ANGGOTA KELOMPOK 2 :
1. VINA RETNO R
2. SAFINAS MARDIANA
3. ASIH PURWATI
4. DWI RAFIKA N
5. PRIONO
D-III KEPERAWATAN 2B
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Meningitis adalah radang pelindung sistem syaraf pusat.enyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang
belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian. Kebanyakan kasusu meningitis di sebabkan oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan
hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang
tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara
cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat
berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari meningitis?
2. Mengetahui etiologi dari meningitis ?
3. Mengetahui patofisioli dari meningitis?
4. Mengetahui tanda dan gejala dari meningitis ?
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari meningitis ?
6. Mengetahui asuhan keperawatan dari meningitis ?
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
A. DEFINISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis dibagi menjadi dua :
1. Meningitis purulenta
Yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik
yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada
cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E.
Coli.
2. Meningitis tuberkulosa
Yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia.
Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang meningitis dibagi
menjadi :
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di
dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.
Rute infeksi yang paling sering adalah penyebaran vaskuler dari fokus-fokus
infeksi ketempat lain. Contohnya organisme nasofaring menyerang pembuluh-
pembuluh darah yang terdapat didaerah tersebut dan memasuki aliran darah
keserebral atau membentuk tromboemboli yang melepaskan emboli sepsis kedalam
aliran darah. Invasi oleh perluasan langsung dari infeksi-infeksi disinus paranasal dan
disinus mastoid jarang terjadi. Organisme-organisme dapat masuk melalui implantasi
langsung setelah luka yang tertembus, fraktur tulang tengkorak yang memberikan
sebuah lubang kedalam kulit atau sinus, lumbal fungsi, prosedur pembedahan dan
kelainan-kelainan anatomis seperti shunt ventrikuler. Organisme-organisme yang
terimplantasi menyebar kedalam cairan serebrospinal oleh penyebaran infeksi
sepanjang rongga subarnoid.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Neonatus :
a. Gejala tidak khas
b. Panas ±
c. Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran
menurun.
d. Ubun-ubun besar kadang-kadang cembung.
e. Pernafasan tidak teratur.
2. Anak umur 2 bulan - > 2 tahun
a. Gambaran klasik (-)
b. Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
c. Kadang-kadang “ high pitched cry “.
3. Anak umur > 2 tahun :
a. Panas , menggigil, muntah, nyeri kepala.
b. Kejang
c. Gangguan kesadaran.
d. Tanda-tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda Brudzinski dan
Kering.
4. Gejala yang sering terlihat :
a. Keluhan penderita mula-mula nyeri kepala yang menjalar ketengkuk
dan punggung
b. Kesadaran menurun
c. Kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk ;
G. ASUHAN KEERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c. Riwayat kesehatan sekarang
1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda
: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,
taikardi, disritmia.
3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai
kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas
nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek
kremastetik hilang pada laki-laki.
7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata
hematogen dari patogen.
b. Perubahan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan edema serebral,
hipovolemia.
c. Hiperthermi berhubungan dengan respon peradangan pada sistem saraf
pusat
d. Potensial terhadap ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
peningkatan TIK dan depresi fungsi serebral
e. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah
f. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.
g. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
h. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
i. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
j. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata
hematogen dari patogen.
Tujuan : tidak terjadi penyebaran infeksi
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.
Intervensi :
1) Tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital
2) Pantau status neurologis.
3) Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
4) Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan
haluaran.
5) Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah dan mengejan.
Kolaborasi.
1) Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
2) Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
3) Pantau BGA.
4) Berikan obat : steroid, Klorpomasin, asetaminofen
Intervensi :
1) Pantau suhu setiap 4 sampai 8 jam sesuai indikasi
2) Berikan obat-obatan antipiretik sesuai pesanan
3) Pertahankan suhu ruangan sampai 20 derajat C
4) Lakukan tindakan pendinginan sesuai indikasi : berikan mandi kompres
hangat, singkirkan peralatan tenun tempat tidur yang berlebih, gunakan
selimut hipotermia
5) Perbanyak msukan cairan
Intervensi :
1) Kaji dan pantau pernafasan : frekuensi dan pola nafas
2) Kaji status pernafasan , auskultasi bunyi nafas
3) Pantau GDA sesuai pesanan
4) Berikan bantuan ventilator/oksigen sesuai pesanan
5) Baringkan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang optimal
6) Bantu dan instruksikan pasien untuk berbalik dan nafas dalam
7) Pantau TTV
e. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji mual muntah dan intake output
2) Auskultasi bising usus
3) Timbang berat badan sesuai indikasi
4) Jaga keamanan saat memberikan makan pad klien
5) Berikan makann dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan
teratur
6) Tingkatkan kenyamanan, lingkugnan yang santai
7) Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium : albumin, asam amino,
zat besi, ureum kreatinin, glukosa dan elektrolit darah
8) Berikan makan dengan cara yang sesuai (NGT)
f. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.
Tujuan : Klien tidak mengalami injury
Intervensi :
1) Pantau adanya kejang
2) Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan
nafas buatan
3) Hindarkan penekanan pada tubuh selama kejangTirah baring selama
fase akut
4) kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
g. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan : Klien terbebas dari rasa sakit
Intervensi :
1) Monitor rasa nyeri
2) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri
3) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan
posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak
aktif atau pasif dan masage otot leher.
4) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
5) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
6) Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
7) Berikan anal getik, asetaminofen, codein
h. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Tujuan : klien tetap terpenuhi mobilitas fisiknya
Kritera :
1) mempertahankan posisi fungsional dengan tidak adanya kontraktur,
footdrop
2) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum
3) mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus
Intervensi :
1) Kaji derajat imobilisasi pasien.
2) Bantu latihan rentang gerak.
3) Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
4) Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau
air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
5) Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.
6) Gunakan penahan/footboard selama terjadi paralise kaki
7) Evaluasi pemakaian alat bantu selama paralise
8) Kaji kemampuan klien untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan
keseimbangan untuk berdiri
9) Kaji sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit
dan edema
i. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
Tujuan : klien mampu beradaptasi terhadap perubahan sensor persepsi
Inervensi :
1) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
2) Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
3) Observasi respons perilaku.
4) Hilangkan suara bising yang berlebihan.
5) Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
6) Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
7) Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
j. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
Tujuan : ansietas berkurang
Intervensi :
1) Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
2) Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
3) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
4) Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta
petunjuk sumber penyokong.
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.
PENUTUP
8. Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 1.
Jakarta : CV Sagung Seto.