Anda di halaman 1dari 16

SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2018
A. TANGGAL PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum “Suara Jantung dan Denyut Nadi” dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 4 Desember 2018 di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang.

B. TUJUAN
Kegiatan praktikum bertujuan sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mendefinisikan sistol, diastol, dan siklus janung.
2. Mahasiswa dapat menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara jantungdan
menghubungkan suara jantung dengan siklus jantung.
3. Mahasiswa dapat menentukan panjang normal siklus jantung, perubahan tekanan
relatif yang terjadi di dalam atria dan ventrikel selama siklus, dan waktu ketika katup
menutup.
4. Mahasiswa dapat menentukan tempat pada toraks dimana suara jantung pertama dan
kedua secara jelas dapat didengarkan.
5. Mengukur tekanan darah subjek secara teliti dengan menggunakan
sphygmomanometer.

C. DASAR TEORI
Jantung adalah organ tubuh manusia yang memiliki fungsi vital, kelainan kecil bisa
berpengaruh besar pada kinerja tubuh kita.Penyakit jantung merupakan penyebab
kematian nomer satu di dunia. Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO),
penyakit jantung memiliki persentasi mencapai 29% dalam kasus kematian di dunia dan
17 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit jantung dan pembuluh darah di
seluruh dunia (Novie, 2014).
Denyut jantung (denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop
selama kontraksi jantung (Refirman & Trimurti, 2007). Ada dua suara jantung yang jelas
dapat didengar pada setiap siklus jantung. Suara jantung biasanya digambarkan dengan
lub dan dup, dan urutannya adalahh: lub-dup, istirahat, lub-dup, istirahat, dan seterusnya.
Lub (S1) adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan mitral (katup
atrioventrikular) pada permukaan sistole. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat tertutupnya
katup semilunar yang bertepatan dengan akhir sistole (Susilowati et al, 2016).
Auskulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendengarkan suara dalam tubuh
dengan menggunakan stetoskop. Suara denyut jantung datang dari gejolak darah yang
disebabkan oleh menutupnya katup-katup jantung. Setiap siklus jantung, suara jantung
yang dapat didengarkan dengan jelas adalah suara pertama yaitu “lup”, lebih keras dan
sedikit lebih panjang dari suara kedua. Suara “lup” dihasilkan oleh gerak balik darah atau
menutupnya katup atriovaskular setelah sistol ventrikel dimulai. Suara kedua lebih
pendek dan tidak sekeras suara pertama tetapi lebih jelas dan terdengar “dup”. Suara
“dup” adalah akibat dari gerak balik darah yang menutup katup semilunar pada awal
diastol semilunar (Guyton, 2007).
Suara pertama (lup) menandakan katup atrioventrikular menutup sedangkan suara
kedua (dup) mengasosiasikan katup semilunar tertutup. Berdasarkan siklus jantung,
selama 0,1 detik atrium mengalami sistol, yang merupakan keadaan saat semua darah
yang tersisa dalam atrium dipaksa masuk ke dalam ventrikel. Kemudian 0,3 detik
kemudian ventrikel yang mengalami sistol, yang merupakan keadaan dimana ventrikel
memompa darah menuju arteri besar dan sisanya 0,4 detik atrium dan ventrikel
mengalami sistol yang disebut dengan fase relaksasi yaitu darah yang kembali dari vena
besar mengalir ke atrium dan ventrikel (Soewolo, 2005).
Suara jantung pertama, S1 terjadi saat katup atrioventrikular menutup. S1 bernada
rendah dan redup yang disebut dengan lub. Setelah itu katup semilunaris menutup
menghasilkan suara jantung kedua, S2, disebut sebagai dup yang bernada lebih tinggi dan
lebih pendek dari S1. S1 dan S2 (lub-dup) terjadi dalam 1 detik atau kurang, bergantung
pada frekuensi jantung. S1 dan S2 dinamakan bunyi sistole dan diastole. Sistole adalah
periode kontraksi ventrikel. Diawalai saat bunyi jantung pertama dan diakhiri saat bunyi
jantung kedual. Sistole normalnya lebih pendek daripada diastole. Diastole adalah
periode relaksasi ventrikel. Dimulai saaat bunyi jantung kedua dan diakhiri saat bunyi
jantung pertama berikutnya (Berman et al, 2009). Setiap denyut merupakan kombinasi
antara bunyi jantung S1 dan S2. kecepatan normal denyut jantung pada orang dewasa
adalah 55 sampai 90 kali/ menit dengan rata-rata 70-76 kali/ menit. Denyut apikal
merupakan pengukuran frekuensi dan irama kontraksi jantung yang paling banyak
(Refirman & Trimurti, 2007).
Pada orang yang sedang istirahat, waktu antara suara jantung yang pertama
berikutnya kira-kira dua kali lebih lama daripada waktu antara suara jantung pertama dan
suara jantung kedua dalam satu siklus (Soewolo, 2005).
Denyut nadi berasal dari transmisi tekanan darah ventrikel kiri ke sistem arteri perifer
setelah katup aorta dibuka selama sistol jantung. Setelah katup aorta membuka,
kecepatan aliran darah di aorta dengan cepat meningkat, mengarah ke anacrotic. Tekanan
puncak terjadi sedikit lambat, kemudian jatuh di bagian akhir sistol sampai katup aorta
menutup. Katup yang menutup secara tiba-tiba menghentikan darah yang mengalir ke
aorta, sehingga diikuti oleh gelombang kecil positif yang disebabkan oleh elastisitas dari
aorta. Tekanan kemudian turun sepanjang diastol dan darah berjalan ke arteri radialis
(Crawford, 1983).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.
Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah
cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-
ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan
dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Untuk orang dewasa dan remaja, ketika beristirahat, rata-rata denyut nadi 60 sampai 100
denyut per menit (denyut per menit) (Pritchard dan Mallett, 2001).
Denyutan dalam arteri radialis tidak serupa dengan kontraksi ventrikel namun sedikit
mengikuti setiap kontraksi ventrikel dengan interval yang cukup besar (Soewolo, 2003).
Pada orang dewasa dan remaja ketika beristirahat, rata-rata denyut nadi dari 60 sampai
100 denyut per menit (Pritchard, 2001).
Denyut jantung (apeks) merupakan bunyi yang terdengar melalui stetoskop selama
kontraksi jantung. Sedangkan denyut nadi merupakan frekuensi irama denyut atau detak
jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipemukaan kulit di tempat-tempat tertentu seperti
arteri radial yang letaknya lurus dengan jempol tangan manusia. Ketika darah yang
mendapat tekanan dipompa dari ventrikel kiri, aorta dan areri mengembang untuk
mengakomodasinya. Ketika ventrikel berelaksasi dan katup seminular menutup , dinding
arteri yang elastis akan kembali ke bentuk semula (daya regang), mendorong darah ke
distal menuju arteri yang lebih kecil dan arteriola. Di dalam aorta akan terjadi desakan
darah kedalam arteri yang disebut dengan denyut nadi (Silverthorn, 2014).
Arteri yang digunakan untuk mendeteksi denyut nadi terletak dekat dengan kulit.
Sebagian besar diberi nama beradasarkan tulang di mana arteri berada. Tempat denyut
nadi secara kolektif disebut denyut perifer (peripheral pulse) karena terletak jauh dari
jantung. Dari semua denyut perifer, arteri radial, yang terletak di bagian dalam
pergelangan tangan adalah tempat yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
denyut nadi (Timby, 2009).
Untuk mendeteksi denyut nadi menggunakan arteri yang terletak dekat dengan kulit.
Sebagian besar diberi nama berdasarkan tulang dimana arteri berada. Tempat denyut
nadi secara kolektif disebut denyut perifer (peripheral pulse) karena terletak jauh dari
jantung. Dari semua denyut perifer, arteri radial yang terletak di bagian dalam
pergelangan tangan adalah tempat yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
denyut nadi (Pritchard, 2001).
Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar
ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV
terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi
tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan
katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kanan
dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi
jantung kedua menandakan permulaan diastol ventrikel (Lauralee, 2001).
Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidalis.
Katup mitral dapat didengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan di ruang inter kostal
V sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Sedangkan suara katup trikuspidalis paling
jelas dapat didengar bila stetoskop digeser kedaerah agak tengah di sebelah kiri sternum.
Demikian juga pada katup semilunar terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup
semiluar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup
semilunar pulmonari (Susilowati et al, 2016).
Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan menyebabkan perubahan tekanan
pada arteri, yang ditunjukkan dengan membesar-mengecilnya arteri yang disebut dengan
denyut nadi. Normalnya kecepatan denyut nadi samadengan kecepatan denyut jantung.
Dalam keadaan istirahat denyut jantung rata-rata 70-76 kali/menit. Denyut nadi dapat
diraba dengan mudah pada setiap arteri supersisial, bila arteri ditekan ke tulang atau
jaringan padat (Susilowati et al, 2016).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu
arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis
pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael,
2006).
Arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik, kontraksi dan relaksasi arteri
bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah
menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung
per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Guyton, 2007).
Dalam keadaan sehat, tekanan sistol dan diastol seseorang adalah 120/80. Artinya
tekanan sistol=120 mmHg, sedangkan tekanan diastol 80 mmHg. Perbedaan antara
besaranya tekanan sistol dan diastol disebut tekanan denyutan yang rata-ratanya adalah
40 mmHg (Soewolo, 2005). Nilai tekanan darah yang sehat untuk orang dewasa yang
berusia 18 tahun keatas adalah bertekanan sistolik kurang dari 121 mmHg. Bila nilai
sistoliknya berkisar antara 121 – 139 mmHg, maka orang tersebut mengalami
Prehypertansion, dimana tekanan darahnya lebih tinggi dari tekanan darah yang
dianjurkan. Tekanan darah tinggi (Hypertension) dibagi menjadi dua tahap, yaitu
tekanan darah tinggi tahap 1 dan tahap 2. Bila nilai tekanan sistolik berada diantara 140
– 159 mmHg maka disebut tekanan darah tinggi tahap 1 (Stage 1 Hypertension). Kondisi
dimana nilai sistolik lebih tinggi dari 159 mmHg disebut dengan tekanan darah tinggi
tahap 2 (Stage 2 Hypertension) (Kumboyono, 2012). Sedangkan tekanan normal vena
bervariasi antara 30-90 mmHg; tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg (Soewolo
et al, 2001).
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan alat sphygmomanometer, suatu
alat yang memungkinkan untuk pengukuran tekanan udara sebanding dengan
pengukuran tekanan dalam arteri (Soewolo, 2005).Tekanan darah pada arteri dibagi
menjadi tekanan sistol dan tekanan diastol. Tekanan sistol merupakan tekanan darah
pada saat ventrikel kiri berkontraksi. Sedangkan tekanan diastol merupakan tekanan
darah ketika ventrikel kiri berelaksasi (Gray, 2005). Dalam keadaan sehat, tekanan sistol
dan diastol seseorang adalah 120/80. Artinya tekanan sistol=120 mmHg, sedangkan
tekanan diastol 80 mmHg. Perbedaan antara besaranya tekanan sistol dan diastol disebut
tekanan denyutan yang rata-ratanya adalah 40 mmHg (Soewolo, 2005).

