Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PEMELIHARAAN MESIN TERHADAP KUALITAS PRODUK

PADA PERUSAHAAN HARYATI BORDIR TASIKMALAYA

Oleh :

ADI FIRMANSYAH
103402204

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi


Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Jalan Siliwangi No.24 Tasikmalaya – Jawa Barat, Email : affie_diel@yahoo.com

ABSTRAK

Di Bawah Bimbingan:
Lucky Radi Rinandiyana
Dian Kurniawan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor


yang mempengaruhi kualitas produk Haryati Bordir yaitu melalui pemeliharaan berkala
dan pemeliharaan perbaikan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kausalitas. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi pustaka. Data yang berupa
laporan keuangan dari perusahaan Haryati Bordir. Teknik analisis data menggunakan
analisis jalur.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemeliharaan berkala dan
pemeliharaan perbaikan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas produk pada
Haryati Bordir. Secara simultan pemeliharaan berkala dan pemeliharaan perbaikan juga
berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk pada Haryati Bordir

Kata Kunci: pemeliharaan berkala, pemeliharaan perbaikan, kualitas produk.


ABSTRACT

Under the Guidance:

Lucky Radi Rinandiyana


Dian Kurniawan

The objective of this research is know and analyze the factors that affect Haryati
Bordir product quality through preventive maintenance, and breakdown maintenance.
The research methode used was causality method. Techniques of data collection
using interviews and literature study. The data used are the finacial statement. Data
analysis techniques using path analysis.
Based on the research results show that product preventive maintenance and
breakdown maintenance had partial effect to Haryati Bordir product quality.
Simultaneously preventive maintenance and breakdown maintenance also have a
significant effect to Haryati Bordir product quality.

Keywords: preventive maintenance,breakdown maintenance, product quality

PENDAHULUAN

Persaingan dalam dunia bisnis dewasa ini berkembang sangat pesat. Banyak
perusahaan mengalami persaingan yang sengit dalam menjalankan kegiatan
usahanya, hal tersebut terjadi untuk mendapatkan posisi dalam persaingan.
Tentunya ketika perusahaan unggul dalam persaingan, akan berdampak pada
peningkatan jumlah konsumen dan laba operasi perusahaan pun akan meningkat.
Namun dalam menciptakan peningkatan tersebut perusahaan harus mampu
meningkatkan nilai dari produk yang dihasilkan.
Dalam rangka peningkatan nilai suatu produk tentunya harus diimbangi
dengan perbaikan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan. Pada saat ini ada
kalanya konsumen tidak lagi memperdulikan masalah harga suatu produk selama
kualitas yang dihasilkan bermutu baik dan mampu menciptakan kepuasan pada diri
konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus mampu berfikir keras bagaimana
caranya agar perusahaan mampu menciptakan produk yang berkualitas baik.
Menurut Suyadi Prawirosentoso (2007 : 5), kualitas produk adalah keadaan
fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah
dikeluarkan. Sehingga jelas bahwa kualitas produk harus mampu memenuhi
kebutuhan konsumen. Dan tentunya kualitas produksi yang baik akan dihasilkan
dari proses produksi yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan kebutuhan pasar.
Dalam menciptakan suatu produk, perusahaan tentunya tidak akan lepas
dari proses produksi. Produk yang berkualitas dihasilkan dengan proses produksi
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Proses produksi
merupakan cara, metode dan teknis dalam menciptakan atau menambah kegunaan
barang dengan menggunakan sumber-sumber produksi (tenaga kerja, mesin, bahan-
bahan, dana). Empat macam komponen sumber produksi tersebut saling terkait dan
mempunyai kontribusi pada proses produksi. Proses produksi dapat berjalan lancar
apabila bahan baku tersedia secara cukup dan tersedianya tenaga kerja yang
terampil serta mesin yang siap dioperasikan.
Sebagai salah satu faktor produksi, mesin perlu dipelihara dengan baik dan
dirawat secara rutin supaya terhindar dari berbagai kerusakan yang dapat
mempengaruhi kualitas produk. Mesin merupakan salah satu faktor produksi yang
dapat menentukan kelancaran suatu proses operasi. Agar proses operasi berjalan
secara efisien maka mesin yang membantu dalam proses operasional haruslah dapat
tetap digunakan dengan baik. Dalam usaha untuk dapat mempergunakan terus
peralatan atau fasilitas tersebut agar kontinuitas operasi tetap terjamin, maka
dibutuhkan pemeliharaan (maintenance).
Menurut Sofyan Assauri (2008:133) mengatakan Maintenance adalah
kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan produksi/operasi
dan mengadakan perbaikan atau penyesuian atau penggantian yang diperlukan agar
terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai apa yang
direncanakan.
Haryati Bordir Tasikmalaya adalah perusahaan yang berjalan dibidang
fashion muslim, yang seluruh kegiatanya ditujukan untuk mencapai keuntungan
melalui produk yang dihasilkannya. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam
pakaian bordir muslim baik pria maupun wanita seperti gamis dan baju koko.
Dalam proses produksinya, Haryati Bordir Tasikmalaya ini sudah
menggunakan teknologi modern (mesin). Penggunaan mesin-mesin yang modern
memang sangat membantu untuk efektivitas dan efisiensi operasi, tetapi dalam
penggunaan mesin-mesin tersebut menimbulkan suatu permasalahan baru yaitu bila
terjadi kerusakan maka akan menghambat proses operasi perusahaan.
Sering kali hasil produksinya ditemukan ketidaksesuaian antara produk
yang dihasilkan dengan yang diharapkan, dimana kualitas produk yang dihasilkan
tidak sesuai dengan standar, atau dengan kata lain produk yang dihasilkan
mengalami kerusakan/produk cacat. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor, baik
dari yang berasal dari bahan baku, tenaga kerja maupun kinerja mesin yang
digunakan dalam proses produksi tersebut.
Seperti halnya perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya yang sebagian besar
proses produksinya menggunakan mesin maka perbaikan mesin (maintenance) ini
harus dilakukan agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar dan
menghasilkan kualitas produk yang sesuai dengan standar perusahaan.
Dengan dilakukannya kegiatan pemeliharaan oleh perusahaan, tentunya Haryati
Bordir Tasikmalaya akan mampu menciptakan suatu produk dengan kualitas yang lebih
baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai bagaimana pengaruh pemeliharaan mesin terhadap kualitas produk
pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya. Maka dari itu, hasil penelitian tersebut
akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Pemeliharaan Mesin
Terhadap Kualitas Produk pada Haryati Bordir Tasikmalaya”.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah survey, menurut Gima Sugima
(2008:135): “Penelitian dengan cara mengajukan pernyataan kepada orang – orang atau
subjek dan merekam jawaban tersebut untuk kemudian dianalisis secara kritis”.

 Operasionalisasi Variabel
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka
perlu dipahami sebagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah
yang termuat dalam operasional variabel penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Variabel bebas atau independent (X), yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel yang tidak bebas. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Pemeliharaan Berkala (X1) dan Pemeliharaan Korektif sebagai (X2).
2. Variabel tidak bebas atau dependent (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Yang menjadi varibel dependent dalam penelitian ini adalah
Produktivita
Tabel Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Satuan Skala


(1) (2) (3) (4) (5)
Kegiatan Pemeliharaan dan
Pemeliharaan perawatan secara berkala
Berkala yang dilakukan Haryati  Biaya
Rp.
(X1) Bordir Tasikmalaya dengan Pemeliharaan Rasio
tujuan untuk mencegah Berkala(X1)
timbulnya kerusakan yang
tidak terduga dan
menemukan kondisi atau
keadaan yang
menyebabkan fasilitas
mesin mengalami
Pemeliharaan kerusakan pada waktu Rp . Rasio
Perbaikan dijalankan.  BiayaPemeliha
(X2) Kegiatan pemeliharaan dan raan
perawatan yang dilakukan Perbaikan(X2)
Haryati Bordir
Tasikmalaya setelah
terjadinya kerusakan atau
kelainan pada fasilitas
mesin sehingga tidak dapat
berfungsi dengan baik.
Kualitas Produk yang dihasilkan
Produk sesuai standar perusahaan  Jumlah produk
(Variabel Y) dan sedikitnya produk rusak Unit . Rasio
cacat di Haryati Bordir
Tasikmalaya
 Paradigma Penelitian
Untuk lebih menjelaskan pengaruh daya saing dan lingkungan kerja terhadap daya
saing operasi, dibuat paradigma sebagai berikut:

Biaya Pemeliharaan
Berkala (X1)
Kualitas Produk
(Y)

BiayaPemeliharaan
Perbaikan (X2)

Gambar 3.3
Paradigma Penelitian

 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini, kemudian dianalisis dengan menggunakan
statistik untuk mengetahui pengaruh pemeliharaan terhadap produktivitas perusahaan.
 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan
dalam penelitian.Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model
analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang
meliputi:
 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada model periode t dengan kesalahan
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi (Ghozali: 2007).
Hasil uji autokorelasi dengan bantuan SPSS 19 (Lampiran).
Jika 1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi (Sulaiman: 2007). Pada hasil
uji dapat dilihat di tabel Model Summary pada lampiran bahwa nilai Durbin Watson
(DW) adalah 1.701. Dikarenakan 1,65 < 1.701< 2,35 maka dapat disimpulkan bahwa
pada data yang digunakan tidak ada autokorelasi.
 Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar
variabel independen tidak terjadi korelasi (Ghozali: 2007). Hasil uji multikolinieritas
dengan bantuan SPSS 19 (Lampiran).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat
dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF), VIF > 10, berarti
terdapat multikolinieritas (Ghozali: 2007).
Nilai VIF dari tiap variabel independen kurang dari 10, dalam perhitungan pada
penelitian kali ini preventive maintenance (1.099) dan breakdown maintenance (1,099).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas pada variabel-
variabel independen yang diteliti.
 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastis atau tidak terjadi heterokedastis.
Bila terjadi gejala heterokedastis akan menimbulkan akbiat varians koefisien
regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga uji signifikansi
statistik tidak valid lagi. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat (ZFRED) dengan residualnya (SPREDSID).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPRESID dan ZFRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi –
Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.Apabila pola tidak
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas. (Suliyanto: 2009: 76).
 Uji Normalis
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi
secara normal atau tidak.Uji normalitas data dilakukan dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data adalah normal, maka data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Suliyanto: 2009: 76).
Dari table One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas
atau asymp. Sig (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (dalam kasus ini
menggunakan taraf signifikansi atau alpha = 5%) untuk pengambilan keputusan dengan
pedoman:
 Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Distribusi data adalah
tidak normal.
 Nilai sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Distribusi data adalah
normal.
 Analisis Jalur (Path Analysis)
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yang terdiri daridua variabel bebas
(independent variable), yaitu Preventive Maintenance (X1), dan Breakdown/Corrective
Maintenance (X2).Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah Produktivitas
(Y).
Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Tujuan digunakan
analisis jalur (path analysis) adalah untuk mengetahui pengaruh seperangkat variabel X
(independent variable) terhadap variabel Y, serta untuk mengetahui pengaruh antar
variabel X. Dalam analisis jalur ini dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel secara
bersama – sama. Selain itu juga, tujuan dilakukannya analisa jalur adalah untuk
menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab
terhadap variabel lainnya sebagai variabel terikat.Untuk menentukan besarnya
pengaruh suatu variabel ataupun beberapa variabel terhadap variabel lainnya baik
pengaruh yang sifatnya langsung atau tidak langsung, maka dapat digunakan Analisis
jalur (Affandi, 1994). Tahapan dari analisis jalur adalah sebagai berikut:
1. Membuat diagram jalur dan membaginya menjadi beberapa sub-struktur
2. Menentukan matrik korelasi di mana data mentah yang digunakan berasal
3. Menghitung matrik invers dari variabel independent
4. Menentukan koefisien jalur, tujuannya adalah mengtahui besarnya pengaruh
dari suatu variabel independent terhadap variabel dependent
5. Menghitung R y(x x ...xk ) yang merupakan koefisien determinasi total
6. Menghitung koefisien jalur variabel residu
7. Uji keberartian model secara keseluruhan menggunakan uji F
8. Uji keberartian koefisien jalur secara individu menggunakan uji-t.
Adapun formula Path Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung Koefisien Jalur ( )
n
X th2
h 1
yxi byxi n
;1,2,....,k (Sitepu, 1994: 17)
2
Y th
h 1

