Buk Mit
Buk Mit
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin yang tidak dikendalikan.
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per
1000 kelahiran hidup. Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010”, maka
salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus,
dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih
dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus
neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat
menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia
dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui tentang kelainan neonates resiko tinggi yaitu mengenai ikterus.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian ikterus
2. Untuk mengetahui penyebab dari ikterus neonatus
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ikterus noenatus
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan ikterus neonates
5. Untuk mengetahui jenis ikterus dan penatalaksanaannya
C. Manfaat
1. Memberitahukan kepada pembaca akan penyakit ikterus
2. Mengantisipasi jika ada tanda dan gejala ikterus pada bayi baru lahir
3. Memberitahukan kepada pembaca penatalaksanaan penyakit ikterus
BAB II
Tinjauan Pustaka
A.Definisi
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin yang tidak dikendalikan.
B.Kejadian
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per
1000 kelahiran hidup. Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010”, maka
salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus,
dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih
dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus
neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat
menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia
dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi
dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus
produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini
dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek.
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 g atau usia
gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupannya. Data
epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus
yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya.
Pada kebanyakan kasus ikterus neonatorum, kadar bilirubin tidak berbahaya dan tidak
memerlukan pengobatan. Sebagian besar tidak memiliki penyebab dasar atau disebut
ikterus fisiologis yang akan menghilang pada akhir minggu pertama kehidupan pada bayi
cukup bulan. Sebagian kecil memiliki penyebab seperti hemolisis, septikemi, penyakit
metabolik (ikterus non-fisiologis).sedangkan ikterus patologis yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia
yang dasar patologisnya seperti jenis bilirubin,saat timbul dan menghilangnya ikterus dan
penyebabnya.
C.Parameter
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,tidak
mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus.yang
tanda-tandanya sebagai berikut :
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b. Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10mg% pada neonatus cukup bulan dan
12,5mg% pada neonatus kurang bulan
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5mg% per hari
d. Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1mg%
e. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
2. Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.tanda-tandanya sebagai berikut :
1) Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
2) Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam
3) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD,
atau sepsis)
4) Ikterus yang disertai oleh:
Berat lahir <2000 gram
Masa gestasi 36 minggu
Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonates (SGNN)
Infeksi
Trauma lahir pada kepala
Hipoglikemia, hiperkarbia
Hiperosmolaritas darah
5) Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada NCB) atau >14 hari
(pada NKB)
D.Gejala dan tanda klinis
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat
pula disertai dengan gejala-gejala:
Dehidrasi
Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
Pucat
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO,
rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
Trauma lahir
Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.
Pletorik (penumpukan darah)
Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK
Letargik dan gejala sepsis lainnya
Petekiae (bintik merah di kulit)
Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis
Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
Omfalitis (peradangan umbilikus)
Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
Feses dempul disertai urin warna coklat
Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.
E.Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab yang
tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompabilitas golongan
darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini juga dapat timbul akibat
perdarahan tertutup (hematom cefal, perdarahan subaponeurotik) atau inkompabilitas
darah Rh, infeksi juga memegang peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia;
keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa faktor
lain adalah hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia, dan polisitemia.
F.Gambaran klinis
Gambaran klinis yang paling nyata terlihat pada perubahan warna kulit dan sklera yang
menjadi kuning.
G.Epidemiologi
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat pada 60 % bayi cukup
bulan dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk
fisiologik dan sebagian lagi patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap
atau menyebabkan kematian.
H.Patofisiologi
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh oleh tubuh.
Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi
berasal dari hem bebas atau dari proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan
bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta
beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas
atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena
mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membrane biologic
seperti placenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa
dengan albumin dan dibawa ke hepar.
Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat dengan oleh reseptor
membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi
persenyawaan dengan ligandin ( protein-Y), protein-Z, dan glutation hati lain yang
membawanya ke reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian
menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini larut dalam air dan pada kadar
tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini
diekskesi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi
urobilinogen dan keluar dari tinja sebagai sterkobilin.Dalam usus sebagian diarbsorbsi
kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses arbsorpsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada
neonatus.
Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit
yang lebuh pendek (80–90hari), dan belum matangnya fungsi hepar. Peningkatan kadar
bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian tersering adalah apabila
terdapat pertambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya
umur eritrosit bayi/janin, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasienterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan
protein-Y dan protein-Z terikat oleh anion lain, misalkan pada bayi dengan asidosis atau
keadaan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang dapat memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan konjugasi hepar ( defisiensi enzim glukoronil
transferase ) atau bayi menderita gangguan eksresi, misalnya penderita hepatitis neonatal
atau sumbatan saluran empedu ekstra/intrahepatik.
I.Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakan
diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat
inkompabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya.
Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini
ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko itu antara lain adalah kehamilan
dengan komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil/persalinan, kehamilan
dengan diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine,infeksiintranatal,dan
lain-lain.Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari kemudian.
Pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek, kulit tampak berwarna kuning terang
sampai jingga, sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna
kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit dikarenakan ketergantungan dari
warna kulit bayi sendiri.
Tanpa mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus, hiperbilirubinemia
yang cukup berarti memerlukan penilaian diagnostic lengkap, yang mencakup penentuan
fraksi bilirubn langsung (direk) dan tidak langsung (indirek) hemoglobin, hitung lekosit,
golongan darah, tes Coombs dan pemeriksaan apusan darah tepi.
Bilirubinemia indirek, retikulositosis dan sediaan apusan memperlihatkan petunjuk
adanya hemolisis akibat nonimunologik. Jika terdapat hiperbilirunemia direk, adanya
hepatitis hepatitis, fibrosis kistis dan sepsis. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan
bilirubin indirek normal, makamungkin terdapat hiperbilirubinemia indirek fisiologis atau
patologis. Ikterus fisiologis. Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum
tali pusat adalah 1 – 3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl
/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2 -3, biasanya mencapai
puncak antara hari ke 2 – 4, dengan kadar 5 – 6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai
kadar 5 – 6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampaikadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl
antara hari ke 5 – 7 kehidupan.Hiperbilirubin patologis. Makna hiperbilirubinemia
terletak pada insiden kernikterus yang tinggi , berhubungan dengan kadar bilirubin serum
yang lebih dari 18 – 20 mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah
akan memperlihatkan kernikterus pada kadar yang lebih rendah ( 10 – 15mg/dl)
J.Diagnosis banding
Ikterus yang timbul 24 jam pertatama kehidupan mungkin akibat eritroblstosis foetalis,
sepsis, rubella atau toksoplasmosis congenital. Ikterus yang timbul setelah hari ke 3 dan
dalam minggu pertama, harus dipikirkan kemungkinan septicemia sebagai penyebabnya.
Ikterus yang permulaannya timbul setelah minggu pertama kehidupan memberi petunjuk
adanya septicemia, atresia kongental saluran empedu, hepatitis serum homolog, rubella,
hepatitis herpetika, anemiahemolitik yang disebabkan oleh obat-obatan dan
sebagainya.Ikterus yang persisten selama bulan pertama kehidupan memberi petunjuk
adanya apa yang dinamakan “inspissated bile syndrome”.
Ikterus ini dapat dihubungkan dengan nutrisi parenteral total. Kadang bilirubin fisiologis
dapat berlangsung berkepanjangan sampai beberapa minggu seperti pada bayi yang
menderita penyakit hipotiroidisme atau stenosis pylorus.
K.Ikterus neonatorum
Ikterus neonatorum atau bayi baru lahir berwarna kuning (Lousada,1997 dalam buku
Pregnancy and Baby Care ) adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput
mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan
selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Ikterus adalah
menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh
atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan
terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem biliary, atau sistem hematologi. Ikterus
dapat terjadi baik karena peningkatan bilirubin indirek (unconjugated) dan direk
( conjugated ).
L. Jenis-jenis ikterus neonatorum dan Penatalaksanaannya
1. Ikterus hemolitik
Yang berat umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut eritroblastosis
fetalis atau morbus hemolitikus neonatorum.penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan
oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi.
a. Inkompatibilitas rhesus
Sangat jarang di indonesia karna sering terjadi di negara bagian barat karna 15%
penduduknya memiliki golongan darah rhesus negatif.bayi Rh positif dari ibu Rh negatif
tidak selamanya menunjukan gajala-gejala klinik pada waktu lahir (15-20%).gejala klinik
yang dapat terlihat adalah ikterus yang timbul pada hari pertama,dan semakin lama
semakin berat disertai anemia yang berat pula.bila sebelum kelahiran terdapat hemolisis
berat maka bayi lahir dengan oedema umum disertai ikterus dan pembesaran hepar dan
lien(hidropsfoetalis).terapi yang ditujukan adalah dengan memperbaiki anemia dan
mengeluarkan bilirubin yang berlebih dalam serum agar tak menjadi kern ikterus.
b. Inkompatibilitas ABO
Akibat hemolisis inkompatibilitas golongan darah ABO.ikterus dapat terjadi pada hari
pertama dan kedua dan bersifat ringan.bayi tidak tampak sakit,anemia ringan,hepar dan
lien tidak membesar.ikterus dapat menghilang dalam beberapa hari.kalau hemolisisnya
berat seringkali dilakukan transfusi tukar darah untuk mencegah kern ikterus.pemeriksaan
yang dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-waktu.
a.Hepatitis neonatal
Penyakit hepar pada masa bayi baru lahir disebabkan olrh infeksi maupun bukan
infeksi.hepatitis neonatal yang idiopatis ini mencakup bayi-bayi yang menderita ikterus
obstrukitiva tanpa tanda dan gejala klinis hepatitis virus.
Gejala klinik
Akibat penumpukan bilirubin direk.ikterus dapat terjadi pada waktu lahir dengan
peninggian kadar bilirubun direk pada darah umbilikus.biasanya terdapat hepatomegali
dan splenomegali.obstruksi total bilirubin dapat terjadi yang ditanadai dengan feses yang
akolis.diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan biopsi hati ditemukan hepatosis yang
besarnya ireguler dan banyak ditemukan di sel datia.dan terdapat nekrosis dengan
tanda-tanda peradangan .sel kupfer membengkak dan mengandung besi,pigmen empedu
dan lipofuchsin (pada atresia biliaris) yang membedakan hanyalah proliferasi duktus
biliaris portal hanya terdapat pada atresia biliaris.
Pengobatan
Pengobatan khusus hapatitis neonatal tidak ada selain pengobatan suportif.prognosis
penyakit ini tidak baik biasanya bayi akan meninggal karana sirosis biliaris.
b. Hepatitis virus
Ibu hamil dapat diserang oleh virus hepatitis A,B atau non A dan non B.pada hepatitis A
transmisi transplasenta belum pernah dilaporkan dan hepatitis B atau non A dan non B
sering terjadi.transmisi ini terjadi pada akhir kehamilan.pada infeksi akut transmisi ini
terjadi pada postpartum bila ibu mendapat hepatitis B pada kehamilan,bayi dapat lahir
dengan HB sAg yang psitif.transmisi terjadi melalui sekresi vagina,tetapi bisa juga dari
ASI namun belum jelas.
Gejala klinik
Bayi mendapat infeksi hepatitis B dari ibunya biasanya asimptoma gangguan fungsi
hepar biasanya minimum.gejala klinis seperti ikterus dapat terjadi dan disertai
pembesaran hepar.bayi ini akan menjadi pembawa kuman yang infeksius dan menjadi
sumber penularan untuk yang lain.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus yang perlu dilakukan pada ibu hamil yang HbsAg psitif
bayinya perlu dilindungi sebagai berikut : segera setelah lahir bayi diberi suntikan HBIG
dan langsung di vaksinasi dengan vaksin hepatitis B (selambatnya dalam waktu 2
jam),vaksinasi dilakukan 3kali denag interval 1 bulan atau sesuai dengan skema vaksinya
digunakan.
1. Pengkajian
A. IDENTITAS
Nama bayi : by. T
Umur bayi : 3 jam
Tgl/jam/lahir : 13-12-2012 / 08.00 wib
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 2900 gram
Panjang badan : 49 cm
B. ANAMNESA
1. Riwayat selama kehamilan
Penrdarahan : tidak ada
Preeklamsia : tidak ada
Eklamsia : tidak ada
Penyakit kelamin : tidak ada
2. Riwayat persalinan sekarang
Kelahiran tunggal/ganda : tunggal
Jenis persalinan : normal
Ditolong oleh : bidan
Ketuban pecah : jernih
Keadaan dan jumlah air ketuban : ± 1200 cc
C. Pemerikasaan fisik
1. Pemeriksaan khusus
Apakah air ketuban jernih bercampur meconium : jernih
Apakah bayi bernafas spontan : ya
Apakah kulit bayi berwarna kemerahan : ya
Apakah tonus/kekuatan bayi cukup : ya
Apakah ini kehamilan cukup bulan : tidak
Sidik telapak kaki kiri bayi Sidik telapak kaki kanan bayi
2. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : kurang baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
Nadi : 140x/I
Suhu : 37.1°C
Pernafasan : 38x/i
LK : 36 cm
BB : 2000 gram
LD : 34 cm
4. Refleks
a. Reflek moro : ada
b. Reflek rooting : ada
c. Reflek sucking : ada
d. Reflek grasping/plantar : ada
e. Reflek tonik neck : ada
f. Reflek staping : ada
g. Reflek babin sky : ada
5. Antropometri
a. Lingkar kepala : 36 cm
b. Lingkar dada : 34 cm
c. Lingkar lengan atas : 12 cm
d. Berat badan : 2000 gram
e. Panjang badan : 49 cm
6. Eliminasi
a. Urine : 1 x sehari
b. Meconium : -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 12,4 g /dL
Bilirubin total 8.13 ml/dL . referensi rentang nilai 0 – 1.1 . keterangan : high
bilirubin 8.13mg/dL.
Masalah : ikterus kramer II
Dasar : bayi kuning pada bagian kepala, leher dan bagian atas
Masalah Potensial :
· Resiko terjadi dehidrasi
· Resiko terjadi infeksi
P:
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada orang tua
2. Berikan ASI
3. Kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tidakan yang diberikan.
4. Rawat bayi dalam incubator.
5. Observasi KU dan TTV setiap 4 jam dan jika dirasakan KU bayi berubah.
6. Lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah
terkena muntahan,kotor. Ganti popok bila BAK/BAB.
7. Terapi : fototerapi 1 x 24 jam , cefotakxime 2 x 150 mg (im), Rob 1 x 0,3 mL,
ASI, rawat dalam incubator suhu 30oC.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila
kadar bilirubin yang tidak dikendalikan.
Penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus,
intensitas ikterus (kadar bilirubin serum) jenis bilirubin,dan sebab terjadinya ikterus.
Untuk mendaptkan peganagn yang baik,pengobatan dan pemeriksaan-pemeriksaan
yang perlu dilakukan didasarkan pada timbulnya ikterus naiknya kadar bilirubin
serum.
B.Saran
waspadai tanda dan gejala sedini mungkin anak mengalami ikterus,orang tua perlu
perhatikan pada anak jika terjadi Dehidrasi/Asupan kalori tidak adekuat (misalnya:
kurang minum, muntah-muntah),Pucat Sering berkaitan dengan anemia hemolitik
(mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan
darah ekstravaskular,Trauma lahir:Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala),
perdarahan tertutup lainnya.Pletorik (penumpukan darah) : Polisitemia, yang dapat
disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK Letargik dan gejala
sepsis lainnya serta Petekiae (bintik merah di kulit).jika bayi dalam keadaan seperti
ini maka orang tua perlu mencurigai akan tanda-tanda bahwa bayi mengalami ikterus
dan segera konsultasikan ke dokter atau dokter spesialis anak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ilmu Kebidanan 2007 edisi 3,Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Bobak.2004.buku ajaran keperawatan maternitas.jakarta:EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Hamilton,P.M. 1995 . Dasar-dasar keperawatan maternitas .Jakarta :EGC
Helen Farrer RN RM . 1999. Perawatan maternitas. Jakarta : EGC
neonatus.com
pada bayi baru lahir.com
bbl.blogspot.com/2009/05/patologis.html
kesehatan bbl.com