D. ALAT DAN BAHAN


Alat: Bahan:
1. Stetoskop 1. Alkohol 70%
2. Sphygmomanometer 2. Kapass
3. Penggaris milimeter
E. PROSEDUR KERJA
1. Mendengarkan Suara Jantung

Membersihkan bagian stetoskop yang akan dipasang di telinga dengan alkohol


70%, membiarkan kering dulu, kemudain memasang dengan cara pemasangan yang
benar.

Membersihkan bagian stetoskop yang akan dipasang di telinga dengan alkohol


70%, membiarkan kering dulu, kemudain memasang dengan cara pemasangan yang
benar.

Mendengarkan baik-baik suara jantung, dimana suara pertama lebih panjang, lebih
keras daripada suara kedua yang lebih pendek namun lebih nyaring.

Setelah mendengarkan beberapa menit, lalu menghitung waktu istirahat antara suara
kedua dari satu denyut jantung dan suara pertama dari denyut jantung berikutnya.

Mencatat hasilnya dalam detik. Membandingkan interval waktu ini dengan interval
waktu antara suara pertama dan kedua dari suatu denyut jantung tunggal.

Melakukan pengamatan pada katup semilunar.

Untuk mendengarkan katup semilunar aortik lebih jelas, menempelkan bel


stetoskop pada ruang sela iga ke 2, tepat di kanan sternum.

Bila sudah mendengarkan, subjek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dengan
pelan.

Memindahkan stetoskop secara horizontal ke kiri sternum untuk mendengarkan


katup pulmonari.
2. Palpasi Denyut Nadi Radialis
Subjek duduk dengan tenang.

