Dalam Islam mencari harta bukan sekedar untuk mendapatkan materi, tetapi lebih jauh dan lebih
dalam dari hal itu. Cara mencari harta tidak lain yaitu dengan bekerja. Bekerja merupakan hal
mendasar dalam kehidupan. Hidup manusia dapat berjalan dengan baik jika setiap orang mau
bekerja. Bekerja untuk kepentingan individu, kepentingan sosial, kepentingan keberlangsungan
negara, serta kepentingan kehidupan yang lebih luas lagi.
Islam tidak membiarkan seorang muslim kebingungan dalam mencari nafkah. Islam telah
memberikan solusi tuntas dan mengajarkan etika bagaimana cara sukses mengais rezeki,
membukakan pintu kemakmuran dan keberkahan. Kegiatan usaha dalam kacamata islam
memiliki kode etik dan aturan, jauh dari sifat tamak dan serakah, sehingga mampu membentuk
sebuah usaha yang menjadi pondasi masyarakat madani.
“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).
Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang
mujahid di jalan Allah Azza Wajalla”. (HR. Ahmad)
Luar biasa, dikatakan dalam hadits diatas bahwa mencari nafkah adalah seperti mujahid, artinya
nilainya sangat besar. Allah suka kepada hambanya yang mau bersusah payah mencari nafkah.
Saya kira, ini lebih dari cukup sebagai motivasi kerja kita sebagai Muslim. Bahkan, kita pun
berpeluang mendapatkan ampunan dari Allah. Selain itu, Allah juga suka kepada hamba yang
berkarya dan terampil. Maksudnya, dalam bekerja kita tidak hanya bisa mencari kesana kesini
untuk menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan, tetapi kita juga bisa menciptakan sebuah
karya, dimana karya tersebut bisa menjadi sebuah usaha untuk kita kembangkan. Namun perlu
diingat, bahwa dalam bekerja maupun berkarya harus tetap dilandasi dengan dasar Shiddiq,
Amanah, Tabligh, Fatanah serta Istiqomah agar kita senantiasa sukses fisabilillah.
Salah satu etika mencari harta menurut sudut pandang Islam yaitu luruskan niat saat bekerja.
Coba renungkan apa yang sebenarnya ada dalam pikiran dan benak kita? Apa niat dan motivasi
kita bekerja? Ingat, niat inilah yang akan menentukan arah pekerjaan kita. Kalau kita berniat
bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, tentu hanya itu pulalah yang kita dapatkan. Jika niat
bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, mendapatkan harta halal, serta menafkahi
keluarga, tentu kita akan mendapatkannya sebagaimana niat kita. Sabda Rasulullah saw:
“Bahwasannya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang diperoleh oleh
seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah
dan Rasul-Nya maka hijrah itu akan diterima oleh Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang
hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu
hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam hijrahnya itu.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam Islam bekerja juga merupakan wujud syukur akan nikmat dan karunia Allah SWT kepada
manusia di dunia ini. Selain itu, bekerja juga sangat dianjurkan karena dapat menjaga wibawa
dan kehormatan diri. Dengan bekerja, seseorang takkan meminta-minta dan mengharapkan
pemberian orang lain. Memiliki keinginan untuk selalu menampilkan cara dan hasil kerja yang
baik, selalu ikhlas dalam bekerja, profesional, dan berniat untuk memperoleh harta yang halal,
tentunya kerja kita akan dinilai oleh Allah SWT sebagai kerja ibadah. Maka, kita tak hanya
meraih pahala dan ridha Allah SWT di dunia, tapi juga di akhirat kelak.
Contoh :
Orang bekerja dengan melakukan kecurangan dalam segala bentuknya, maka hasil yang didapat
tidak ada nilainya, bisa tidak hak dan bathil (haram) , misalnya mencuri, manipulasi, dan
korupsi. Karena prosesnya yang jelek. Jadi “ kesungguhan usaha” yang akan dinilai oleh allah,
sedang hasilnya akibat dan proses tersebut
Fungsi Harta Dan Kekayaan
Kedudukan dan Fungsi Harta
Kedudukan harta adalah sebagai perhiasan dunia seperti dijelaskan dalam Q.S Al Kahfi: 46
Kebutuhan manusia terhadap harta itu adalah kebutuhan yang mendasar karena harta dapat
membuat manusia senang.
Selain sebagai perhiasan dunia harta juga berkedudukan sebagai amanat (fitnah). Seperti dalam
firman Allah Q.S At-Taghabun:15
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah
pahala yang besar”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa harta sebagai cobaan bagi manusia. Karena harta
bukanlah mutlak milik manusia tetapi hanya titipan dari Allah. Oleh karena itu dalam pandangan
harta terdapat hak orang lain yaitu dengan mengeluarkan zakat.
Kedudukan harta yang selanjutnya adalah sebagai musuh. Seperti dijelaskan dalam firman Allah
SWT Q.S at-Taghabun: 14
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan
dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Kenapa dalam ayat tersebut anak-anak dan istri-istri dianggap menjadi musuh? Itu karena
kadang-kadang ada istri atau anak yang mendorong untuk berbuat kejahatan.
A. Pengertian Harta
Istilah Harta atau al-mal dalam Al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang lingkup
makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta
menurut para ahli fiqih terdiri atas: pertama, memiliki unsure nilai ekonomis. Kedua, unsur
manfaat atau jasa diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/adat) yang berlaku di masyarakat. As-Syuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya
untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi
baik yang merusak maupun melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungnya status al-Mal terletak pada nilai ekonomis suatu barang
berdasarkan urf. Besar kecilnya nilai ekonomis dalam harta tergantung pada besar kecilnya
manfaat suatu barang. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis
ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.
B. Pandangan Islam Mengenai Harta
Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah
SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola
dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya (QS al-Hadiid: 7).
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
”Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa
dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk dipergunakan”.
Ketiga, pemilikan narta dapat dilakukan melalui usaha atau mata pencarian yang halal dan sesuai
dengan aturan-Nya (Al-Baqarah: 267)
”Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yng bekerja. Barang siapa yang bekerja keras
mencari nafkah yang halal untuk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah” (HR
Ahmad).
”Mencari rezeki adalah wajib setelah kewajiban yang lain” (HR Thabrani)
”Jika telah melakukan sholat shubuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat
mencari rezeki” (HR Thabrani).
Keempat, dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur: 1-2),
melupakan Zikrullah/mengingat Allah (al-Munafiqun: 9), melupakan sholat dan zakat (an-Nuur:
37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang saja (al-Hasyr: 7).
Kelima, dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba, perjudian, jual beli
barang yang haram, mencuri, merampok, curang dalam takaran dan timbangan, dan melalui suap
menyuap (HR Imam Ahmad)
a. Harta Halal
Harta halal adalah harta yang diperbolehkan oleh Allah untuk di manfaatkan oleh manusia
sebagaimana yang telah diterangkan melalui rasul kepada kita umatnya. Kehalalan harta benda
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi zatnya dan dari sisi cara mendapatkannya.
Harta yang halal karena zatnya adalah meliputi segala jenis makanan dan minuman yang terdapat
di dunia ini, kecuali yang telah dijelaskan keharamannya, jadi asalnya semua makanan itu halal
kecuali ada dalil baik Al-qur’an ataupun hadits yang sahih yang melarangnya. Dalam surat Al-
Maidah ayat 1 Allah berfirman:
”Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu”
Kemudian dalam ayat 4 surat yang sama Allah berfirman, ”Mereka menanyakan kepadamu,
Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagimu yang baik-baik”
Kemudian harta yang halal bila di lihat dari cara mendapatkannya, adalah segala suatu yang
diperoleh dengan jalan yang diperbolehkan oleh hukum Allah, seperti:
· Harta yang diperoleh dari warisan
· Harta yang diperolah melalui zakat
· Harta terpendam (Harta Karun)
· Dan lain-lain seperti upah atau gaji
b. Harta Haram
Yang dimaksud dengan harta haram adalah segala seuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul
bagi manusia. Harta haram ternagi 2 macam, yaitu haram karena zatnya dan haram karena cara
mendapatkannya.
Harta yang haram karena zatnya antara lain Khamar (makanan atau minuman yang dapat
memabukkan atau merusak fikiran), Babi, Bangkai, darah, binatang buas, dll
Allah berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) Khamar, berjudi, berkurban untuk
berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan,
maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (Q.S Al-Maidah:90)
Sedangkan mengenai binatang buas diterapkan dalam hadis berikut ini:
”memakan semua binatang buas yang bertaring dan semua burung yang bercakar adalah haram
(H.R Muslim)
Sedangkan harta yang haram karena cara mendapatkannya adalah setiap harta yang diperoleh
dengan jalan yang batil seperti penipuan, pencurian (termasuk korupsi), hasil riba, dan hasil
riswah (suap).
