Limbah hitam (bahasa Inggris: blackwater) adalah air limbah yang berasal dari buangan
biologis seperti kakus, berbentuk tinja manusia, maupun buangan lainnya berupa cairan
ataupun buangan biologis lainnya yang terbawa oleh air limbah rumah tangga bekas cuci
piring, maupun limbah cairan dari dapur.
Setiap manusia rata-rata mengeluarkan 125-250 gram limbah hitam (tinja dan air kencing)
per hari, sehingga ribuan ton limbah hitam diproduksi setiap harinya. Di luar jumlahnya,
limbah hitam mengandung empat komponen berbahaya
1. Mikroba (seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus dan bakteri Vibrio
cholerae penyebab kolera, hepatitis A, dan virus penyebab polio). Tinja manusia
mengandung puluhan miliar mikroba termasuk bakteri koli-tinja (E. coli).
2. Materi organik berupa sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna dalam bentuk
karbohidrat, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung
materi organik yang setara dengan 200-300 mg BOD5. Kandungan BOD yang tinggi
mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna hitam.
3. Telur cacing. Prevalensi anak cacingan yang diakibatkan cacing cambuk dan cacing
gelak bisa mencapai 70 persen dari balita di Indonesia
4. Nutrien yang umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan fosfor (P) yang dibawa
oleh sisa sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa
amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung
amonium sekitar 25 mg dan fosfat seberat 30mg. Senyawa nutrien memacu
pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya warna air jadi hijau. Gangang
menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan air lainya mati. Fenomena
yang disebut eutrofikasi ini mudah dijumpai, termasuk di waduk, danau, maupun
balong-balong.
Blackwater: Air yang berasal dari pembilasan toilet (feces dan urin dengan
pembilasan/penyiraman
•Sistem Riol Interseptor (intercepting sewer system) : Air hujan dengan debit tertentu dimasukkan
dalam ujung hulu riol retikulasi untuk penggelontoran dan pengenceran
•Sistem Riol Dangkal(Shallow Bore Sewer) : Sistem riol dengan pembebanan pipa relatif dangkal.
Luas max 4 unit luas daerah pelayanan retikulasi. Setiap unit retikulasi jumlah sambungan rumah max
sekitar 800 rumah, dengan ukuran riol terbesar 225 mm, Jadi terdapat 4 lajur pipa induk dengan D =
225 mm dari 4 x 800 sambungan rumah masuk ke IPAL. Luas max = 4 x 25 ha = 100 ha; kepadatan
penduduk rerata160 jiwa/ha
Sistem pengolahan air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan melalui suatu riol
pengumpul, kemudian dialirkan kedalam riol kota menuju ke tempat instalasi pengolahan air
limbah(IPAL) dan atau dengan pengenceran tertentu (intersepting sewer), yang selanjutnya bila
telah memenuhi standar baku mutu dapat dibuang ke badan air penerima.
Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah langsung di
tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu.
Sistem ini dipakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya
relatif rendah.
Sistem dimana pada daerah itu tidak ada sistem riol kota atau untuk lingkungan kecil yang masih
tersedia lahan pekarangannya.
Simplified Community
Sewerage
Community
Sanitation Centre
Di negara-negara maju dan beberapa kota di negara Asia lainnya, pengolahan limbah hitam
menggunakan sistem pengolahan limbah perpipaan terpadu (sewerage system). Di Indonesia
banyak pemerintah kota merasa tidak mampu untuk melakukan pembenahan kondisi
sanitasinya, hal ini menjadikan warga mengatasi masalah sanitasinya sendiri-sendiri.
Sebagian warga kota memilih cara termudah untuk membuang tinja dan sampahnya. Buang
air besar langsung dilakukan di kali atau selokan terdekat, perilaku ini kemudian menjadi
masalah bagi kelompok masyarakat yang lebih luas.
Air kakus atau limbah hitam di Indonesia biasanya ditangani dengan menggunakan unit-unit
setempat (on site unit) seperti tangki septik. Layanan ini biasanya dikembangkan dan
dioperasikan sendiri oleh pemilik rumah (self service). Penggunaan jamban dengan tangki
septik pada tahun 2006 secara statistik digunakan oleh 65 persen rumah yang ada di kawasan
perkotaan di Indonesia sebagai teknik pengolahan air kakus yang paling banyak digunakan.
Penggunaan jamban dengan septic tank membutuhkan layanan lanjutan seperti penyedotan
lumpur tinja dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Air kakus juga dapat ditangani
secara kolektif dengan menggunakan layanan sistem pengolahan limbah terpadu (sewerage
system). Sistem ini mengalirkan air kakus dari tiap rumah oleh pipa pengumpul menuju ke
suatu unit pengolahan air limbah dan biasanya dapat dikembangkan untuk kawasan
pemukiman padat.
nit-unit pengolahan yang dapat di gunakan untuk system on-site dan off-site adalah sebagai berikut:
•On -site: Septic Tank, Grease Trap, Pit Latrine, Composting, Grey Wate, Beerput.
•Off –site: Aqua Culture, Anaerobic with Biogas Digester, Stabilization Ponds, Aqua Culture, Small
Bore Sewer, Shallow Bore Sewer, ConvensionalSewerage System with Centralized Waste Water
Treatment.