Mencari posisi arteri radial dipermukaan pergelangan tangan, persis pada pangkal
ibu jari.

Melakukan palpasi, mula-mula menekan arteri radial dengan ujung jari kedua dan
ketiga. Kemudian kendorkan tekanan pelan-pelansampai adanya denyut nadi.
Kemudian lakukan perhitungan denyut nadi per menit. Ulangi 2 kali kemudian
ambil rata-ratanya.

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi


Melakukan perbandingan antara kecepatan denyut jantung dengan (bagian apeks)
dan denyut jantung radial dengan simultan pada keduanya

Mendiskusikan apakah perbedaan kecepatan denyut jantung apikal tersebut dengan


denyut nadi radial.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Mendengarkan Suara Jantung
Subjek : Haidar (Offering I Kelompok 6)

Suara Waktu (detik) pada Iga ke-5 Waktu (detik) pada Iga ke-2

Lup-dup 0,4 0,4

Dup-lup 0,6 0,5

Lup-lup 0,6 0,6

Dup-dup 0,7 0,8


2. Palpasi Denyut Nadi Radialis
Subjek : Balqis Hanun (Offering G Kelompok 5)

Perlakuan Denyut Nadi (per menit)

Palpasi ke-1 107

Palpasi ke-2 108

Rata-rata : 107,5, dibulatkan 108


3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Subjek : Feby Lorenzia (Offering G Kelompok 5)

Denyut Jantung (Apeks) Denyut Nadi Radial

(per menit) (per menit)

85 84

Tekanan Arteri
Subjek : Haidar (Offering I Kelompok 6)
Tekanan : 110/90
Tekanan Vena
Subjek : Feby Lorenzia (Offering I Kelompok 6)
Jarak vena tidak terlihat : 25 cm
1,056 𝑥 25
Tekanan Vena : = 1,9411764706 mmHg
13,6

Tekanan Darah
Subjek : Haidar (Offering I Kelompok 6)
Tekanan : 110/90 mmHg

G. ANALISIS DATA
Pengamatan yang pertama yaitu mendengarkan suara denyut jantung. Pada
percobaan pertama, stetoskop ditempelkan pada dada iga ke-5 di sebelah sternum dekat
puting susu kiri dari subjek, yaitu Haidar. Didapatkan hasil suara lup-dup terdengar pada
waktu 0,4 detik, suara dup-lup pada waktu 0,6 detik, suara lup-lup terdengar pada waktu
0,6 detik, dan suara dup-dup terdengar pada waktu 0,7 detik. Pada percobaan kedua,
stetoskop ditempelkan pada iga ke-2 dari subjek yang sama seperti pada percobaan
pertama, yaitu Haidar. Didapatkan hasil suara lup-dup terdengar pada waktu 0,4 detik,
suara dup-lup terdengar pada waktu 0,5 detik, suara lup-lup terdengar pada waktu 0,6
detik, dan suara dup-dup terdengar pada waktu 0,8 detik.
Pengamatan yang kedua yaitu palpasi denyut nadi radialis, dilakukan dengan
melakukan palpasi, menekan arteri radial dengan menempelkan ujung jari ke-2, yaitu
jari telunjuk dan ujung jari ke-3, yaitu jari tengah pada pangkal ibu jari subjek, yaitu
Balqis Hanun. Pada percobaan pertama, yaitu perhitungan palpasi ke-1, didapatkan hasil
107 denyut nadi per menit. Pada percobaan kedua, yaitu perhitungan palpasi ke-2,
didapatkan hasil 108 denyut nadi per menit. Hasil dari kedua perhitungan percobaan
palpasi tersebut kemudian diambil rata-ratanya, sehingga didapatkan hasil rata-rata
107,5 dibulatkan menjadi 108 denyut nadi per menit.
Pengamatan yang ketiga yaitu membandingkan kecepatan denyut jantung dan denyut
nadi. Percobaan ini dilakukan dengan menempelkan stetoskop pada dada subjek dan
menghitung denyut nadi pada pergelangan tangan subjek secara bersamaan. Pada
percobaan ini subjeknya adalah Feby Lorenzia, didapatkan hasil perhitungan denyut
jantung (apeks) sebesar 90 denyut per menit. Pada percobaan perhitungan denyut nadi
radial, didapatkan hasil perhitungan sebesar 88 denyut per menit.
Pengamatan yang keempat yaitu menghitung tekanan arteri, dilakukan dengan
menggunakan alat sphygmomanometer dengan subjek Haidar. Didapatkan hasil tekanan
arteri sebesar 110/90.
Pengamatan yang kelima yaitu menghitung tekanan vena, dilakukan dengan
mengangkat tangan kanan di samping papan tulis, sampai jarak vena tidak terlihat di
tangan subjek, yaitu Feby Lorenzia. Pada percobaan ini didapatkan hasil vena tidak
terlihat pada jarak 25 cm. Hasil dari jarak vena yang tidak terlihat tersebut kemudian
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1,056 𝑥 25
Tekanan Vena : = 1,9411764706 mmHg
13,6

Sehingga, didapatkan hasil tekanan vena sebesar 1,9411764706 mmHg.

Pengamatan yang keenam yaitu menghitung tekanan darah, pengamatan ini


dilakukan sama seperti pada pengamtan keempat, yaitu menghitung tekanan arteri
dengan subjek Haidar. Hasil pengamatan tekanan darah dengan menggunakan alat
sphygmomanometer didapatkan hasil tekanan darah sebesar 110/90 mmHg.
H. PEMBAHASAN
 Mendengarkan Suara Jantung
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, suara pertama yang lebih panjang dan
lebih keras adalah suara “lup” dan suara kedua yang terdengar lebih jelas adalah “dup”.
Pada perlakuan penghitungan suara denyut jantung yang pertama dilakukan adalah
menghitung jeda antara suara lup ke dup, dup ke lup, lu ke lup dan dup ke dup dari
jantung dengan posisi iga ke-5 dan iga ke-2. Berdasarkan hasil pengamatan pada posisi
iga ke-5, diperoleh waktu lup ke dup adalah, 0,4 detik, dari dup ke lup adalah 0,6 detik,
dari lup ke lup adalah 0,6 detik, dari dup ke dup adalah 0,7 detik. Pada posisi iga ke-2,
diperoleh waktu dari lup ke dup adalah 0,4 detik, dari dup ke lup adalah 0,5 detik, dari
lup ke lup adalah 0,6 detik, dari dup ke dup adalah 0,8 detik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada
praktikum mendengarkan suara jantung ini terdapat beberapa data yang tidak sesuai
dengan teori. Akan lebih sesuai apabila interval antara lup dan dup adalah kurang lebih
0,25-0,3 detik, sedangkan interval antara dup ke lup adalah 0,45-0,5 detik dan interval
antara lup ke lup dan dup ke dup adalah penambahan dari interval lup ke dup dan dup ke
lup sebesar 0,8 detik (Pocock, 2006). Hal ini dikarenakan kurannya ketelitian dan
keterbatasan alat yang memadai untuk melakukan pengamatan pada suara jantung.
 Palpasi Denyut Nadi Radialis
Dari hasil pengamatan pada subjek diperoleh data rata-rata denyut nadi sebesar 107,5
dibulatkan menjadi 108 per menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki
sedikit gangguan pada jantung. Jika seseorang memiliki denyut jantung melebihi 100
atau kurang dari 60 denyut per menit maka orang tersebut mengalami gangguan pada
jantungnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan, stress atau
penyakit jantung. Menurut Pitchard (2001), denyut nadi yang normal bervariasi sesuai
dengan usia yaitu sebagai berikut :
- Setelah lahir : 120-160 denyut per menit.
- 1-12 bulan : 80-140 denyut per menit.
- 12 bulan-2 tahum : 80-130 denyut per menit.
- 2-6 tahun : 75-120 denyut per menit.
- 6-12 tahun : 75-110 denyut per menit.
 Perbandingan kecepatan denyut jantung dan denyut nadi
Pada subjek didapatkan perhitungan denyut nadi sebesar 90 kali per menit. Hal
tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki keadaan jantung yang normal. Jika
seseorang memiliki denyut jantung melebihi 100 atau kurang dari 60 denyut per menit
maka orang tersebut mengalami gangguan pada jantungnya. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh pengaruh obat-obatan, stress, atau penyakit jantung. (Pritchard dan
Mallett, 2001). Hasil pengamatan sesuai dengan teori, dalam keadaan normal, frekuensi
denyut nadi sama dengan frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu (penyakit)
dapat terjadi pulsus deficit, yaitu adanya selisih frekuensi denyut jantung dan denyut nadi
(Murtiati, 2005).
Pada hasil pengamatan subjek (perempuan: Feby Lorenzia) didapatkan hasil denyut
jantung sebanyak 88 kali per menit, hal ini menunjukkan tidak sesuai dikarenakan secara
normal jantung berdenyut 75 kali per menit dan melepas kira-kira 70 ml darah setiap kali
denyut. (Soewolo, 2000).
 Tekanan arteri
Pada subjek (Laki-laki: Haidar) dengan menggunakan metode auskultasi didapatkan
bunyi korotkoff pertama dapat didengar pada saat raksa menunjukkan pada angka 110,
sedangkan bunyi terakhir yang terdengar dari stetoskop pada angka 90, sehingga tekanan
arteri tergolong normal dengan besar 110/89 mmHg. Nilai 110/90 mmHg menunjukkan
tekanan darah di aorta dan di brachial dan arteri besar lainnya pada tekanan sitolik
sebesar 110 mmHg selama siklus jantung dan turun menjadi minimum (tekanan diastole)
sekitar 90 mmHg. Takanan darah arteri biasanya ditulis dengan tekanan systole per
tekanan diastole, 110/90 mmHg. Tekanan rata-rata nadi mewakili tekanan rata-rata
seluruh siklus jantung, karena systole lebih singkat daripada diastole, tekanan rata-rata
merupakan nilai tengah antara tekanan systole dan diastole, sehingga pada subjek selisih