Khusus untuk korupsi terkadang orang memandang bahwa hal itu bukan maling sehingga
terkesan mereka tidak malu walaupun ketahuan. Padahal korupsi itu lebih kotor dari pada
maling, dan lebih jahat dari merampok.
Tawakkal
Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang bertawaqal lepada Allah niscaya Dia akan mencakupi (keperluan)nya.”
(QS. Ath Thalaq: 3)
Yakni “barang siapa yang menyerahkan urusannya lepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa
yang dia inginkan,” demikian kata Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106
Dan tidak dinamakan tawakkal apabila tidak menjalani usa. Sesungguhnya menjalani usaha
merupakan bagian dari tawakal itu sendiri. Oleh karena itu Ibnul Qoyyim mengatakan:
”Tawakkal dan kecukupan(yang Allah janjikan) itu, bila tanpa menjalani asbab yang
diperintahkan, merupakan kelemahan semata, sekalipun ada sedikit unsur tawakkalnya. Hal yang
demikian itu merupakan tawakkal yang lemah. Maka dari itu tidak sepantasnya seorang
hambamenjadikan sikap tawakkal itu lemah an tidak berbuat berusaha. Seharusnya dia
menjadikan tawakkal tersebut bagian dari asbab yang diperintahkan untuk diperintahkan untuk
dijalani, tidak akan sempurna makna tawakkal kecuali dengan itu semua” (Zadul Ma’ad 2/315).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meningatkan kita dalam riwayat yang shahih:
Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Dia akan
memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana burung diberi rezeki, pergi dipagi hari dalam
keadaan perut kosong, (dan) pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. An Nasai, Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Syukur
Syukur hádala jalan lain yang Allah berikan lepada kaum mukminin dalam menghadapi kesulitan
rezeki. Dalam surat Ibrohim ayat 7 Allah berfirman:
“Kalau seandainya kalian bersyukur, sungguh-sungguh Kami akan menambah untuk kalian
(nikmat-Ku) dan jira kalian mengingkarinya, sesungguhnya adzab-Ku Sangay keras” (QS.
Ibrohim:7)
Oleh karena itu dengan cara bersyukur Insta Allah akan mudah urusan rezeki kita. Adapun
hakekat syukur hádala: “mengakui nikmat tersebut dari Dzat Yang Maha Memberi nikmat dan
tidak mempergunakannya untuk selain ketaatan lepada-Nya”, begitu Al Imam Qurthubi
menerangkan pada kita (tafsir Qurthubi 9/225)
Berinfaq
Sebagian orang barangkali menyangka bagaimana mungkin berinfaq dapat mendatangkan rezeki
dan karunia Allah, sebab dengan berinfak harta kita menjadi berkurang. Ketahuilah Dzat Yang
Maha Memberi Rezeki telah berfirman:
“Dan apa-apa yang kalian infaqkan dari sebagian harta kalian, maka Allah akan menggantinya.”
(QS. Saba: 39)
Silaturohmi
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Barang siapa yang berkeinginan untuk dibentangkan rezeki baginya dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah menyambung silaturohmi.” (HR. Bukhori Muslim)
Doa
Allah memberikan sensata yang ampuh bagi muslimin berupa doa. Dengan berdoa seorang
muslim Insya Allah akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wasallam menuntun kita agar kita berdoa tatkala kita menghadapi kesulitan rezeki.
”Ya Allah aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang
diterima.” (HR. Ibnu Majah dan yang selainnya)
1.2. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari politik islam.
2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.
3. Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.
4. Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
5. Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sekarang dengan politik
menurut pandangan Islam.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.
7. Dengan mengetahui pandangan politik secara Islam agar kita lebih dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di
hadapan AllahSWT.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Poltik Islam
Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik
(a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-
undangan dan politik. Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama
dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau
membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang
Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga,
yaitu :
(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam
fikih, siasah meliputi :
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)
3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan
dan aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi
adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan
Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil
(khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam
kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang-
orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu
dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan
Sunnah Rasul.
2.2. Norma Politik dalam Islam
Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan.
Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya.
Diantara norma-norma itu ialah :
1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan
akhir atau satu-satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul .
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.
Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariatislam. Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa islamadalah suatu agama yang serbah
lengkap didalamnya terdapat pula antara lainsystem ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir
sebuah istilah yang disebutdengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan
bagianintegral dari ajaran islam. Lebih jauhkelompok ini berpendapat bahwa system
ketatanegaraan yang harus diteladaniadalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi
Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yangberpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat.
Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi Muhammad
hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan risalah tuhan
kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistemketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam
sebagaimana pandanaganbarat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran
iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu
yastrib yangkemudian menjadi madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi
sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan piagam madinah sebagai aturan
dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negaradigantikan abu
bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.
2.6. Prinsip – Prinsip Politik Luar Negeri Dalam Islam (Siasah Dauliyyah)
Dalam Al-Quran, ditemui beberapa prinsip politik luar negeri dalam Islam, yaitu :
a. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat, lihat QS.8:58, QS.9:4,
QS.16:91, QS.17:34.
b. Kehormatan dan Integrasi Nasional, lihat QS.16:92
c. Keadilan Universal (Internasional), lihat QS. 5:8.
d. Menjaga perdamaian abadi, lihat QS.5:61.
e. Menjaga kenetralan negara-negara lain, lihat QS.4:89,90.
f. Larangan terhadap eksploitasi para imperialis, lihat QS.6:92.
g. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang hidup di negara.
lihat QS.8:72.
h. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral, lihat QS.60:8,9.
i. Kehormatan dalam hubungan Internasional, lihat QS.55:60.
j. Persamaan keadilan untuk para penyerang, lihat QS.2:195, QS.16:126, dan QS.42:40.
Prioritas kebijakan luar negeri didasarkan pada nilai-nilai demokrasi modern didirikan di
dunia. Keterkaitan ini memungkinkan kita untuk memastikan dukungan internasional dalam
menyelesaikan prioritas kami. Berasal dari atas, kita merumuskan misi layanan diplomatik dan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang penting dalam pemenuhan. Mendasar melayani kepentingan
nasional dan nilai-nilai berlabuh di Konsep Keamanan Nasional dan dinyatakan dalam visi
presiden yang mendorong tujuan menyeluruh dari kebijakan luar negeri kita untuk meningkatkan
keamanan dan status internasional Georgia, memastikan Georgia 'tepat dan posisi terhormat
dalam sistem hubungan internasional, dan memajukan kepentingan negara di dunia yang
semakin mengglobal.
Dalam dunia sekarang ini saling bergantung, keamanan nasional dan kemakmuran tidak
dapat dicapai dalam isolasi dari seluruh dunia. Untuk keamanan kami untuk menjadi abadi kita
perlu mendukung keamanan global; kemerdekaan dan kebebasan kita bergantung pada
penghormatan terhadap kedaulatan negara-negara lain di dunia; kesejahteraan dan kemakmuran
ekonomi negara-negara lain dan daerah akan mempengaruhi kesejahteraan warga negara Georgia
dan konsolidasi demokrasi di Georgia hanya dapat dicapai melalui penguatan perkembangan
demokrasi pada skala global. We will pursue foreign policy that is conscious of these principles
and faithful to these beliefs. Kami akan mengejar kebijakan luar negeri yang sadar akan prinsip-
prinsip ini dan setia kepada keyakinan ini.
Untuk mencapai visi ini, kebijakan luar negeri Georgia abad ke-21 akan berusaha untuk
mewujudkan tindakan internasional yang memajukan kepentingan nasional Georgia Georgia dan
warga negara, serta memberikan kontribusi untuk membangun masyarakat dunia yang di
dalamnya ada kedamaian dan keamanan abadi, sebuah memperluas demokrasi dan kemakmuran
abadi.
Deklarasi dan artikulasi nilai-nilai inti dari Kementerian sangat penting untuk mencapai
keunggulan organisasi dan pemenuhan misi dan tujuan kami.
Dalam melaksanakan kebijakan luar negeri, kita beristirahat di atas seperangkat nilai-nilai
konstan yang mencerminkan apa Dinas Luar Negeri Georgia dan para karyawan percaya.
