Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi dewasa adalah proses yang cukup panjang. Kita bisa bayangkan begitu banyaknya
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, dari saat baru lahir dengan berat sekitar 2- 3 kg saja
sampai ia tumbuh dewasa dengan berat bisa sampai 50-60 kg. Proses yang terjadi ini meliputi
proses pertumbuhan dan perkembangan, yaitu dua hal yang berbeda namun sangat berkaitan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi kontribusi
yang besar dalam hal ini. Selain itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah
dialami oleh anak. Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status
ekonomi orang tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada
masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang kuat, perkembangan karakter anak juga akan
terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut. Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di
mana ukuran tubuh menjadi lebih besar. Dalam hal perkembangan fisik, anak menjadi terampil
dalam menggunakan tangan dan jari-jarinya, kakinya, dapat berdiri, berlari, dapat makan sendiri,
dapat menelan dengan baik, dan berbagai kemampuan lain yang sifatnya berupa keterampilan.
Pembentukan dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh adanya penghargaan
dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat perkembangannya.
Selain itu yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah perilaku dari orang
sekitanya. Anak yang masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh
orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan orang tua dan kakak-kakaknya sebagai contoh
model dalam berperilaku.
Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia tidak
hanya belajar dari mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang lain
melakukannya. Model yang dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan tidak hanya
dari yang ada di sekitarnya secara langsung. Media massa dan televisi akan ikut memberi
pengaruh dalam pembentukan karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-norma yang dianut

1
juga akan tidak jauh berbeda dengan dunianya ini. Semakin besar anak, ia akan semakin melihat
nilai dan norma apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan bagaimana kenyataan orang tua
menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini penting sekali bahwa perilaku orang tua
sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada anaknya. Justru bila apa yang dilakukan
dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan berakibat anak tidak memahami dan mengerti tentang
perilaku yang seharusnya.
Bayi baru lahir sangat tergantung dengan lingkungannya. Untuk memenuhi keperluannya ia
masih harus dibantu oleh orang lain. Sedangkan orang dewasa, sudah dapat mempengaruhi
lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhannya. Kemampuan untuk berinteraksi dan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya ini diperoleh dari suatu proses perkembangan sejak bayi
hingga dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana membangun mental pada anak?


2. Bagaimana membangun perkembangan mental pada remaja?
3. Bagaimana membangun perkembangan mental pada orang dewasa?
4. Apasaja prinsip-prinsip tentang cara membangun mental ?

1.3 Tujuan Laporan

1. Untuk mengetahui cara membangun mental pada anak


2. Untuk mengetahui cara membangun perkembangan mental pada remaja.
3. Untuk mengetahui cara membangun perkembangan mental orang dewasa.
4. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Tentang Cara Membangun Mental

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Membangun Metal pada Anak


Mendidik mental anak sangat penting untuk dilakukan sejak anak usia dini. Kenapa itu sangat
perlu dilakukan? Sebab ketika menjelang dewasa, cara berpikir anak lebih cenderung akan
dipengaruhi oleh mental yang pada saat itu dimiliki oleh anak tersebut. Misalnya, ketika dewasa
mental anak sering merasa takut, maka pada saat setiap kali ia menghadapi suatu permasalahan
atau keadaan yang membuatnya merasa sulit, yang lebih banyak ia lakukan tentu saja akan selalu
menghindar, karena takut tidak bisa menyelesaikannya setiap persoalan yang dihadapi.
Hal ini tentunya akan berdampak buruk untuk kedepannya. Dan akan sangat sulit sekali bagi orang
tua untuk melakukan penyembuahan atau pengobatan untuk merubah mental anak pada saat
usianya sudah dewasa. Oleh karena itulah, sebaiknya mendidik mental dan watak anak haruslah
dilakukan oleh orang tua sedini mungkin sejak usia anak masih kecil.
Setiap orang tua tentu saja sangat berharap anaknya menjadi anak yang sholeh, taat beribadah, dan
memiliki mental yang kuat. Akan tetapi terkadang sebagai orang tua kita salah dalam mendidik
anak. Sebab rasa kasihan kalau kita sedikit agak keras dalam memberikan hukuman kepada anak
ketika mereka berprilaku salah. Sehingga anak tidak merasa apa yang dilakukannya itu salah.
Lambat laun hal ini jika dibiarkan akan membangun mental dan watak anak menjadi sulit untuk
diperingati, karena kita terlalu lunak kepada anak saat anak melakukan perbuatan yang salah,
meskipun itu dilakukan dengan alasan rasa kasihan kalo dimarahi.
Pilahannya adalah, ketika kita lebih cenderung merasa kasihan untuk memarahi anak ketika
melakukan kesalahan, dan membiarkannya begitu saja tanpa membuat anak jera, maka nantinya
anak akan sulit untuk dinasehati, dan lebih cenderung setelah dewasa anak lebih banyak
membangkang perintah orang tua. Nah tentu saja sebagai orang tua kita tidak mengharapkan
mental anak kita seperti itu setelah ia dewasa.
Jadi, lakukanlah apa yang harus dilakukan. Anda harus memarahinya lalu menasehatinya dan
menjelaskan kepada anak bahwa apa yang sudah dilakukannya adalah hal yang salah dan tidak
boleh dilakukan lagi, buatlah penjelasan supaya anak bisa menyadari bahwa perbuatannya itu
salah. Jangan pernah merasa risi ketika kita memarahinya atau memberi anak hukuman setiap kali

3
anak berbuat salah. Dengan begitu lambat laun akan tercipta mental dan watak yang bertanggung
jawab dalam diri anak. Sehingga nanti setelah ia dewasa, anak memiliki rasa tanggung jawab,
terhadap setiap hal atau perbuatan yang ia lakukan.
Bisa itu karena biasa. Maka dari itu orang tua harus mendidik anak dengan cara yang benar. Jangan
samapai hanya karena rasa sayang yang salah menempatkan, justru akan menjadikan anak sebagai
pribadi yang sulit di atur dan diasehati setelah dewasa nanti. Karena kalau begitu bukan berarti
kita merasa sayang pada anak, justru sebaliknya, cara mendidik yang salah hanya akan
menjerumuskan anak kepada kebiasaan yang tidak baik, sehingga tumbuh menjadi peribadi yang
kurang bertanggung jawab.
Didiklah anak-anak kita sejak kecil dengan cara yang baik, seperti mengajarkan anak bagaimana
bersikap sopan santun. Mengajarkan mereka pentingnya memiliki rasa tanggung jawab, dan
mengajarkan mereka untuk menyadari pentingnya sebuah kebersamaan.
Pemantauan Perkembangan mental anak sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan
selanjutnya, yakni prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja. Untuk mendapatkan perkembangan
yang baik dibutuhkan:

1. Kesehatan dan gizi yang baik: baik ketika masih dalam kandungan, bayi maupun
prasekolah.

2. Memberikan stimulus (rangsangan) yang cukup dalam kualitas dan kwanitas.


3. Selain ke dua faktor itu keluarga dan kelompok bermain mempunyai peran yang penting
dalam membina fisik, mental sosial anak balita.

2.2 Membangun Perkembangan Mental Pada Remaja


Perkembangan mental remaja merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan
sosial psikologi remaja pada posisi yang harmonis didalam lingkungan masyarakat yang lebih luas
dan kompleks. Menurut Havighurst perkembangan tersebut harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai
oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Hal ini merupakan tugas yang cukup berat bagi
para remaja untuk menuntaskan tugas perkembangan mentalnya sehubungan dengan semakin luas
dan komplesnya kondisi kehidupan yang harus dijalani dan dihadapi. Tidak lagi mereka dijuluki
sebagai anak-anak melainkan ingin dihargai dan dijuluki sebagai oang yang sudah dewasa.
Karakteristik Nilai, Moral, Dan Sikap Remaja

4
Nilai-nilai kehidupan yang perlu diinformasikan dan selanjutnya dihayati oleh para remaja tidak
terbatas pada alat kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, misalnya nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai perikemanusiaan dan
perikeadilan, nilai-nilai etik, dan nilai-nilai intelektual, dalam bentuk-bentuk sesuai dengan
perkembangan remaja. Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja:
1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani
mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.

2.3 Membangun Perkembangan Mental Pada Orang Dewasa


Masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan beberapa
hal yang di bagi menjadi dua fase yaitu:

1. Dewasa Awal (20-40 tahun)


Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan
pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit
sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal
adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.
Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang
digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif
dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan
mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan
diri karena berbeda dengan orang lain).

5
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira
umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40
tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda
termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik(physically trantition) transisi secara
intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa.
Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada
masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks,
Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun
suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab
sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan
suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal
merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan
fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang
menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk
meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada
steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih
mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

Ciri-Ciri Perkembangan Dewasa Awal:


1. Usia reproduktif (Reproductive Age)
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah
tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum
membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu
lapangan tertentu.

6
2. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara
individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain
membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau
masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang
yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab
dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai
karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan
pengurus rumah tangga.
3. Usia Banyak Masalah (Problem age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini,
dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti
persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya
memerlukan penyesuaian di dalamnya.
4. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya.
Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-
kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu,
atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.
5. Masa keterasingan sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang
dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok
sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan
kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi
semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang
disebut krisis ketersingan (Erikson:34).
6. Masa komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang
mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang

7
trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda
menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat
dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda
mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.
7. Masa Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut.
Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa
sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka.
8. Masa perubahan nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada
kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
9. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan
kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi,
ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

2. Masa Dewasa Akhir


Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke atas). Perlu
memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya yang butuh
dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab. Di samping itu
permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang cukup menyita
perhatian. Saat individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan
psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup
selanjutnya.
Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan
perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang
mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan
dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktivitasnya yang

8
puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan.
Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup
sehat, dan kesehatan fisik.
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan
orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun
keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan
pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60
tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya
ciri-ciri ketuaan.
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini
yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir
kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang
tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-
orang dewasa lanjut yang lebih muda.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di mana
seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan
kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.

Ciri-ciri perkembangan dewasa akhir :


1) Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis.
2) Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya
untuk bersantai dan ada pula yang mengaggapnya sebagai hukuman.
3) Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah
menyenangkan.

9
4) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut
tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang
masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar.
5) Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut
6) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan
oleh sikap sosial yang negatif.
8) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat
penuaan.
2.4 Prinsip-Prinsip Tentang Cara Membangun Mental
Karena materi tentang Membangun Mental adalah hal yang penting untuk menjadi seorang pribadi
yang benar-benar bermental sempurna, oleh karena itu materi ini sangat bermanfaat untuk kita
semua agar menjadi manusia yang dulunya tersesat dalam dunia yang sangat fana ini menjadi
manusia yang insya allah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan selalu mengingat Allah SWT
pada setiap waktunya. Mempunyai prinsip abadi yaitu hanya berpegang kepada Allah SWT. Selalu
mengerjakan tugasnya dengan disiplin tanpa mengenal lelah. Itu keteladanan dari malaikat yang
dapat kita ambil. Yang kedua kebiasaan memberi, mengawali dan menolong. Dengan mengucap
Bismillah setiap kali akan melakukan pekerjaan, artinya adalah melakukan sesuatu yang tidak akan
merugikan orang lain. Itu merupakan prinsip mendahulukan memberi, mengawali dan menolong.
Yang selanjutnya yaitu berkomitmen dan saling percaya. Menyatakan janji adalah hal yang mudah.
Menepati janji adalah satu langkah emas untuk memperoleh kepercayaan.Berikut adalah ulasan
tentang prinsip-prinsip itu:

A. Integritas dan loyalitas.

Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.Definisi lain dari integritas adalah suatu
konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam
etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan
dari integritas adalah munafik. Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila
tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya. Mudahnya, ciri

10
seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang
kata-katanya tidak dapat dipegang. Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang
pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan
dari pegawainya. Pimpinan yang berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi
ucapannya juga menjadi tindakannya.

Sedangkan loyalitas jika diartikan secara bebas, pengertian loyalitas menurut Oxford
Dictionary adalah mutu dari sikap setia (loyal), sedangkan loyal didefinisikan sebagai
tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan
kepada seseorang atau institusi. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia
menerangkan pengertian loyalitas sebagai kepatuhan atau kesetiaan.

Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Sikap loyal dapat
diterapkan oleh setiap orang dalam berbagai hal.

B. Kebiasaan memberi, mengawali dan menolong


Kebiasaan memberi dalam hal ini bukan kebiasaan memberi dalam artian memberi
materi melainkan berupa perkataan dan tindakan seperti :
1. Memberikan penghargaan kepada orang lain
2. Memberi perhatian yang tulus kepada orang lain
3. Mau mendengarkan orang lain berbicara
4. Menbuat orang lain menjadi penting di hadapan kita
5. Mau mengakui kesalahan
6. Suka memuji orang lain
7. Mengucapkan salam
8. Berusaha mengerti perasaan orang lain .
C. Komitmen
Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam
tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang
sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang. Komitmen
akan mendororong rasa percaya diri, dan semangat kerja, menjalankan tugas menuju
perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas phisik

11
dan psikologi dari hasil kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkan bagi
seluruh warga sekolah.
Komitmen mudah diucapkan. Namun lebih sukar untuk dilaksanakan. Mengiyakan
sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab adalah salah satu sikap
komitmen. Komitmen sering dikaitkan dengan tujuan, baik yang bertujuan positif maupun
yang yang bertujuan negatif.
Sudah saatnya kita selalu berkomitmen, karena dengan komitmen sesorang mempunyai
keteguhan jiwa. Stabilitas sosial tinggi, toleransi,, mampu bertahan pada masa sulit, dan
tidak mudah terprovokasi.

D. SALING KOMITMEN DAN SALING PERCAYA

“Mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, (Allah) Maha Pemurah akan mengaruniai
mereka kasih sayang.”
(QS:Maryam 19:96)
Saat Mengucap “Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh” kepada orang lain,
sesungguhnya memiliki arti : Semoga Allah memberikan keselamatan dan rahmat kepada Anda.
Ketika mengucapkan kata “Semoga” sebuah makna “Saya Berharap” memancar daripadanya.
Berharap secara bersungguh-sungguh agar ia mendapat keselamatan serta berkah. Ini bukan kata-
kata seperti salam “Selamat pagi” ataupun “selamat malam”, tetapi haruslah datang dengan niat
untuk bersinergi dengan orang lain. Dengan prinsip Basmallah, berarti sebuah ajakan untuk
melakukan sinergi hati. Apabila pelaksanaan sinergi belum terwujud, paling tidak telah tersurat
rasa empati yang merupakan landasan dari hubungan saling percaya. Tataplah kedua matanya,
biarkan ia melihat ketulusan salam Anda. Denggam erat tangannya serta ucapkan salam, saat
itulah Anda mendapatkan energi dari hatinya untuk mulai saling percaya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan mental pada anak, remaja, dan dewasa merupakan suatu proses bertambahnya nilai
kuantitas seperti ide, gagasan, dan cita-cita. Yang pada akhirnya akan munurun
seiring bertambahnya usia. Perkembangan
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan
kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam
ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase
dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa
awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian
karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang
ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah
tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat,
pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
Masa tersebut dilanjutkan ke Masa lansia yang merupakan tahap akhir pada perkembangan
manusia. Pada tahap ini manusia mengalami penurunan fungsi fisik dan psikologis seperti
penurunan fungsi anggota gerak, kecepatan dalam berfikir, penurunan kesehatan dan sebagainya. Kualitas
hubungan dengan lingkungan sosial terutama keluarga merupakan faktor penting yang dapat
membantu lansia untuk lebih mudah melewati kehidupannya. Dukungan keluarga membantu
lansia menekan adanya emosi negatif dan merubahnya menjadi emosi positif. Peningkatan
spiritualitas dan religiusitas merupakan wujud dari bentuk kepasrahan yang menjadi jalan bagi
lansia untuk menerima segala perubahan yang dihadapi. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari
dunia pendidikan dalam mempersiapkan lansia untuk menghadapi masa tua sehingga para lansia
siap menyambut masa lanjut usianya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius.
Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005
Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Qalbinur. Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.
Sari Dewi, Ika. 2006.Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Medan:
Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005

14
15

Anda mungkin juga menyukai