Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab
atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah
kecamatan (Permenkes, 2016). Puskesmas juga merupakan kesatuan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan individual (Depkes RI, 2009).
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan
turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah
kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain
adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang
mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang
diselenggarakan meliputi pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada
umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan (Depkes RI, 2009).
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan yang terdiri dari upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Menurut Permenkes No.44 Tahun
2016 Tentang Manajemen Puskesmas upaya kesehatan wajib tersebut adalah
upaya Promosi Kesehatan, upaya Kesehatan Lingkungan, upaya Gizi KIA-KB,
upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Surveilens dan

1
Sentinel SKDR, dan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas meliputi Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan Jiwa, Kesehatan Gigi Masyarakat,
Kesehatan Tradisional dan Komplementer, Kesehatan Olahraga, Kesehatan
Kerja, Kesehatan Indera, Kesehatan Lanjut Usia, dan/atau Pelayanan
Kesehatan lainnya sesuai kebutuhan Puskesmas.
Dalam menjalankan peran serta fungsinya, puskesmas tentunya akan
menghadapi beberapa kendala serta hambatan. Hal ini berkaitan erat dengan
fungsi puskesmas yang merupakan Fasilitas Kesehatan di Tingkat Pertama
(FKTP), sehingga berbagai permasalahan bidang kesehatan di daerah menjadi
tanggung jawab puskesmas. Selain itu, keberjalanan puskesmas tak hanya
bertanggung jawab terhadap kesehatan berbasis perseorangan, namun telah
diamanahkan untuk juga berperan aktif dalam upaya kesehatan berbasis
masyarakat yang menekankan pada upaya kesehatan berbais promotif dan
preventif.
Berangkat dari hal tersebut, puskesmas diharapkan dapat secara rutin dan
berkesinambungan terus melakukan identifikasi dan evaluasi dari
permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut, sehingga tujuan utama
tercapainya kesehatan masyarakat dapat tercapai. Tentunya dalam hal ini
diperlukan sebuah sistem atau alur manajemen penyelesaian masalah yang
dikenal dengan Problem solving cycle. Problem solving cycle adalah suatu
metode pemecahan masalah yang terdiri dari langkah - langkah
berkesinambungan meliputi analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik,
penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik,
menguraikan alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan
rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan (Reed, 2000; Azwar,
1996).
Bentuk problem solving cycle dalam dunia kesehatan salah satunya
adalah siklus manajemen masalah kesehatan. Menurut pengertiannya
manajemen masalah kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses dan upaya
untuk mengoptimalkan sumber daya melalui pelaksanaan fungsi – fungsi

2
manajemen yaitu, perencanaan (P1), penggerakan dan pelaksanaan (P2), serta
pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) untuk mengatasi kesenjangan
antara apa yang diharapkan dan dengan apa yang menjadi kenyataan di bidang
kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan/klien
dalam rangka mencapai tujuan organisasi layanan kesehatan (Sulaeman, 2015).
Siklus manajemen masalah kesehatan terdiri dari berbagai tahap siklus
yang meliputi analisis situasi, identifikasi masalah dan penyebabnya, penentuan
prioritas masalah, penetapan tujuan, alternatif pemecahan masalah dan prioritas
pemecahan masalah, pembuatan rencana operasional, penggerakan dan
pelaksanaan (aktuasi), serta pemantauan, pengendalian dan penilaian (Sulaeman,
2015).
Menilik kompetensi dokter umum yang nantinya juga merupakan pelayan
kesehatan tingkat pertama, maka dalam tahap profesi kedokteran, dokter muda
kepaniteraan klinik bagian IKM-KP juga dituntut untuk dapat memiliki
kompetensi Problem Solving Cycle khususnya dibidang manajemen kesehatan.
Untuk itu, penulis dalam tahap pendidikannya di kepaniteraan klinik bagian
IKM-KP merasa perlu untuk menyusun laporan ini sebagai bentuk aktualisasi
kompetensi yang harus dimiliki. Nantinya laporan ini diharapkan dapat
memberikan masukan untuk Puskesmas Karang Pandan , Kabupaten
Karanganyar sebagai tempat kami belajar menimba ilmu di bidang Ilmu
Kesehatan Masyarakat.

B. Tujuan
Tujuan dilakukan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Karang Pandan, Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui prioritas masalah utama di Puskesmas Karang Pandan,
Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab permasalahan tersebut.
4. Melakukan perencanaan manajemen untuk menyelesaikan masalah tersebut

3
C. Manfaat
Manfaat penulisan ini agar dokter muda Fakultas Kedokteran UNS
mengetahui bagaimana cara penyusunan serta perencanaan manajemen
masalah kesehatan layanan primer seperti Puskesmas. Sedangkan untuk
puskesmas, laporan ini diharapkan memberi manfaat sebagai bahan
untuk evaluasi kinerja petugas kesehatan selama ini dan sebagai bahan
untuk melakukan perencanaan program layanan kesehatan di Puskesmas.

4
BAB II
ANALISIS SITUASI

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Kecamatan Karangpandan merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan


yang berada di Kabupaten Karanganyar. Luas Kecamatan Karangpandan adalah :
28.751 km², terdiri dari tanah datar sampai berombak 40%, berombak sampai
berbukit 20%, berbukit sampai bergunung 40%. Wilayah Kecamatan
Karangpandan memiliki batas-batas sebagai berikut
Utara : Kecamatan Mojogedang, Ngargoyoso.
Selatan : Kecamatan Matesih
Barat : Kecamatan Karanganyar
Timur : Kecamatan Tawangmangu
Kecamatan Karangpandan terbagi atas sebelas desa dengan 67 Dusun, 122 RW
dan 300 RT. Sebelas desa di Kecamatan Karangpandan terdiri dari :
a. Desa Bangsri
b. Desa Gondangmanis
c. Desa Ngemplak
d. Desa Dayu
e. Desa Doplang
f. Desa Harjosari
g. Desa Gerdu
h. Desa Tohkuning
i. Desa Karang
j. Desa Salam
k. Desa Karangpandan

5
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Karangpandan

B. Kependudukan
Tabel 2.1. jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan
Karangpandan (Th 2017)
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Karangpandan 3111 3293 6404
2 Doplang 1786 1908 3694
3 Ngemplak 2061 2052 4113
4 Bangsri 2257 2374 4631
5 Tohkuning 2682 2826 5508
6 Gondangmanis 1353 1477 2830
7 Dayu 1311 1418 2729
8 Harjosari 1885 1772 3657
9 Salam 1584 1595 3179
10 Gerdu 1957 2060 4017
11 Karang 2268 2303 4571
Total 22255 23078 45333

Jumlah penduduk Kecamatan Karangpandan adalah 45.333 jiwa, jumlah KK :


13.094. Penduduk yang memiliki Kartu BPJS/KIS kepesertaan Puskesmas

6
sebanyak ± 23.000 jiwa. Jumlah peserta Jamkesda sulit diketahui karena
kepesertaan Jamkesda tidak dibatasi kuota oleh Kabupaten Karanganyar.

C. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi di wilayah Kecamatan Karangpandan dapat dilihat
dari tingkat pendidikan dan mata penceharian penduduk
Tabel 2.2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Karangpandan
Tingkat Jumlah
Pendidikan
Lulus TK 911
SD/ Sederajad 9717
SMP 7397
SMA 6091
Akademi/ D1 - D3 414
Sarjana 873
Pasca Sarjana 72
Jumlah 25475
Tabel 2.3. Mata pencaharian penduduk
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Karyawan PNS 644
2 TNI/Polri 75
3 Karyawan Swasta 8951
4 Wiraswasta/ Pedagang 2371
5 Petani 6653
6 Tukang 2154
7 Buruh Tani 6449
8 Pensiunan 420
9 Nelayan 0
10 Peternak 640
11 J a s a 324
12 Pengrajin 847

7
13 Pekerja Seni 72
14 Lainnya 3354
15 Pengangguran 2221

D. Situasi Kesehatan
Sarana Kesehatan di Karangpandan
Tabel 2.4 Data Sarana Kesehatan di Karangpandan
No. Nama Jumlah
1 Puskesmas induk dengan perawatan 1
2 Puskesmas Pembantu : 4
 Pustu Bangsri
 Pustu Karangpandan
 Pustu Karang
 Pustu Dayu
3 RB swasta 3
4 BP swasta 3
5 Dokter praktek swasta 3
6 Bidan praktek swasta 7
7 Poliklinik Kesehatan Desa 11
8 Apotik 2
9 Toko obat 2
10 Bong Supit 1
11 Posyandu 69
12 Posyandu lansia 16
13 SD UKS 30
14 SMP UKS 4
15 SMA UKS 1
16 Dukun terlatih 30
17 Kader posyandu balita 443
18 Pengobatan tradisional/Battra 85

8
Sumber Daya Kesehatan
Tabel 2.5 Data Sumber Daya Kesehatan
No. Tenaga Kesehatan Standar ABK Jumlah
1 Dokter 2 2
2 dokter gigi 2 2
3 Bidan 10 7
4 Perawat 14 9
5 perawat gigi 2 1
6 Apoteker 1 1
7 asisten apoteker 1 0
8 Sanitarian 1 1
9 Nutrisi 2 1
10 pranata laboratorium kesehatan 2 1
11 penyuluh kesehatan masyarakat 2 1
12 perekam medis 2 2
13 Psikologi 1 1
14 Fisioterapi 2 1

E. Unit Pelayanan di Puskesmas Karangpandan


Berdasarkan pada Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
kesehatan masyarakat maka Upaya kesehatan yang dilaksanakan di
Puskesmas Karangpandan :

1. Upaya Kesehatan Perorangan, kefarmasian dan laboratorium meiputi :

a. Pelayanan pemeriksaan umum dan gawat darurat


b. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut
c. Pelayanan KIA – KB
d. Pelayanan kefarmasian
e. Pelayanan laboratorium
f. Pelayanan Fisioterapi

9
g. Pelayanan IVA-IMS-HIV/AIDS
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial dan Pengembangan :
a. Promosi Kesehatan termasuk UKS
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
f. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
g. Kesehatan Gigi Masyarakat
h. Kesehatan Lansia
i. Kesehatan Kerja

F. Data Hasil Penilaian Kerja


1. Data Kunjungan Puskesmas Karangpandan
Tabel 2.6 Data Kunjungan Puskesmas
JML KUNJUNGAN KASUS
NO Desa LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
BARU LAMA
BARU LAMA BARU LAMA
1 BANGSRI 221 1.022 332 1.891 2.264 1.093 3.357
2 NGEMPLAK 192 721 290 1.307 1.258 1.146 2.404
3 DOPLANG 194 1.130 324 2.188 1.507 2.309 3.816
4 GERDU 130 384 235 858 1.034 499 1.533
5 KARANG 344 812 563 1.817 2.783 619 3.402
6 SALAM 142 427 234 955 1.089 619 1.708
KARANGPAN 425 1.503 539 2.985 3.650 1.675 5.325
7
DAN
8 TOHKUNING 285 911 398 1.988 1.713 1.822 3.535
GODANG 98 434 163 672 635 653 1.288
9
MANIS
10 DAYU 105 434 185 709 773 596 1.369
11 HARJOSARI 160 818 241 1.358 1.581 930 2.511
LUAR 517 762 718 1.172 1.670 1.442 3.112
12
WILAYAH
JUMLAH 2.813 9.358 4.222 7.035 27.258 33.360
17.900

2. Kejadian Luar Biasa


Tabel 2.7 Kejadian Luar Biasa Tahun 2017

10
Jumlah
No Jenis KLB Lokasi Meninggal Tindak Lanjut
Kasus
NIHIL - - - -

3. Pola 10 Besar Penyakit


Tabel 2.8 Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak Tahun 2017

NO NAMA PENYAKIT TOTAL


Other specified respiratory
1 3748
disorders
Acute nasopharyngitis
2 1644
[common cold]
3 Work-related condition 1108
Essential (primary)
4 883
hypertension
5 Myalgia 544
6 Gastritis and duodenitis 448
Dermatophytosis
7 335

Unspecified mycosis
8 222
9 Dyspepsia 212
Cutaneous abscess, furuncia
10 186
and carbisie

4. Data Kematian Tahun 2017


Tabel 2.9 Data Kematian Berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2017
PENYEBAB KELOMPOK USIA
PENYAKIT BAYI (0-1) BALITA IBU JUMLAH
BBLR 4 0 0 4
Aspirasi 2 0 0 2
Asfiksia 1 0 0 1
Kelainan kongeintal 1 0 0 1
Sepsis 2 0 0 2
Pneomonia 0 0 0 0
Eklamsi 0 0 1 0
Kelainan Jantung 3 0 0 3
Kecelakaan 0 2 0 0

11
Leukimia 0 1 0 0
kel.Paru 1 0 0 1
gagal Ginjal 0 1 0 0
JUMLAH 14 4 1 19

12
5. Pencapaian 5. Puskesmas Karangpandan Tahun 2017
Tabel 2.10 Pencapaian Puskesmas

No Upaya Target Satuan Pencapaian


PROMOSI
I
KESEHATAN
Penyuluhan Perilaku
A
Hidup Bersih dan Sehat
1. Rumah tangga 83 % 88,63%
2. Institusi Pendidikan
1 Kali/th/Sekolah 100
(Sekolah)
3. Institusi Saran
1 Kali/th 100
Kesehatan
4. Institusi TTU 1 Kali/th 86,44
5. Institusi tempat kerja 100
Bayi Mendapat ASI
B 44 % 10,45
Eksklusif
Mendorong terbentuknya
C upaya kesehatan
bersumber masyarakat
1. Posyandu Mandiri 50 % 52,17
2. Posyandu Purnama 51 % 39,13
3. Desa dengan
65 % 9,09
Posbindu
4. Desa siaga aktif
2 Desa/puskesmas 2
mandiri
5. Pokja WPA 100 % 100
6. Pokja STBM 100 % 100
D Penyuluhan Napza 5 % 5,10
KESEHATAN
II
LINGKUNGAN
A Penyehatan Air
1. Inspeksi sanitasi air
25 % 26,63
bersih
2. Proporsi Rumah
95 % 96,77
Tangga Dengan Akses

13
Berkelanjutan
Terhadap Air Minum
Berkualitas (Layak)
3. Proporsi Penduduk
Dengan Akses
Berkelanjutan 100 % 99,70
Terhadap Air Minum
Berkualitas (Layak)
4. Prosentase kualitas
air minum yang
100 % 100
memenuhi syarat
kesehatan
Higiene dan sanitasi
B
makanan dan minuman
1. Inspeksi sanitasi TPM 30 % 35
2. TPM yang memenuhi
80 % 83
syarat kesehatan
Pencapaian stop BABS
C
dan STBM
1. KK akses jamban
100 % 100
sehat
2. Penduduk akses
100 % 99,52
jamban sehat
3. Desa stop BABS 100 % 100
4. Desa STBM 100 % 100
Pengawasan sanitasi
D
tempat umum
1. TTU yang memenuhi
85 % 75
syarat kesehatan
2. Inspeksi sanitasi
80 % 83,87
sarana pendidikan
3. Inspeksi sarana
100 % 87,50
kesehatan

14
4. Inspeksi sanitasi
80 % 80,90
sarana ibadah
5. Inspeksi sanitasi
100 % 82,51
pasar
6. Institusi pendidikan
berkawasan bebas 100 % 100
rokok
7. Institusi kesehatan
berkawasan bebas 100 % 100
rokok
Pengamanan tempat
E
pengolahan pestisida
1. Inspeksi sanitasi
tempat pengelolaan 100 % 85
pestisida
F Penyehatan rumah
1. Inspeksi sanitasi
25 % 24,99%
rumah
2. Rumah yang
memenuhi syarat 85 % 87,88%
kesehatan
Pengelolaan limbah
G
medis
1. Sarana kesehatan
yang melaksanakan
100 % 95%
pengelolaan IPAL
sesuai standar
2. Sarana kesehatan
yang melakukan
MoU dalam 100 % 50
pengelolaan limbah
medis
III KESEHATAN IBU DAN

15
MASUK TERMASUK
KELUARGA
BERENCANA
A Kesehatan Ibu
1. Cakupan kunjungan
100 % 100
ibu hamil K1
2. Cakupan kunjungan
95 % 94,22
ibu hamil K4
3. Cakupan komplikasi
kebidanan yang 80 % 100
ditangani
4. Cakupan pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
90 % 100
yang memiliki
kompetensi
kebidanan
5. Cakupan pelayanan
90 % 100
nifas
6. Deteksi risiko tinggi
20 % 22,63
oleh nakes
7. Deteksi risiko tinggi
10 % 8,35
oleh masyarakat
8. Kunjungan KN
90 % 98,81
lengkap
9. Cakupan kunjungi
90 % 99,49
bayi
10. Cakupan neonatus
dengan komplikasi 80 % 73,01
yang ditangani
Upaya Kesehatan Balita
B
dan Anak Pra Sekolah
1. Cakupan Pelayanan 90 % 78,35

16
Anak Balita
2. Balita yang
mendapatkan 85 % 75,00
pelayanan MTBS
3. Cakupan Pelayanan
90 % 78,35
Anak Pra Sekolah
Upaya Kesehatan Anak
C
Usia Sekolah dan Remaja
1. Penjaringan anak
100 % 100
sekolah
2. Cakupan pelayanan
kesehatan remaja (10- 81 % 35
19 tahun)

Pelayanan Keluarga
D
Berencana
1. Akseptor KB aktif di
70 % 82
wilayah puskesmas
UPAYA PERBAIKAN
IV
GIZI MASYARAKAT
1. Persentase ibu hamil
KEK GAKIN 65 % 32,14
mendapat PMT
2. Pemberian PMT
pemulihan balita gizi 80 % 50
buruk pada gakin
3. Balita yang naik berat
74 % 53,27
badannya (N/D)
4. Balita yang dating dan
79 % 72,35
ditimbang (D/S)
5. Presentasi RT yang
konsumsi garam 95 % 90,90
yodium
6. Persentase bayi baru
lahir yang mendapat 44 % 65,42
IMD
UPAYA
PENCEGAHAN DAN
V
PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
A TB Paru

17
1. Penemuan penderita
60 % 32
TB semua kasus
2. Penderita TB
mendapat pelayanan 100 % 100
sesuai standar
3. Penderita TB yang
dikonseling dan 100 % 100
testing HIV
4. Pemeriksaan kontak
100 % 100
serumah penderita TB
B Malaria
1. Pengobatan penderita
positif malaria yang 100 %
ditemukan
2. Penyelidikan
epidemiologi penderita
100 %
positif malaria yang
ditemukan
C Kusta
1. Pengobatan penderita
100 %
kusta yang ditemukan
2. Pemeriksaan kontak
serumah penderita 100 %
kusta
D ISPA
1. Penderita pneumoni
pada balita yang 60 % 20
ditemukan
2. Pelayanan kesehatan
bayi dan balita dengan 100 % 100
pneumoni
E Diare
1. Jumlah penderita diare
80 % 40,30
yang ditemukan
2. Pelayanan kesehatan
80 % 80
orang dengan diare
F DEMAM BERDARAH
1. Kasus DBD atau
chikungunya yang 100 % 100
dilakukan PE
G HI
1. Pengobatan penderita
100 %
IMS yang ditemukan
2. Konseling dan testing
HIV pada penderita 80 % 80
IMS yang ditemukan
3. Calon pengantin yang
diberikan konseling 100 %
HIV

18
4. Ibu hamil yang
diberikan konseling 100 % 85
dan testing HIV
5. Kelompok usia 15-24
tahun yang diberikan
85 % 60
konseling dan testing
HIV
6. Penderita HIV yang
100 %
dites TB
H Surveilans %
1. Penemuan dan
penangan kasus 100 %
campak
2. Penemuan dan
penanganan penderita 100 % -
AFP usia <15 tahun
Ketepatan Laporan
SKDR Penyakit potensial 85 % 85,00
KLB
Kelengkapan Laporan
SKDR Penyakit potensial 100 %
KLB
Alert SKDR yang
100 %
direspon
Cakupan KLB yang
ditangani kurang dari 100 %
24 jam
UPAYA
PENGOBATAN
Cakupan Kunjungan
A
sakit
1 Kunjungan rawat jalan
a. Masyarakat miskin 15 % 16,51
b. Masyarakat tidak
30 % 32,37
miskin
2 Kunjungan Rawat inap
a. Masyarakat miskin <5 % 1,78
b. Masyarakat tidak
<5 % 0,61
miskin
3 Kunjungan rujukan
a. Masyarakat miskin <5 % 15,23
b. Masyarakat tidak
<5 % 9,04
miskin
Kunjungan rawat jalan
B 5 % 5,38
gigi
Puskesmas dengan
C
Rawat Inap
1. BOR Puskesmas
75 % 50,38
Rawat Inap

19
2. Hari rawat rata-rata
(LOS) Puskesmas Rawat 3 Hari 2,77
Inap
3. Asuhan keperawatan
individu pada pasien 100 %
rawat inap
UPAYA KESEHATAN
PENGEMBANGAN
I Upaya Kesehatan usia Lanjut
Upaya Kesehatan usia
75 % 93,99
Lanjut
II Kesehatan Kerja
Jumlah Pos UKK dibina
100 %
dan berfungsi
Persentase pekerja yg
telah mendapat pelayanan 30 % 23,13
kesehatan kerja.
III Kesehatan Olah Raga
Pembinaan kelompok 30 % 4,88
1 potensial/klub dalam kes
OR
Pemeriksaan kesegaran
2 30 % 16,6
jasmani anak sekolah
Pemeriksaan kesegaran
3 100 %
jasmani pada calon haji
Pencegahan dan penanggulangan penyakit %
IV
gigi
Pembinaan kesehatan
1 100 %
gigi pada TK
Pembinaan dan
2 bimbingan sikat gigi 100 %
massal pada SD / MI
Perawatan kesehatan gigi
3 100 %
pada SD/MI
Murid SD / MI mendapat
4 100 % 65,22
perawatan kesehatan gigi
V Perawatan Kesehatan masyarakat
VI Bina Kesehatan tradisional
Pembinaan penyehat /
1 15 % 16
pengobat tradisional
Pembinaan tenaga
2 15 % 11,42
kesehatan tradisional
Pembinaan TOGA dan
3 pemanfaatan pada 15 % 6
sasaran masyarakat

6. Data Primer ASI eksklusif


Dilakukan pengambilan data primer saat kunjungan keluarga sehat

20
di RT 01 dan RT 02 , RW 002 , Desa Karang. Para ibu yang memiliki
anak usia <2 tahun diwawancarai mengenai pemberian ASI eksklusif ,
pengetahuannya tentang ASI eksklusif, dan IMD. Untuk mengetahui
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif para ibu diberikan 3 pertanyaan
sebagai berikut
1. Apakah yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
2. Mengapa anak harus diberikan ASI eksklusif ?
3. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif ?
Dari tiga pertanyaan diatas masing-masing dinilai dengan skor 1.
Apabila skor pengetahuan ibu ≥ 2 maka pengetahuan dianggap baik.

Tabel 2.11 Data pemberian dan pengetahuan ibu dengan anak usia <2 tahun tentang ASI
eksklusif
ASI eksklusif Pengetahuan
RT IMD
Ya Tidak Kurang Baik
1 3 orang 1 orang 1 3 4 orang
2 2 orang 3 orang 0 5 5 orang

21
BAB III
ANALISA MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Hasil penilaian kinerja, pengukuran derajat kesehetan, survey, dam
penelitian, serta analisa pelaksanaan program kinerja di UPT Puskesmas
Karangpandan tahun 2017 menunjukkan bahwa masih didapatkan beberapa
permasalahan. Rincian permasalahan tersebut dipaparkan dalam Tabel 4.1

Tabel 3.1 Identifikasi Permasalahan di Puskesmas Karangpandan Tahun 2017


No. Masalah Target Hasil
1 Bayi mendapat asi eksklusif 6 bulan 44% 10.45%
2 Jumlah posbindu 65% 9.09%
3 Penderita diare yang ditemukan 80% 40.30%
4 Persentase tempat-tempat umum (sarana 85% 75%
ibadah, tempat pendidikan, sarana kesehatan,
rumah sakit) yang memenuhi syarat
5 Cakupan pelayanan kesehatan remaja 81% 35%
6 Balita gizi buruk GAKIN mendapat PMT 80% 50%
pemulihan
7 Ibu hamil KEK GAKIN mendapat PMT 65% 32.14%
8 Balita yang naik berat badannya (N/D) 74% 53.27%
9 Penemuan Penderita TB semua kasus 60% 32%
10 Penderita pneumonia pada balita yang 60% 20%
ditemukan

B. Penetapan Prioritas Masalah


Dalam memenetukan urutan prioritas masalah, dilakukan penyaringan
cakupan pelayanan yang tidak mencapai target SPM, kemudian dilakukan
pembobotan masalah dengan menggunakan teknik matriks USG.

Tabel 3.2 Priotitas Masalah dengan Teknik Matriks USG


No Masalah U S G U+S+G Peringkat

22
Bayi mendapat asi eksklusif 6 5 5 5 15 1
1 bulan
2 Jumlah posbindu 2 1 2 5 9

3 Penderita diare yang ditemukan 3 2 2 7 8


Persentase tempat-tempat umum 1 2 1 4 10
(sarana ibadah, tempat
pendidikan, sarana kesehatan,
rumah sakit) yang memenuhi
4
syarat
Cakupan pelayanan kesehatan 2 2 3 7 7
5 remaja
Balita gizi buruk GAKIN 4 5 4 13 3
6 mendapat PMT pemulihan
Ibu hamil KEK GAKIN mendapat 5 4 4 14 2
7 PMT
Balita yang naik berat badannya 4 4 3 11 4
8 (N/D)
Penemuan Penderita TB semua 3 3 3 9 6
kasus
9
Penderita pneumonia pada balita 3 4 3 10 5
10
yang ditemukan

Keterangan dari sistem skor tabel di atas adalah:


U = Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah
untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
S = Seriousness, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah
tersebut terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan
kerugian bagi organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas,
keselamatan jiwa manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi
dampak masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah
tersebut.
G = Growth , berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya.

23
Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi
permasalahan tersebut.
Dari hasil analisis pelaksanaan program kerja di UPT Puskesmas
Karangpandan berdasarkan teknik matriks USG tersebut dapat disimpulkan
bahwa prioritas permasalahan yang perlu mendapat perhatian segera adalah
bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.

24
BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Rumusan Tujuan Pemecahan Masalah


Setelah menentukan masalah yang diprioritaskan di Puskesmas
Karangpandan, yaitu masalah rendahnya jumlah bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif selama 6 bulan, maka perlu dilakukan peninjauan penyebab
masalah tersebut. Analisis tinjauan tersebut didapatkan melalui data
sekunder yang berasal dari data puskesmas yang berhubungan dengan
rendahnya jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Hasil analisis tersebut kami kembangkan dalam bentuk analisis SWOT
dan diagram tulang ikan (Gambar 4.1) yang menunjukkan analisis sebab
rendahnya jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Tabel 4.1 Analisis SWOT Program Bayi Mendapat Asi Eksklusif 6 Bulan
S (Strength) W (Weakness)
1. Jumlah tenaga 1. Tingkat pengetahuan
kesehatan dan kader kader belum cukup
yang cukup baik dan tidak merata
2. Tersedia dana yang
Internal cukup
3. Akses dan
kemudahan
Eksternal mendapatkan
pelayanan kesehatan

O (Opportunity) Strategi SO Strategi WO


1. Mendapat dukungan 1. Mengadakan pertemuan 1. Memberikan pelatihan
yang baik dari Dinas rutinan (1x/2-3bulan) dan pengetahuan
Kesehatan Kab. antara kader kesehatan, melalui penyuluhan
Karanganyar petugas kesehatan, serta yang diberikan oleh
2. Kerjasama antara pemimpin lintas sektoral petugas kesehatan
Puskesmas dan instansi untuk memotivasi kader bekerja sama dengan
lintas sektoral lain di dalam menjalankan Dinas Kesehatan Kab.
tingkat kecamatan program Karanganyar
cukup baik 2. Kader mendorong
masyarakat untuk
melakukan konsultasi
dan konseling dengan
petugas kesehatan,
seperti bidan desa, bila

25
menemukan kesulitan
dalam melaksanakan
pemberian ASI
eksklusif

T (Threat) Strategi ST Strategi WT


1. Kurangnya dukugan 1. Melakukan edukasi 1. Mengadakan lomba
masyarakat, terutama secara personal oleh bayi sehat dengan
keluarga bayi seperti kader kepada keluarga tujuan promosi dan
suami dan nenek bayi tentang sosialisasi program ASI
,terhadap program ASI pentingnya pemberian eksklusif secara
Eksklusif ASI Eksklusif langsung kepada
2. Sebagian besar 2. Mendorong pihak2 masyarakat, mendorong
masyarakat memiliki terkait (untuk masyarakat melakukan
tingkat ekonomi dan membantu penyediaan program ASI eksklusif,
pendidikan rendah pojok laktasi dan dan memberi reward
3. Banyak Ibu menyusui lemari pendingin di pada masyarakat yang
yang bekerja setiap tempat kerja memiliki bayi sehat
3. Membuat kelompok yang juga mendapatkan
peduli Ibu Menyusui ASI Eksklusif
yang mana menjadi
tempat bagi
masyarakat untuk
saling membantu
menyediakan
dukungan semangat,
lingkungan, fasilitas,
dan situasi yang dapat
mendukung Ibu
memberi ASI eksklusif

(Data primer 2018)

26
MAN MONEY METHOD
Rendahnya
tingkat
Kondisi ibu dan bayi yang ekonomi
menghalangi proses Ibu kurang mendapat
dukungan dari masyarakat
pemberian ASI eksklusif Belum ada program yang dapat
keluarga, khususnya meningkatkan kepedulian masyarakat
suami, untuk tentang pentingnya pemberian asi
menyusui eksklusif

Ibu bayi bekerja


Jumlah pemberian ASI
Lingkungan eksklusif yang rendah

Waktu pemberian Tidak semua rumah Belum semua fasilitas


edukasi asi eksklusif tangga memiliki umum memiliki
terkadang kurang pas, kulkas pendingin tempat “pojok laktasi”
Kurangnya pengetahuan ibu dan kader
seperti saat ibu baru ASI, alat kesehatann dan diskusi masyarakat-kader
saja melahirkan penampung ASI, kesehatan tentang alternatif cara
dan alat pumping pemberian ASI eksklusif bila ada masalah
ASI dalam pemberian ASI

MINUTE MATERIAL INFORMATION

Gambar 2. Analisis Masalah Bayi Mendapat ASI Eksklusif dengan Teori Tulang Ikan

27
Berdasarkan diagram tulang ikan tersebut, dapat diidentifikasi
beberapa penyebab masalah yang berperan terhadap rendahnya jumlah
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan.
Penyebab masalah dikelompokkan menjadi enam kelompok sebab, yaitu:
1. Man
Dari segi manusia, didapatkan beberapa permasalahan yang
menyebabkan rendahnya jumlah pemberian ASI eksklusif. Pertama Ibu
bayi yang bekerja. Hal ini membuat ibu agak kesulitan memberikan
ASI secara langsung pada bayi. Kedua, kurangnya dukungan keluarga,
terutama suami, dan nenek bayi kepada ibu untuk memberi ASI
eksklusif. Ketiga, adalah kondisi ibu dan bayi yang membuat
pemberian ASI eksklusif tidak bisa dilakukan, misalnya pada ibu
dengan proses sc saat persalinan dan BBLR/bayi lahir prematur.
2. Money
Dalam hal keuangan, penyebab masalah pada kasus ini adalah
rendahnya tingkat ekonomi masyarakat. Hal ini membuat ibu harus
tetap bekerja selama menyusui, bila tidak maka jumlah penghasilan
keluarga berkurang dan tidak dapat mencukupi kebutuhan. Selain itu,
hal ini berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas pendukung dalam
proses pengeluaran dan penyimpanan ASI bila ibu tidak dapat
memberikan ASI secara langsung seperti alat pumping dan alat
pendingin (kulkas)
3. Method
Dalam hal metode, belum kebijakan/program yang dapat
meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai pentingnya pemberian
ASI eksklusif seperti diskusi intents antara ibu yang sedang menyusui
dengan kader kesehatan dalam mengatasi kesulitan dalam pemberian
ASI eksklusif.
4. Minute
Dalam hal waktu, waktu pemberian edukasi mengenai ASI

28
eksklusif kurang pas. Masih ditemui penolong persalinan memberi
edukasi ketika ibu baru saja melahirkan, padahal saat itu ibu masih
dalam kondisi yang lemah sehingga perhatiannya terhadap edukasi
yang diberikan kurang.
5. Material
Dalam hal material, belum semua tempat memiliki pojok laktasi
dan tidak semua tempat kerja dan rumah tangga menyediakan lemari
pendingin untuk menjaga ASI serta tidak semua rumah tangga bisa
membeli alat pumping bila Ibu tidak bisa memberikan ASI secara
langsung kepada bayi.
6. Information
Permasalahan yang ditemukan yaitu kurangnya pengetahuan ibu
dan kader kesehatan tentang alternatif cara pemberian ASI bila ada
masalah dalam pemberian ASI. Selain itu. Kurang adanya diskusi
antara masyarakat dan kader kesehatan bila ada masalah dalam
pemberian ASI eksklusif.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penyebab-penyebab rendahnya jumlah pemberian ASI
eksklusif yang telah teridentifikasi tersebut dapat ditemukan masalah
spesifik yang akan diangkat untuk dibahas operasionalnya sebagai alternatif
jalan keluar, tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 4.2. Masalah Spesifik di Puskesmas

Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar


Ibu tidak bisa 1. Ibu bekerja 1. Peningkatan fasilitas
selalu bersama pendukung ibu
bayinya menyusui di tempat
kerja seperti pojok
laktasi dan lemari
pendingin
2. Penyusunan program
periodikal yang

29
meningkatkan ikatan
antara ibu dan bayi,
seperti lomba bayi sehat
3. Audiensi lintas sektoral
mengenai pemenuhan
fasilitas pendukung ibu
menyusui

Rendahnya 1. Rendahnya tingkat 1. Penyuluhan oleh kader


pengetahuan pendidikan dan ekonomi kesehatan yang telah
masyarakat masyarakat ditunjuk oleh
mengenai usaha- 2. Pengetahuan masyarakat puskesmas.
usaha yang bisa yang masih kurang 2. Forum khusus ibu
dilakukan agar 3. Waktu penyuluhan menyusui untuk berbagi
bayi tetap mengenai pemberian ASI dan saling mendukung
mendapat ASI eksklusif yang tidak tepat untuk memberi ASI
eksklusif dan tidak kontinyu eksklusif untuk bayi
3. Pelaksanaan penyuluhan
rutin
Kesadaran 1. Belum ada kebijakan 1. Penyusunan kebijakan
masyarakat dalam puskesmas dan daerah program, seperti
pentingnya ASI untuk mendukung penyusunan kurikulum
Eksklusif masih tercapainya ASI edukasi, pembinaan
rendah Eksklusif dukun atau kader untuk
2. Belum ada pengawasan pendampingan ibu
dan evaluasi terhadap ibu hamil.
hamil dan keluarga 2. Edukasi dan konseling
dalam rencana perawatan rencana perawatan bayi
bayi setelah lahir setelah lahir, terutama
untuk ibu yang bekerja
3. Advokasi ke petinggi
daerah terkait
penyusunan program
Ketersediaan 1. Belum ada alokasi 1. Advokasi pengajuan dan
sarana dan pendanaan untuk pengadaan sarana dan
prasarana yang menyediakan sarana dan prasarana seperti alat
mendukung prasarana pumping
program ASI 2. Pengetahuan masyarakat 2. Penetapan prioritas
Eksklusif terkait sarana ataupun alokasi dana dalam
prasarana yang masih mendukung program
kurang ASI Eksklusif
3. Edukasi masyarakat
terkait manfaat dan cara
penggunaan alat, seperti
alat pumping.

30
(Data Primer, 2018)

C. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik

Alternatif jalan keluar terhadap masalah selanjutnya dinilai dari


beberapa sudut pandang sehingga didapatkan urutan pemilihan intervensi
yang terbaik. Pemilihan intervensi terbaik dari berbagai alternatif jalan keluar
atas masalah kasus rendahnya jumlah pemberian ASI Eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Karangpandan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.3. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik

Alternatif
No. E B KU KR O D PS KP Total
Intervensi

Pembentukan
kelompok
pendukung ibu
hamil dan
menyusui oleh
1. 5 4 5 4 5 5 5 4 37
petugas
kesehatan, yang
terdiri dari kader
kesehatan dan
masyarakat
Konseling dan
evaluasi
perencanaan
2. 3 3 3 5 4 4 4 5 31
perawatan bayi
setelah lahir setiap
kunjungan

31
Penyuluhan
terkait pentingnya
ASI, cara
menyusui, dan
penggunaan alat
3. 5 5 4 5 3 4 4 5 35
pumping, serta
penyimpanan ASI
oleh petugas
kesehatan kepada
masyarakat
Pelaksanaan
program lomba
bayi sehat yang
dapat memacu
semangat
4. masyarakat dalam 4 3 2 3 3 1 3 3 22
memberikan gizi
yang terbaik bagi
bayinya, termasuk
pemberian ASI
eksklusif 6 bulan
Audiensi lintas
sektoral mengenai
pemenuhan
5. 2 2 4 2 2 3 1 2 20
fasilitas
pendukung ibu
menyusui
Penyediaan pojok
6. laktasi dan lemari 1 1 1 1 1 2 2 1 10
pendingin di

32
setiap tempat
bekerja
(Data Primer, 2018)
Keterangan:
E : Efektivitas
B : Biaya yang diperlukan
KU : Keuntungan
KR : Kerugian
O : Onset efek yang diharapkan
D : Durasi efek yang diharapkan
PS : Penerimaan sosial
KP : Komitmen Politis
Kriteria: 1= sangat rendah; 2= rendah; 3= sedang; 4= tinggi; 5= sangat tinggi

Berdasarkan analisis tabel di atas, pembentukan kelompok pendukung


ibu menyusui kepada masyarakat mendapatkan skor tertinggi, sehingga
menjadi pilihan untuk intervensi terhadap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Karangpandan, Karanganyar.

33
BAB V
PLAN OF ACTION

Dari hasil pemilihan prioritas intervensi yang terbaik terhadap masalah yang
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan Karangnyar yaitu
pembentukan kelompok pendukung ibu hamil dan menyusui. Program lainnya
juga dapat dilakukan secara berdampingan dan berkelanjutan, seperti konseling
rencana perawatan bayi yang dilakukan baik oleh kelompok pendukung ibu
menyusui ataupun saat kunjungan pemeriksaan ibu hamil. Maka dari itu perlu
dilakukan penyusunan Plan of Action (POA) yang komprehensif, rutin, dan
berkelanjutan. Berikut adalah perencanaan untuk upaya menangani permasalah
ASI Eksklusif di wilayah kerja Pusekesmas Karangpandan:
Program pendukung ASI Eksklusif ini berjudul “Mimik ASI”, yaitu Mimih-
mimih Kelompok Pendukung ASI. Bentuk kegiatan yang ditawarkan oleh
Program Mimik ASI ini adalah pertemuan rutin antara ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi usia kurang dari 2 tahun dengan mimih pendukung ASI. Pertemuan
ini bertujuan untuk edukasi, motivasi, dan konsultasi perencanaan perawatan bayi
agar mendapat ASI Eksklusif dan stimulasi dari ibu yang optimal. Pertemuan ini
bersifat terbuka tidak hanya untuk ibu hamil saja, namun juga bisa untuk suami
untuk membuka wawasan dan mendorong ibu dalam mendukung program ASI
Eksklusif. Berikut ini merupakan rencana persiapan yang dibutuhkan:
1. Tujuan:
a. Tujuan umum, yaitu meningkatkan angka ASI Eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Karangpandan hingga mencapai angka 40%
dalam periode waktu 1 tahun.
b. Tujuan khusus:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu hamil dan ibu
yang memiliki bayi berusia dibawah 2 tahun, serta suami dan
nenek, ataupun keluarga lainnnya terkait isu seputar ASI
Eksklusif.

34
2) Sebagai sarana konsultasi dan diskusi terkait perencanaan
perawatan bayi setelah lahir hingga mencapai 1000 hari
kehidupan pertama.
3) Meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.
2. Sasaran:
a. Pelaksana: Kader puskesmas, dukun lahiran, ataupun ibu rumah
tangga yang mendukung ASI Eksklusif yang tersebar di tiap desa
di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan.
b. Penerima program: Ibu hamil, ibu yang memiliki bayi berusia
dibawah 2 tahun, suami, serta nenek dari bayi di wilayah kerja
Puskesmas Karangpandan.
3. Metode:
a. Penyusunan materi edukasi dan konseling oleh mimih pendukung
ASI.
b. Perekrutan mimih pendukung ASI.
c. Pertemuan rutin mimih pendukung ASI dengan ibu hamil minimal
setiap trimester.
d. Penyuluhan oleh pihak puskesmas berkolaborasi dengan mimih
pendukung ASI terkait informasi seputar ASI, cara menyusu yang
benar, penggunaan alat pumping dan penyimpanan ASI terutama
bagi-ibu yang bekerja.
e. Evaluasi dan konseling rencana persalinan, IMD, solusi pemberian
ASI terutama bagi ibu yang bekerja, serta diskusi masalah ataupun
kendala.
f. Sesi bayi sehat: ibu yang memiliki bayi membawa bayinya di tiap
pertemuan, dievaluasi perkembangannya, dan dipraktikkan cara
stimulasi bayi.
4. Materi:
a. Ibu hamil: info seputar ASI, manfaat ASI bagi ibu maupun bayi,
terkait kandungan ASI, perbandingan antara anak yang menerima
ASI dan tidak menerima ASI, cara menyusui yang baik dan benar,

35
metode dan solusi pemberian ASI apabila ibu bekerja, pentingnya
IMD, solusi dalam menghadapi kendala yang akan dihadapi dalam
perawatan bayi, seperti ASI yang sulit keluar, seberapa sering bayi
disusui, dan lainnya.
b. Ibu dengan bayi dibawah 2 tahun: diskusi solusi yang dihadapi
selama perawatan bayi, rencana stimulasi bayi, mengurangi
penggunan pacifier/empeng bayi, evaluasi dan diskusi mengenai
pertumbuhan dan perkembangan bayi, edukasi pemenuhan gizi
bayi setelah periode ASI Eksklusif.
5. Waktu: Setiap bulan. Waktu pelaksanaan dilakukan tentatif di tiap desa
ataupun cakupan tertentu, dan dipantau pelaksanaannya oleh puskesmas.
6. Rundown kegiatan:
Di tiap desa sebaiknya memiliki setidaknya 2 mimih pendukung
ASI. Kemudian dibagi 2 sesi, yaitu sesi kelompok besar dan kelompok
kecil.
Waktu Acara
KELOMPOK KECIL
08.00-08.30 Registrasi dan pendataan status kehamilan atau usia
bayi.
08.30-08.45 Pembukaan
08.45-10.45 Kelompok Bumil Kelompok Ibu Bayi
Materi edukasi oleh Materi edukasi oleh
Mimih pendukung ASI Mimih pendukung ASI
Diskusi rencana Evaluasi pemberian ASI
perawatan bayi pasca ataupun gizi bayi
lahiran
Diskusi kendala yang Evaluasi perkembangan
mungkin akan dihadapi bayi, serta praktik
saat hamil ataupun stimulasi bayi di rumah
setelah bayi lahir

36
KELOMPOK BESAR
10.45-11.30 Sesi diskusi terbuka antara Bumil, Ibu dengan bayi,
suami, dan nenek terkait kendala dan solusi yang
dihadapi setelah kelahiran bayi, pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan lain-lain dipandu oleh
mimih pendukung ASI dan puskesmas
11.30-11.45 Penutup

7. Lokasi: Tiap desa.


8. Pelaksana: Petugas Gizi dan Promosi Kesehatan serta Mimih pendukung
ASI.
9. Mekanisme kegiatan:
Program Mimik ASI dilaksanakan oleh para mimih pendukung
ASI didampingi puskesmas. Metode yang dilakukan dapat dengan
diskusi terbuka, leaflet ASI Eksklusif, Video terkait manfaat ASI,
perbandingan anak dengan ASI Eksklusif dan tidak ASI Eksklusif, cara
menyusui yang baik, dan lain-lain. Ditiap pertemuan akan dibagi 2 sesi,
yaitu Di tiap desa sebaiknya memiliki setidaknya 2 mimih pendukung
ASI. Kemudian dibagi 2 sesi, yaitu sesi kelompok besar dan kelompok
kecil. Kelompok kecil dibagi atas kelompok bumil dan kelompok ibu
dan bayi dengan materi-materi khusus di tiap kelompok. Kegiatan ini
juga menyertakan suami dan nenek untuk ikut dalam kegiatan, dan
berdiskusi bersama.
Selain itu, juga dievaluasi target perencanaan kelahiran, perawatan,
perkembangan, serta stimulasi bayi agar bayi mendapatkan asuhan yang
optimal. Lalu, juga dilakukan diskusi terbuka dengan situasi yang nyaman

37
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Prioritas permasalahan utama di Puskesmas Karangpandan pada tahun


2018 adalah rendahnya jumlah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Karangpandan..

2. Alternatif penyelesaian yang terpilih adalah pembentukan kelompok


pendukung ibu menyusui yaitu forum khusus ibu menyusui untuk berbagi
dan saling mendukung untuk memberi ASI eksklusif selama 6 bulan untuk
bayi

3. Plan of action yang akan dilaksanakan berupa pertemuan rutin antara ibu
hamil dan ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 2 tahun dengan mimih
pendukung ASI. Pertemuan ini bertujuan untuk edukasi, motivasi, dan konsultasi
perencanaan perawatan bayi agar mendapat ASI Eksklusif dan stimulasi dari ibu
yang optimal. Pertemuan ini bersifat terbuka tidak hanya untuk ibu hamil saja,
namun juga bisa untuk suami untuk membuka wawasan dan mendorong ibu
dalam mendukung program ASI Eksklusif.

B. SARAN

1. Diharapkan puskesmas meningkatkan upaya promotif dan edukatif


terhadap kelompok ibu menyusui dalam hal pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dalam rangka meningkatkan capaian bayi yang mendapat
ASI eksklusif.
2. Perlu dilakukan monitoring serta evaluasi berkesinambungan untuk semua
program yang telah dilaksanakan.
3. Menjalin kerjasama yang baik dengan stake holder, Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit ada di wilayah Kabupaten Karanganyar.

38
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A (1996). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.


Dinas Kesehatan UPT. Puskesmas Gambirsari (2016). Planning of Action
Tahun 2017.

Departmen Kesehatan. 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta. Kementerian Kesehatan.


2013. Rencana aksi nasional pelayanan keluarga berencana 2014 – 2015.
Jakarta.

Kepner, C.H. dan Benjamin B. Tregoe. 2000. Manajer Yang Rasional. Edisi
Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Reed SK (2000). Problem solving. In A. E. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of


psychology. Washington, DC: American Psychological Association and
Oxford University Press.

Sulaeman, ES (2015). Manajemen masalah kesehatan: Manajemen strategic dan


operasional program serta organisasi layanan kesehatan. Surakarta: UNS
Press.

39

Anda mungkin juga menyukai