Kami mendukung nilai-nilai ini sebagai standar tinggi sehingga para pegawai di Kementerian,
misi dan pelayanan konsuler luar negeri harus menjunjung tinggi dan mengamati dalam
pekerjaan mereka. We will ensure that higher performance standards are achieved through
integration of these values in achieving our priorities and goals as well as in everyday work.
Kami akan memastikan bahwa standar kinerja yang lebih tinggi dapat dicapai melalui integrasi
nilai-nilai ini dalam mencapai prioritas dan tujuan kita maupun dalam pekerjaan sehari-hari.
Mereka akan membimbing strategi kami untuk rekrutmen, evaluasi, dan pelatihan karyawan
kami dan harus diinternalisasi oleh setiap anggota staf Dinas Luar Negeri.
2.7. Prinsip-prinsip dasar politik Islam
Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu :
a) Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala
puji di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
○ Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalahTuhan yang
menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk
kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.
○ Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali
Allah. Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukumsebab
Dialah satu-satuNya Pencipta.
○ Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hakmengeluarkan peraturan-peraturan sebab
Dialah satu-satuNya Pemilik.
○ Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang Mengetahui
hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalahsahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang
selamat dan lurus.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah
tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.
b) Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapao rang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik
Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam
bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan dan mentafsir dan
menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala
perintah dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah
Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain dari pada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim
dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAllah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untukAllah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar
diantara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamumaka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; danbertakwalah kepada
Allah. SesungguhnyaAllah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.(An-Nisa’: 65)
c) Khalifah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai
wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkanini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yangditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemiliktetapi hanyalah khalifah atau wakilAllah yang menjadi
Pemilik yang sebenar.
2) Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan
sistem ekonomi Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam
sistem politikIslam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku
dalamkehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak
yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangansuami isteri dan di antara ibu
bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil danmenjauhi perbuatan zalim adalah di antara
asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan utama sistem politik Islam untuk
memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip nilai-nilai sosial
yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
3) Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan
kepada makruf dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan
terpentingbagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagiundang-
undang perlembagaan negara Islam.
4) Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undangperlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
Perbedaan prinsip antara konsep HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan Barat
dan Islam. Hak asasi manusia menurut pandangan Barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat pada manusia. Sedangkan hak asasi manusia menurut pandangan
Islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada Tuhan.
Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang tercantum dalam Universal Declaration of
Human Rights dilukiskan dalam berbagai ayat. Apabila prinsip-prinsip human rights yang
terdapat dalam universal declaration of Human Rights dibandingkan dengan hak-hak asasi
manusia yang terdapat dalam ajaran Islam, maka dalam Al-Quran dan As-Sunnah akan dijumpai
antara lain, prinsip-prinsip human rights :
1) Martabat manusia.
2) Prinsip persamaan.
3) Prnsip kebebasan menyatakan pendapat.
4) Prinsip kebebasan beragama.
5) Hak atas jaminan social.
6) Hak atas harta benda.
Syafii Maarif, optimis Islam akan mampu memberi corak pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat yang berwawasan moral. Asalkan Islam dipahami secara benar dan
realistis, tidak diragukan lagi akan berpotensi dan berpeluang besar untuk ditawarkan sebagai
pilar pilar peradaban alternatif di masa depan. Sumbangsih solusi Islam terhadap masalah
masalah kemanusiaan yang semakin lama semakin komplek ini, baru punya makna historis bila
umat Islam sendiri dapat tampil sebagai umat yang beriman. Menyikapi tantangan tersebut, hal
paling mendasar adalah bahwa umat Islam tidak boleh terpecah belah oleh dua kutub pemikiran:
antara ilmu agama dan ilmu sekuler. Dengan bekal perpaduan spritual dan intelektual, maka
posisi umat Islam yang semula berada di buritan, dimasa mendatang dihar¬apkan menjadi
lokomotif dalam membangun masyarakat bermoral yang diback up kemantapan ontologi.
Kalau mau menelusuri sejauhmana pengaruh Islam terhadap perpolitikan di Indonesia, akar
sejarahnya boleh dikata cukup panjang. Sejak abad 13, sebelum para kolonial menceng-
keramkan kekuasaannya di Nusantara ini, kita sudah mengenal beberapa kerajaan Islam seperti
di Sumatera, Maluku, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan NTB. Namun yang paling monumental
adalah saat perdebatan seputar usul konstitusi Indonesia. Daulah Islamiyah bersaing dengan Asas
Pancasila. Format Piagam Jakarta, dengan tujuh kata kuncinya, yakni: dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, hanya sempat bertahan selama 57 hari.
