Anda di halaman 1dari 30

MOTIVASI KERJA DALAM ISLAM

Dalam Islam mencari harta bukan sekedar untuk mendapatkan materi, tetapi lebih jauh dan lebih
dalam dari hal itu. Cara mencari harta tidak lain yaitu dengan bekerja. Bekerja merupakan hal
mendasar dalam kehidupan. Hidup manusia dapat berjalan dengan baik jika setiap orang mau
bekerja. Bekerja untuk kepentingan individu, kepentingan sosial, kepentingan keberlangsungan
negara, serta kepentingan kehidupan yang lebih luas lagi.

Islam tidak membiarkan seorang muslim kebingungan dalam mencari nafkah. Islam telah
memberikan solusi tuntas dan mengajarkan etika bagaimana cara sukses mengais rezeki,
membukakan pintu kemakmuran dan keberkahan. Kegiatan usaha dalam kacamata islam
memiliki kode etik dan aturan, jauh dari sifat tamak dan serakah, sehingga mampu membentuk
sebuah usaha yang menjadi pondasi masyarakat madani.

Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).
Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang
mujahid di jalan Allah Azza Wajalla”. (HR. Ahmad)

Luar biasa, dikatakan dalam hadits diatas bahwa mencari nafkah adalah seperti mujahid, artinya
nilainya sangat besar. Allah suka kepada hambanya yang mau bersusah payah mencari nafkah.
Saya kira, ini lebih dari cukup sebagai motivasi kerja kita sebagai Muslim. Bahkan, kita pun
berpeluang mendapatkan ampunan dari Allah. Selain itu, Allah juga suka kepada hamba yang
berkarya dan terampil. Maksudnya, dalam bekerja kita tidak hanya bisa mencari kesana kesini
untuk menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan, tetapi kita juga bisa menciptakan sebuah
karya, dimana karya tersebut bisa menjadi sebuah usaha untuk kita kembangkan. Namun perlu
diingat, bahwa dalam bekerja maupun berkarya harus tetap dilandasi dengan dasar Shiddiq,
Amanah, Tabligh, Fatanah serta Istiqomah agar kita senantiasa sukses fisabilillah.

Salah satu etika mencari harta menurut sudut pandang Islam yaitu luruskan niat saat bekerja.
Coba renungkan apa yang sebenarnya ada dalam pikiran dan benak kita? Apa niat dan motivasi
kita bekerja? Ingat, niat inilah yang akan menentukan arah pekerjaan kita. Kalau kita berniat
bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, tentu hanya itu pulalah yang kita dapatkan. Jika niat
bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, mendapatkan harta halal, serta menafkahi
keluarga, tentu kita akan mendapatkannya sebagaimana niat kita. Sabda Rasulullah saw:
“Bahwasannya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang diperoleh oleh
seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah
dan Rasul-Nya maka hijrah itu akan diterima oleh Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang
hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu
hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam hijrahnya itu.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam Islam bekerja juga merupakan wujud syukur akan nikmat dan karunia Allah SWT kepada
manusia di dunia ini. Selain itu, bekerja juga sangat dianjurkan karena dapat menjaga wibawa
dan kehormatan diri. Dengan bekerja, seseorang takkan meminta-minta dan mengharapkan
pemberian orang lain. Memiliki keinginan untuk selalu menampilkan cara dan hasil kerja yang
baik, selalu ikhlas dalam bekerja, profesional, dan berniat untuk memperoleh harta yang halal,
tentunya kerja kita akan dinilai oleh Allah SWT sebagai kerja ibadah. Maka, kita tak hanya
meraih pahala dan ridha Allah SWT di dunia, tapi juga di akhirat kelak.
Contoh :
Orang bekerja dengan melakukan kecurangan dalam segala bentuknya, maka hasil yang didapat
tidak ada nilainya, bisa tidak hak dan bathil (haram) , misalnya mencuri, manipulasi, dan
korupsi. Karena prosesnya yang jelek. Jadi “ kesungguhan usaha” yang akan dinilai oleh allah,
sedang hasilnya akibat dan proses tersebut
Fungsi Harta Dan Kekayaan
Kedudukan dan Fungsi Harta

Kedudukan harta adalah sebagai perhiasan dunia seperti dijelaskan dalam Q.S Al Kahfi: 46

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”

Kebutuhan manusia terhadap harta itu adalah kebutuhan yang mendasar karena harta dapat
membuat manusia senang.
Selain sebagai perhiasan dunia harta juga berkedudukan sebagai amanat (fitnah). Seperti dalam
firman Allah Q.S At-Taghabun:15

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah
pahala yang besar”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa harta sebagai cobaan bagi manusia. Karena harta
bukanlah mutlak milik manusia tetapi hanya titipan dari Allah. Oleh karena itu dalam pandangan
harta terdapat hak orang lain yaitu dengan mengeluarkan zakat.

Kedudukan harta yang selanjutnya adalah sebagai musuh. Seperti dijelaskan dalam firman Allah
SWT Q.S at-Taghabun: 14

“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan
dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Kenapa dalam ayat tersebut anak-anak dan istri-istri dianggap menjadi musuh? Itu karena
kadang-kadang ada istri atau anak yang mendorong untuk berbuat kejahatan.

Fungsi harta sangat banyak diantaranya yaitu:

Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah


Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
Untuk meneruskan kehidupan dari suatu period eke periode berikutnyaa
Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat
Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu
Untuk memutar peran-peran kehidupan
Untuk menumbuhkan silaturahmi

1. Kedudukan Harta dalam Islam

A. Pengertian Harta
Istilah Harta atau al-mal dalam Al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang lingkup
makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta
menurut para ahli fiqih terdiri atas: pertama, memiliki unsure nilai ekonomis. Kedua, unsur
manfaat atau jasa diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/adat) yang berlaku di masyarakat. As-Syuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya
untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi
baik yang merusak maupun melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungnya status al-Mal terletak pada nilai ekonomis suatu barang
berdasarkan urf. Besar kecilnya nilai ekonomis dalam harta tergantung pada besar kecilnya
manfaat suatu barang. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis
ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.
B. Pandangan Islam Mengenai Harta
Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah
SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola
dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya (QS al-Hadiid: 7).
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
”Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa
dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk dipergunakan”.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:


1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah
karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
2. Harta sebagai perhiasan perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya
dengan baik dan tidak berlebih-lebihan (Al-Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering
menyebabakan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri (Al-Alaq: 6-7)
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (Al-Anfal: 28)
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan
muamalah bagi antar sesama manusia, malaui zakat, infak, dan sedekah (At-Taubah: 41, 60: Al
Imran: 133-134)

Ketiga, pemilikan narta dapat dilakukan melalui usaha atau mata pencarian yang halal dan sesuai
dengan aturan-Nya (Al-Baqarah: 267)
”Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yng bekerja. Barang siapa yang bekerja keras
mencari nafkah yang halal untuk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah” (HR
Ahmad).
”Mencari rezeki adalah wajib setelah kewajiban yang lain” (HR Thabrani)
”Jika telah melakukan sholat shubuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat
mencari rezeki” (HR Thabrani).

Keempat, dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur: 1-2),
melupakan Zikrullah/mengingat Allah (al-Munafiqun: 9), melupakan sholat dan zakat (an-Nuur:
37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang saja (al-Hasyr: 7).
Kelima, dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba, perjudian, jual beli
barang yang haram, mencuri, merampok, curang dalam takaran dan timbangan, dan melalui suap
menyuap (HR Imam Ahmad)

2. Harta yang Halal dan Haram


Isu yang sedang hangat sekarang ini adalah korupsi. Korupsi terjadi di samping karena sifat
serakah dan keinginan hidup bermewah-mewah adalah karena umat manusia telah melupakan
halal dan haram. Hal itu sebenarnya manusiawi saja karena tak ada orang yang ingin hidup
miskin, akan tetapi manusia hidup harus punya aturan agar bumi jadi seimbang dan kehidupan
manusia aman dan tentram. Oleh sebab itulah Allah mengutus para nabi dan rasul untuk
menyampaikan hukum dan aturan langit lewat kitab-kitab-Nya yang diwahyukan melalui Nabi
dan Rasul untuk disampaikan kepada umat manusia. Dalam hal harta ini agama Islam
memnbedakan nya ke dalam dua jenis, yaitu harta halal dan haram.

a. Harta Halal
Harta halal adalah harta yang diperbolehkan oleh Allah untuk di manfaatkan oleh manusia
sebagaimana yang telah diterangkan melalui rasul kepada kita umatnya. Kehalalan harta benda
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi zatnya dan dari sisi cara mendapatkannya.
Harta yang halal karena zatnya adalah meliputi segala jenis makanan dan minuman yang terdapat
di dunia ini, kecuali yang telah dijelaskan keharamannya, jadi asalnya semua makanan itu halal
kecuali ada dalil baik Al-qur’an ataupun hadits yang sahih yang melarangnya. Dalam surat Al-
Maidah ayat 1 Allah berfirman:
”Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu”
Kemudian dalam ayat 4 surat yang sama Allah berfirman, ”Mereka menanyakan kepadamu,
Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagimu yang baik-baik”
Kemudian harta yang halal bila di lihat dari cara mendapatkannya, adalah segala suatu yang
diperoleh dengan jalan yang diperbolehkan oleh hukum Allah, seperti:
· Harta yang diperoleh dari warisan
· Harta yang diperolah melalui zakat
· Harta terpendam (Harta Karun)
· Dan lain-lain seperti upah atau gaji

b. Harta Haram
Yang dimaksud dengan harta haram adalah segala seuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul
bagi manusia. Harta haram ternagi 2 macam, yaitu haram karena zatnya dan haram karena cara
mendapatkannya.
Harta yang haram karena zatnya antara lain Khamar (makanan atau minuman yang dapat
memabukkan atau merusak fikiran), Babi, Bangkai, darah, binatang buas, dll
Allah berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) Khamar, berjudi, berkurban untuk
berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan,
maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (Q.S Al-Maidah:90)
Sedangkan mengenai binatang buas diterapkan dalam hadis berikut ini:
”memakan semua binatang buas yang bertaring dan semua burung yang bercakar adalah haram
(H.R Muslim)
Sedangkan harta yang haram karena cara mendapatkannya adalah setiap harta yang diperoleh
dengan jalan yang batil seperti penipuan, pencurian (termasuk korupsi), hasil riba, dan hasil
riswah (suap).
Khusus untuk korupsi terkadang orang memandang bahwa hal itu bukan maling sehingga
terkesan mereka tidak malu walaupun ketahuan. Padahal korupsi itu lebih kotor dari pada
maling, dan lebih jahat dari merampok.

3. Cara-Cara Memperoleh Harta yang Halal


Liku-liku kehidupan tak dikalkulasi dengan hitungan. Negeri yang sedemikian makmurnya ini,
terancam kekurangan sandang, pangan dan papan. Kegoncangan melanda di mana-mana.
Kegelisahan menjadi selimut kehidupan yang tidak bisa ditinggalkan. Begitulah kalau krisis
ekonomi sudah memakan korban.
Seakan manusia telah lalai, bahwa segala yang terhampar di jagad raya ini ada Dzat yang
mengaturnya. Apakah mereka tidak ingat Allah Ta’ala telah berfirman:
“Dan tidaklah yang melata di muka bumi ini melainkan Allahlah yang memberi rezekinya” (QS.
Hud: 6)
Keyakinan yang mantap hádala bekal utama dalam menjalani asbab (usaha) mencari rezeki. Ar
Rahman yang menjadikan dunia ini sebagai negeri imitan (ujian), telah memberikan jalan keluar
terhadap problem yang dihadapi manusia, diantaranya:
Berusaha dan Bekerja
Sudah merypakan sunatullah seseorang ingin mendapatkan limpahan rezeki Allah harus berusaha
dan bekerja. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“Kalau telah ditunaikan salta Jum’at maka bertebaranlah di muka bumi dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya agar kalian bajía” (QS. Al- Jumu’ah: 10)
Rezeki Allah itu harus diusahakan dan dicari. Tapi, Madang-kadang karena gengsi, sombong dan
harga diri seseorang enggan bekerja. Padahal mulia tidaknya suatu pekerjaan itu dilihat apakah
pekerjaan tersebut halal atau haram.
Taqwa
Banyak orang melalaikan perkara ini, karena kesempitan hidup yang dialaminya. Dia
mengabaikan perintah Allah. Padahal Allah Ta’ala telah menyatakan:
“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar
baginya. Dan memberikan rezekinya kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangkanya”. (QS.
Ath Thala: 2)
Yaitu dari jalan yang tidak diharapkan dan diangan-angankan, demikian komentar Catada,
seorang tabi’in (Tafsir Ibnu Katsir 4/48). Lebih jelas lagi Syaikh Al Hilali mengatakan bahwa
Allah Yang Maha Tinggi dan Agung memberitahukan, barang siapa yang bertaqwa lepada-Nya
niscaya Dia akan memberikan jalan keluar terhadap problem yang dihadapinya dan dia akan
terbebas dari mara bahaya dunia dan akhirat serta Allah akan memberi rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangka (Bahjatun Nadhirin 1/44).

Tawakkal
Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang bertawaqal lepada Allah niscaya Dia akan mencakupi (keperluan)nya.”
(QS. Ath Thalaq: 3)
Yakni “barang siapa yang menyerahkan urusannya lepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa
yang dia inginkan,” demikian kata Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106
Dan tidak dinamakan tawakkal apabila tidak menjalani usa. Sesungguhnya menjalani usaha
merupakan bagian dari tawakal itu sendiri. Oleh karena itu Ibnul Qoyyim mengatakan:
”Tawakkal dan kecukupan(yang Allah janjikan) itu, bila tanpa menjalani asbab yang
diperintahkan, merupakan kelemahan semata, sekalipun ada sedikit unsur tawakkalnya. Hal yang
demikian itu merupakan tawakkal yang lemah. Maka dari itu tidak sepantasnya seorang
hambamenjadikan sikap tawakkal itu lemah an tidak berbuat berusaha. Seharusnya dia
menjadikan tawakkal tersebut bagian dari asbab yang diperintahkan untuk diperintahkan untuk
dijalani, tidak akan sempurna makna tawakkal kecuali dengan itu semua” (Zadul Ma’ad 2/315).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meningatkan kita dalam riwayat yang shahih:
Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Dia akan
memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana burung diberi rezeki, pergi dipagi hari dalam
keadaan perut kosong, (dan) pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. An Nasai, Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Syukur
Syukur hádala jalan lain yang Allah berikan lepada kaum mukminin dalam menghadapi kesulitan
rezeki. Dalam surat Ibrohim ayat 7 Allah berfirman:
“Kalau seandainya kalian bersyukur, sungguh-sungguh Kami akan menambah untuk kalian
(nikmat-Ku) dan jira kalian mengingkarinya, sesungguhnya adzab-Ku Sangay keras” (QS.
Ibrohim:7)
Oleh karena itu dengan cara bersyukur Insta Allah akan mudah urusan rezeki kita. Adapun
hakekat syukur hádala: “mengakui nikmat tersebut dari Dzat Yang Maha Memberi nikmat dan
tidak mempergunakannya untuk selain ketaatan lepada-Nya”, begitu Al Imam Qurthubi
menerangkan pada kita (tafsir Qurthubi 9/225)
Berinfaq
Sebagian orang barangkali menyangka bagaimana mungkin berinfaq dapat mendatangkan rezeki
dan karunia Allah, sebab dengan berinfak harta kita menjadi berkurang. Ketahuilah Dzat Yang
Maha Memberi Rezeki telah berfirman:
“Dan apa-apa yang kalian infaqkan dari sebagian harta kalian, maka Allah akan menggantinya.”
(QS. Saba: 39)
Silaturohmi
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Barang siapa yang berkeinginan untuk dibentangkan rezeki baginya dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah menyambung silaturohmi.” (HR. Bukhori Muslim)
Doa
Allah memberikan sensata yang ampuh bagi muslimin berupa doa. Dengan berdoa seorang
muslim Insya Allah akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wasallam menuntun kita agar kita berdoa tatkala kita menghadapi kesulitan rezeki.
”Ya Allah aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang
diterima.” (HR. Ibnu Majah dan yang selainnya)

