Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

ANALISIS UNJUK KERJA HARMONIK DI INSTALASI LISTRIK


INDUSTRI DAN UPAYA PENANGGULANGGANNYA

Janny F. Abidin1)
1)
Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
wiyan_jogja@ymail.com

Abstrak - Beban tak linier seperti konverter statis, pengaturan kecepatan motor
(adjustable speed drives) dan catu daya kontinu (uninteruptible power systems),
merupakan beban yang paling banyak digunakan pada jaringan tenaga listrik suatu
industri moderen. Hal ini menimbulkan efek samping pada sistem tenaga listrik yaitu
timbulnya arus harmonik sebagai akibat pengubahan energi listrik. Arus harmonik akan
mengakibatkan distorsi bentuk gelombang tegangan sehingga tidak berbentuk sinusoidal
murni lagi. Hal ini sangat mengganggu bagi peralatan listrik yang didesain beroperasi
pada gelombang tegangan sinusoidal. Akibatnya banyak kerugian yang akan diderita, di
antaranya peralatan listrik menjadi lebih cepat panas sehingga dapat terjadi kegagalan
isolasi yang berujung pada kerusakan atau makin pendek umur dari peralatan. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui watak harmonik serta dapat menganalisis arus dan tegangan
harmonik, menghitung Total Harmonic Distortion (THD). Selain mengetahui watak dan
menganalisis harmonik, peneliti juga dapat mendesain tapis paralel (shunt filter) untuk
mengurangi Total Harmonic Distortion (THD).

PENDAHULUAN berbentuk sinusoidal murni lagi. Hal ini


Distorsi bentuk gelombang sangat mengganggu bagi peralatan
tegangan dan arus yang disebabkan oleh listrik yang didesain beroperasi pada
harmonik merupakan satu dari perhatian gelombang tegangan sinusoidal.
utama kualitas daya dalam industri daya Akibatnya banyak kerugian yang akan
listrik. Upaya yang sungguh-sungguh diderita, di antaranya peralatan listrik
telah dilakukan dalam tahun-tahun menjadi lebih cepat panas sehingga
belakangan ini untuk memperbaiki dapat terjadi kegagalan isolasi yang
manajemen distorsi harmonik dalam berujung pada kerusakan atau makin
sistem daya. Standar untuk kendali pendek umur dari peralatan. Kesalahan
harmonik telah ditetapkan oleh IEEE ukur pada kwh-meter jenis induksi,
dan IEC. makin besarnya rugi daya pada mesin
Beban tak linier seperti listrik, kegagalan fungsi pada sistem
konverter statis, pengaturan kecepatan elektronik, sistem komputer, sistem
motor (adjustable speed drives) dan catu kendali dan sistem rele atau pengaman
daya kontinu (uninteruptible power (Wagner dkk, 1993). Harmonik telah
systems), merupakan beban yang paling menunjukkan efek rusaknya peralatan
banyak digunakan pada jaringan tenaga transformator, sekering, motor induksi
listrik suatu industri moderen. Hal ini akan mengalami kegagalan pengasutan
menimbulkan efek samping pada sistem (cogging) dan pemutus tenaga (circuit
tenaga listrik yaitu timbulnya arus breaker) akan mengalami kesalahan
harmonik sebagai akibat pengubahan pemutus arus (Sankaran, 1995).
energi listrik. IEEE telah menerbitkan standar
Arus harmonik akan tentang batas-batas total distorsi
mengakibatkan distorsi bentuk harmonik tegangan (voltage total
gelombang tegangan sehingga tidak harmonic distortion), total distorsi

Vol.6 No.3 Desember 2015 176


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

harmonik arus (current total harmonic harmonik. Pengaruh adanya komponen


distortion) dan pengendalian harmonik harmonik pada sistem tenaga listrik
dalam sistem tenaga pada titik sambung dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu
bersama (point of common coupling), tekanan pada sistem isolasi karena
yaitu standar IEEE 519-1992. tegangan harmonik, pemanasan karena
Standar IEEE 519-1992 arus harmonik, kekacauan unjuk kerja
menawarkan tiga solusi untuk peralatan (Ort Meyer, dkk, 1985).
mengendalikan arus harmonik dalam Apabila terdapat arus terdistorsi
jaringan tenaga listrik, yaitu: akibat adanya beban tak linier maka
1. Tapis paralel (shunt filter) jatuh tegangan di saluran juga terdistorsi
2. Penggeseran phasa (phase sehingga terjadi perambatan harmonik
multiplication) dan dalam sistem tenaga listrik yang dapat
3. Kompensasi atau injeksi harmonik mengganggu unjuk kerja sistem.
(harmonic compensation or Bentuk gelombang yang
injection) meruncing adalah karakteristik dari arus
Penelitian ini menggunakan eksitasi transformator, reaktor dan motor
solusi nomor satu, yaitu dengan induksi juga menyerap arus yang tidak
memasang tapis paralel (shunt filter) di berbentuk sinus akibat dari arus eksitasi.
dekat beban tak linier penyebab sumber Dapur busur listrik (arc farnance)
harmonik (harmonic source) dengan merupakan sumber dari arus harmonik,
pertimbangan bahwa di samping semua jenis peralatan kontrol yang
berfungsi sebagai tapis arus harmonik menggunakan thyristor (thyristor drive)
yang ditala pada frekuensi tertentu, tapis dan penyearah (rectifier) juga
paralel juga dapat menyumbangkan membangkitkan arus harmonik. Bahkan
KVAR dalam frekuensi dasar kedalam sesungguhnya semua beban pada sistem
sistem tenaga listrik sehingga faktor tenaga listrik AC akan membangkitkan
daya beban tak linier semakin baik. harmonik pada tingkat tertentu sekecil
Alasan lain adalah rangkaiannya apapun (Ontoseno Penangsang, 2002).
sederhana dan memerlukan hanya Standar IEEE 519-1992 telah
sedikit pemeliharaan. menerbitkan standar tentang batas-batas
1.1 Tujuan Penelitian total distorsi harmonik tegangan
Penelitian bertujuan untuk (voltage total harmonic distortion) pada
mengetahui watak harmonik serta dapat titik sambung bersama adalah 5 % dan 7
menganalisis arus dan tegangan % untuk total distorsi harmonik arus
harmonik, menghitung Total Harmonic (current total harmonic distortion).
Distortion (THD). Selain mengetahui
watak dan menganalisis harmonik, 2.2 Landasan Teori
peneliti juga dapat mendesain tapis 2.2.1 Definisi Harmonik
paralel (shunt filter) untuk mengurangi Harmonik didefinisikan sebagai
Total Harmonic Distortion (THD). komponen sinusoidal dari periodik atau
besaran yang frekuensinya merupakan
2. TINJAUAN PUSTAKA kelipatan bulat dari frekuensi
2.1 Tinjauan Pustaka fundamental. Apabila komponen
Beban tak linier adalah beban frekuensinya dua kali frekuensi
yang menarik gelombang arus menjadi fundamental, maka disebut harmonik
tidak sinusoidal pada saat dicatu oleh ke-2 (IEEE std 100-1992 [B-14]).
sumber tegangan sinusoida (IEEE- Jadi pada sistem daya 50 Hz,
Standard 519-1992). Adanya beban- komponen harmonik, h, yang berbentuk
beban tak linier menimbulkan persoalan sinusoidal mempunyai frekuensi:
yang berhubungan dengan komponen

Vol.6 No.3 Desember 2015 177


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

h = n  50
Hz................................................(2.1)
dimana n adalah bilangan bulat seperti
ditunjukkan oleh gambar (2.1).

Gambar 2.3 Spektrum harmonik dalam


kawasan frekuensi
2.2.2 Distorsi Harmonik
Distorsi harmonik disebabkan
Gambar 2.1 Gelombang total dalam oleh beban-beban tak linier dalam
kawasan frekuensi sistem daya, dimana besar arus tidak
proporsional dengan tegangan yang
fundamental, gelombang digunakan. Misalnya sebuah tegangan
harmonik ke-5, ke-7, ke-11 dan yang dikenakan pada sebuah resistor
gelombang total atau gelombang yang tak linier, maka bentuk gelombang
terdistorsi yang dibentuk oleh arusnya adalah sinusoidal yang sedikit
gelombang fundamental, gelombang cacat/terdistorsi bilamana tegangan
harmonik ke-5, ke-7, dan ke-11. tersebut dinaikkan beberapa persen
maka akan menyebabkan arus menjadi
dua kali lebih besar dan bentuk
gelombangnya akan sangat berbeda
sekali, seperti diperlihatkan oleh gambar
(2.4).

Gambar 2.2 Spektrum harmonik

Amplitudo setiap harmonik


dapat digambarkan dalam satu kurve
yang disebut dengan spektrum
harmonik. Spektrum distorsi harmonik Gambar 2.4 Distorsi arus oleh resistor
suatu gelombang dapat disajikan dalam tak linier
kawasan frekuensi seperti pada gambar Bentuk gelombang yang
(2.2). Spektrum distorsi harnomik terdistorsi dapat diekspresikan sebagai
gambar (2.2) memperlihatkan komponen jumlah dari gelombang sinusoidal,
fundamental dan komponen bilamana sebuah gelombang sama
harmoniknya. Pada umumnya spektrum dengan satu siklus hingga ke siklus
distorsi harmonik disajikan tanpa berikutnya, maka dapat
memperlihatkan komponen fundamental direpresentasikan sebagai jumlah dari
seperti pada gambar (2.3). gelombang sinus murni yang mana
frekuensi dari masing-masing sinusoidal

Vol.6 No.3 Desember 2015 178


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

tersebut adalah kelipatan bilangan bulat Xh adalah reaktansi sistem


dari frekuensi fundamental yang untuk harmonik ke-n
gelombangnya terdistorsi. Jumlah fo frekuensi dasar
sinusoidal ini direpresentasikan dalam h orde harmonik
analisis fourier. L adalah induktansi sistem
2.2.2.1 Tegangan dengan distorsi arus R adalah resistan sistem
Distorsi tegangan pada sistem 2.2.2.2 Distorsi harmonik total/total
tenaga disebabkan oleh interaksi antara harmonic distortion (THD)
arus beban yang terdistorsi dan Faktor distorsi menggambarkan
impedansi linier sistem. Dimisalkan tingkat gangguan harmonik pada
bahwa sumber pada gambar (2.5) adalah jaringan listrik. Ada beberapa
ideal sehingga tidak ada distorsi pada pengukuran yang umum digunakan,
titik A. Sumber tersebut mengalirkan salah satu yang paling umum adalah
daya ke beban tak linier pada bus B distorsi harmonik total (THD) yang akan
melalui jaringan distorsi linier. digunakan dalam penelitian ini, untuk
Impedansi linier Z pada jaringan tegangan ataupun arusnya.
tersebut terdiri dari elemen induktif L 
dan elemen resistif R.
Bus A tidak
V
h 2
2
h
ada distorsi Bus B - terdapat
tegangan
L R distorsi tegangan THDV = .........................(2.5)
A B
V1
Id

Vs Arus
Harmonik
Beban
Tak linier I
h 2
2
h

THDI = ..............................(2.6)
Sumber tegangan
I1
sinusoidal
Dimana V1 dan I1 merupakan
fundamental sedangkan Vh dan Ih
Gambar 2.5 Hubungan antara distorsi komponen harmonik. Ukuran dari
arus dan distorsi tegangan distorsi individual untuk tegangan dan
Arus yang mengalir karena arus harmonik ke-h, masing-masing
beban tak linier akan menentukan didefinisikan sebagai Vh/V1 dan Ih/I1
distorsi tegangan pada bus B dapat 2.2.2.3 Distorsi kebutuhan total /total
dicari dengan: demand distortion (TDD)
VB = VS – (Id x Z) ............................(2.2) 
Bagian dari ”IdZ” adalah
taksinusoidal karena Id adalah
I
h 2
2
h

TDD = ............................(2.7)
taksinusoidal. Jumlah distorsi tegangan IL
pada bus B akan tergantung dari
Dimana IL adalah arus beban
besarnya bagian ”IdZ” ini. Jika sistem
maksimum pada frekuensi fundamental
tidak mempunyai impedans (Z = 0, tidak
di point of common coupling (PCC),
ada rugi-rugi) maka tidak ada distorsi
dihitung sebagai arus rata-rata dari
yang terjadi pada bus B. Bagian drop
beban maksimum selama dua belas
tegangan ”IdZ” dapat dicari dengan
bulan sebelumnya.
Id Z =
n
2.2.2.4 Distorsi faktor daya
 I R  jX  ..............................(2.3)
n 1
h h
Tegangan dan arus yang
mengandung komponen harmonik
Xh = 2fohL ....................................(2.4) mempunyai nilai RMS sebagai berikut:
dengan, Id adalah arus beban tak linier
Ih adalah arus harmonik ke-h

Vol.6 No.3 Desember 2015 179


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

Vrms = V1 Penyedia daya


PCC
2
 THD V 
1   ....................(2.8)
IL
Resistan dan
 100  Induktan Saluran

dan Trafo
Step-down
Irms = Imrs I1 = I1
2
 THD I 
1   ....................(2.9) Pengguna Beban yang akan

 100 
lain di selidiki

Gambar 2.6 PCC sisi tegangan tinggi


sehingga total faktor daya menjadi: transformator
P Pengukuran arus atau tegangan
Pftot =
2 2 harmonik dapat juga dilakukan pada sisi
 THD V   THD1 
V1I1 1    1   tegangan rendah walaupun PCC dipilih
 100   100  pada sisi tegangan tinggi transformator
.(2.10) pensuplai. Hasil pengukuran pada sisi
Sebagian besar kasus hanya tegangan rendah tersebut kemungkinan
sedikit porsi daya rata-rata yang direfresentasikan dengan perbandingan
disumbangkan oleh komponen harmonik belitan transformator yang ditunjukkan
dan total distorsi tegangan kurang dari oleh gambar (2.7).
Penyedia
10 % sehingga: daya
Pftot 
P1 1 Resistan dan
..................(2.11) Induktans Trafo
V1 I1  THD I 
2 Saluran Step-down
PCC
1   IL
 100 
Beban yang
Pftot  cos (1 - 1) . Pfdist ...............(2.12)
Pengguna
lain akan di
selidiki

Dimana cos (1 - 1) dikenal


sebagai displacement power factor dan Gambar 2.7 PCC sisi tegangan rendah
Pfdist disebut distortion power factor. transformator
2.2.4 Titik Sambung Bersama/Point 2.2.6 Dampak Harmonik
of Common Coupling (PCC) Setiap komponen sistem tenaga
PCC merupakan titik lokasi dapat dipengaruhi oleh harmonik
pada jaringan tempat pengguna dan walaupun dengan akibat yang berbeda.
beban lain dapat disambung. PCC dapat Namun demikian, komponen tersebut
berada pada primer atau sekunder akan mengalami penurunan kerja dan
transformator pensuplai, tergantung bahkan akan mengalami kerusakan.
apakah ada atau tidak pengguna lain Salah satu dampak yang umum dialami
yang dilayani dari transformator adalah panas lebih pada kawat netral dan
tersebut. Gambar (2.6) di bawah ini transformator sebagai akibat timbulnya
melukiskan PCC yang berada pada harmonik ketiga yang dibangkitkan oleh
primer atau pada sisi tegangan tinggi peralatan listrik satu fase.
transformator. Arus beban setiap fase dari
beban linier yang seimbang pada
frekuensi dasarnya akan saling
mengurangi sehingga arus netral
menjadi nol. Sebaliknya beban tak linier
satu fase akan menimbulkan harmonik
kelipatan tiga ganjil yang disebut triplen

Vol.6 No.3 Desember 2015 180


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

harmonic (harmonik ke-3. ke-9, ke-15, 2.2.7.2 Batas distorsi tegangan


dst). Harmonik ini tidak menghilangkan Tabel 2.4 Batas distorsi tegangan pada
arus netral, tetapi dapat menghasilkan PCC
arus netral yang melebihi arus fasenya. menurut IEEE 519-1992
Tegangan Bus Batas THDV
Selain itu ada beberapa akibat pada PCC harmonik (%)
indi (%)
yang ditimbulkan oleh adanya harmonik
V  69 KV 3.0 5.0
dalam sistem tenaga listrik, antara lain: 69 KV – 161 1.5 2.5
1. Timbulnya getaran mekanis pada KV
panel listrik yang merupakan V  161 1.0 1.5
getaran resonansi mekanis akibat
arus harmonik frekuensi tinggi. 2.3 Teknik Mengurangi Distorsi
2. Harmonik dapat menimbulkan Harmonik
tambahan torsi pada KWH meter Ada berbagai teknik yang dapat
jenis elektromekanis yang digunakan untuk memperbaiki
menggunakan program induksi gelombang cacat atau terdistorsi, antara
berputar. Sebagai akibatnya, putaran lain: tapis, injeksi arus harmonik dan
piring akan lebih cepat atau terjadi transformator penggeser fase. Teknik
kesalahan ukur dalam KWH meter yang paling sederhana dan praktis
karena piringan induksi tersebut diterapkan adalah tapis paralel pasif.
dirancang hanya pada frekuensi 2.3.1 Filter Penala Tunggal/Single
dasar. Tuned Filter (STF)
3. Pemutusan beban dapat bekerja Umumnya tapis terbagi menjadi
dibawah arus pengenalnya atau dua kelompok yaitu tapis pasif dan tapis
mungkin tidak bekerja pada arus aktif. Tapis pasif terbuat dari elemen-
pengenalnya. Pemutus beban yang elemen kapasitor, induktor, dan resistor.
dapat terhindar dari gangguan Sedangkan tapis aktif terbuat dari
harmonik umumnya adalah pemutus komponen semi konduktor dengan
beban yang mempunyai respon prinsip kerja seperti pada elektronika
terhadap arus rms sebenarnya (true daya.
rms current) atau kenaikan Tapis pasif dapat berupa tapis
temperatur karena arus lebih. penala dan tapis peredam seperti
2.2.7 Batas Distorsi Harmonik diperlihatkan pada gambar (2.9)
Ada berbagai batas distorsi C
harmonik di beberapa negara.
Kebanyakan industri menggunakan L
batas distorsi yang dikeluarkan oleh
IEEE std-519-1992 (B-15).
R

2.2.7.1 Batas distorsi arus


Tabel 2.3 Batas distorsi arus untuk (a)
sistem distribusi
menurut IEEE 519-1992(120 V sampai
69000 V)

(b) (c) (d) (e)


Gambar 2.9 Konfigurasi tapis pasif

Vol.6 No.3 Desember 2015 181


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

Tapis paralel merupakan metode menentukan KVAR yang dibutuhkan


yang paling umum digunakan untuk adalah sebagai berikut:
mengendalikan aliran arus harmonik Q1 = P tan  1 ................................(2.20)
sehingga tapis ini dapat dirancang dari
Q2 = P tan  2 ...............................(2.21)
kombinasi seri reaktor (induktansi) dan
kapasitor (kapasitansi) sehingga Qc = Q1 – Q2 ...............................(2.22)
membentuk penala tunggal. Tapis dengan, P = Daya aktif (watt)
paralel pasif bertindak sebagai Q1 = Daya reaktif sebelum
”perangkap” karena menyerap arus pemasangan tapis (VAR)
harmonik yang ditalanya. Tapis LC S1 = Daya semu sebelum
dalam kenyataannya mempunyai nilai R pemasangan tapis (VA)
yang berasal dari induktor sehingga S2 = Daya semu setelah
rangkaian lengkap tapis diperlihatkan pemasangan tapis (VA)
oleh gambar (2.9a). Q2 = Daya semu setelah
Hubungan antara impedansi pemasangan tapis (VA)
tapis dan frekuensi untuk nilai R, L dan Qc = Daya reaktif tapis
C tertentu dengan frekuensi resonansi 50 1 = Sudut sebelum
Herts adalah: pemasangan tapis
1 2 = Sudut setelah
Z = R + j ( l - ) ................(2.16) pemasangan tapis
L
Ketajaman penalaan ditentukan 2.3.2.2 Tentukan besarnya komponen
oleh faktor kualitas yang didefinisikan tapis penala tunggal
sebagai perbandingan reaktansi induktif nilai kapasitor terhubung delta pada
atau kapasitif pada frekuensi resonansi gambar (2.11a), maka
dengan resistansi tapis. Ic =
XO Qc
Q= ....................................(2.17) ........................................(2.23)
R VL L
Frekuensi resonansi diberikan oleh:
sehingga,
1 XC
fo =  f1 ...............(2.18) IFLcap =
2 LC XL QC
......................................(2.24)
dengan, f1 adalah frekuensi 3V L  L
fundamental
impedan ekuivalen fase tunggal dari
L adalah induktansi tapis
kapasitor adalah
C adalah kapasitansi tapis
Xc =
XC adalah reaktansi kapasitif
pada frekuensi fundamental VL L
...........................................(2.25)
XL adalah reaktansi induktif Ic
pada frekuensi fundamental impedan tapis ditentukan dengan
2.3.2 Desain Tapis Penala Tunggal mengunakan
Langkah-langkah analisis dan XL =
desain pemasangan tapis harmonik
XC
panala tunggal adalah sebagai berikut: .............................................(2.26)
2.3.2.1 Tentukan besarnya KVAR h2
yang dibutuhkan nilai resistor yang berasal dari impedan
Umumnya KVAR yang tapis adalah
dibutuhkan disesuaikan dengan tingkat XL
kebutuhan perbaikan faktor daya pada R= ............ .........................(2.27)
Q
sistem. Pada penelitian ini untuk

Vol.6 No.3 Desember 2015 182


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

3.Metode Penelitian. diperoleh dari hasil simulasi program


ETAP (Electrical Transient Analyser
3.1 Pelaksanaan Penelitian Program) PowerStation 4.0.0. Data
Penelitian ini dimaksud untuk hasil simulasi program disajikan dalam
mengurangi distorsi harmonik dengan tabel (4.1) dan (4.2).
mendesain suatu tapis penala tunggal Tabel 4.1 Hasil Simulasi Sebelum
dan kemudian mensimulasikan bentuk Dipasang Tapis
gelombang tegangan dan arus pada Pf
Arus Aliran Daya (%)
masing-masing bus atau rel sebelum dan
Bus V I Total
setelah pemasangan tapis.
Sebelum tapis didesain perlu (Kv) (A) (Mw) (Mvar)
dipelajari keadaan spektrum tegangan Bus A 20 94 2,85 1,59 87,26
harmonik pada sistem baru kemudian Bus B 20 94 2,85 1,59 87,26
didesain suatu tapis berkenaan dengan Bus C 0,38 385 0,22 0,1 90,27
keadaan harmonik tersebut. Bus D 0,22 296 0,09 0,05 87,29
Tahapan-tahapan yang harus dilalui
Bus E 0,38 284 0,16 0,08 90,24
dalam penelitian ini secara garis besar
dibagi menjadi: Bus F 0,38 329 0,18 0,09 88,9

1. Membuat gambar sistem tenaga Bus G 0,22 575 0,18 0,07 92,36
listrik pada lembar kerja program Bus H 0,38 511 0,29 0,14 90,49
aplikasi ETAP (Electrical Transient Bus I 0,38 159 0,08 0,05 83,77
Analyser Program) powerstation Bus J 0,38 114 0,06 0,04 84,67
versi 4.0.0 Bus K 0,38 875 0,49 0,24 89,95
2. Meng-input semua data yang
diperlukan dalam simulasi yaitu data
parameter sumber, saluran dan Tabel 4.2 Total THDV dan THDI
beban sistem. Sebelum Dipasang Tapis
3. Memulai langkah pertama yaitu
melakukan simulasi pada saat tapis THDV THDI
penala tunggal belum terpasang. Bus (%) (%)
4. Kemudian simulasi dilakukan Bus A 2,62 0,1
dengan memasang tapis penala Bus B 2,63 0,1
tunggal. Bus C 2,93 0,78
5. Diagram alur dari proses penelitian Bus D 12,78 17,78
ini terlihat pada gambar (3.1). Bus E 2,92 0,59
Bus F 2,92 0,54
4. HASIL PENELITIAN DAN Bus G 13,89 3,92
PEMBAHASAN Bus H 2,93 0,7
4.1 Analisis Data dengan Simulasi Bus I 2,93 0,59
Program ETAP (Electrical Bus J 3,01 0,57
Transient Analyser Program)
Bus K 3,01 0,55
Sebelum Pemasangan Tapis

Program dan analisis yang dibuat Dari tabel (4.2) terlihat bahwa Total
dalam penelitian ini diambil dari Harmonic Distortion THD pada
diagram satu garis data jaringan sistem masing-masing bus sebelum tapis
kelistrikan Pabrik 4 dan Dyeing di dipasang. Grafik THD untuk masing-
PT.Vonex Indonesia. Gambar satu garis masing bus ditunjukkan pada gambar
sistem kelistrikan ditunjukan dilampiran. (4.1) dan (4.2). Spektrum harmonik arus
Beberapa data dalam penelitian ini dan tegangan ditunjukkan oleh gambar
(4.3) sampai (4.9) serta gelombang

Vol.6 No.3 Desember 2015 183


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

harmonik arus dan tegangan Cos  1 (terbaca) : 0,84


diperlihatkan oleh gambar (4.10) sampai
Cos  2 (yang diinginkan) : 0,98
(4.16).
1  cos 0,84  32,85
1 0

Gambar 4.3 Spektrum Harmonik  2  cos1 0,98  11,47 0


Tegangan Sebelum Dipasang Tapis
Besar sudut pergeseran =
32,85  11,47  21,38
0 0 0

4.2.2 Tentukan Komponen Tapis


Penala Tunggal
Q2 = P tg  2
= 60 kW . tg (11,470)
Q2 = 12 KVAR
QC = Q1 – Q2

4.3 Analisis Data dengan Simulasi


Program ETAP Setelah
Pemasangan Tapis
Gambar 4.15 Gelombang Harmonik
Data dalam penelitian ini diperoleh dari
Arus Sebelum Dipasang Tapis
hasil simulasi program ETAP. Data hasil
simulasi program disajikan dalam tabel
(4.4) dan (4.5).
4.2 Desain Tapis untuk Mengurangi
Tabel 4.4 Data Daya, Tegangan, Arus
Distorsi Harmonik
dan Faktor Daya
Dari data menunjukkan bahwa
harmonik yang dominan berada di
harmonik ke-11. Pada penelitian ini
untuk menggurangi distorsi harmonik
didesain tapis penala tunggal (single
tuned filter) harmonik ke-11 pada
masing-masing bus dengan diolah secara
perhitungan manual untuk mendapatkan
parameter komponen tapis harmonik.
Langkah-langkah analisis dan desain
pemasangan tapis harmonik penala
tunggal harmonik ke-11 pada masing-
masing bus adalah sebagai berikut:
4.2.1 Tentukan Besarnya KVAR
yang Dibutuhkan
Dalam perhitungan komponen
tapis, penulis hanya memberi contoh
pada salah satu bus. Daya nyata pada
bus Flat Card A = 60 KW, daya reaktif
= 40 KVAR, faktor daya 0,84 dan
apabila direncanakan dengan
pemasangan tapis harmonik maka faktor
daya akan diperbaiki dari 0,84 lagging
menjadi 0,98 lagging, maka total KVAR
tapis yang dibutuhkan adalah:

Vol.6 No.3 Desember 2015 184


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

Hasil Simulasi Setelah Dipasang Tapis VTHD (%) Setelah

Tabel 4.5 THDV dan (THDI) pada Bus


6
Setelah Dipasang Tapis 5

Persen (%)
4
3
2
1
0

L.Group Hank Dyeing

S Setter Damen Room 1


B Damen Room S Setter

Fan dan Pump

Hank Dyeing 1
DTW

Flat Card

Spinning Frame 1
Spinning Frame 2
Compressor

Flat Card A
Drawing Frame Simplex

LG - 1
LG - 2
LG - 3
LG - 4
Bus utama

LD

Steam Setter
Bus B

S Setter 2

Winder
Blowing Compressor
Bus A
Lanjutan Tabel 4.5
Bus

Bus THDI (%) THDI (%)


B Damen Room S Setter 4,04 1,66 Gambar 4.17 Grafik THDv (%) Setelah
Compressor 1,47 0,36 Pemasangan Tapis
Drawing Frame Simplex 1,47 0,33
ITHD (%) Setelah
DTW 3,9 6,35
Fan dan Pump 1,47 0,43 14

12
Hank Dyeing 1 1,51 0,33
10
L.Group Hank Dyeing 1,66 12,64
Persen (%)

LD 2 9,86 6

LG - 1 1,51 10,13 4

2
LG - 2 1,51 10,13
0
LG - 3 1,52 11

L.Group Hank Dyeing

S Setter Damen Room 1


B Damen Room S Setter

Fan dan Pump

Hank Dyeing 1
DTW

Flat Card

Spinning Frame 1
Spinning Frame 2
Compressor
Drawing Frame Simplex

Flat Card A

LG - 1
LG - 2
LG - 3
LG - 4
Bus utama

LD

Steam Setter
Bus B

S Setter 2

Winder
Blowing Compressor
Bus A

LG - 4 1,52 10,74
Spinning Frame 1 1,47 0,36
Spinning Frame 2 1,47 0,36
Bus
S Setter 2 4,02 2,19
S Setter Damen Room 1 1,46 1,98
Steam Setter 5,17 12,8 Gambar 4.18 Grafik THDi ( %) Setelah
Winder 1,47 0,36 Pemasangan Tapis

Dari tabel (4.5) terlihat bahwa


Total Harmonic Distortion THD pada
masing-masing bus setelah tapis
dipasang mengalami pengurangan.
Grafik pengurangan THD untuk masing-
masing bus ditunjukkan pada gambar
(4.17) dan (4.18). Spektrum harmonik
arus dan tegangan ditunjukkan oleh
gambar (4.19) sampai (4.25) serta
gelombang harmonik arus dan tegangan
diperlihatkan oleh gambar (4.26) sampai
(4.32).

Gambar 4.19 Spektrum Harmonik


Tegangan Setelah Dipasang Tapis

Vol.6 No.3 Desember 2015 185


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

Gambar 4.24 Spektrum Harmonik Arus Gambar 4.29 Gelombang Harmonik


Setelah Dipasang Tapis Arus Setelah Dipasang Tapis

4.4 Perbandingan Analisa Data


dengan Simulasi Program
ETAP Sebelum dan Setelah
Pemasangan Tapis

Dari tabel (4.6) terlihat bahwa


pada kondisi dimana tapis setelah
dipasang Total Harmonic Distortion
(THD) mengalami penurunan. Selain
mengurangi THD pada masing-masing
bus juga memperbaiki daya jaringan
yang ditunjukkan pada tabel (4.7).
Perbandingan bentuk gelombang
Gambar 4.25 Spektrum Harmonik Arus
harmonik arus dan harmonik tegangan
Setelah Dipasang Tapis
sebelum dipasang tapis dan setelah
dipasang tapis untuk masing-masing bus
ditunjukkan oleh gambar (4.35) sampai
(4.48).

Gambar 4.26 Gelombang Harmonik


Tegangan Setelah Dipasang Tapis

Vol.6 No.3 Desember 2015 186


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

Tabel 4.6 Hasil Penelitian Besarnya Tabel 4.8 Kenaikan Daya Setelah
THD Tanpa dan Dengan Tapis Dipasang Tapis

Tabel 4.7 Perbandingan Daya Tanpa


Tapis dan Dengan Tapis
Perbandingan VTHD (%) sebelum dan Setelah
Pemasangan tapis

16,00
14,00
12,00
Persen (%)

10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
Fr mpr tte r

m m1
1
rD SS e2
ex

Fla mp

Dy 1
ng

W er
da TW

Ha t C rd
Ro pre a

S im or

-1

-2
-3

Fr 4
LD
B

en er 2

r
A

so

de
ng m e
am

tt
Fla t Ca
s
pl

-
ei
d
Se
Bu us

Pu

Ha yei n

am
s

St Roo
Se
am es
s

ar
D

in
LG

LG
LG

LG
Bu

am ett
ut

a
B

Fr
S

D
s

nk
en om
om

ea
e

Sp i ng
ro nk
ing Co

n
C

ni
n
Fa

in
in
up
ing

Sp
ow

tte
m

G
aw

Se
Da
Bl

L.
Dr

S
B

VTHD (%) Sebelum


Bus VTHD (%) Setelah

Gambar 4.33 Grafik Perbandingan


THDV

Vol.6 No.3 Desember 2015 187


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

5. KESIMPULAN
Perbandingan ITHD (%) sebelum dan Setelah
Pemasangan tapis
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya
20
18 mengenai reduksi Total Harmonic
Distortion THD terhadap perbaikan
16
14
Persen (%)

12
10 kualitas daya pada untai 3 fase 4 kawat,
8
6 maka dapat diambil kesimpulan sebagai
4
2 berikut:
0
1. Pemasangan tapis penala tunggal
Fr mpr te r

m m1
1
rD SS e2
ex

Dy 1
ng

W er
da TW

Ha t C rd
en om m a

S im or

Dy A

-1
-2

-3

Fr 4
LD
B

or

en er 2

r
A

de
ng m e
g
ing Co Set

tt
Fla Ca
s
pl

-
ei
d
om ess
Bu us

Pu

Ha ei n

am
s

St Roo

Se
am es
a

ar
D

in
LG
LG

LG
LG
Bu

am ett
ut

a
B

Fr
r
S

Fla
n

untuk harmonik ke-11 pada masing-


p
s

nk

ea
e

g
ro nk

n
n
C
Ro

ni

ni
Fa

in

in
up
Da ing

Sp

Sp
ow

tte
m

masing bus dalam penelitian


aw

Se
Bl

L.
Dr

S
B

Bus
ITHD (%) Sebelum
ITHD (%) Setelah
terbukti dapat mengurangi THD.
Untuk tegangan dari 13.89 %
Gambar 4.34 Grafik Perbandingan THDI menjadi 3.90 % dengan persen
penurunan 9.99 % dan untuk arus
dari 17.78 % menjadi 12.80 %
dengan persen penurunan 4.98 %.
2. Pemasangan tapis penala tunggal
disamping mengurangi THD juga
menyumbang KVAR dalam
frekuensi dasar, sehingga dapat
memperbaiki faktor daya beban tak
linier dan kualitas daya akan
semakin baik.
3. Perbaikan faktor daya beban dari
0.88 lagging menjadi 0.95 lagging.

Gambar 4.36 Gelombang Harmonik


Tegangan Setelah Dipasang Tapis 6. DAFTAR PUSTAKA
Arrilangga J., Bradley, D.A, Bodger, P
S, 1985, Power System
Harmonic, John Willey &
Sons, New York.

IEEE Std. 519-1992., 1994, IEEE


Guide for Harmonic Control
and Reactive Compensation of
Static Power Converter.
Internet.

M.Isnaeni B.S., 2000, Pengurangan


Arus Harmonik Netral Pada
Untai 3 Fase 4 Kawat
Gambar 4.46 Gelombang Harmonik Berbeban Lampu Fluoresen,
Arus Setelah Dipasang Tapis Tesis, UGM Yogyakarta.

Ort Meyer.,dkk, 1985, Pengaruh


Adanya Komponen Harmonik
Pada Sistem Tenaga Listrik.

Vol.6 No.3 Desember 2015 188


Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479

Penangsang O., 2002, Faktor Daya dan


Harmonisa pada Sistem
Kelistrikan yang Mengandung
Harmonisa, Tutorial SSTE, ITS
Surabaya.

Roger C. Dugan., Mark F.


McGranaghan, H. Wayne
Beaty, Electrical Power
Systems Quality, McGraw-Hill,
New York.

Suprianto., Tumiran, Hamzah Berahim,


2005, Evaluasi Harmonik Pada
Sistem Tenaga Listrik (Studi
Kasus P.T Krakatau Steel),
Makalah Seminar Nasional
Teknik Ketenagalistrikan, Fak.
Teknik UNDIP Semarang.

Vol.6 No.3 Desember 2015 189

Anda mungkin juga menyukai