tekanan sistolik 110 mmHg dengan tekanan diastolik 90 mmHg didapatkan nilai tekanan
rata-rata nadi sebesar 20 mmHg. Hal ini sebenarnya bisa hanya ditentukan oleh luas
integritas dari kurva tekanan, bagaimanapun sabagai perkiraan, tekanan rata-rata
sebanding dengan tekanan diastole ditambah satu-tiga dari tekanan nadi (Ganong, 2000).
Pada pengukuran tekanan nadi terdapat kemungkinan perbedaan hasil yang
bervariasi, hal ini dikarenakan terdapat faktor faktor yang diluar penanganan yang selalu
bergantung pada kondisi tubuh subjek. Menurut Guyton (2007), faktor-faktor yang dapat
mempertahan aliran darah adalah sebagai berikut.
- Kekuatan jantung memompakan darah membuat tekanan yang dilakukan jantung
sehingga darah bisa beredar ke seluruh bagian tubuh dan darah dapat kembali lagi ke
jantung.
- Visikositas atau kekentalan darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel
darah ang beredar dalam aliran darah.
- Elastisitas dinding aliran darah. Didalam arteri tekanan lebih besar daripada di dalam
vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada vena.
- Tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalkir dalam pembuluh
darah dalam sirkulasi darah besar yang berda dalam arterial. Turunnya tekanan
mengakibatkan denyut jantung pada kapiler dan vena tidak teraba.
Menurut Soewolo (2000), tekanan darah dapat berbeda diakibatkan oleh
merendahnya tekanan pada vena kava atau atrium kanan. Diantaranya dalah akibat
diatole atrium, gerakan pernafasan, kontraksi otot rangka, dan kegiatan katup semilunar.
 Tekanan vena
Tekanan vena merupakan tekanan didalam atrium kanan atau vena vena besar dalam
rongga toraks. (Gray, 2005). Setelah dilakukan percobaan diperoleh jarak vertikal antara
ketinggian atrium dengan menghilangnya vena adalah 25 cm, kemudian angka tersebut
dimasukkan dalam rumus untuk mencari tekanan vena dan diperoleh hasil bahwa
tekanan vena subjek adalah 1,9411764706 mmHg. Menurut Soewolo (2001), tekanan
normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg dan tekanan vena pada tangan antara 30-40
mmHg. Jika dibandingkan dengan teori, subjek yang diukur tekanan darah pada venanya
memiliki nilai yang jauh dibawah batas normal.
Faktor lain yang mempengaruhi tekanan vena adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan,
asupan nutrisi/makanan, gaya hidup dll. Hasil pengamatan tekanan vena lengan sebesar
1,9411764706 mmHg memang kecil dibandingkan dengan tekanan arteri adalah sistole
sebesar 110 mmHg dan diastole sebesar 90 mmHg. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan
atrium yang relaksasi setelah melakukan kontraksi yang mengosongkan darah dalam
atrium, sehingga tekanan darah yang sampai ke vena lengan yang posisinya semakin
menjauhi jantung semakin kecil. Kemudian darah yang telah sampai ke vena tersebut
ditahan untuk kembali ke arteri karena setiap otot rangka yang berkontraksi
mengakibatkan terjadi pemenjetan vena oleh berkas otot yang berkontraksi sehingga
darah terdorong kearah jantung dan tidak sebaliknya sebab pada vena ada katup
semilunar yang mencegah aliran darah bergerak balik. Ketika otot relaks, aliran darah
balik di dalam vena dihalangi oleh katup semilunar. (Soewolo, 2005).
I. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sistol adalah periode kontraksi ventrikel. Diastol adalah periode relaksasi ventrikel.
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol
(relaksasi dan pengisian jantung).
2. Suara pertama (lup) lebih keras dan sedikti lebih panjang dari suara kedua. Suara lup
dihasilkan oleh gerak bolak balik darah atau menutupnya katub atriovaskular setelah
sistol ventrikel dimulai. Suara kedua lebih pendek dan tidak sekeras suara pertama
tetapi lebih jelas, terdengar “dup”. Suara dup adalah akibat dari gerak balik darah
yang menutup katup semilunar pada awal diastol semilunar.
3. Interval antara lup dan dup adalah kurang lebih 0,25-0,3 detik, sedangkan antara dup
ke lup adalah 0,45-0,5 detik dan interval antara lup ke lup dan dup ke dup adalah
penambahan dari interval lup ke dup dan dup ke dup yaitu sebesar 0,8 detik.
4. Suara jantung pertama dapat didengarkan pada ruang interkostal V sebelah kiri
sternum di atas apeks jantung. Suara jantung kedua dapat didengarkan pada ruang
interkostal II sebelah kanan sternum.
Tekanan vena rata rata subjek adalah 1,9411764706 mmHg. Sedangkan tekanan
arteri rata rata subjek tergolong normal yaitu 110/90 mmHg.

J. DAFTAR RUJUKAN
Crawford, Michael. 1978. Inspection and Palpation of Venous and Arterial Pulses. USA:
American Heart Association.
Ganong, William. 2000. Review of Medical Pghysiology. New York: Lange Medical
Books.
Gray, Huon H., Dawkinds, Keith D., Morgan, John M., dkk. 2005. Kardiologi. Jakarta :
Erlangga.
Guyton, Arthur C. 2007. Textbook of medical physiology / Arthur C. Guyton, John E.
Hall.—11th ed.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology;
From cells to systems) Edisi II. Jakarta: EGC.
Michael. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Jakarta: Mahatma Gading
School.
Murtiati, Tri. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: UNJ.
Novi, H. Penyakit Jantung Koroner. (Online), http://www.dokterku-online.com/
index.php/article/54-penyakitjantung-koroner, diakses pada tanggal 04
desember 2018
Pocock, Gillian; Richards, Christopher D. 2006.Human Physiology: The basis of
Medicine 3rd Edition. Oxford University Press.
Pritchard, A.P., Mallett, J. 2001. The Royal Marsden Hospital Manual of Clinical
Nursing Procedures. Oxford: Blackwell Science.
Berman, Audrey., Snyder Shirlee J., Kozier, Barbara., Erb, Glenora. 2009. Kozier and
Erb’s Techniqus in Clinical Nursing, 5¬th Edition. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Refirman, D.J & Trimurtiati. 2005. Bahan Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third
Edition. New-York: McGraw-Hill
Silverthorn, Dee unglaub. 2014. Human Physiology.
Soewolo. 2000. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press
Susilowati, Lestari, S.R., Wulandari, N., dan Gofur, A. 2016. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Hewan dan Manusia. Malang : FMIPA UM
Timby, B. K. 2009. Fundamental Nursing Skills and Concepts. Philadelphia: Lippincot
William & Wilkins.

K. LAMPIRAN

Gambar 1. (a) kiri; Pengukuran tekanan darah, (b) tengah; Palipasi denyut nadi radialis, dan
(c) kanan; Suara Jantung serta perbandingan kecepatan denyut jantung dan nadi.
Gambar 2. Pengamatan tekanan darah arteri (Systole/dyastole).

Anda mungkin juga menyukai