Sebab pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila dite-tapkan sebagai dasar filosofis negara.
Langkah tersebut merupakan kompromi politik demi menja¬ga persatuan dan kesatuan,
mengingat bangsa ini sangat plural, meski mereka yang beragama Islam. Dengan bahasa
yang lugas, Syafii Maarif, penulis buku ini, menilai penamaan negara tidak terlalu fundamental.
Yang penting, dalam kehidupan kolektif cita cita politik Islam dilaksanakan. Wawasan moral
tentang kekuasaan itulah yang dimaksud aspirasi Islam. Bagi Islam, apa yang bernama
kekuasaan politik haruslah dijadikan “kendaraan” penting untuk menca¬pai tujuan Islam seperti:
penegakkan keadilan, kemerdekaan, humanisme egaliter, yang berlandaskan nilai nilai tauhid.
Sayangnya, sejak Orde Lama hingga tumbangnya Orde Baru kelompok kelompok santri
yang tergabung dalam Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, Nahdhatul Ulama, Al Washliyah, PUI
(Persatuan Umat Islam), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Nahdhatul Wathan, Masyumi dan
lain lain telah lumpuh secara politik dan ekonomi, sehingga kurang terlatih untuk menjadi
dewasa dalam peolitik nasional.
Di masa Orde Baru yang feodal serta otoritarian, teru¬tama anggota Korpri sekian lama
mental mereka terpasung, sehingga tak punya peluang untuk menawarkan pemikiran alternatif.
Mereka cenderung menjadi corong pemerintah. Tak heran, kalau dalam beberapa pemilu Golkar
selalu tampil sebagai pemenang.
Demikian pula, di era reformasi ini, banyak melahirkan politisi politisi karbitan yang orientasi
perjuangannya cuma untuk mengincar kursi jabatan. Mereka begitu gampang berkoar mencaplok
slogan “demi kepentingan bangsa dan negara”, padahal tujuan akhir tak lain adalah untuk
kepentingan pribadi atau kelompok.
Maka, dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya bagi
kita semua untuk berpikir jernih, serius, tidak terombang ambing oleh pernyataan pernyataan
politik yang a historis. Karena, semua itu penuh racun yang menghancurkan. Golongan santri
tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggir sejarah, turut menari menurut irama genderang yang
ditabuh pihak lain. Oleh sebab itu, kita perlu menyiapkan para pemain yang handal, berakhlak
mulia, profesional, dan punya integritas pribadi yang tang¬guh dan prima (hal 81).
Dengan begitu, umat Islam di negara ini diharapkan tidak lagi termarginalisasi. Politik
Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin, sehingga tidak
mudah dicap sebagai ekstremis atau sempalan. aliansyah jumbawuya
Reaksi:
Kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara ialah :
1) Politik ialah: Kemahiran
2) Menghimpun kekuatan
3) Meningkatkan kwantitas dan kwalitas kekuatan
4) Mengawasi kekuatan dan
5) Menggunakan kekuatan, untukmencapai tujuan kekuasaan tertentu didalamnegara atau
institut lainnya.
Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional sudah dimulai semenjak masa
penjajahan (prakemerdekaan).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping
sifat-sifat keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan
fungsinya sebagai khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan
bahwa dalam keutamaan manusia itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena
kelemahanya itu, manusia tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam
rangka mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan
yang harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya
dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai
makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam pembangunan
kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan
harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau
kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3)
memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama
memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan.
Untuk itu di perlukan sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai
tujuan) yaitu Politik Islam.
B. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran
utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan
masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota
parlemen atau politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam
yang hidup dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan
baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan
menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur
seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen PAI UNP.2006.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan TinggiUmum, hal 148-
151
M.Dhianddin Rais.2001.Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6
Rustam, Rusyja, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Andalas Padang. Pendidikan
Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, hal 189-193
Nurcholish Madjid, 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999.
Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang : 2008
Lopa, Baharuddin, 1989, Al-Quran dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta
● Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang