PENDAHULUAN
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari soket dalam tulang alveolar.
Dimana dalam pencabutan gigi yang ideal menurut Jeffery dan Howe ialah
pengurangan rasa sakit dari pencabutan gigi atau akar gigi dengan meminimalkan
trauma pada jaringan sehingga penyembuhan luka dapat berlangsung baik dan
komplikasi di dalam rongga mulut pasca pencabutan, oleh karena itu dibutuhkan
evaluasi preoperative, dan prosedur kerja yang aseptis.1 Dimana terkadang terjadi
infeksi yang merupakan akibat dari prosedur pencabutan gigi yang tidak aseptis.
pencabutan gigi yang di lakukan di dalam rongga mulut merupakan suatu tindakan
yang berisiko tinggi. Beberapa komplikasi pasca pencabutan gigi yang dapat terjadi
yaitu perdarahan, infeksi akut, edema, rasa sakit dan dry socket.2
1
Dry socket merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dalam proses
23.886 pencabutan terdapat 226 kasus dry socket dengan insidensi sebesar 79%
terjadi pada mandibula dan hanya 21% pada maksilla4. Kondisi ini biasanya akan
terlihat 1-3 hari setelah pencabutan gigi dengan durasi 5-10 hari, dan di tandai dengan
timbulnya rasa nyeri, adanya akumulasi sisa makanan, bau mulut, pembengkakan,
socket pada semua pencabutan gigi sebesar 2,1% namun untuk pencabutan gigi molar
Dry socket dapat disebabkan baik oleh faktor lokal seperti trauma pada tulang
alveolar ketika pencabutan, adanya infeksi, perdarahan setelah pencabutan gigi dan
beberapa faktor predisposisi seperti kebersihan mulut yang buruk, penggunaan alat
konrasepsi oral, merokok, dan pasien dengan riwayat penyakit sistemik seperti
2
menunjukkan mampu mengurangi jumlah populasi mikroba, karena itu obat kumur
obat kumur yang mengandung klorheksidin sebagai upaya pencegahan terjadinya dry
socket.
socket setelah pencabutan gigi posterior rahang bawah di bagian bedah mulut RSGM
terjadinya dry socket setelah pencabutan gigi pada gigi posterior rahang bawah di
3
1.4 MANFAAT PENELITIAN
dalam mencegah terjadinya dry socket setelah pencabutan gigi pada gigi
selanjutnya.
socket setelah pencabutan gigi posterior rahang bawah. di bagian bedah mulut RSGM
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah dry socket pertama kali diperkenalkan oleh Crawford pada tahun 1896
gambaran klinis dry socket antara lain: timbulnya nyeri yang berdenyut parah , tidak
Dry socket merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pencabutan
gigi permanen sebagai bentuk inflamasi4. Dry socket bermanifestasi klinis sebagai
peradangan yang melibatkan baik seluruh atau sebagian dari tulang yang melapisi
soket gigi (lamina dura)7. Karakteristik dry socket dapat dilihat dengan luruhnya
sekitar soket , disertai atau tanpa disertai dengan bau mulut dan biasa menimbulkan
rasa sakit serta bengkaknya daerah di sekitar bekas pencabutan. Dry socket biasa
tampak pada 1-3 hari pasca pencabutan gigi. Dan dapat berlangsung selama 7-10
hari5,7.
5
Alveolar osteitis
Localized osteitis
Postoperative alveolitis
Alveolagia
Septic socket
Necrotic socket
Localized osteomyelities
Fibrinolytic alveolitis 3.
dua teori utama telah diusulkan untuk etiologi dry socket. pembekuan biasanya terjadi
melalui pembentukan fibrin melalui aksi enzim trombin, yang kemudian terdegradasi
melalui fibrinolisis plasmin. Earlier theory yang mengusulkan bahwa trauma / infeksi
bradykinins dan kininogenases, nyeri mediasi. Namun, studi menunjukkan bahwa tpa
inhibitor tidak dapat mengurangi kejadian AO, sedangkan plasmin inhibitor berhasil,
menunjukkan host yang tpa jaringan tidak bertanggung jawab atas kerusakan plasmin
6
dalam soket kering. Studi konsekuen pada aplikasi lokal yhe antibiotik menyarankan
dalam soket kering. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membangun
hubungan kausal.
Etiologi pasti dari dry socket belum didefinisikan. Akan tetapi, beberapa faktor lokal
dan sistemik diketahui berperan dan telah dijelaskan dalam penelitian yang telah
sebagian atau total yang terbentuk pada bagian dalam alveolus setelah pencabutan
gigi9.
Pada keadaan normal pasca pencabutan gigi di dalam soket, trombin dan
gumpalan dan bekuan degradasi terjadi melalui aktivitas fibroblast dan fibrinolisis
melalui plasmin sebelum memulai proses proliferasi tulang. Birn menyatakan bahwa
aktivitas fibrinolitik yang meningkat pada kejadian dry socket ditimbulkan oleh
karena adanya pembebasan pada jaringan aktivator dari tulang alveolar yang
7
Hal ini terjelaskan dalam Birn’s hipotesa
Bekuan darah tersebut dipindahkan dan kinins dilepaskan dari kininogen (dari bekuan
darah)
rasa sakit
lain :
a) Infeksi
Infeksi ini bisa terjadi sebelum, selama atau setelah pencabutan gigi . Gigi
yang bengkak dan terinfeksi dapat sembuh tanpa mengalami dry socket.
Flora dalam mulut pada beberapa pasien terbukti bersifat hemolitik, dan
individu yang memiliki keadaan seperti ini lebih rentan terhadap terjadinya
8
b) Trauma setelah pencabutan gigi
socket. Hal ini tidak selalu terjadi, namun bisa terjadi setelah pencabutan
gigi sederhana. Kesulitan saat mencabut gigi menjadi hal yang perlu
c) Suplai darah
mana pasien memiliki riwayat konsisten dari masalah ini, beberapa dokter
Dry socket jauh lebih sering terjadi pada rahang bawah dibandingkan
rahang atas hal ini terjadi karena pasokan darah yang relatif sedikit pada
9
d) Tempat
yang paling umum mengalami dry soket adalah molar ketiga bawah, di
e) Merokok
dry socket. Hal ini dapat terjadi, karena efek vasokonstriktor yang signifikan
f) Seks
Dry socket secara signifikan lebih umum terjadi di kalangan perempuan, hal
di kalangan perempuan.
socket. Dalam upaya untuk mengurangi kejadian dry socket, gigi yang akan
10
gigi dengan klorheksidin 2% , yang diharapkan dapat mengurangi
kejadian tersebut7.
Insiden terjadinya dry socket akan meningkat setelah proses pencabutan gigi,
terutama pada prosedur yang menggunakan pembukaan flap dan pengambilan tulang
yang berlebihan. Sebagai salah satu contoh operasi molar ketiga mandibula yang
termasuk proses sulit dengan prosedur kerja yang lama, sehingga molar ketiga
Birn dan Nusair mengatakan bahwa trauma yang berlebihan pada tulang akan
kedalam alveolus hal inilah yang menjadi faktor pendukung terjadinya dry socket6.
2.3 PATOGENESIS
oleh pencernaan enzimatk dari celah fibrin menjadi fragmen kecil yang dapat larut.
Lisis dan penghancuran bekuan darah disebabkan oleh jaringan kinase yang
dibebaskan selama peradangan baik secara langsung atau tidak langsung dari aktivitas
11
plasminogen dalam darah. Ketika terjadi trauma aktivator jaringan langsung
dibebaskan menuju sel-sel tulang alveolar, plasminogen (yang diatur dalam jaringan
fibrin seperti yang dibentuk) diubah menjadi plasmin, sehingga terjadi disintegrasi
bekuan oleh fibrin. Perubahan ini dilakukan dengan adanya jaringan atau plasma pro-
menjadi intrinsik (berasal dari plasma) dan ekstrinsik (berasal dari luar plasma). Yang
endotel. Untuk aktivator tidak langsung mencakup zat-zat seperti streptokinase dan
Dry socket terlihat setelah kurang lebih 3% dari pencabutan gigi yang ditandai
dengan nyeri di lokasi pencabutan gigi, sering sakit atau berdenyut biasa tetapi sangat
konstan dalam tingkat keparahan (termasuk pada malam hari), dimulai dari satu hari
atau lebih setelah pencabutan gigi. Rasa sakit ini sering resisten terhadap analgesik
12
biasa. Pemeriksaan menunjukkan soket baik sebagian atau sama sekali tidak memiliki
Mukosa di sekitarnya dan seluruh alveolus mungkin merah, bengkak dan sakit.
yang berdekatan. Mulut bau dan rasa busuk (bau dari aktivitas bakteri anaerobik atau
Jika tidak dilakukan perawatan pada kondisi tersebut pada akhirnya rasa sakit
akan menghilang secara spontan, tetapi diperlukan waktu hingga 4 minggu dan
selama waktu itu rasa sakit itu akan terus berlangsung. Nyeri serupa ini dialami setiap
kali area tulang dibiarkan terus terbuka di dalam mulut dan umumnya menempel
ketika tulang (non-vital) terbuka baik pada akhirnya tertutup oleh jaringan granulasi
atau terpisah dari tulang yang mendasari dan sequestrated. Pada beberapa kasus dry
soket yang tidak dilakukan perawatan dapat berlanjut menjadi infeksi yang menyebar
terjadinya dry socket. Hal ini disebabkan oleh pembebasan dari jaringan langsung
aktivator sekunder pada peradangan sumsum tulang yang lebih sulit, sehingga
13
peningkatan 10 kali lipat dry socket dibandingkan dengan pencabutan gigi non-bedah.
Lilly dkk menemukan bahwa pencabutan gigi secara bedah yang melibatkan refleksi
dari flap dan pengangkatan tulang lebih cenderung menyebabkan dry socket.
pengalaman dokter bedah bisa berhubungan dengan trauma yang lebih besar selama
pencabutan gigi, terutama pencabutan gigi secara bedah pada molar ketiga
dipertimbangkan.
3) Penyakit sistemik.
dengan dry socket. Contoh, pada pasien diabetes dimana system kekebalan terganggu
Tapi tidak ada bukti ilmiah untuk membuktikan suatu hubungan antara penyakit
4) Kontrasepsi oral.
14
Kontrasepsi oral adalah obat yang hanya dikaitkan dengan perkembangan dry
socket. Kontrasepsi oral menjadi populer di tahun 1960 dan studi yang dilakukan
setelah tahun 1970 (sebagai lawan untuk studi sebelum tahun 1960) menunjukkan
insiden yang lebih tinggi yang signifikan dari dry socket terjadi pada wanita. Butler
berhubungan dengan kejadian dry socket. Estrogen memainkan peran penting dalam
proses fibrinolitik. Hal ini diyakini secara tidak langsung mengaktifkan sistem
fibrinolitik (faktor peningkatan II, VII, VIII, X, dan plasminogen) dan karenanya
meningkat pula dalam kontrasepsi oral. Salah satu penulis bahkan mengusulkan
bahwa dalam rangka mengurangi risiko dry socket, siklus hormonal harus
5) Merokok.
dry socket. Sebuah hubungan tergantung dosis antara merokok dan dry socket
mandibula, pasien yang merokok setengah bungkus rokok sehari memiliki empat
sampai lima kali lipat peningkatan dry socket (12% berbanding 2,6%) bila
dibandingkan dengan bukan perokok. Insiden dry socket meningkat menjadi lebih
15
dari 20% di antara pasien yang merokok satu bungkus per hari dan 40% di antara
pasien yang merokok pada hari operasi. Apakah mekanisme sistemik atau lokal
jawab atas peningkatan ini belum jelas. Blum berspekulasi bahwa fenomena ini bisa
disebabkan oleh pengenalan zat asing yang dapat bertindak sebagai kontaminasi
6) Infeksi bakteri.
risiko utama terhadap terjadinya dry socket. Telah terbukti bahwa frekuensi
meningkat pada pasien dry socket dengan OH buruk, sudah ada infeksi lokal seperti
mengisolasi organisme penyebab yang spesifik. Sebuah asosiasi yang mungkin dari
Actinomyces viscosus dan Streptococcus mutans di alveolar osteitis ini dipelajari oleh
pencabutan gigi setelah inokulasi mikroorganisme pada hewan model.. Nitzan dkk.
pirogen bakteri in vivo dan menduga bahwa mereka adalah aktivator tidak langsung
dari fibrinolisis.
16
7) Usia pasien.
Literatur mendukung kebenaran umum bahwa pasien yang lebih tua, semakin
besar risikonya mengalami dry socket. Blondeau dkk. menyimpulkan bahwa operasi
pengangkatan molar ketiga mandibula yang terkena dampak harus dilakukan jauh
sebelum usia 24 tahun, terutama untuk pasien perempuan karena pasien yang lebih
tua memiliki risiko lebih besar komplikasi pasca operasi secara umum.
Ada bukti terbatas yang menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari dry
socket setelah pencabutan gigi tunggal dibandingkan pencabutan ganda. Dalam salah
satu penelitian, prevalensi dry socket adalah 7,3% setelah pencabutan tunggal dan
3,4% setelah pencabutan ganda. Perbedaan ini disebabkan oleh karena toleransi rasa
sakit yang kurang pada pasien dengan pencabutan tunggal dibandingkan dengan
pasien pencabutan ganda yang giginya telah memburuk sedemikian rupa sehingga
pencabutan ganda diperlukan. Selain itu, pencabutan ganda yang melibatkan penyakit
akan meningkatkan kejadian dry socket. Lehner menemukan bahwa frekuensi dry
17
suplai darah yang buruk. Namun, studi yang mengikuti menunjukkan bahwa iskemia
berlangsung selama satu sampai dua jam dan diikuti dengan hiperemia reaktif, yang
membuatnya tidak relevan dalam disintegrasi dari bekuan darah. Satu penelitian
melaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi dry socket berikut
regional dengan vasokonstriktor. Sekarang ini diterima bahwa iskemia lokal karena
vasokonstriktor dalam anestesi lokal tidak memiliki peran dalam perkembangan dry
socket.
dilakukan baik dengan pemberian obat topikal seperti tetrasiklin. Agen sistemik
Berbagai metode dan teknik yang diusulkan di seluruh literatur yang ada
1. Antibiotik sistemik.
18
Antibiotik sistemik dilaporkan efektif untuk mencegah dry socket meliputi
2. Antibiotik topikal.
topikal dalam mencegah dry socket. Antibiotik yang dipelajari telah digunakan
sendiri atau dikombinasikan dengan dosis dan formulasi yang berbeda. Seperti yang
diperkirakan ada kekurangan dari konsistensi dan studi sangat sedikit yang setuju. Di
antara banyak antibiotik yang dipelajari, tetrasiklin topikal telah menunjukkan hasil
suspensi, tirisan kasa, dan spons gelfoam (lebih disukai). Namun, efek samping
termasuk reaksi benda asing telah dilaporkan dengan aplikasi topikal tetrasiklin.
3. Klorheksidin.
ketiga mandibula. Ragno dkk. ditemukan sebanyak 50% pengurangan kejadian dry
socket pada pasien yang berkumur dengan larutan klorheksidin. Caso dkk. setelah
19
meta-analisis dari studi yang tersedia disimpulkan bahwa berkumur klorheksidin
0,12% pada hari operasi dan selama beberapa hari sesudahnya sangat bermanfaat.
melakukan operasi dengan sayatan bersih atraumatik dan refleksi jaringan lunak.
Setelah prosedur bedah, debridement luka harus tuntas dan irigasi larutan saline
dengan jumlah besar. Sejumlah kecil antibiotik (misalnya, tetrasiklin) pada soket
sendiri atau pada spons gelatin dapat membantu untuk mengurangi kejadian dry
socket dalam molar ketiga rahang bawah. Insiden dry socket juga dapat dikurangi
dengan bilasan pra operasi dan pasca operasi dengan larutan kumur antimikroba,
seperti klorheksidin. Terkendali dengan baik studi menunjukkan bahwa kejadian dry
socket setelah operasi molar ketiga impaksi mandibula dapat dikurangi hingga 50%.
12
Perawatan untuk dry socket dapat dilakukan dengan irigasi menggunakan saline
memerlukan jangka waktu 7-10 hari untuk membentuk jaringan granulasi yang baru.
20
Tujuan perawatan adalah untuk memungkinkan terjadinya pembentukan bekuan
yang tepat dan perbaikan yang konstan.berikut metode terapi yang digunakan adalah:
a) Konservatif
antipiretik dan analgesik. Yang biasa digunakan dalam hal ini adalah Apernyl
kasa yang dibasahi dengan eugenol dan kemudian diirigasi dengan larutan
garam hangat.
b) Bedah
c) Konservatif Bedah
21
Setelah dilakukan pembukaan, flap kemudian ditutup. Metode
konservatif-bedah ini adalah metode yang paling efektif, secara teknis mudah
plasma yang kaya akan trombosit (PRP atau Platelet Rich Plasma). PRP
mempercepat penyembuhan8.
penyebab plak, radang gusi dan juga mencegah timbuhlnya bau mulut14.
cina sekitar tahun 2700SM, untuk pengobatan radang gusi. Kemudian Hipocrates
merekomendasikan tambahan garam, tawas dan cuka pada sebagai campuran obat
kumur .
22
Pada abad ke-17 seorang pakar mikroskopis Anton Van Leeuwenhoek,
menemukan organisme hidup pada gigi yang kita kenal sebagai plak. Dia melakukan
berkumur, dan kemudian dia menyimpulkan bahwa obat kumur dengan campuran
cuka tersebut tidak efektif menghilangkan plak. Sampai akhirnya pada tahu 1960-an
Harald Loe , seorang professor sekolah tinggi gigi kerajaan Aarhus , Denmark
pada gigi14.
terjadinya dry socket pasca pencabutan gigi15. Klorheksidin glukonat adalah agen
anti-mikroba kuat yang efektif untuk membunuh berbagai bakteri, termasuk bakteri
gram positif dan gram negatif (dua kelas terbesar dari bakteri) Juga merupakan agen
bahan aktif dalam obat kumur antiseptik, dan dalam penggunaanya klorheksidin
sering digunakan di dalam praktek kedokteran gigi karena penggunaan obat kumur
23
mengurangi jumlah populasi mikroba, karena itu obat kumur klorheksidin diyakini
Klorheksidin adalah bahan dalam obat kumur dengan molekul kimia yang
enam gugus amino sekunder, dan dua cincin aromatik, dan klor. Struktur formula
NH-C ₆ H ₄ Cl19
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=chlorkexidine )
24
Kehadiran beberapa amina dan kelompok imina membuat klorheksidin
bersifat kationik, artinya siap mengambil muatan positif. Hal ini memungkinkan
menyerap ke kulit tipis berlapis enamel gigi, yang memungkinkan untuk memberikan
Klorheksidin glukonat bersifat non-padat, larut dalam air, yang mana agen
senyawa tersebut adalah agen anti-mikroba yang efektif digunakan sebagai obat
efektif sebagai antiseptik oral karena diserap oleh permukaan gigi dan dengan
25
demikian memberikan perlindungan jangka panjang. Selain penggunaan obat kumur
biasa, klorheksidin glukonat digunakan sebagai antiseptik bilas sebelum, selama dan
sehari(sebelum sarapan pagi dan malam setelah makan malam) selama 30 detik
dengan 15ml larutan klorheksidin 0,2% selama 7 hari setelah dilakukan pencabutan
gigi18.
Penggunaan secara umum, 20ml obat kumur digunakan sekitar dua kali sehari
selama 30 detik setelah menyikat pagi dan malam hari dan klorheksidin glukonat ini
26
BAB III
KERANGKA KONSEP
Infeksi
Oromaksilofasial
Pencabutan Kebersihan
Dry socket
gigi Mulut
pencegahan perawatan
Non
farmakologikal 27
Anamnesis
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah suatu studi Eksperimental Analitik, dengan rancangan
studi longitudinal.
28
Penelitian ini dilakukan dengan rentang waktu 3 bulan di mulai dari bulan Mei-
Agustus 2012
3. Pasien perokok
29
6. Pasien yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam penelitian
Pasien pasca pencabutan gigi posterior rahang bawah di bagian Bedah Mulut
Dari teori Roscoe yang menyatakan bahwa untuk menentukan ukuran sampel
penelitian bisa dilakukan dengan beberapa acuan, salah satunya untuk penelitian
30
Teknik penarikan sampel non probability dengan menggunakan metode purposive
1. Gelas kumur
pasien
kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target
yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Dalam hal ini dapat di lihat
31
berdasarkan terjadi atau tidak terjadinya dry socket pasca pemberian
perlakuan
3. Dry socket : suatu komplikasi yang terjadi pada hari ke 2-3 pasca
dengan spektrum luas, sangat efektif untuk bakteri gram positif, gram negatif,
bakteri ragi, jamur, serta protozoa. Dalam penelitian ini di gunakan obat
dengan obat kumur klorheksidin 2x1 hari setelah 24 jam selama dua hari.
32
5. Pasca pencabutan gigi : pencabutan gigi merupakan suatu tindakan
cara yaitu close dan open method. Dalam penelitian ini sampel yang diambil
adalah pasien pasca pencabutan gigi dengan close method , dimana umumnya
sesaat setelah pencabutan terjadi luka. Luka adalah rusak atau hilangnya
rasa sakit, yang dapat disebabkan karena trauma benda tajam ataupun tumpul.
Pasca pencabutan gigi dalam penelitian ini adalah waktu sesaat setelah
6. Gigi posterior : gigi yang letaknya di regio belakang meliputi gigi premolar
pertama, premolar kedua, molar pertama , molar kedua dan molar ketiga
7. Rahang bawah : rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk,
atau berada di dekat jalan masuk ke mulut. Pada sebagian besar vertebrata,
kedua rahang berhadapan secara vertikal, membentuk rahang atas dan bawah.
Rahang bawah (Os Mandibulla) adalah rahang yang terletak di bawah rahang
dengan metode terpimpin, yang akan di lakukan pada hari ketiga setelah
33
pencabutan gigi. Adapun beberapa contoh pertanyaan/ pembahasan yang akan
2. Apakah tibul rasa sakit dan bengkak disekitar bekas pencabutan setelah
pencabutan?
4.13.2 Peneliti mencatat kartu status pasien, meminta persetujuan baik secara lisan
maupun tulisan, alamat rumah dan nomor telepon pasien yang bisa di
hubungi.
4.13.3 Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yang mana kelompok pertama diberi
4.13.4 Pasien pada kelompok perlakuan di beri obat kumur klorheksidin glukonat
34
diistruksikan berkumur dengan klorheksidin 2x1 hari selama 30 detik setelah
4.13.5 2-3 hari setelah pencabutan peneliti mengevalusi pasien dengan menghubungi
pasien yang telah di berikan perlakuan obat kumur klorheksidin maupun yang
35
Evaluasi perlakuan
Analisis data
Penyajian data
4.15 DATA PENELITIAN
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer di mana
analisis .
3. Uji hipotesis yang digunakan untuk hasil akhir penarikan kesimpulan adalah
36
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di bagian Bedah Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Halimah Dg. Sikati Kandea Makassar yang berlangsung selama 3 bulan, mengenai
efektivitas obat kumur klorheksidin dalam mencegah dry socket setelah pencabutan
gigi posterior rahang bawah. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara
primer oleh peneliti dengan melekukan interaksi langsung pada responden dan
37
perlakuan dengan pemberian obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% pada 30 sampel
kontrol tidak diberikan perlakuan pemberian obat kumur klorheksidin glukonat 0,2%.
pemberian obat kumur klorheksidin 0,2% pasca pencabutan gigi posterior rahang
bawah, di dapatkan data jumlah pasien yang mengalami dry soket pasca pencabutan
Adapun , hasil yang didapat dari penelitian akan diuraikan sebagai berikut :
Tabel 5.1 . Jumlah Pasien Yang Mengalami Dry Socket Pasca Pencabutan Gigi
Posterior Rahang Bawah Di Bagian Bedah Mulut RSGM Halimah
Dg.Sikati Kandea Makassar
Dry Socket
Obat
Total
Kumur Ya Tidak
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% dengan jumlah sampel 30,
38
ditemukan sebanyak 14 sampel (100%) yang mengalami dry soket pasca pencabutan
gigi posterior rahang bawah , sedangkan pada kelompok perlakuan dengan pemberian
obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% pasca pencabutan gigi posterior rahang
bawah dengan jumlah sampel 30, tidak ditemukan terjadinya dry socket pasca
pencabutan gigi posterior rahang bawah (0%). Hal ini membuktikan bahwa
pemberian obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% yang diberikan pasca pencabutan
gigi posterior rahang bawah yang diinstruksikan berkumur dengan obat kumur
klorheksidin 2x1 hari setelah 24 jam selama dua hari pasca pencabutan di bagian
bedah mulut RSGM Halimah Dg.Sikati Makassar efektif mencegah terjadinya dry
Grafik 5.1 Distribusi jumlah Pasien Yang Mengalami Dry Socket Pasca Pencabutan
Gigi Posterior Rahang Bawah Di Bagian Bedah Mulut RSGMP Halimah
Dg.Sikati Makassar
35
30
25
20
Dry Socket
15 Tidak dry socket
10
0
Eksperimen Kontrol
39
Grafik di atas menggambarkan bahwa pada kelompok eksperimen dengan
pemberian obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebanyak 10ml, yang di berikan
terjadinya dry soket, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan obat
BAB VI
PEMBAHASAN
socket setelah pencabutan gigi posterior rahang bawah telah dilakukan di bagian
Bedah Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Dg. Sikati Kandea Makassar.
mengumpulkan data nama pasien, jenis kelamin, usia, alamat, no telepon, tanggal
penelitian , tanggal follow-up, ada-tidaknya perlakuan, gigi yang telah dicabut dan
40
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan, data kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS versi 16.0 untuk Windows. Data Hasil penelitian yang
telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi (seperti yang
Tabel 5.1 pada penelitian ini mengungkapkan bahwa obat kumur yang
dimana pasien di instruksikan berkumur dengan obat kumur klorheksidin 2x1 hari
setelah 24 jam selama dua hari, efektif mencegah terjadinya dry socket setelah
Hal ini sebanding pada penelitian sebelumnya oleh V.Shridar yang membahas
0,2% untuk pencegahan alveolar osteitis setelah pencabutan gigi molar ketiga pada
rahang bawah. Dalam penelitian ini dibahas mengenai intensitas rasa sakit setelah
dilakukan pencabutan, terbentuk atau tidaknya bekuan darah, serta insiden terjadinya
dry soket setelah pencabutan gigi. Dalam penelitian ini pada kelompok kontrol
dengan sampel sebanyak 50 ditemukan bahwa 4 orang mengalami rasa sakit ringan,
40 berat dan 6 parah setelah dilakukan pencabutan gigi. Sedangkan pada kelompok
jumlah sampel sebanyak 50, di dapatkan 15 orang mengalami sakit ringan, 35 sedang
41
dan tidak ditemukan sampel yang mengalami rasa sakit yang parah setelah
pencabutan gigi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur klorheksidin
mampu mengurangi rasa sakit yang timbul setelah dilakukan pencabutan gigi.
