Anda di halaman 1dari 7

Makalah Pengauditan 1

CHAPTER 8

“Materiality Decisions and Performing Analitycal Procedures”

OLEH :

KELOMPOK 8

NUR HADIYATULLAH ( A31116530)

MARIA KIBTIYA SEBAN (A31116328)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
“MATERIALITY DECISIONS AND PERFORMING ANALITYCAL PROCEDURES”

A. MATERIALITAS

Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum, terutama


standar pekerjaan lapangan dan pelaporan.oleh karena itu, materialitas memiliki dampak yang
mendalam pada audit laporan keuangan. SAS 47, Audit Risk and Materiality in Conducting Auditing
(AU 312.08), menyatakan agar auditor mempertimbangkan materialitas dalam 1) Merencanakan audit
dan 2) Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum

KONSEP MATERIALITAS

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai :

“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau
salah saji tersebut.”

Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan yang


berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan oleh mereka yang
akan bergantung pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung jawab menentukan
apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang
material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Sebagai
contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi
laporan keuangan entitas lainnya yang memiliki ukuran atau sifat yang berbeda. Juga apa yang
material bagi laporan keuangan entitas tertentu mungkin akan berubah daru satu period eke periode
lainnya.

B. PERTIMBANGAN PENDAHULUAN MENGENAI MATERIALITAS

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan


auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas
yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit
karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh
selama berlangsungnya audit.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut :

 Tingkat laporan keuangan : karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai
laporan keuangan secara keseluruhan.
 Tingkat saldo akun : karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan
keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan
a. Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan

Materialitas laporan keuangan adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan
keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji mungkin diakibatkan karena
penerapan yang salah dari GAAP, berangkat dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Dalam membuat suatu pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas, auditor mula-mula
menentukan tingkat agregat (keseluruhan) materialitas untuk setiap laporan. Sebagai contoh,
diperkirakan bahwa kekeliruan berjumlah $100.000 untuk laporan laba-rugi dan $200.000 untuk
neraca akan material. Dalam kasus ini tidak tepat bagi auditor untuk menggunakan materialitas neraca
dalam meencanakan audit karena jika salah saji dalam neraca berjumlah hingga $200.000 juga
mempengaruhi laporan laba-rugi akan mengandung salah saji yang material. Untuk tujuan
perencanaan, auditor harus menggunakan tingkat agregat terkecil dari salah saji yang
dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan keuangan.

Pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas seringkali dibuat enam hingga


Sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Pertimbangan materialitas melibatkan pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif

 Pertimbangan Kuantitatif

Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing berisi pedoman resmi
mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas. Berikut adalah gambaran mengenai
beberapa pedoman yang digunakan dalam praktik.

 5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil, 5% untuk
laba yang lebih besar).
 ½% hingga 1% dari total aktiva.
 1% dari ekuitas.
 ½% hingga 1% dari pendapatn kotor.
 Suatu presentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva atau total
pendapatan.

 Pertimbangan Kualitatif.
Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Salah saji yang
secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material. Hal ini dapat terjadi
misalnya ketika salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan
melanggar hukum oleh klien. Penemuan atas terjadinya hal-hal tersebut dapat mengakibatkan
auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan
yang serupa.

b. Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas saldo akun adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun
hingga dianggap mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai
salah saji yang dapat ditolerir. Dalam pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun,
auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada tingkat saldo akun dan
materialitas pada tingkat laporan keuangan. Pertimbangan ini harus mengarahkan auditor untuk
merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang mungkin tidak material secara individual, tetapi
apabila diagresi dengan salah saji pada akun yang lainnya, mungkin akan material terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan.

C. MENGALOKASIKAN MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA AKUN-AKUN

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuantifikasikan,


penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan
materialitas laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut. Sebagai contoh, salah saji paling mungkin muncul
pada persediaan dalam aktiva tetap.

Auditor mengantisipasi beberapa salah saji yang terdapat dalam kas, aktiva tetap, serta aktiva
lancar dan tidak lancar lainnya. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan klien, auditor
mengharapkan pengujian akun tersebut secara signifikan lebih murah untuk di audit dari pada akun-
akun lainnya. Dengan mengasumsikan bahwa estimasi pendahuluan atas materialitas laporan
keuangan sebesar $ 60.000, pertimbangan rencana alokasi alternatif berikut :

Dalam rencana A, materialitas telah dialokasikan secara proporsional pada setiap akun tanpa
memandang salah saji moneter yang diharapkan atau biaya audit. Dalam rencana B, alokasi
materialitas yang lebih besar di buat terhadap piutang dan persediaan dimana diharapkan lebih banyak
terdapat salah saji dan biaya deteksi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, jumlah bukti yang diperlukan
untuk akun-akun tersebut dikurangi, jika dibandingkan dengan rencana A, karena hubungan terbalik
antara materialitas saldo akun dan bukti.

D. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DAN BUKTI AUDIT

Materialitas adalah salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor
mengenai kecukupan (kuantitas yang diperlukan) bahan bukti. Ada perbedaan antara istilah
materialitas dengan saldo akun material. Contohnya, secara umum adalah benar mengatakan bahwa
semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik).
Secara umum juga benar untuk mengatakan bahwa semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo
akun, maka semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan langsung).

E. MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS

AU 329.02, Analytical Prosedures (SAS 56), mendefinisikan prosedur analitas sebagai


“evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara
data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis digunakan dalam audit untuk tujuan
berikut :

1. Dalam tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu
dan luasnya prosedur audit lainnya.
2. Dalam tahap pengujian, sebagai pengujian substansif untuk memperoleh bukti mengenai
asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau transaksi.
3. Pada penyelesaian audit, dalam melakukan review akhir terhadap kelayakan kesuluruhan
laporan keuangan yang di audit.

Prosedur analitis dapat membantu audior dalam perencanaan dengan :

1. Meningkatkatkan pemahaman auditor tentang bisnis klien.


2. Mengidentifikasi hubungan yang tidak biasa serta fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data
yang mungkin mengindikasikan bidang yang memiliki risiko salah saji paling besar.

Langkah langkah yang terlibat dalam melaksanakan prosedur analitis adalah sebagai berikut :

1. MENGIDENTIFIKASI PERHITUNGAN DAN PERBANDINGAN YANG AKAN


DILAKUKAN

Jenis perhitungan dan perbandingan data yang digunakan secara umum termasuk hal
hal berikut :

 Perbandingan data absolut.


Prosedur ini membandingkan jumlah saat ini,seperti saldo akun, dengan suatu jumlah
yang diharapkan atau diprediksi.
 Laporan keuangan ukuran umum.
Prosedur ini membandingkan presentasi dari total yang berhubungan yang
direpresentasikan oleh komponen laporan keuangan dengan jumlah yang diharapkan.
 Analisis rasio.
Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh manajemen atau analisis keuangan dapat
dihitung dan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan untuk rasio tersebut. Jumlah
dari hasil perhitungan dapat dianalisis secara individual atau dalam kelompok yang
berhubungan seperti rasio solvabilitas, efisiensi, dan profitabilitas.
 Analisis tren.
Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data bagi lebih dari dua periode
akuntansi untuk mengidentifikasi perubahan penting yang mungkin tidak nyata dari
perbandingan yang terbatas pada periode saat ini dan periode masa lalu.
 Hubungan informasi keuangan dengan informasi non keuangan.
Data nonkeuangan seperti jumlah karyawan, luas ruang penjualan, dan volume barang
yang diproduksi mungkin berguna dalam memperkirakan saldo akun yang berhubungan
seperti beban gaji, penjualan, dan harga pokok produksi.

2. MENGEMBANGKAN EKSPEKTASI

Dasar pemikiran yang mendasari prosedur analitis dalam audit adalah hubungan
antardata dapat diharapkan untuk terus berlanjut dalam ketidakberadaan kondisi yang
diketahui atau sebaliknya. Selain itu, penting bagi auditor untuk mengembangkan secara
independen ekspektasi sebelum melaksanakan perhitungan mengenai data klien sehingga
perbandingan akhir tidak bias, dasar pemikiran ini digunakan dalam mengembangkan
ekspektasi dari berbagai sumber.

 Informasi keuangan klien untuk periode masa lalu yang dapat dibandingan
memberikan pertimbangan bagi perubahan yang diketahui. Secara sederhana
diasumsikan bahwa suatu saldo akun periode berjalan, persentase ukuran umum, rasio atau
hubungan antara data keuangan dan data nonkeuangan harus memperkirakan jumlah
periode masa lalu.
 Hasil yang diantisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan. Pendekatan ini
termasuk anggaran yang disiapkan klien, dan peramalan yang disiapkan oleh auditor.
 Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan dalam suatu periode. Hal ini
termasuk mempertimbangkan bagaimana perubahan dalam satu taun diharapkan akan
mempengaruhi akun lainnya.
 Data industri. Persentase ukuran umum, rasio, dan data tren perusahaan dalam suatu
industri tersedia untuk tujuan perbandingan dari sumber-sumber.

3. MELAKSANAKAN PENGHITUNGAN/PERBANDINGAN.

Langkah ini termasuk mengakumulasi data yang akan digunakan dalam menghitung
jumlah absolut dan persentase perbedaan antara jumlah saat ini dan tahun lalu, menghitung
data ukuran umum serta data rasio, dan lain sebagainya. Selain itu, langkah ini juga termasuk
pengumpulan data industri untuk tujuan perbandingan.

4. MENGANALISIS DATA DAN MENGIDENTIFIKASI PERBEDAAN SIGNIFIKAN


Analisis atas perhitungan dan perbandingan harus membuat auditor lebih memahami
bisnis klien. Sebagai contoh, analisis mengenai data rasio yang tepat menyediakan penilaian
berkelanjutan atas solvabilitas, efisiensi dan profitabilitas relatif terhada tahun lalu dan
terhadap perusahaan lain dalam industri yang sama. Secara serupa, perbandingan data entitas
tahun berjalan dan tahun lalu akan membantu auditor untuk memahami dampak kejadian atau
keputusan penting terhadap laporan keuangan entitas.

5. MENYELIDIKI PERBEDAAN SIGNIFIKAN YANG TIDAK DIHARAPKAN.


Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya
melibatkan pertimbangan ulang metode-metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam
mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, kadang-kadang
informasi baru akan mendukung perbaikan ekspektasi, yang pada akhirnya akan
menghilangkan perbedaan signifikan.

6. MENENTUKAN DAMPAK ATAS PERENCANAAN AUDIT.


Perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan biasanya dianggap sebagai indikasi
suatu peningkatan risiko salah saji dalam akun-akun yang terlibat dalam perhitungan
perbandingan. Dalam kasus ini, auditor biasanya akan merencanakan untuk melaksanakan
pengujian yang ebih mendetil terhadap akun-aku tersebut. Prosedur analitis sering
menyediakan auditor petunjuk mengenai apakah suatu akun lebih mungkin dinyatakan lebih
saji atau kurang saji. Dengan mengarahkan perhatian auditor terhadap bidang-bidang yang
memiliki risiko lebih tinggi, prosedur analitis dapat memberikan kontribusi bagi
pelQXSW2aksanaan audit 4DCyang lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C, Raymond N Johnson.2006 Modern Auditing 8th Edition

Anda mungkin juga menyukai