Paragonimus westermani
Oleh :
Cici Delsi (1511212029)
Dosen Pengampu :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Masrizal dt. Mangguang, SKM, M.Biomed (mm) selaku pembimbing yang telah
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran penulis harapkan sebagai bahan revisi untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membawa hasanah
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Cacing
Trematoda
Paragonimus westermani
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Cacing adalah makhluk yang termasuk bersel banyak, yang umum badannya
panjang ada yang jelas bagian kepalanya, seolah-olah kepala dan ekor sama saja.
Trematoda atau disebut juga cacing isap adalah kelas dari anggota hewan tak
menyerang paru-paru. Oleh sebab itu, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang
Adapun rumusan masalah yang penulis akan bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Cacing
Cacing bukanlah masuk golongan mikroba yang bersel satu dan tidak
termasuk bersel banyak, yang umum badannya panjang ada yang jelas bagian
kepalanya, seolah-olah kepala dan ekor sama saja. Akan tetapi bila di teliti lebih
jauh maka terlihat bahwa ekor dan kepala itu ada perbedaannya, bahwa pada
ujung kepala terdapat mulut dan alat-alat pengisap, yang merupakan gigi dan
sebagainya.
a. Panjang serta bulat, seperti silinder, misalnya yang disebut cacing kalung.
Ukurannya
b. Ada yang kecil kira-kira 1 mm, hingga untuk dapat melihat dengan jelas harus
menggunakan mikroskop.
Paratogenitas
Cara menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan dengan berbagai macam
kemungkina. Pada umumnya peranan cacing yang telah dewasa pada tubuh
c. Di dalam tubuh (usus) mengisap zat-zat makanan tuan rumah (manusia) hingga
d. Karena cacing di dalam usus dapat berkembang biak dengan banyak, maka
e. Ada cacing yang berbentuk larva bersarang di dalam pembuluh limfe dan
Kehidupan Cacing
a. Cacing dewasa bertelur. Bila telur cacing menetas, maka lahirlah tempayak
(anak cacing) atau larva. Ukuran larva antara 100-750 mikron, untuk
b. Ada yang jenis cacing selama hidupnya boleh dikatakan bersarang didalam
tubuh seseorang. Bertelur dan kemudian menjadi cacing muda dan terus
menjadi dewasa. Telur dapat juga keluar bersama feses, kemudian dengan
c. Ada juga cacing yang hanya dalam bentuk dewasa bersarang dalam tubuh
2.2 Trematoda
Trematoda atau disebut juga cacing isap adalah kelas dari anggota hewan
tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing
Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi
dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan
mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini
daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.
Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya. Kegunaan alat
isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat menempel cacing ini
Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase
Telur---meracidium---sporocyst---redia---cercaria—metacercaria---cacing
dewasa.
Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies
cacing trematoda.
(1) Schistosoma
(2) Paragonimus
(3) Clonorchis
(4) Echinostoma
japonicum
wetermani atau Paragonimus rengeri pada manusia banyak dilaporkan dari Asia,
paru. Gejala klinis yang sering muncul antara lain batuk, hemoptisis dan sakit
dada. Pada pemeriksaan radiologis bisa ditemukan infiltrate segmental atau difus,
nodulus, caverne, kista atau efusi pleura. Cacing kadang-kadang bukan saja
menyerang paru. Dikenal juga tipe ekstra pulmoner, dimana cacing ditemukan di
luar paru seperti pada jaringan SSP, jaringan subkutan, dinding usus, rongga
Eropa tahun 1878. Pada dua tahun kemudian infeksi cacing ini pada manusia
dilaporkan di Formosa. Ditemukan cacing pada organ paru-paru, otak dan viscera
pada orang di Jepang, Korea dan Filipina. Sekarang parasit ini telah menyebar ke
India Barat, New Guenia,, Salomon, Samoa, Afrika Barat, Peru, Colombia dan
yang terinfeksi kelihatan sehat. Di kalangan imigran dari Asia penyakit ini
oranye tersebar merata; pada bintik-bintik tersebut terlihat telur cacing. Diagnosa
diagnosas. Telur cacing dapat juga mask kedalam tubuh karena tertelan, terutama
pada anak-anak. Oleh karena itu dengan teknik konsentrasi, telur dapat ditemukan
di daam tinja, teknik pemeriksaan yang sangat sensitif dan spesifik adalah tes
berkontraksi atau telah diawetkan menyerupai biji kopi yang bujur dan
pipih;
3. Kutikulum berduri;
4. 2 batil isap yang sama besarnya, yang ventral tepat anterior dari garis
ekuator;
5. Testis yang berlobus tidak teratur, yang satu miring terhadap yang lainnya,
Klasifikasi
Kingdom : Anamali
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Ordo : Plagiorchiida
Family : Troglotrematidae
Genus : Paragonimus
Spesies : Paragonimus westermani
Gejala Klinis
Gejala yang pertama dimulai dengan adanya batuk kering yang lama-
kelamaan menjadi batuk darah. Cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat-alat
lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut, misalnya pada hati dan empedu.
Saat larva masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat
peradangan sel hati. Dalam stadium lanjut, akan menyebabkan sirosis hati yang
Gejala yang muncul dapar dikelompokkan mejadi tiga tahap. Di antaranya adalah
sebagai berikut :
dan diare
Patologi
Pada fase awal invasi tidak memperlihatkan gejala patologik. Pada jaringan
paru atau jaringan ektopik lainnya, cacing akan merangsang terbentuknya jaringan
ikat dan membentuk kapsul yang berwarna kecoklatan. Kapsul tersebut sering
membentuk ulser dan secara perlahan dapat sembuh. Telur cacing di dalam
tulang belakang (spinal cord) akan dapat menyebabkan paralysis baik total
maupun sebagian. Kasus fatal terjadi bila Paragonimus berada dalam jantung.
Kasus serebral dapat menunjukkan gejala seperti Cytisercosis. Kasus pulmonaris
dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk
kronis, dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
Diagnosis
Pada keadaan ini gambaran Rontgen yang khas ialah suatu bayangan yang
terang dikelilingi oleh lingkaran, besarnya 5 sampai 10 cm, terdiri atas kavitas
cacing dalam sputum, menyedot cairan pleura, dari feses atau bahan apapun yang
Diagnosis juga dapat dilakukan dengan tes intradermal yang diikuti dengan CFT.
Pada infeksi ektopik, dengan fous-sokus yang dalam sehingga telur tidak dapat
Cacing dewasa biasanya hidup di paru yang diselaputi oleh jaringan ikat
dan biasanya berpasangan. Cacing tersebut juga dapat ditemukan pada organ
lainnya. Fertilisasi silang dari dua cacing biasanya terjadi (hermaprodit). Telurnya
sering terjebak dalam jaringan sehingga tidak dapat meninggalkan paru, tetapi bila
dapat keluar kesaluran udara paru akan bergerak ke silia epitelium. Sampai di
pharynx, kemudian tertelan dan mengikuti saluran pencernaan dan keluar melalui
feses. Larva dalam telur memerlukan waktu sekitar 16 hari sampai beberapa
tetap hidup. Didalam tubuh siput miracidium cepat membentuk sporocyst yang
kemudian memproduksi rediae yang kemudian berkembang menjadi cercariae,
Setelah keluar dari siput cercariae menjadi aktif dan dapat merambat
batuan dan masuk kedalam kepiting (crab) dan Crayfish, dan membentuk cysta
dalam viscera atau muskulus hewan tersebut (hospes intermedier ke 2). Hospes
japonicus. Dapat juga terjadi infeksi bila krustasea ini langsung memakan siput
terutama pada filamen insang dari krustasea tersebut. Bilamana hospes definitif
kemudian masuk kedalam kolon dan penetrasi ke diafragma dan menuju pleura
dalam waktu 8-12 minggu. Larva migran mungkin dapat berlokasi dalam otak,
Cara Penularan
atau yang tidak termasuk dengan sempurna, digaramkan atau diasinkan seperti
Eriocheir dan potamon atau sejenis udang seperti Cambaroides, yang berisi larva
dalam waktu 2—4 minggu. Larva (miracidia) menetas, masuk kedalam tubuh
keong air tawar (Semisulcospira, Thiara, Aroapyrgus atau genus yang lain) dan
(cercariae) keluar dari tubuh keong, masuk dan hidup dalam tubuh kepiting air
tawar dan udang karang. Pengawetan crustacean (binatang air berkulit keras) di
dalam anggur dengan garam atau cuka, biasa dilakukan di Asia. Cara-cara ini
tidak membunu kista larva. Infeksi sering menyerang para pencinta makanan yang
eksotik.
Masa inkubasi
Cacing pita menjadi dewasa dan mulai mengeluarkan telur kira-kira 6—10
minggu setelah seseorang menelan larva infektif. Interval saat infeksi sampai
timbul gejala-gejala klinis sangat panjang, bervariasi, tidak diketahui dengan pasti
dan sangat tergantung pada organ yang diserang dan jumlah cacing yang
menyerang.
Masa Penularan
Reservoir
Manusia, anjing, kucing, babi dan binatang karnivora liar disebut hospes
Distribusi penyakit
Penyakit ini dilaporkan terjadi di daerah Timur jauh, Barat Daya Asia,
India, Afrika, dan Amerika. Cina, sekarang merupakan daerah endemis terbesar
India dan Myanmar (Birma) kemungkinan terbanyak setelah Cina. Penyakit ini
sudah hampir hilang di Jepang, sementara itu di Korea kurang dari seribu orang
paling banak terinfeksi , yang mana sekitar 500.000 orang diperkirakan sudah
terinfeksi; kasus ini juga ditemukan di Brazil, Colombia, Peru, Venezuela, Costa
Rica dan Meksiko. Di Amerika Serikat dan Kanada penyakit ini jarang
ditemukan.
Cara-cara pemberantasan
a. Cara-cara pencegahan
diwajibkan.
7. Pengobatan spesifik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
wetermani atau Paragonimus rengeri pada manusia banyak dilaporkan dari Asia,
Afrika, Amerika Tengah dan Selatan. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda
yang sering menyerang paru-paru. Gejala klinis yang sering muncul antara lain
Cacing dewasa biasanya hidup di paru yang diselaputi oleh jaringan ikat dan
biasanya berpasangan. Cacing tersebut juga dapat ditemukan pada organ lainnya.
Gejala yang pertama dimulai dengan adanya batuk kering yang lama-
kelamaan menjadi batuk darah. Cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat-alat
lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut, misalnya pada hati dan empedu.
3.2 Saran
Makalah ini telah disusun dengan sebaik mungkin, namun masih ada hal-hal
https://www.scribd.com/doc/57456480/Isi-Makalah-Trematoda-Pertemuan-11#scribd
http://www.slideshare.net/Apridinata/trematoda-paru
Sutanto, Inge, dkk. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Brown, Harold W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia