Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman obat adalah segala jenis tanaman yang memiliki khasiat untuk

pengobatan penyakit dan berkaitan dengan pengobatan tradisional (Yuni et al.,

2011). Menurut Abdiyani (2008) tanaman obat adalah segala jenis tanaman yang

diketahui dan dipercaya memiliki khasiat obat. Menurut Badan Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan, Indonesia memiliki 30.000 jenis tanaman obat

sehingga dijuluki dengan live laboratory. Dari data tersebut, didapatkan 25%

diantaranya memiliki khasiat sebagai tanaman obat atau obat herbal, tetapi

hanya 1.200 jenis tanaman yang sudah digunakan sebagai bahan baku obat.

Ketersediaan tanaman obat tersebut meningkatkan banyak peneliti untuk

membuktikan keamanan dari zat aktif yang terkandung dalam tanaman obat

sehingga dapat terstandardisasi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Salah satu tanaman obat yang memiliki potensi untuk diuji zat aktifnya di

Indonesia adalah ubi jalar (Ipomoea batatas L.) varietas ungu.Ubi jalar dibawa

oleh Columbus dari amerika selatan ke belahan bumi bagian utara pada abad

ke 17. Ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting

karena kadar gizinya yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, serat, zat besi,

vitamin B3, dan antosianin (Hambali et al., 2014). Kandungan pigmen antosianin
tersebar di kulit dan daging ubi jalar sehingga berwarna ungu (Wahyu et al,.

2014).

Antosianin adalah zat pewarna alami sub-tipe senyawa organik flavonoid

yang larut dalam air dan terdapat di dalam vakuola sel tanaman. Antosianin

memiliki pigmen warna biru, magenta, ungu, dan kuning. Warna yang

ditimbulkan berdasarkan keasaman lingkungannya, karena kestabilan

antosianin dipengaruhi oleh oksigen, pH, dan sulfur dioksida (SO2). Senyawa

yang ditemukan di dalam antosianin adalah peonidin, malvidin, delfinidin,

petunidin, pelargonidin, dan sianidin (Hambali et al.,2014). Antosianin

mempunyai stabilitas yang rendah sehingga pigmen mudah rusak dan berubah.

Menurut hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Balitbang Pertanian, antosianin berfungsi sebagai antioksidan, peningkatan

trombosit, kanker, jantung koroner, gangguan fungsi hati, dan antihipertensi.

Stabilitas antosianin yang rendah menyebabkan zat aktif antosianin di dalam

ubi jalar perlu diuji agar terjamin khasiat dan keamanannya sebagai obat herbal.

Oleh karena itu, peneliti akan melakukan uji toksisitas subkronis oral untuk

mengamati trombosit dari darah tikus (Rattus norvegicus) yang diberikan per

oral antosianin dalam bentuk ekstrak etanol ubi jalar ungu.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat efek toksik pada ekstrak etanol ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas L.) kultivar Gunung Kawi terhadap kadar trombosit tikus Wistar (Rattus

norvegicus) yang dipapar secara oral subkronik.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efek toksik subkronik pada ekstrak etanol ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas L.) kultivar Gunung Kawi terhadap kadar trombosit tikus

Wistar (Rattus norvegicus).

1.3.2 Tujuan Khusus

Menghitung kadar trombosit pada tikus Rattus norvegicus strain wistar yang

dipapar dengan ekstrak etanol ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) kultivar

Gunung Kawi secara subkronik.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan sebagai landasan teori

untuk menambah wawasan dan pengembangan penelitian selanjutnya di

bidang kesehatan khususnya dalam pengembangan obat herbal terstandar

dari ekstrak etanol ubi ungu (Ipomoea batatas L.) kultivar Gunung Kawi

terhadap trombosit tikus Wistar (Rattus Norvegicus) yang dipapar secara oral

subkronik.

1.4.2 Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian

selanjutnya terkait dengan potensi ekstrak etanol ubi ungu (Ipomoea batatas

L.)

Anda mungkin juga menyukai