Anda di halaman 1dari 16

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Usulan

Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan


Penelitian dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Oleh:
Bustanil Arifin
NIM A1C105012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
OKTOBER 2008
USULAN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh :
Bustanil Arifin
NIM A1C105012

Disetujui oleh pembimbing untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan


skripsi pada tanggal: Oktober 2008

Pembimbing I Pembimbing II

H. Iskandar Zulkarnain, M.Si Dra. R. Ati Sukmawati, M.Kom


NIP. 131008404 NIP. 132046791

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

H. Karim, M. Si
NIP. 131998399

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
di Kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Tahun Pelajaran 2008/2009” tepat
pada waktunya.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNLAM Banjarmasin
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
3. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNLAM Banjarmasin
4. H. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Pembimbing I
5. Dra. R. Ati Sukmawati, M.Kom selaku Pembimbing II
6. Kepala Sekolah, Guru Matematika, dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 17
Banjarmasin
7. Semua pihak yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak memiliki
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan yang
bersifat menyempurnakan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi
kita semua. Amien.
Banjarmasin, Oktober 2008

Penulis

ii
1

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
TAHUN PELAJARAN 2008/2009

I. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20, Tahun 2003).
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi
kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain
mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan
terprogram mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan
prasarana, pelayanan administrasi, dan informasi serta kualitas pembelajaran secara
utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik atau metode
mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan
yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru
dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih
metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor
guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan
keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru
tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah
satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan.
2

Belajar matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak


didik mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai
strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna.
Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru pengajar
mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas VII A
SMP Negeri 17 Banjarmasin terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam
menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam
mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara
klasikal rendah. Dari hasil ulangan blok yang diadakan pada tanggal 16 September
2008 didapat data hanya sebanyak 5,88% (2 orang) siswa saja yang tuntas hasil
belajarnya dari jumlah keseluruhan 34 orang siswa. Peneliti menilai bahwa metode
yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif dan kreatif
dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal inilah yang diperkirakan menjadi
penyebab utama rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Keadaan ini
hendaknya segera direspon secara positif oleh guru dengan mencari alternatif model
pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi pelajaran
matematika.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin memberikan suatu alternatif
dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan
pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan
karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan
kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping
itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan
dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi
siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul
pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok
bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
3

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe


Student Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sebelumnya. Di samping itu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja
sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman.

II. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas VII A SMP Negeri 17
Banjarmasin tahun pelajaran 2008/2009.

III. Pembatasan Masalah


Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa di kelas VII A
SMP Negeri 17 Banjarmasin tahun pelajaran 2008/2009 pada semester ganjil adalah
memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah. Standar kompetensi tersebut terdiri dari beberapa kompetensi dasar
diantaranya adalah melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan.
Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kerancuan pemahaman dan
luasnya pembahasan, maka dibuat pembatasan permasalahan dalam penelitian, yaitu
penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan bilangan pecahan.

IV. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa di
kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin pada mata pelajaran matematika dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD).
4

V. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Guru
(a) membantu guru memperbaiki mutu pendidikan melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD,
(b) sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas,
(c) sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan yang lain.
(2) Siswa
(a) menumbuhkan motivasi belajar siswa,
(b) mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran,
(c) melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.

VI. Anggapan Dasar


Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
(1) Kesalahan-kesalahan siswa dalam menjawab setiap soal merupakan indikator
kesulitan dalam memahami konsep bilangan pecahan,
(2) Alat evaluasi yang digunakan memenuhi kriteria alat ukur yang baik,
(3) Hasil tes sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa,

VII. Tinjauan Pustaka


VII.1 Keberhasilan Proses Belajar
Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer
materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses
pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide
yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa
kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternatif. Di samping itu, guru juga
dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui
proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah
5

satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik atau
metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian
manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan,
sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa
di SMP. Berdasarkan hasil studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum
(1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SMP cendrung texbook oriented
dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa
sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki
dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan
menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode
yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor
guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan
keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru
tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah
satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan
(Amiruddin, 1989).
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi
pembelajaran. Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga
metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan
membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran,
menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru. Pembelajaran
adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu
berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara
penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa
berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).
6

VII.2 Pembelajaran Kooperatif


VII.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih
individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.
Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai
kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara
lain: (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5)
siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan
dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif
dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):
(a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya,
(b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah,
(c) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda,
(d) penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
VII.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat
7

bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep


sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif
telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok
bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan
akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih
mendalam.
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas
terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun
ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain
atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu sama lain.
Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam
masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
organisasi yang saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).
VII.2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran
dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi
tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-
usaha kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif nampak pada tabel berikut (Corebima dkk., 2002):
8

Tabel Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin
memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan
Ke dalam kelompok- membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

VII.2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD,
juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru
menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah
menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen,
terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau
melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa
diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa
menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan
9

suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat
diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok
dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi
penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai
yang diterapkan di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan
konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai
hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan
hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru
pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok
(Corebima dkk., 2002).

VIII. Hipotesis Tindakan


Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VII A SMP Negeri 17
Banjarmasin pada mata pelajaran matematika.

IX. Metode Penelitian


IX.1 Jenis Penelitian
Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas,
merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik dalam rangka
memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk
memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara
peneliti dengan guru mata pelajaran di lapangan. Peneliti hanya terlibat dalam
perencanaan, observasi, dan refleksi sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan
langsung oleh guru mata pelajaran.
IX.2 Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 17 Banjarmasin kelas VII A dengan
jumlah siswa sebanyak 34 orang. Kelas VII A menjadi pilihan karena penulis prestasi
belajar siswa tergolong rendah dibandingkan dengan kelas VII yang lain. Dari hasil
10

ulangan blok diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajarnya hanya 2 orang siswa
(5,88%).
IX.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 di
kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin. Penelitian berlangsung pada tanggal 27
Oktober-29 November 2008 sebanyak 3 siklus dengan masing-masing siklus 4 kali
pertemuan. Tiap pertemuan berlangsung selama 40 menit.
IX.4 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran matematika
Kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin yaitu Ibu Hj. Siti Rahmah, S.Pd untuk
mengamati aktivitas siswa dan peneliti selama berlangsungnya tindakan. Perlu
diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan tindakan adalah guru mata
pelajaran sendiri sedangkan peneliti hanya sebagai perencana tindakan artinya
peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
sebagai pengumpul data, penganalisis data, dan sekaligus pembuat laporan hasil
penelitian.
IX.5 Rencana Tindakan
IX.5.1 Siklus Pertama
Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
(1) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban,
(2) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan guru mata pelajaran. Guru mata
pelajaran sebagai pelaksana tindakan. Observer pada penelitian ini adalah teman
sejawat yang bertugas mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD,
(3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti:
media pembelajaran, alat tulis, dan kertas,
(4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama empat kali pertemuan dengan
pendekatan konteks bilangan pecahan,
(5) Mengadakan evaluasi pertama sebagai pengumpulan data,
11

(6) Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.


IX.5.2 Siklus Kedua
(1) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban,
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama emapat kali pertemuan dengan
menggunakan konteks bilangan pecahan,
(3) Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaringan data,
(4) Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
diberikan.
IX.5.3 Siklus Ketiga
(1) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub bahasan
menentukan bilangan pecahan,
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan,
(3) Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
IX.6 Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil ulangan harian
siswa pada setiap akhir siklus. Sumber data adalah seluruh siswa yang menjadi subjek
penelitian yaitu kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin yang berjumlah 34 orang
siswa yang merupakan sumber data secara klasikal.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan
instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
berupa soal tes pilihan ganda.
IX.7 Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan
Data yang diperoleh dari hasil ulangan harian dikumpulkan kemudian
dianalisis melalui perhitungan persentasi, untuk menghitung persentasi digunakan
rumus berikut:
(1) Ketuntasan Individu
Jumlah Jawaban Benar
% Ketuntasan Individu   100%
Jumlah Soal
12

(2) Ketuntasan Klasikal


Jumlah Siswa Mencapai Skor Minimal 65
% Ketuntasan Klasikal   100%
Jumlah Total Siswa
IX.8 Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK) ini
adalah adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dan memenuhi kriteria belajar
tuntas. Untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar digunakan ketentuan
sebagai berikut (Depdikbud, 1994):
(1) siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan
soal tes,
(2) secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya
peningkatan hasil ulangan harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

X. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Kepala Sekolah,
Pengawas, dan Penilai. http://muhlis.files.wordpress.com/2008/05/pyk-ok-
suharsimi-arikunto.pdf.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Yrama Widya.

Dwitagama, Dedi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas – LPM UNJ.


http://dedidwitagama.wordpress.com/2007/11/30/penelitian-tindakan-kelas-pm-
unj/.

Ghony, Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang, UIN-Malang Press.

Tampomas, Husein. 2006. Matematika Plus Kelas VII Semester Pertama. Bogor,
Yudhistira.

Ibrahim. 2000. Artikel Pembelajaran Kooperatif. http://worknet.com/kooperatif.html.

Priyoananto, Lulus. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Matematika.


http://www.sman3blitar.net/content/view/139/198/.

Rustam & Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan


Nasional.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta, Pustaka Book


Publisher.
13

Tim Dosen Skripsi. 2007. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Edisi III, Jurusan
Pendidikan MIPA-FKIP-UNLAM, Banjarmasin.

Trimo. 2007. Artikel Penelitian Tindakan Kelas - Sebuah Refleksi Pembangkitan


Profesionalisme Guru. http://re-searchengines.com/1207trimo1.html.

Anda mungkin juga menyukai