Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan WHO pada tahun 1999 secara global ada 62 juta kasus baru Gonorrhea,

27,2 juta diantaranya terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Amerika Serikat

pada tahun 2004 terdapat 330.132 kasus penyakit infeksi bakteri Neisseria

gonorrhoeae, dengan rata-rata 113,5 kasus per 100.000 penduduk. Di Jepang terdapat

peningkatan kasus infeksi oleh bakteri Neisseia gonorrhoeae yang sudah resisten

terhadap ciprofloxacin, dari 6,6% kasus pada tahun 1993-1994 menjadi 24,4% pada

tahun 1997-1998.

Di Amerika Serikat yaitu sekitar lebih dari 333.004 kasus dilaporkan pada tahun

2013. Center for disease control and prevention (CDC) memperkirakan sekitar

820.000 kasus gonore muncul setiap tahunnya di AS (CDC, 2015). Terjadi penurunan

2 angka infeksi gonore dari 106,7 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2012

menjadi 106,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2013, namun selama periode

2009 hingga 2013 angka infeksi meningkat sekitar 8,2%.

Prevalensi gonore berdasarkan data dari Survei Terpadu Biologis Perilaku

(STBP) pada tahun 2013 di beberapa kota di Indonesia, dilaporkan mengalami

peningkatan pada pria berisiko tinggi dari 0,7% pada tahun 2009 menjadi 8,5% pada

tahun 2013, dan pada laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL) juga

terjadi peningkatan dari sekitar 17% pada tahun 2009 menjadi 21,2% pada tahun

2013.

Di Indonesia, data dari DepKes RI pada tahun 1988, angka insidensi gonorrrhea

adalah 316 kasus per 100.000 penduduk.

1
Prevalensi infeksi gonore pada WPS langsung di Indonesia menurut STBP pada

tahun 2013 adalah sebesar 32,2 % dan 34,8 % pada tahun 2009. Prevalensi infeksi

gonore pada WPS tidak langsung adalah sebesar 17,7 % pada tahun 2013 dan 17,7 %

pada tahun 2009.

Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap PSK wanita

menunjukkan bahwa pravelensi gonorhe berkisar antara 7,4-50 %.

Menurut penelitian Pravalensi ISR pada PSK di Medan, Sumatera Utara pada

tahun 2005, ditemukan pravelensi gonore dan klamidia pada WPS dikota Medan

secara umum sebesar 16%.

keberadaan gonorhe di masyarakat ibarat gunung es, hanya diketahui sebagian

kecil di permukaan saja namun sesungguhnya lebih banyak kasus yang tidak

terungkap datanya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Gonorroehae

Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh

Neisseria gonorrhoeae. Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Neisseria gonorrhoeae yang sering menyerang membran mukosa uretra pada pria

dan endoservik pada wanita. Gonore sering ditularkan melalui kontak seksual.

B. Tahap Riwayat Alamiah Penyakit

1. Tahap Prepatogenesis

Rentan bakteri penyebab gonore dapat ditemukan setelah kontak seksual

dengan orang yang terinfeksi (kontak langsung dalam kasus infeksi pada

bayi baru lahir). Host dari penyakit gonore adalah manusia baik wanita

maupun pria yang melakukan hubungan seksual dengan penderita yang

telah terinfeksi sebelumnya. Seorang ibu yang terinfeksi juga dapat

menurunkan gonore kepada bayinya selama persalinan, kondisi ini dikenal

sebagai oftalmia neonatorum. Lingkungan sosial masyarakat sangat

berpengaruh pada penyebaran penyakit gonore.

2. Tahap Patogenesis

Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau

melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama

mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis

gonore terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:

3
 Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan

selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.

 Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk

kolonisasi selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae

terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk

melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir.

 Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses

yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran

sel kolumnar, membentuk vakuola.

 Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel

inang, dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam

jaringan subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan

bakteri LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi.

Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari

Neisseria LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF,

yang akan mengakibatkan kerusakan sel.

 Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi

neutrofil. Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria

gonorrhoeae dan neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun

host memicu Neisseria gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA

ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan

mempromosikan virulensi.

4
3. Tahap Pasca Patogenesis

Tahap pasca patogenesis adalah tahap terminal atau akhir dari

penyakit. Penderita dapat sembuh dari penyakit gonore dengan

melakukan pengobatan. Sebagaian besar gonokokus yang berhasil di

isolasi pada saat ini telah resisten terhadap penisilin, tetrasiklin, dan anti

mikroba lainnya, sehingga obat ini tidak bisa digunakan lagi untuk

pengobatan gonore. Kini di Indonesia, kanamisin dan thiampenicol telah

menujukkan kembali setelah lama di tinggalkan. Secara sales manager di

anjurkan kepada semua pasien gonore untuk diberikan pengobatan

bersamaan dengan obat anti clamidiosis, karena infeksi campuran antara

clamidiosis dan gonore sering dijumpai.

C. Tanda dan Gejala

Gejala pada penderita pria biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah

terinfeksi. Mulanya penderita tidak enak pada uretra, yang beberapa jam

kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.

Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang

semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas.

Lubang penis tampak merah dan membengkak.Pada penderita wanita, gejala

awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita wanita

seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan

diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika

timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita

5
menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika

berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

D. Manifestasi Klinis

Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan gejala simptomatik maupun

asimptomatik infeksi pada saluran genital. Gejala kliniknya tumpang tindih

dengan gejala penyakit infeksi menular seksual lainya. Infeksi gonokokal terbatas

pada permukaan yang mengandung mukosa. Infeksi terjadi pada area yang

dilapisi dengan epitel kolumner, diantaranya serviks, uretra, rectum, faring dan

konjungtiva. Jika bersifat asimptomatis maka dapat berkembang menjadi penyakit

radang panggul. Penyakit ini bisa akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium,

tuba falopii, ovarium dan peritoneum.

6
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh

Neisseria gonorrhoeae. Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Neisseria gonorrhoeae yang sering menyerang membran mukosa uretra pada pria

dan endoservik pada wanita. Gonore sering ditularkan melalui kontak seksual.

Tahap riwayat penyakit alamiah terdiri dari tiga tahap yaitu tahap

prepatogenesis, tahap patogenesis dan tahap pasca patogenesis. Tanda dan gejala

penyakit gonore pada penderita pria yaitu tidak enak pada uretra, yang beberapa

jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.

Gejala pada penderita wanita yaitu desakan untuk berkemih, nyeri ketika

berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

Manifestasi klinis penyakit gonore yaitu Infeksi terjadi pada area yang

dilapisi dengan epitel kolumner, diantaranya serviks, uretra, rectum, faring dan

konjungtiva.

B. Saran

1. Untuk mencegah terjadinya penyakit Gonore adalah tidak melakukan

seksual bebas dan memakai kondom jika ingin berhubungn seksual.

2. Tidak berganti-ganti pasangan

3. Jika sudah terjadi penyakit ini segera bawa kedokter

7
DAFTAR PUSTAKA

Bustan,MM.(1997).Epidemiologi Penyakit Menular.Jakarta : Rineka Cipto

Departemen kesehatan. (2006) . Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Soekidjo.(2010).Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta: Rineka Cipta

Santana, Daniel.(2007). Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta :Mega Aksara

Sjaiful FD, Wresti Indriatmi BM, Jubianto J. Infeksi menular seksual. Edisi
ke 3.Jakarta:FKUI

WHO. Guidelinesformanagementofsexuallytransmittedinfection.

Departemen kesehatan. (2006) . Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai