek samping
Interaksi obat
o Kombinasi niasin dengan kolestipol, menurunkan kadar tiroksin bidding
globulin, sehingga tiroksin total menurun.
Asipimok
o Asipimoks merupakan analog sintetik asam nikotinat yang juga
menghambat lipolisis pada jaringan lemak.
o Obat ini menurunkan kadar lemak darah dan mengingkatkan HDL
pada pasien hiperlipidemia type II, type III dan Type IV. Pada Type II
terjadi peninggian LDL dan apoprotein B dengan VLDL kadar normal
(type IIa) atau meningkat sedikit (type IIb). Pada type III terjadi
penimbunan IDL yang mungkin di sebabkan oleh blockade parsial
dalam metabolism VLDL menjadi LDL, juga terjadi peningkatan
apoprotein B atau peningkatan kadar apoprotein E. Pada type IV
terjadi peningkatan VLDL dengan hipertrigliserildemia.
o Dibanding dengan asam nikotinat, maka asipimoks kurang
mengganggu toleransi glukosa dan saluran cerna sertakurang
menimbulkan vasodilatasi di muka atau flushing.
PROBUKOL
o Probukol menurunkan kadar kolesterol serum dengan cara
menurunkan kadar LDL. Oabt ini tidak menurunkan kadar trigliserild
serum pada kebanyakan penderita. Kadar HDL menurun lebih banyak
dari pada kadar LDL sehingga menimbulkan rasio LDL:HDL yang
kurang menguntungkan.
o Penyelidikan menunjukan probukol meningkatkan kecepatan
katabolisme fraksi LDL pada pasien hiperkolestrolemia familial
heterozigot dan homozigot lewat jalur non-reseptor.
o Akhir-akhir ini probukol mendapat perhatian kembali karena
kemungkinannbermanfaat dalam menghambat proses arterosklerosis
berdasarkan antioksidansnya. Agaknya efek antiaterogenik probukol
ini terlepas dari efek hipolipidemik.
Indikasi
o Probukol dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan
hiperkolestrolemia dengan peningkatan LDL. Obat ini menurunkan
kadar LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserild. Efek
penurunan kadar LDL karena obat ini kurang kuat di bandingkan
resin. Probukol menurunkan LDL dan mengecilkan xanthoma pada
penderita hiperkolesterolemia familial homozigot.
o Obat ini dapat dikombinasi dengan hipolipidemik lainnya. Pemberian
bersama resin meningkatkanefek lipodemiknya. Probukol
menimbulkan konsentensi tinja yang lunak sehingga memperbaiki
efek samping resin yang menimbulkan konstipasi. Kombinasi
probukol dengan klorfibrat tidak boleh dilakukan karena kadar HDL
akan lebih rendah.
Farmakokinetik
o Walaupun probukol dapat larut lemak, obat ini di arsopsi terbatas
lewat saluran cerna (kurang dari 10%), tetapi kadar darah yang tinggi
dapat dicapai bila obat ini diberikan bersama makanan.
o Walaupun waktu paruh eliminasi adalah 23 hari, tetapi akan
memanjang pada pemberian kronik. Obat ini perlahan-lahan
berkumpul dalam jaringan lemak dan bertahan selama 6 bulan atau
lebih setelah dosis terakhir dimakan. Tidak ada korelasi antara kadar
dalam darah dengan efek hipokoleteremiknya.
o Metabolism tidak di ketahui dan jalan ekresi yang utama adalah
melalui feses.
Efek non-terapi
o Probukol di toleransi dengan baik, reaksi yang sering terjadi berupa
gangguan gastrointestinal ringan seperti diare, flatus, nyeri perut dan
mual. Kadang-kadang terjadi eosinofilial, parestesia dan endema
angioneurotik.
o Pada wanita yang merencanakan untuk hamil, dianjurkan agar
menghentikan probukol 6 bulan sebelumnya.
o Keamanan pengunaan probukol pada anak, belum diketahui.
o Selama mengkonsumsi probukol, dianjurkan agar pasien yang
mengkonsumsi obat probukol tersebut memeriksakan EKG sebelum
terapi, 6 bulan kemudian dan tiap tahun setelahnya, sebab biasanya
terjadi pemanjangan interval QT.
o Probukol tidak boleh di berikan pada pasien infark jantung baru atau
dengan kelainan EKG.
LAIN-LAIN
Neomisin sulfat
o Neomisin sulfat dapat di berikan peroral akan menurunkan kadar
kolesterol dengan cara mirip dengan golongan obat resin yaitu
membentuk kompleks yang tidak larut dalam asam empedu.
o Efek penurunan kolesterol neomisin bersifat sedang, pada pemberian
2gr/hari dalam dosis terbagi menurunkan LDL dan kolesterol total
sebanyak 10-30%, tanpa mengubah kadar trigliserild.
o Obat ini dapat di berikan tunggal atau bersama dengan obat lain
dengan indikasi serupa dengan resin, sebaiknya bagi pasien yang tidak
cocok dengan obat hipolipidemik yang lainnya
o Efek samping neomisin meliputi gangguan saluran cerna,
ototoksisitas, nefrotoksisitas, gangguan arbsopsi obat lain (digoxin),
dsb.
Beta sitosterol
o Betasitosterol adalah gangguan sterol tanaman yang tidak diarsopsi
saluran cerna manusia.
o Mekanisme kerjanya di duga menghambat arbsopsi kolesterol eksogen
dan diindikasikan hanya untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik
yang amat sensitive dengan penambahan kolesterol dari luar
(makanan)
o Efek samping berupa gangguan saluran cerna (efek laksatif, mual,
muntah)
o Dosis dianjurkan berkisar antara 3-6g/hari. Mengingat khasiat
terapinya yang minimal dan efek sampingnya yang menggangu, maka
pada saat ini beta sitosterol tidak dianjurkan penggunaannya.
Dekstrotiroksin
o Merupakan isomer optic hormone tiroid yang dahulu digunakan untuk
pengobatan hiperkolesterolemia.
o Mekanisme kerjanya dalam menurunkan kadar lipid darah di duga
karena efek tiromimetiknya yaitu kemampuan menurunkan kadar lipid
yang lebih besar dari pada peningkatan kecepatan metabolismenya.
o Metabolisme LDL meningkat oleh karena tiroksin meningkatkan
jumlah reseptor LDL.
o Dekstrotiroksin merupakan obat hipolipodemik yang tidak di
rekomendasikan penggunaannya lagi pada saat ini. Hal ini karena
dekstrotiroksin lebih banyak menimbulkan gangguan jantung berupa
infark, angina dan aritmia serta meningkatkan mortalitas di
bandingkan placebo.
o Menurut sejumlah peneliti, obat ini mungkin bermanfaat untuk
pengobatan hiperkolesterolemia pada anak atau orang dewasa yang
tidak disertai dengan kelainan koroner.
2.1 Lancid ( Lansoprazole )
1. Golongan
2. Indikasi
Ulkus duodenum, ulkus gaster jinak, refluks esofagitis.
3. Mekanisme kerja
Lancid mengandung lansoprazole yang digunakan untuk supresi asam lambung
yang bekerja dengan menghambat enzim H/K-ATPAse di pompa proton sel
parietal lambung
sehingga menghambat pengeluaran asam lambung pada tahap akhir.
4. Efek Samping
2.2 Spironolacton
1. Golongan
Diuretik hemat kalium
2. Indikasi
Edema yang berhubungan dengan ekskresi aldosteron berlebihan, hipertensi, gagal
jantung kongestif, hiperaldosteronism primer, hipokalemia, penanganan hipersutism,
sirosis hati yang diikuti dengan edema atau asites
3. Mekanisme Kerja
Spironolakton berkompetisi dengan aldosteron pada reseptor di tubulus ginjal
distal, meningkatkan natrium klorida dan ekskresi air selama konversi ion kalium dan
hidrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar.
4. Efek Samping
Edema, gangguan SSP seperti mengantuk, lethargi, sakit kepala, kebingungan,
demam, ataksia, makulopopular, erupsi eritematosus, urtikaria, hiesutism,
eosinofilia, ginekomastia, sakit payudara, hiperkalemia serius, hiponatremia,
dehidrasi, metabolik asidosis, impotensi, haid tidak teratur, amenorea,
pendarahan setelah postmenopouse, anoreksia, mual, muntah, kram perut, diare,
pendarahan lambung, ulserasi, gastritis, muntah, agranulositosis, toksisitas
hepatoselular peningkatan konsentrasi BUN.
5. Profil Farmakokinetik
Preparat ini biasanya dipakai bersama diuretik lain untuk mengurangi ekskresi
kalium disamping memperbesar diuresis. Durasi kerja : 2-3 hari, Ikatan protein : 91-
98%. Metabolisme : melalui hati untuk membentuk banyak metabolit termasuk
canrenone (metabolit aktif). T½ eliminasi : 78-84 menit. Waktu untuk mencapai
puncak dalam serum :1-3 ham (utamanya dalam bentuk metabolit aktif). Ekskresi :
melalui urin dan feses.
6. Interaksi Obat
Beberapa jenis obat diketahui dapat berinteraksi dengan spironolakton ,
diantaranya yaitu:
7. Dosis
Dosisi untuk tes jangka panjang: 400 mg per hari selama 3-4 minggu.