Dimana byxi dapat ditentukan melalui


n n
byxi Cij X jh Yh
h 1 h 1 ; i 1,2,....,k (Sitepu, 1994: 15)

Keterangan:

yxi = Koefisiensi jalur dari variabel X i terhadap variabel Y

byxi
= Koefisiensi regresi dari variabel X i terhadap variabel Y

2. Menghitung Koefisien Korelasi (R)


CRyxi
YXi= ; i = 1, 2, ..., k (Sitepu, 1994 : 18)
CRyy
Keterangan :
YXi = Koefisien jalur dari variabel Xi terhadap Y
CRyxi = Unsur atau elemen pada baris ke-y dan kolom ke-xi dari matriks invers
korelasi
Cryy = Unsur atau elemen pada baris ke-y dan kolom ke-y dari matriks invers
korelasi
Besarnya r menunjukkan hubungan antara X dan Y, sedangkan pengaruh yang
terjadi diukur oleh r2 (koefisien determinasi) yang dapat dihitung dengan rumus :
Kd = r2 x 100%
3. Menghitung Faktor Residu (Ɛ )
Sedangkan pengaruh variabel lainnya atau faktor residu/sisa dapat ditentukan
melalui :

y i 1 R 2 yi x1 x2 ...xk (Sitepu, 1994 : 23)


k
dimana R2yix1x2...xk = yx1 ryx i
i 1

 Pengujian Hipotesis
Pengujian secara keseluruhan mengetahui ada tidaknya pengaruh Xi terhadap Y
digunakan uji F. Adapun kriteria hipotesis secara simultan sebagai berikut:
H0 : PYXi = 0, secara keseluruhan variable pemeliharaan berkala (preventive
maintenance) dan pemeliharaan perbaikan (breakdown
maintenance) tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
variabel produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
Ha : sekurang-kurangnya ada sebuah PYXi ≠ 0,
berarti secara keseluruhan variable pemeliharaan berkala (preventive maintenance)
dan pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap variabel produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
Dengan derajat kebebasan df1=k -1 dan df2=n – k dan tingkat kepercayaan 95% atau
α = 0.05. Dimana k adalah jumlah variabel (bebas + terikat) dan n adalah jumlah
observasi/sampel, maka :
H0 diterima jika sig. >alpha (0.05)
H0 ditolak jika sig.<alpha(0.05)
Pengujian keberartian koefisien jalur secara parsial digunakan uji tKriteria Hipotesis
secara parsial:
H01 : Tidak terdapat pemeliharaan berkala (preventive maintenance) terhadap
produktivitas di Tee Jay WaterparkTasikmalaya.
Ha1 :Terdapat pengaruh pemeliharaan berkala (preventive maintenance) terhadap
produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
H02: Tidak terdapat pengaruh pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance)
terhadap produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
Ha2: Terdapat pengaruh pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance)
terhadap produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
Dengan derajat kebebasan (df) = k dan (n-k-1) dan tingkat kepercayaan 95% atau α
= 0.05, maka :
H0 diterima jika alpha (0,05) <sig
H0 ditolak jika sig>alpha (0,05)
Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini digunakan program SPSS
16.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Pelaksanaan maintenance yang Diterapkan Pada Perusahaan Haryati Bordir


Tasikmalaya
Pemeliharaan (maintenance) tidak dapat diabaikan karena merupakan salah satu
kegiatan penting yang dilakukan pada proses operasi di perusahaan yang menggunakan
mesin. Perusahaan yang menggunakan mesin tanpa memperhatikan pemeliharaan
(maintenance) berarti menghilangkan masa depan perusahaan tersebut. Dalam jangka
pendek seakan-akan dapat menekan biaya produksi karena tidak perlu mengeluarkan
biaya pemeliharaan (maintenance) yang cukup besar, akan tetapi dalam jangka panjang
perusahaan akan mengalami kesulitan dalam kegiatan proses operasinya, yang
membutuhkan biaya yang besar atau perbaikan-perbaikan dari mesin-mesin dan fasilitas
operasi yang tidak terpelihara dengan baik, seperti kerusakan, kemacetan, dan terlebih
tidak berfungsi sama sekali. Melalui pelaksanaan pemeliharaan (maintenance) yang
baik pada fasilitas atau peralatan operasional maka kemungkinan kerusakan yang terjadi
dapat dikurangi atau dapat dihindarkan sama sekali, sehingga operasi dapat berjalan
lancar.
Seperti halnya yang dilakukan Haryati Bordir Tasikmalaya dalam melaksanakan
pemeliharaan terhadap semua kegiatan operasi yang berhubungan dengan mesin,
Haryati Bordir Tasikmalaya telah benar – benar memperhatikan hal tersebut, dimana
perusahaan telah melakukan pemeliharaan atau menjaga fasilitas atau peralatan
produksi/operasi dan mengadakan perbaikan atau penyesuian atau penggantian yang
diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai apa
yang direncanakan.
Pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya pemeliharaan yang dilakukan
meliput pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) dan pemeliharaan perbaikan
(Breakdown Maintenance). Dimana keduanya saling berhubungan satu sama lain,
karena pada dasarnya perbaikan akan tidak berlangsung cepat apabila pemeliharaan
berkala terlaksana dengan dengan baik. Karena biasanya perbaikan memerlukan
pendanaan yang lebih besar dari pemeliharaan rutin.

4.1.1 Pemeliharaan Berkala (Preventive Maintenance)


Manahan P. Tampubolon (2004:250) mengemukakan pendapat mengenai
pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) sebagau berikut :
“Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan pemeliharaan atau perawatan untuk
mencegah terjadinya yang tidak terduga, yang dapat menyebabkan fasilitas
produksi atau operasi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi atau operasi”
Pemeliharaan berkala yang dilakukan perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya
yaitu melakukan pemupukan / pemberian stempet / pelumasan pada bagian mesin
seperti tertentu seperti bearing yang memerlukan pemeliharaan extra, serta pengecekan
oli. Ini bertujuan agar tidak terjadi kendala yang tidak diharapkan saat kegiatan operasi
perusahaan berlangsung.
Adapun data pengeluaran perusahaan untuk kegiatan pemeliharaan berkala
(Preventive Maintenance), setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Pengeluaran Pemeliharaan Berkala (Preventive Maintenance)
Periode Januari 2013 – Februari 2014.

Besarnya Biaya
No. Bulan
(Rp)
1 Januari 2013 4.750.000
2 Pebruari 4.920.000
3 Maret 4.800.000
4 April 5.000.000
5 Mei 4.900.000
6 Juni 5.170.000
7 Juli 5.300.000
8 Agustus 5.175.000
9 September 4.975.000
10 Oktober 4.700.000
11 November 5.430.000
12 Desember 5.100.000
13 Januari 2014 5.100.000
14 Februari 4.865.000
Sumber : Haryati Bordir Tasikmalaya

4.1.2 Pemeliharaan Perbaikan (Breakdown Maintenance / Corrective Maintenance)


Manahan P. Tampubolon (2004:251) mengemukakan mengenai pemeliharaan
perbaikan (breakdown maintenance) sebagai berikut :
“Pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) merupakan kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau terjadi kelainan
pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.”
Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan jika pemeliharaan perbaikan
(breakdown maintenance) dilakukan setelah fasilitas atau peralatan yang digunakan
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik bahkan tidak bisa
dipergunakan sama sekali.
Pemeliharaan perbaikan yang dilakukan Haryati Bordir Tasikmalaya dilakukan
setelah mesin tidak berfungsi dengan baik . Perbaikan ini tidak dilakukan oleh karyawan
Haryati Bordir Tasikmalaya melainkan dilakukan oleh bengkel service mesin bordel.
Adapun data pengeluaran perusahaan untuk kegiatan pemeliharaan perbaikan
(breakdown maintenance), setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Data Pengeluaran Pemeliharaan Perbaikan (Breakdown Maintenance)
Periode Januari 2013 – Februari 2014.

Besarnya Biaya
No. Bulan
(Rp)
1 Januari 2013 6700000
2 Pebruari 6700000
3 Maret 6700000
4 April 7000000
5 Mei 7000000
6 Juni 7000000
7 Juli 7000000
8 Agustus 7000000
9 September 7000000
10 Oktober 7000000
11 November 7000000
12 Desember 7000000
13 Januari 2014 7300000
14 Februari 7300000
Sumber : Haryati Bordir Tasikmalaya

4.2 Kualitas Produk Pada Perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya


Menurut Crosby (1979 : 58) kualitas adalah “confermance to requirement”, yaitu
sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas
apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Menurut Kotler (2002 :
422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,
perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen
untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing.
Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1. Kinerja (performance)
2. Daya Tahan (durability)
3. Kesesuaian dengan Spesifikasi (conformance to specifications)
4. Fitur (features)
5. Reliabilitas (reliability)
6. Estetika (aesthetics)
7. Kesan Kualitas (precevied quality)
Pengukuran Kualitas Produk pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya dilihat
dari banyaknya jumlah produk cacat atau produk yang tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan perusahaan. Setiap bulannya perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya
dapat menghasilkan 13.500 sampai 15.000 potong produk bordel, dari banyaknya
produk yang dihasilkan seringkali terdapat beberapa produk yang tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan perusahaan atau produk cacat.
Adapun data kualitas perusahaan dilihat dari banyaknya produk (Q) yang tidak
sesuai atau cacat setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun dua bulan adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3
Data Kerusakan Produk Haryati Bordir
Periode Januari 2012 – Februari 2013.

Banyaknya
Harga Jumlah
No. Bulan Produk
Pokok (Rp)
Cacat
1 Januari 21012 26 47.000 1.222.000
2 Pebruari 25 47.000 1.175.000
3 Maret 26 47.000 1.222.000
4 April 29 47.000 1.363.000
5 Mei 30 47.000 1.410.000
6 Juni 27 47.000 1.269.000
7 Juli 25 47.000 1.175.000
8 Agustus 28 47.000 1.316.000
9 September 30 47.000 1.410.000
10 Oktober 29 47.000 1.363.000
11 November 20 47.000 940.000
12 Desember 24 47.000 1.128.000
13 Januari 2013 33 47.000 1.551.000
14 Fabruari 29 47.000 1.363.000
Sumber : Haryati Bordir Tasikmalaya

4.3 Pengaruh Pemeliharaan (Maintenance) Mesin Terhadap Kualitas Produk


Haryati Bordir Tasikmalaya
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemeliharaan berkala dan
pemeliharaan perbaikan secara parsial dilakukan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap
varaibel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap
konstan. Hasil uji t dengan bantuan SPSS 19 (Lampiran).
Dengan tingkat signifikansi sebesar 95%, jika t-hitung > t-tabel atau Sig. < 0,05
berarti bahwa masing-masing varaibel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
Untuk melihat pengaruh pemeliharaan berkala terhadap kualitas produk dapat
dilihat dari indikator-indikator yang mempengaruhinya. Untuk pengujian secara parsial
antara pemeliharaan berkala (X1) terhadap kualitas produk (Y) dapat dilihat dari
perhitungan untuk analisis jalur. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa thitung adalah
sebesar -3,112 atau sig. (0.010) alpha (0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Sehingga pemeliharaan
berkala secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk perusahaan
Haryati Bordir Tasikmalaya.
Untuk melihat pengaruh pemeliharaan berkala terhadap kualitas produk dapat
dilihat dari indikator-indikator yang mempengaruhinya. Untuk pengujian secara parsial
antara pemeliharaan berkala (X2) terhadap kualitas produk (Y) dapat dilihat dari hasil
perhitungan untuk analisis jalur. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa thitung adalah
sebesar 3.275 atau sig. (0.007) alpha (0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian
hipotesis alternatif (Ha) diterima Diterimanya hipotesis alternatif menunjukkan bahwa
pada tingkat keyakinan 95% pemeliharaan perbaikan secara parsial berpengaruh
terhadap kualitas produk perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya.
Secara keseluruhan, penulis dapat memvisualisasikan ke dalam struktur pengaruh
pemeliharaan berkala (X1), dan pemeliharaan perbaikan (X2)terhadap kualitas produk
(Y), sebagai berikut:

Ɛ
Pyx1x2
X1 -0.631

0.641
rx1x2
0.301 Y
X Pyx2x2
2 0.665

Gambar 4.1
Hubungan Struktural antara Variabel X1,X2 Terhadap Y

Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada tabel di bawah ini, dimana total
pengaruh dari variabel X atau R 2 sebesar 0,588 artinya jika pemeliharaan berkala (X1)
dan pemeliharaan perbaikan (X2) bersama-sama meningkat atau memberikan dampak
positif, maka kualitas produk (Y) pun akan memberikan dampak positif atau meningkat
pula. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Antara Preventive Maintenance (X1), Breakdown Maintenance (X2),
dan Kualitas produk (Y)
No Nama Variabel Formula Hasil
1 Pemeliharaan Berkala
a. Pengaruh Langsung X1
(-0,631)(-0,631) 0,3981
Tehadap Y
b. Pengaruh Tidak Langsung X1 (-0,631)(
-0,1263
Melalui X2 0,301)(0,665)
Pengaruh X1 Total Terhadap Y 0,3981- 0,1263 0.2718
2 Pemeliharaan Perbaikan
c. PengaruhLangsung X2Tehadap
(0,665)(0,665) 0,4422
Y
d. Pengaruh Tidak Langsung X2
(0,665)(0,301)(-0,631) -0,1263
Melalui X1
Pengaruh X2 Total Terhadap Y 0,4422 - 0,1263 0.3159
(1) (2) (3) (4) (5)
Total Pengaruh X1, X2 terhadap
0.2718 + 0.3159 0,588
Y
Pengaruh lain yang tidak
1 – 0,588 0,412
diteliti

Tabel 4.4 menunjukan bahwa pengaruh pemeliharaan berkala (X1) dan


pemeliharaan perbaikan (X2) terhadap kualitas produk (Y) perusahaan Haryati Bordir
Tasikmalaya 0,588 atau 58,8%. Artinya jika pemeliharaan berkala (X1) dan
pemeliharaan perbaikan (X2) bersama-sama meningkat atau memberikan dampak
positif, maka kualitas produk (Y) pun akan meningkat pula. Sedangkan untuk pengaruh
lain yang tidak diteliti terhadap kualitas produk perusahaan pada Haryati Bordir
Tasikmalaya adalah sebesar 0,412 atau 41,2%.
4.4 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui Preventive Maintenance (X1) dan Breakdown Maintenance
(X2) terhadap Kualitas produk (Y) secara simultan dapat dilihat dari uji ANOVA. Dari
hasil perhitungan diketahui bahwa F hitung adalah sebesar 7.849 atau sig. (0.008)
alpha (0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Diterimanya hipotesis alternatif menunjukkan bahwa
pada tingkat keyakinan 95% Preventive Maintenance (X1) dan Breakdown Maintenance
(X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Produk (Y) pada
perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya.
Pengujian secara parsial antara pemeliharaan berkala (X1) terhadap kualitas
produk (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis jalur. Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa thitung adalah sebesar -3.112 atau sig. (0.010) alpha (0.05) maka Ho
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian dapat diartikan
pemeliharaan berkala berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk. Dalam hal ini
memang pemeliharaan berkala berpengaruh pada kualitas produk, namun dalam
perhitungan hasil penelitian masih memiliki nilai negatif, yang artinya pemeliharaan
berkala yang dilakukan perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya masih belum optimal.
Pengujian secara parsial antara pemeliharaan perbaikan (X2) terhadap kualitas
produk (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis jalur. Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa thitung adalah sebesar 3.275 atau sig. (0.007) alpha (0.05) maka Ho
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pemeliharaan perbaikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk. Pemeliharaan
Perbaikan yang dilakukan di perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya sudah terlaksana,
hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya ke gagalan dari produk yang dihasilkan atau
produk gagal, meski fluktuasi kerusakan yang terjadi tidak terlalu menunjukan
penurunan secara terus menerus.
Besarnya pengaruh X1 terhadap Y sebesar -0,631 dan pengaruh X2 terhadap Y
0,665. Artinya jika pemeliharan berkala (X1) dan pemeliharaan perbaikan (X2)
memberikan dampak positif, maka kualitas produk (Y) akan meningkat pula. Dari hasil
perhitungan, secara teori harusnya pemeliharaan berkala memiliki nilai lebih besar akan
tetapi pada hasil perhitungan penelitian yang dilakukan, pemeliharaan berkala (X1)
memiliki nilai lebih kecil dari pada pemeliharaan perbaikan (X2), dikarenakan
perusahaan lebih memperhatikan pemeliharaan perbaikan ketika mesin sudah
mengalami kerusakan. Biasa dilihat dari data yang diberikan perusahaan, biaya
pemeliharan berkala yang dilakukan perusahaan tidak tetap malah mengalami
penurunan sehingga biaya pemeliharaan perbaikan mengalami peningkatan. Oleh
karena itu perusahaan harus lebih mengoptimalkan pemeliharaan berkala agar biaya
pemeliharaan perbaikan tidak terlalu besar sehingga dapat meminimalkan biaya
pemeliharaan.

PENUTUP
 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) oleh perusahaan Haryati
Bordir Tasikmalaya dilaksanakan, meskipun hampir setiap hari sebelum jam
opersi perusahaan melakukan pengecekan pada mesin yang digunakan
seperti mengecek mur yang kendor, benang yang tidak terpasang dengan
baik, dan system pengaturan yang dipakai selalu diperhatikan agar tidak
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan operasi. Namun kegiatan ini
perlu ditingkatkan demi menunjang terciptanya kualitas produk yang lebih
baik.
2. Pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) yang dilakukan oleh
perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya telah dilaksanakan dengan baik,
dapat dilihat dari jumlah kerusakan yang terjadi masih tergolong sedikit.
Namun meski demikian perusahaan harus tetap memperhatikan mesin mana
yang perlu perbaikan.
3. Kualitas produk di Haryati Bordir Tasikmalaya sudah termasuk sesuai
dengan SOP perusahaan, dimana jumlah produk rusak yang ada sangat
sedikit dibandingkan dengan jumlah produk yang dihasilkan
4. Secara simultan dan parsial pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance)
dan pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) berpengaruh
terhadap kualitas produk pada Perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya.
 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan padaPerusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya
adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan berkala (preventive maintenance) dan pemeliharaan perbaikan
(breakdown maintenance) yang telah dilakukan di Haryati Bordir
Tasikmalaya pada dasarnya telah terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya pengaruh yang diberikan terhadap produktivitas perusahaan. Akan
tetapi alahkah baiknya apabila hal tersebut terus ditingkatkan.
2. Perusahaan Haryati Bordir Taasikmalaya harus lebih meningkatkan
pemeliharaan berkala (preventive maintenance) agar dapat meminimalkan
biaya pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance).
3. Kualitas produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan SOP (standard
operating procedure) perusahaan, namun perusahaan harus lebih mampu
mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi pada produk yang dihasilkan
dan bahkan mampu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan menjadi
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta : LP-
FEUI.
Ekaputra, M. Barry. 2013. “Pengaruh Desain Produk dan Desain Proses Terhadap
Kualitas Produk di pocket22 tasikmalaya”. Jurnal Universitas Siliwangi
Tasikmalaya. Vol. 1 Tasikmalaya.
Gasperz, Vincent, 2004. Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-Konsep Kualitas
Dalam Bisnis Total, Cetakan Pertama, Jakarta: Binarupa Aksara.
Handayani. 2004. “Pengaruh Pelaksanaan Maintenance Terhadap Jumlah Produksi
pada CV. Indonesia Meubel Mojokerto”. jurnal Universitas Merdeka Malang.
Vol. 1 Malang
Heizer, Jay dan Barry Render. 2001. Manajemen Operasi. Edisi ke sembilan. Jakarta:
Salemba Empat.
Manahan P. Tampubolon, 2004, Manajemen Operasional, Jakarta : Penerbit Ghalia
Indonesia
Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Ketiga, CV. Bandung : Alfabeta.
Suliyanto, 2009. Praktikum Analisis Statistik. Program Pascasarjana Magister Sains
Ekonomi Manajemen UNSOED Purwokerto.
Umar, Husain. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka.
Yunus. 2005. “Analisis Pengaruh Perbaikan dan Penggantian Komponen Mesin
Terhadap Jumlah Produksi pada PR. Valas Malang”. Jurnal Universitas
Brawijaya Malang. Vol. 1 Malang.
http://www.scribd.com/doc/60145040/Analisis-ian-Kualitas-Produk
http://www.elib.unikom.ac.id/download.php?id=179340
http://www.wikipedia.com/pemeliharaan
http://www.p2mmesin./artikel/.com

Anda mungkin juga menyukai