4. Kewajiban Terhadap Harta


Diantara semua agama yang ada di dunia ini, hanya Islamlah satu-satunya agama yang tidak
memisahkan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, sehingga ungkapan hikmah yang
berbunyi, “ad-dunya mazra ‘atu al-akhirak” (duni hádala tempat bercocok tanam untuk
kepentingan akhirat) Sangay popular di tengah-tengah muslim. Salah satu prinsip Islam dalam
kehidupan duniawi ahíla tentang kewajiban manusia terhadap harta benda.
Harta atau kebendaan yang dimaksud di sini hádala semua jenis benda dan barang untuk bekal
hidup manusia, seperti pangan, sandang, papan, perhiasan dan sebagainya. Kewajiban manusia
untuk menuntut dan mencari harta itu secara patut, berusaha dan bekerja dengan sungguh-
sungguh, dengan selalu mengharapkan ridho Allah SWT.
Tidak boleh seseorang mencari harta itu dengan menjadikan dirinya sebagai pengemis atau
peminta-minta, kecuali jira ia sudah benar-benar tidak berdaya. Demikian pula Islam tidak
memperbolehkan seseorang mencari dan mengumoulkan harta dengan penuh tipu daya,
menyalahgunakan wewenang dan jabatan, dengan cara yang tidak halal, dan sebagainya. Hikmah
utama menjaga harga diri jangan samoai merendahkan derajat kemanusiaan, serta untuk
memelihara jangan terjadi kerusakan dalam pergaulan manusia.
Orang yang mencari harta benda dengan cara penuh kecurangan itu hádala penipu. Orang yang
mencari harta dengan mengandalkan meminta-minta itu hádala mengemis, berjudi, mencuri, riba
(seperti rentenir, deposito) memeras atau pungutan liar, maka itu hádala pencuri, penjudi dan
pemeras. Semua aktifitas menuntut harta seperti itu pada hakikatnya dapat menjatuhkan harga
dirinya, sekaligus akan mendapat hukuman dari-Nya. Islam Sangay menghargai seseorang yang
makan dan mencari harta dengan hasil kerjanya sendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Tak da
satupun makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang selain dari jerih payahnya” (Bukhari
dan Ahmad).
Mencari rezeki dengan cara yang halal, meski hasilnya sedikit dan dipandang hina oleh orang
lain, justru dalam pandangan Islam itu lebih baik. Mereka yang mencari rezeki dengan cara yang
halal seperti pedagang apongan atau pedagang kaki lima, jauh lebih terhormat dalam pandangan
Allah, dari pada mereka yang berdasi dan berjasbekerja di ruangan AC, tetapi mencari harta
dengan cara melakukan penyimpangan dan kecurangan terhadap amanah yang dipercayakan
kepadanya.
Rasulullah saw dalam sabdanya mengatakan, “Sesungguhnya akan lebih baik, bila seseorang
diantaramu memasukkan tanah ke dalam mulutnya (makan tanah) dari pada ia memakan sesuatu
yang diharamkan Allah”. (HR. Baihaqi).
Benar, tidak dijumpai satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang mencela kekayaan dan orang yang
mencari kaya sesuai dengan syariat yang telah diturunkan lepada Nabi Muhammad SAW.
Yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an hádala celan terhadap kekayaan yang dipergunakan
untuk mendurhakai Allah. Atau mencela si pengumpul kekayaan yang serakah, tapi
menghiraukan kesengsaraan orang-orang di sekitarnya.
Harta dan juga keturunan (anak) aníllala sarana untuk mencapai keridhoan Allah, “Harta dan
anak-anak hádala perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan ingá kekal lagi saleh ádalah
lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi
[18]: 46)
Karena itu jangan sampai harta serta anak menjadikan manusia lalai untuk ingat lepada Allah,
“orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
rugi.” (QS. Al-Munafiqun [63]: 9).
Selain itu, ajaran Islam juga tidak menyukai si pemilik modal besar menggunakan hartanya
dengan penuh kesombongan untuk menindas si lemah. Orang yang terpuruk dalam destapa dan
kesengsaraan hidup, memang mudah sekali terpancing untuk melepaskan hartanya.
Orang kaya selalu memanfaatkan kondisi orang yang tengah tertekan ekonominya untuk semakin
memperkaya dirinya, misalnya dengan iming-iming ingin membantu lantas memaksa orang
tersebut mensual tanhah yang dimilikinya.
Akan mendapat berkah dari Allah SWT yang Maha Pemberi Rezeki, orang-orang kaya yang
tidak sombong, dan memanfaatkan sebagian hartanyauntuk kepentingan orang banyak dalam
rangka mengharapkan keridhoan-Nya menuju hari perhitungan kelak.
Firman Allah SWT, “Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya)”. Dan barang siapa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dial ah
Pemberi Rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba [34]: 39).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk
mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang
dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan
kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu.
Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus
dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup
beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah
SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata
beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada
usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah yang harus kita
ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat,
kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan
ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam sangat identik
dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari
untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus mempunyai suatu cara tertentu yang
tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat manusia. Banyak yang beranggapan
bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan murni lagi.
Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu politik atau
cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada kenyataannya
banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum sempurna dan perlu
menambahan ilmu.
Untuk itulah saya sangat berharap kepada pembaca semua, semoga setelah membaca
atau membahas makalah ini, kita semua mampu menjadikan agama islam agama yang kembali
sempurna untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi-Nya, Amin.

1.2. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari politik islam.
2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.
3. Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.
4. Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
5. Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sekarang dengan politik
menurut pandangan Islam.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.
7. Dengan mengetahui pandangan politik secara Islam agar kita lebih dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di
hadapan AllahSWT.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari dari politik islam?
2. Apa prinsip – prinsip politik luar negeri dalam islam?
3. Apa saja kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Poltik Islam
Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik
(a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-
undangan dan politik. Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama
dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau
membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang
Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga,
yaitu :
(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam
fikih, siasah meliputi :
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)
3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan
dan aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi
adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan
Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil
(khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam
kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang-
orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu
dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan
Sunnah Rasul.
2.2. Norma Politik dalam Islam
Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan.
Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya.
Diantara norma-norma itu ialah :
1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan
akhir atau satu-satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul .
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.

2.3. Kedudukan Politik Dalam Islam

Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariatislam. Yaitu :

Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa islamadalah suatu agama yang serbah
lengkap didalamnya terdapat pula antara lainsystem ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir
sebuah istilah yang disebutdengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan
bagianintegral dari ajaran islam. Lebih jauhkelompok ini berpendapat bahwa system
ketatanegaraan yang harus diteladaniadalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi
Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem khilafah.

Kedua, kelompok yangberpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat.
Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammad
hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan risalah tuhan
kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistemketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam
sebagaimana pandanaganbarat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran
iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu
yastrib yangkemudian menjadi madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi
sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan piagam madinah sebagai aturan
dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negaradigantikan abu
bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

2.4. Demokrasi Dalam Islam


Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung Dalamkonsep khalifah memberikan kerangka yang dengannya
para cendikiawan belakanganini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap
demokratis. Didalamnyatercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat,
tekanan padakesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebsgai pengemban
pemerintahan.
Demokrasi islam dianggap sebagaisistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang
sudah lama berakar, yaitumusyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian interpretative
yangmandiri {ijtihad} .
Musyawarah, konsensus, dan ijtihadmerupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islamdalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagaikhalifah-nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia islam, istilah-istilah inimemberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dandemokrasi di dunia kontemporer.
2.5. Masyarakat Madani
Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai-
nilaikemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karenaitu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat yunani sampai msaa filsafat islamjuga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakatyang maju dan berperadaban. Masyarakat
madina menjadi simbol idealisme yangdiharapkan oleh setiap masyarakat.
Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang
ditunjukanoleh kondisi dan sisyem kehidupan yang berlaku di kota madinah . kondisi dansistem
kehidupan menjadi popular dan dianggap ideal untuk menggambaraknmasyarakat yang islami,
sekalipun penduduknya terdiri dari berbgai macamkeyakinan. Mereka hidup dengan rukun,
saling membantu, taat hukum, dan menujjukankepercayaan penuh terhadap kepemimpinannya.
aL-qur’an menjadi konstitusi untukmenyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi diantara
penduduk madinah.
Perjanjian madinah berisikesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling tolong-
menolong, menciptakankedamaian, dalam kehidupan social, menjadikan aL-qur’an sebagai
konstitu,menjadikan rasulullah SAW sebagai pemimpin yang ketaatan penuh terhadapkeputusan-
keputusannya, dan memberikan kebebaan bagi penduduknya untuk memelukagama serta
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) BerTuhan
b) Damai
c) Tolong-menolong
d) Toleran
e) Keseimbanagn antara hak dan kewajiban social
f) Berperadaban tinggi
g) Berakhlak mulia

2.6. Prinsip – Prinsip Politik Luar Negeri Dalam Islam (Siasah Dauliyyah)
Dalam Al-Quran, ditemui beberapa prinsip politik luar negeri dalam Islam, yaitu :
a. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat, lihat QS.8:58, QS.9:4,
QS.16:91, QS.17:34.
b. Kehormatan dan Integrasi Nasional, lihat QS.16:92
c. Keadilan Universal (Internasional), lihat QS. 5:8.
d. Menjaga perdamaian abadi, lihat QS.5:61.
e. Menjaga kenetralan negara-negara lain, lihat QS.4:89,90.
f. Larangan terhadap eksploitasi para imperialis, lihat QS.6:92.
g. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang hidup di negara.
lihat QS.8:72.
h. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral, lihat QS.60:8,9.
i. Kehormatan dalam hubungan Internasional, lihat QS.55:60.
j. Persamaan keadilan untuk para penyerang, lihat QS.2:195, QS.16:126, dan QS.42:40.

Prinsip-prinsip dasar siasyah dalam Islam meliputi antara lain :


1. Musyawarah.
2. Pembahasan Bersama.
3. Tujuan bersama, yakni untuk mencapai suatu keputusan.
4. Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi
bersama.
5. Keadilan.
6. Al-Musaawah atau persamaan.
7. Al-hurriyyah (kemerdekaan)
8. Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat .

Prioritas kebijakan luar negeri didasarkan pada nilai-nilai demokrasi modern didirikan di
dunia. Keterkaitan ini memungkinkan kita untuk memastikan dukungan internasional dalam
menyelesaikan prioritas kami. Berasal dari atas, kita merumuskan misi layanan diplomatik dan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang penting dalam pemenuhan. Mendasar melayani kepentingan
nasional dan nilai-nilai berlabuh di Konsep Keamanan Nasional dan dinyatakan dalam visi
presiden yang mendorong tujuan menyeluruh dari kebijakan luar negeri kita untuk meningkatkan
keamanan dan status internasional Georgia, memastikan Georgia 'tepat dan posisi terhormat
dalam sistem hubungan internasional, dan memajukan kepentingan negara di dunia yang
semakin mengglobal.
Dalam dunia sekarang ini saling bergantung, keamanan nasional dan kemakmuran tidak
dapat dicapai dalam isolasi dari seluruh dunia. Untuk keamanan kami untuk menjadi abadi kita
perlu mendukung keamanan global; kemerdekaan dan kebebasan kita bergantung pada
penghormatan terhadap kedaulatan negara-negara lain di dunia; kesejahteraan dan kemakmuran
ekonomi negara-negara lain dan daerah akan mempengaruhi kesejahteraan warga negara Georgia
dan konsolidasi demokrasi di Georgia hanya dapat dicapai melalui penguatan perkembangan
demokrasi pada skala global. We will pursue foreign policy that is conscious of these principles
and faithful to these beliefs. Kami akan mengejar kebijakan luar negeri yang sadar akan prinsip-
prinsip ini dan setia kepada keyakinan ini.
Untuk mencapai visi ini, kebijakan luar negeri Georgia abad ke-21 akan berusaha untuk
mewujudkan tindakan internasional yang memajukan kepentingan nasional Georgia Georgia dan
warga negara, serta memberikan kontribusi untuk membangun masyarakat dunia yang di
dalamnya ada kedamaian dan keamanan abadi, sebuah memperluas demokrasi dan kemakmuran
abadi.
Deklarasi dan artikulasi nilai-nilai inti dari Kementerian sangat penting untuk mencapai
keunggulan organisasi dan pemenuhan misi dan tujuan kami.
Dalam melaksanakan kebijakan luar negeri, kita beristirahat di atas seperangkat nilai-nilai
konstan yang mencerminkan apa Dinas Luar Negeri Georgia dan para karyawan percaya.
Kami mendukung nilai-nilai ini sebagai standar tinggi sehingga para pegawai di Kementerian,
misi dan pelayanan konsuler luar negeri harus menjunjung tinggi dan mengamati dalam
pekerjaan mereka. We will ensure that higher performance standards are achieved through
integration of these values in achieving our priorities and goals as well as in everyday work.
Kami akan memastikan bahwa standar kinerja yang lebih tinggi dapat dicapai melalui integrasi
nilai-nilai ini dalam mencapai prioritas dan tujuan kita maupun dalam pekerjaan sehari-hari.
Mereka akan membimbing strategi kami untuk rekrutmen, evaluasi, dan pelatihan karyawan
kami dan harus diinternalisasi oleh setiap anggota staf Dinas Luar Negeri.
2.7. Prinsip-prinsip dasar politik Islam
Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu :
a) Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.

Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala
puji di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
○ Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalahTuhan yang
menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk
kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.
○ Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali
Allah. Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukumsebab
Dialah satu-satuNya Pencipta.
○ Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hakmengeluarkan peraturan-peraturan sebab
Dialah satu-satuNya Pemilik.
○ Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang Mengetahui
hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalahsahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang
selamat dan lurus.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah
tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.

b) Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapao rang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik
Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam
bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan dan mentafsir dan
menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala
perintah dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah
Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain dari pada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim
dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAllah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untukAllah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar
diantara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamumaka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; danbertakwalah kepada
Allah. SesungguhnyaAllah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.(An-Nisa’: 65)

c) Khalifah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai
wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkanini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yangditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemiliktetapi hanyalah khalifah atau wakilAllah yang menjadi
Pemilik yang sebenar.

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di mukabumi sesudah mereka,


supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus: 14)
Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar
mengikuti hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang
yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Terdiri dari pada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung prinsip-

prinsip tanggng jawab yang terangkum dalam pengertian kkhilafah.


2.Tidak terdiri dari pada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah

serta bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya.


3. Terdiridaripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifanserta
kemampuan intelek dan fizikal.
4.Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggungjawab

kepadamereka dengan yakin dan tanpa keraguan.


Pemerintahan baru wajib di patuhi kalau politik dan kebijaksanaannya merujuk kepada
Al-Quran dan hadist atau tidak bertentangan dengan keduanya.
2.8. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM
1) Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara
dan oarang-oarang yang akanmenjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas
musyawarah yang keduaadalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-
undang yangtelah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah
yangseterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkarabaru yang
timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.

2) Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan
sistem ekonomi Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam
sistem politikIslam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku
dalamkehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak
yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangansuami isteri dan di antara ibu
bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil danmenjauhi perbuatan zalim adalah di antara
asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan utama sistem politik Islam untuk
memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip nilai-nilai sosial
yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

3) Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan
kepada makruf dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan
terpentingbagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagiundang-
undang perlembagaan negara Islam.

4) Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undangperlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.

5) Hak menghisab pihak pemerintah


Hak rakyat untuk menghisab pihakpemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap
tindak tanduknya. Prinsip iniberdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalamhal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah.
Hakrakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalammasyarakat untuk
menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalampengertian yang luas, ini juga
bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi danmenghisab tindak tanduk dan keputusan-
keputusan pihak pemerintah.

2.8. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM


Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan
dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat
Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan
adanya pemerintahan yang mendukungsyariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah
segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqaha (ahli fiqih) Islam
telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan
Islam:
1) Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telahdisepakati oleh ulamak salaf daripada
kalangan umat Islam.
2) Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah dikalangan
orang-orang yang berselisih.
3) Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan
damai.
4) Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak
manusia.
5) Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataanbagi menghadapi kemungkinan
serangan daripada pihak luar.
6) Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7) Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekahsebagaimana yang ditetapkan
syarak.
8) Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripadaperbendaharaan negara agar tidak
digunakan secara boros atau kikir.
9) Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagimengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ehwal pentadbiran negara.
10) Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yangrapi dalam hal-ehwal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi agama

2.9. Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam


Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan
oleh ajaran agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa’,(4):58-59. Pada ayat itu
disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam antara lain;
1. Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang diemban
2. Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional
3. Taat kepada Allah dan Rasul
4. Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.
A. Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Islam

Perbedaan prinsip antara konsep HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan Barat
dan Islam. Hak asasi manusia menurut pandangan Barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat pada manusia. Sedangkan hak asasi manusia menurut pandangan
Islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada Tuhan.
Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang tercantum dalam Universal Declaration of
Human Rights dilukiskan dalam berbagai ayat. Apabila prinsip-prinsip human rights yang
terdapat dalam universal declaration of Human Rights dibandingkan dengan hak-hak asasi
manusia yang terdapat dalam ajaran Islam, maka dalam Al-Quran dan As-Sunnah akan dijumpai
antara lain, prinsip-prinsip human rights :
1) Martabat manusia.
2) Prinsip persamaan.
3) Prnsip kebebasan menyatakan pendapat.
4) Prinsip kebebasan beragama.
5) Hak atas jaminan social.
6) Hak atas harta benda.

2.10 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Kekuasaan tanpa landasan moral, cepat atau lambat dipastikan akan berdampak buruk
bagi tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Upaya untuk membangun dan memelihara
kebersa¬maan tinggal sekadar retorika, yang mencuat justru ego ego berkedok kemunafikan.
Posisi dalam struktur pemerintahan, tidak lagi dianggap sebagai amanah buat memperjuangkan
nasib rakyat, melainkan lahan basah untuk memanjakan hasrat priba¬di atau kepentingan
golongan.
Akibatnya, demi menduduki jabatan tertentu, orang tak segan segan menghalalkan segala
cara. Seperti mengeksploita¬si massa untuk unjuk kekuatan, political money untuk merek¬rut
dukungan, memanipulasi angka perhitungan dalam pemilu, dan lain sebagainya. Bahkan kalau
perlu rakyat dijadikan tumbal dalam rekayasa politik. Sehingga lambat laun lahirlah sebuah citra
negatif: politik itu kotor!
Mencermati peta perpolitikan di Indonesia, kalau mau jujur, masih jauh dari gambaran
menggembirakan. Nilai nilai kemanu¬siaan, etika moral, sering terabaikan. Dan, umat Islam
(penyandang predikat khalifah di muka bumi) sangat tidak layak untuk berdiam diri
menyaksikan wajah perpolitikan di negeri ini berlangsung corat marut. Harus ada rasa tergugah
untuk melakukan perubahan konstruktif.
Munculnya pemikiran reformis dan kreatif dalam penyam¬paian pesan pesan kemanusiaan Islam
inilah yang ingin diso¬sialisasikan Ahmad Syafii Maarif, dalam bukunya “Islam & Politik,
Upaya Membingkai Peradaban”.

Syafii Maarif, optimis Islam akan mampu memberi corak pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat yang berwawasan moral. Asalkan Islam dipahami secara benar dan
realistis, tidak diragukan lagi akan berpotensi dan berpeluang besar untuk ditawarkan sebagai
pilar pilar peradaban alternatif di masa depan. Sumbangsih solusi Islam terhadap masalah
masalah kemanusiaan yang semakin lama semakin komplek ini, baru punya makna historis bila
umat Islam sendiri dapat tampil sebagai umat yang beriman. Menyikapi tantangan tersebut, hal
paling mendasar adalah bahwa umat Islam tidak boleh terpecah belah oleh dua kutub pemikiran:
antara ilmu agama dan ilmu sekuler. Dengan bekal perpaduan spritual dan intelektual, maka
posisi umat Islam yang semula berada di buritan, dimasa mendatang dihar¬apkan menjadi
lokomotif dalam membangun masyarakat bermoral yang diback up kemantapan ontologi.
Kalau mau menelusuri sejauhmana pengaruh Islam terhadap perpolitikan di Indonesia, akar
sejarahnya boleh dikata cukup panjang. Sejak abad 13, sebelum para kolonial menceng-
keramkan kekuasaannya di Nusantara ini, kita sudah mengenal beberapa kerajaan Islam seperti
di Sumatera, Maluku, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan NTB. Namun yang paling monumental
adalah saat perdebatan seputar usul konstitusi Indonesia. Daulah Islamiyah bersaing dengan Asas
Pancasila. Format Piagam Jakarta, dengan tujuh kata kuncinya, yakni: dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, hanya sempat bertahan selama 57 hari.
Sebab pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila dite-tapkan sebagai dasar filosofis negara.
Langkah tersebut merupakan kompromi politik demi menja¬ga persatuan dan kesatuan,
mengingat bangsa ini sangat plural, meski mereka yang beragama Islam. Dengan bahasa
yang lugas, Syafii Maarif, penulis buku ini, menilai penamaan negara tidak terlalu fundamental.
Yang penting, dalam kehidupan kolektif cita cita politik Islam dilaksanakan. Wawasan moral
tentang kekuasaan itulah yang dimaksud aspirasi Islam. Bagi Islam, apa yang bernama
kekuasaan politik haruslah dijadikan “kendaraan” penting untuk menca¬pai tujuan Islam seperti:
penegakkan keadilan, kemerdekaan, humanisme egaliter, yang berlandaskan nilai nilai tauhid.
Sayangnya, sejak Orde Lama hingga tumbangnya Orde Baru kelompok kelompok santri
yang tergabung dalam Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, Nahdhatul Ulama, Al Washliyah, PUI
(Persatuan Umat Islam), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Nahdhatul Wathan, Masyumi dan
lain lain telah lumpuh secara politik dan ekonomi, sehingga kurang terlatih untuk menjadi
dewasa dalam peolitik nasional.
Di masa Orde Baru yang feodal serta otoritarian, teru¬tama anggota Korpri sekian lama
mental mereka terpasung, sehingga tak punya peluang untuk menawarkan pemikiran alternatif.
Mereka cenderung menjadi corong pemerintah. Tak heran, kalau dalam beberapa pemilu Golkar
selalu tampil sebagai pemenang.
Demikian pula, di era reformasi ini, banyak melahirkan politisi politisi karbitan yang orientasi
perjuangannya cuma untuk mengincar kursi jabatan. Mereka begitu gampang berkoar mencaplok
slogan “demi kepentingan bangsa dan negara”, padahal tujuan akhir tak lain adalah untuk
kepentingan pribadi atau kelompok.
Maka, dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya bagi
kita semua untuk berpikir jernih, serius, tidak terombang ambing oleh pernyataan pernyataan
politik yang a historis. Karena, semua itu penuh racun yang menghancurkan. Golongan santri
tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggir sejarah, turut menari menurut irama genderang yang
ditabuh pihak lain. Oleh sebab itu, kita perlu menyiapkan para pemain yang handal, berakhlak
mulia, profesional, dan punya integritas pribadi yang tang¬guh dan prima (hal 81).
Dengan begitu, umat Islam di negara ini diharapkan tidak lagi termarginalisasi. Politik
Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin, sehingga tidak
mudah dicap sebagai ekstremis atau sempalan. aliansyah jumbawuya

Reaksi:
Kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara ialah :
1) Politik ialah: Kemahiran
2) Menghimpun kekuatan
3) Meningkatkan kwantitas dan kwalitas kekuatan
4) Mengawasi kekuatan dan
5) Menggunakan kekuatan, untukmencapai tujuan kekuasaan tertentu didalamnegara atau
institut lainnya.
Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional sudah dimulai semenjak masa
penjajahan (prakemerdekaan).

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping
sifat-sifat keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan
fungsinya sebagai khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan
bahwa dalam keutamaan manusia itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena
kelemahanya itu, manusia tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam
rangka mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan
yang harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya
dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai
makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam pembangunan
kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan
harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau
kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3)
memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama
memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan.
Untuk itu di perlukan sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai
tujuan) yaitu Politik Islam.

B. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran
utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan
masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota
parlemen atau politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam
yang hidup dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan
baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan
menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur
seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA

 Tim Dosen PAI UNP.2006.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan TinggiUmum, hal 148-
151
 M.Dhianddin Rais.2001.Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6
 Rustam, Rusyja, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Andalas Padang. Pendidikan
Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, hal 189-193
 Nurcholish Madjid, 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999.
 Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang : 2008
 Lopa, Baharuddin, 1989, Al-Quran dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta
● Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang

Anda mungkin juga menyukai