Jika terjadi perubahan pada kondisi hiperkalemia ataupun hipertensi
menunjukkan adanya hiperaldosteronisme.
Dosis untuk tes singkat: 400 mg per hari selama 4 hari. Jika konsentrasi
potassium dalam darah meningkat saat penggunaan obat dan turun kembali
setelah selesai maka ini menunjukkan kondisi hiperalodsteronisme.
2.3 HCT ( Hydrochlorothiazide )
1. Golongan
Diuretik golongan tiazid
2. Indikasi
Diuretik, Hipertensi
3. Mekanisme Kerja
6. Interaksi Obat
hidroklorotiazid berinteraksi dengan obat-obat berikut :
Jika digunakan bersamaan dengan barbiturat, atau anda pengguna alkohol dan
narkotika, efek samping berupa hipotensi ortostatik dapat terjadi.
Penyesuaian dosis obat anti diabetes baik oral maupun insulin mungkin perlu
dilakukan jika diberikan bersamaan dengan hidroklorotiazid.
Cholestyramine mengurangi penyerapan hidroklorotiazid di usus sehingga bisa
mengurangi efektivitasnya.
Pemberian bersama obat kortikosteroid bisa meningkatkan gangguan elektrolit
terutama hipokalemia.
Diuretik termasuk hidroklorotiazid mengurangi klirens lithium dari ginjal sehingga
meningkatkan resiko toksisitasnya.
Hidroklorotiazid dan NSAID jika digunakan bersamaan, efek diuresis
kemungkinan menurun.
7. Dosis
Awal : 25 mg 1 x sehari
Awal : 25 mg 1 x sehari
Awal : 50 mg 1 x sehari
3. Mekanisme Kerja
mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah
jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium
dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya
K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium
menyebabkan turunnya GFR.
4. Efek Samping
Atorvastatin secara umum ditoleransi dengan baik. Efek samping
biasanya ringan dan sementara, seperti insomnia, sakit kepala,
gangguan gastrointestinal, mialgia, dan artralgia.
5. Profil Farmakokinetik
diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan
hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
6. Interaksi Obat
Pemberian obat kolesterol lainnya dapat meningkatkan efek penurunan
kolesterol TRUVAZ.
Pemberian bersama dengan obat nyeri lambung seperti antasida dapat
menurunkan konsentrasi TRUVAZ.
Pemberian bersamaan dengan eritromisin atau clarithromycin dikaitkan dengan
konsentrasi plasma TRUVAZ yang lebih tinggi.
Pemberian bersamaaan dengan kontrasepsi oral yang
mengandung norethindrone dan ethinyl estradiol meningkatkan nilai AUC kedua zat
tersebut.
7. Dosis
- Dosis awal umumnya 10 mg sekali sehari. Kisaran dosis 10-80 mg sekali
sehari.
- Dosis awal dan pemeliharaan harus diindividualisasi menurut tujuan terapi dan
respons pasien.
3. Mekanisme Kerja
Prednison menurunkan peradangan melalui penghambatan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan mengurangi proses permeabilitas pada dinding kapiler.
Sehingga dapat menekan sistem kekebalan tubuh dengan mengurangi aktivitas dan
volume dari sistem limfatik.
4. Efek Samping
Sakit perut atau gangguan pencernaan.
Mual.
Infeksi jamur.
Bingung.
Susah tidur.
5. Profil Farmakokinetik
Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula
kerja dan lama kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan
protein. Prednisone adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi
prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan ruang
sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat
menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal.
Pada keadaan normal, 90% kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma, yaitu
globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Kortikosteroid berkompetisi
sesamanya untuk berikatan dengan globulin pengikatnya; kortisol mempunyai
afinitas tinggi sedangkan metabolit yang terkonjugasi dengan asam glukuronat
dan aldosteron afinitasnya rendah.
6. Interaksi Obat
Pemakaian asetosal bersama dengan kortikosteroid tidak dianjurkan pada
penderita kolitis ulseratif non spesifik.
7. Dosis
Dewasa : 1 – 4 tablet sehari atau menurut petunjuk dokter.
Dosis diturunkan secara bertahap sampai dosis terendah efektif.
https://www.scribd.com/document/177147373/Laporan-Hipolipidemik
http://sikkahoder.blogspot.co.id/2012/09/obat-hipolipodemik-obat-untuk.html
http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/4271/Lancid.aspx
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/25-diuretika/253-
diuretika-hemat-kalium/antagonis-aldosteron
http://kampusfarmasi.blogspot.co.id/2015/06/spironolakton.html?m=1
https://www.google.co.id/amp/s/mediskus.com/spironolakton/amp
https://www.google.co.id/amp/s/www.farmasiana.com/hydrochlorothiazide/hidroklor
otiazid/amp/
http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/3276/Truvaz.aspx