PENDAHULUAN
Menjadi dewasa adalah proses yang cukup panjang. Kita bisa bayangkan begitu banyaknya
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, dari saat baru lahir dengan berat sekitar 2- 3 kg saja
sampai ia tumbuh dewasa dengan berat bisa sampai 50-60 kg. Proses yang terjadi ini meliputi
proses pertumbuhan dan perkembangan, yaitu dua hal yang berbeda namun sangat berkaitan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi kontribusi
yang besar dalam hal ini. Selain itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah
dialami oleh anak. Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status
ekonomi orang tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada
masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang kuat, perkembangan karakter anak juga akan
terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut. Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di
mana ukuran tubuh menjadi lebih besar. Dalam hal perkembangan fisik, anak menjadi terampil
dalam menggunakan tangan dan jari-jarinya, kakinya, dapat berdiri, berlari, dapat makan sendiri,
dapat menelan dengan baik, dan berbagai kemampuan lain yang sifatnya berupa keterampilan.
Pembentukan dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh adanya penghargaan
dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat perkembangannya.
Selain itu yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah perilaku dari orang
sekitanya. Anak yang masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh
orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan orang tua dan kakak-kakaknya sebagai contoh
model dalam berperilaku.
Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia tidak
hanya belajar dari mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang lain
melakukannya. Model yang dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan tidak hanya
dari yang ada di sekitarnya secara langsung. Media massa dan televisi akan ikut memberi
pengaruh dalam pembentukan karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-norma yang dianut
1
juga akan tidak jauh berbeda dengan dunianya ini. Semakin besar anak, ia akan semakin melihat
nilai dan norma apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan bagaimana kenyataan orang tua
menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini penting sekali bahwa perilaku orang tua
sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada anaknya. Justru bila apa yang dilakukan
dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan berakibat anak tidak memahami dan mengerti tentang
perilaku yang seharusnya.
Bayi baru lahir sangat tergantung dengan lingkungannya. Untuk memenuhi keperluannya ia
masih harus dibantu oleh orang lain. Sedangkan orang dewasa, sudah dapat mempengaruhi
lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhannya. Kemampuan untuk berinteraksi dan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya ini diperoleh dari suatu proses perkembangan sejak bayi
hingga dewasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
anak berbuat salah. Dengan begitu lambat laun akan tercipta mental dan watak yang bertanggung
jawab dalam diri anak. Sehingga nanti setelah ia dewasa, anak memiliki rasa tanggung jawab,
terhadap setiap hal atau perbuatan yang ia lakukan.
Bisa itu karena biasa. Maka dari itu orang tua harus mendidik anak dengan cara yang benar. Jangan
samapai hanya karena rasa sayang yang salah menempatkan, justru akan menjadikan anak sebagai
pribadi yang sulit di atur dan diasehati setelah dewasa nanti. Karena kalau begitu bukan berarti
kita merasa sayang pada anak, justru sebaliknya, cara mendidik yang salah hanya akan
menjerumuskan anak kepada kebiasaan yang tidak baik, sehingga tumbuh menjadi peribadi yang
kurang bertanggung jawab.
Didiklah anak-anak kita sejak kecil dengan cara yang baik, seperti mengajarkan anak bagaimana
bersikap sopan santun. Mengajarkan mereka pentingnya memiliki rasa tanggung jawab, dan
mengajarkan mereka untuk menyadari pentingnya sebuah kebersamaan.
Pemantauan Perkembangan mental anak sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan
selanjutnya, yakni prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja. Untuk mendapatkan perkembangan
yang baik dibutuhkan:
1. Kesehatan dan gizi yang baik: baik ketika masih dalam kandungan, bayi maupun
prasekolah.
4
Nilai-nilai kehidupan yang perlu diinformasikan dan selanjutnya dihayati oleh para remaja tidak
terbatas pada alat kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, misalnya nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai perikemanusiaan dan
perikeadilan, nilai-nilai etik, dan nilai-nilai intelektual, dalam bentuk-bentuk sesuai dengan
perkembangan remaja. Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja:
1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani
mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.
5
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira
umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40
tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda
termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik(physically trantition) transisi secara
intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa.
Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada
masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks,
Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun
suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab
sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan
suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal
merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan
fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang
menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk
meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada
steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih
mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
6
2. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara
individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain
membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau
masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang
yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab
dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai
karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan
pengurus rumah tangga.
3. Usia Banyak Masalah (Problem age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini,
dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti
persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya
memerlukan penyesuaian di dalamnya.
4. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya.
Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-
kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu,
atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.
5. Masa keterasingan sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang
dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok
sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan
kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi
semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang
disebut krisis ketersingan (Erikson:34).
6. Masa komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang
mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang
7
trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda
menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat
dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda
mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.
7. Masa Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut.
Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa
sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka.
8. Masa perubahan nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada
kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
9. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan
kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi,
ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.
8
puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan.
Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup
sehat, dan kesehatan fisik.
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan
orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun
keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan
pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60
tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya
ciri-ciri ketuaan.
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini
yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir
kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang
tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-
orang dewasa lanjut yang lebih muda.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di mana
seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan
kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.
9
4) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut
tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang
masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar.
5) Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut
6) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan
oleh sikap sosial yang negatif.
8) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat
penuaan.
2.4 Prinsip-Prinsip Tentang Cara Membangun Mental
Karena materi tentang Membangun Mental adalah hal yang penting untuk menjadi seorang pribadi
yang benar-benar bermental sempurna, oleh karena itu materi ini sangat bermanfaat untuk kita
semua agar menjadi manusia yang dulunya tersesat dalam dunia yang sangat fana ini menjadi
manusia yang insya allah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan selalu mengingat Allah SWT
pada setiap waktunya. Mempunyai prinsip abadi yaitu hanya berpegang kepada Allah SWT. Selalu
mengerjakan tugasnya dengan disiplin tanpa mengenal lelah. Itu keteladanan dari malaikat yang
dapat kita ambil. Yang kedua kebiasaan memberi, mengawali dan menolong. Dengan mengucap
Bismillah setiap kali akan melakukan pekerjaan, artinya adalah melakukan sesuatu yang tidak akan
merugikan orang lain. Itu merupakan prinsip mendahulukan memberi, mengawali dan menolong.
Yang selanjutnya yaitu berkomitmen dan saling percaya. Menyatakan janji adalah hal yang mudah.
Menepati janji adalah satu langkah emas untuk memperoleh kepercayaan.Berikut adalah ulasan
tentang prinsip-prinsip itu:
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.Definisi lain dari integritas adalah suatu
konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam
etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan
dari integritas adalah munafik. Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila
tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya. Mudahnya, ciri
10
seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang
kata-katanya tidak dapat dipegang. Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang
pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan
dari pegawainya. Pimpinan yang berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi
ucapannya juga menjadi tindakannya.
Sedangkan loyalitas jika diartikan secara bebas, pengertian loyalitas menurut Oxford
Dictionary adalah mutu dari sikap setia (loyal), sedangkan loyal didefinisikan sebagai
tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan
kepada seseorang atau institusi. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia
menerangkan pengertian loyalitas sebagai kepatuhan atau kesetiaan.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Sikap loyal dapat
diterapkan oleh setiap orang dalam berbagai hal.
11
dan psikologi dari hasil kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkan bagi
seluruh warga sekolah.
Komitmen mudah diucapkan. Namun lebih sukar untuk dilaksanakan. Mengiyakan
sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab adalah salah satu sikap
komitmen. Komitmen sering dikaitkan dengan tujuan, baik yang bertujuan positif maupun
yang yang bertujuan negatif.
Sudah saatnya kita selalu berkomitmen, karena dengan komitmen sesorang mempunyai
keteguhan jiwa. Stabilitas sosial tinggi, toleransi,, mampu bertahan pada masa sulit, dan
tidak mudah terprovokasi.
“Mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, (Allah) Maha Pemurah akan mengaruniai
mereka kasih sayang.”
(QS:Maryam 19:96)
Saat Mengucap “Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh” kepada orang lain,
sesungguhnya memiliki arti : Semoga Allah memberikan keselamatan dan rahmat kepada Anda.
Ketika mengucapkan kata “Semoga” sebuah makna “Saya Berharap” memancar daripadanya.
Berharap secara bersungguh-sungguh agar ia mendapat keselamatan serta berkah. Ini bukan kata-
kata seperti salam “Selamat pagi” ataupun “selamat malam”, tetapi haruslah datang dengan niat
untuk bersinergi dengan orang lain. Dengan prinsip Basmallah, berarti sebuah ajakan untuk
melakukan sinergi hati. Apabila pelaksanaan sinergi belum terwujud, paling tidak telah tersurat
rasa empati yang merupakan landasan dari hubungan saling percaya. Tataplah kedua matanya,
biarkan ia melihat ketulusan salam Anda. Denggam erat tangannya serta ucapkan salam, saat
itulah Anda mendapatkan energi dari hatinya untuk mulai saling percaya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan mental pada anak, remaja, dan dewasa merupakan suatu proses bertambahnya nilai
kuantitas seperti ide, gagasan, dan cita-cita. Yang pada akhirnya akan munurun
seiring bertambahnya usia. Perkembangan
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan
kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam
ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase
dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa
awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian
karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang
ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah
tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat,
pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
Masa tersebut dilanjutkan ke Masa lansia yang merupakan tahap akhir pada perkembangan
manusia. Pada tahap ini manusia mengalami penurunan fungsi fisik dan psikologis seperti
penurunan fungsi anggota gerak, kecepatan dalam berfikir, penurunan kesehatan dan sebagainya. Kualitas
hubungan dengan lingkungan sosial terutama keluarga merupakan faktor penting yang dapat
membantu lansia untuk lebih mudah melewati kehidupannya. Dukungan keluarga membantu
lansia menekan adanya emosi negatif dan merubahnya menjadi emosi positif. Peningkatan
spiritualitas dan religiusitas merupakan wujud dari bentuk kepasrahan yang menjadi jalan bagi
lansia untuk menerima segala perubahan yang dihadapi. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari
dunia pendidikan dalam mempersiapkan lansia untuk menghadapi masa tua sehingga para lansia
siap menyambut masa lanjut usianya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius.
Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005
Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Qalbinur. Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.
Sari Dewi, Ika. 2006.Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Medan:
Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005
14
15