Dalam penelitian yang sama pula oleh V.Shridar ,dikatakan bahwa dengan
terbentuknya gumpalan darah setelah dilakukan pencabutan gigi. Hal ini didapatkan
bahwa pada hari ketiga setelah dilakukan pencabutan gigi pada kelompok kontrol dari
sedangkan pada kelompok eksperimen dengan pemberian obat kumur pada 50 sampel
Insiden terjadinya dry socket setelah pencabutan gigi pada penelitian yang
dilakukan oleh V.Shridar, dari total 50 sampel pada kelompok kontrol didapatkan 4
orang yang mengalami dry soket sedangkan pada kelompok eksperimen dengan
pemberian obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% tidak ditemukan terjadi dry
socket. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa insiden terjadinya dry
socket meningkat pada pasien yang tidak menggunakan obat kumur klorheksidin
0,2% dibandingkan pada pasien yang menggunakan obat kumur klorheksidin 0,2%16.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Daniel Torres mengenai intra-
alveolar klorheksidin gel untuk pencegahan dry socket pada operasi gigi molar ketiga
rahang bawah, dikatakan bahwa tingkat kejadian dry socket pada kelompok
42
eksperimen dengan pemberian klorheksidin lebih rendah apabila dibandingkan
Dry socket merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dalam proses
oleh faktor lokal seperti adanya trauma, infeksi, perdarahan dan faktor predisposisi
di daerah sekitar bekas pencabutan, luruhnya gumpalan darah yang akan tampak dan
hal ini disebabkan oleh faktor dari etiologi umum terjadinya dry soket itu sendiri
yaitu proses terbentuknya bekuan darah, trauma dan infeksi yang menyebabkan
yang kemudian melarutkan bekuan darah, sehingga tidak terjadi pembekuan darah.
Jika peradangan terjadi pada ruang di dalam tulang alveolar disebabkan oleh
infeksi bakteri maka agen antimikroba akan efektif dimana infeksi dapat diakibatkan
dari prosedur pencabutan gigi yang tidak aseptis, tapi kasus ini akan lebih sulit jika
peradangan terjadi pada tulang alveolar disebabkan oleh trauma. Dalam hal ini
43
menjelaskan mengapa pencegahan keseluruhan terhadap terjadinya dry soket tidak
terperangkap di dalam soket dapat keluar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebanyak 10ml, yang di berikan setelah
berkumur dengan obat kumur klorheksidin 2x1 hari setelah 24 jam selama dua hari
digunakan untuk mencegah terjadinya dry socket pasca pencabutan gigi13. Obat
bakteri baik bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Pertimbangan lain,
obat kumur jenis klorheksidin ini minim akan efek samping (dengan konsentrasi
0,2%)15.
Dari hasil penelitian ini pula di dapatkan bahwa gigi posterior yang paling
banyak di lakukan pencabutan adalah pada gigi molar pertama. Hal ini dapat
disebabkan karena gigi molar pertama merupakan gigi yang paling cepat tumbuh
sebagai pengganti gigi susu, oleh karena itu penggunaannya didalam mulut memiliki
jangka waktu yang lebih lama sehingga lebih rentan terkena kerusakan gigi.
Berdasarkan laporan dari 23.886 pencabutan terdapat 226 kasus dry socket dengan
insidensi sebesar 79% terjadi pada mandibula dan hanya 21% pada maksilla. Hal ini
44
juga menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian pada daerah rahang
bekerja dengan gaya gravitasi yang ada sehingga menjadikannya tempat yang mudah
tertinggal makanan.
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
klorheksidin dalam mencegah dry soket setelah pencabutan gigi posterior rahang
45
3. Sampel yang diberi obat kumur klorheksidin secara keseluruhan terbebas
4. Hampir setengah dari jumlah sampel kontrol mengalami dry soket yaitu
7.2 SARAN
rahang bawah dengan jumlah sampel yang lebih besar dan beberapa variable
diberikan antibiotik .
klorheksidin 2x1 hari selama 30 detik setelah 24 jam pasca pencabutan selama
2 hari.
46