22 93 1 PB PDF
22 93 1 PB PDF
Oleh:
NIM.0911213071
ABSTRAKSI
Fenomena kusta merupakan sebuah fenomena yang tidak asing lagi. Penyakit kusta sudah
dikenal sejak jaman kuno. Ceritanya pun dari masa ke masa tidak mengalami perubahan.
Kehidupan penderita kusta masih diwarnai oleh perilaku-perilaku yang tidak menyenangkan.
Dihujat, dicaci maki dan diasingkan dari lingkungan sosial adalah warisan yang akan diterima
bagi siapa saja yang terkena penyakit kusta. Meskipun jaman sudah mengalami kemajuan,
masyarakat masih mempersepsikan kusta disebabkan karena kutukan atau pun kusta penyakit
yang dapat menurun. Fenomena tersebut menarik peneliti untuk meneliti realitas objektif dan
realitas subjektif pada penderita kusta sebelum dan ketika berada dirumah sakit. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Peter L Berger dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif serta pendekatan fenomenologi. Sumber data didapat melalui wawancara, observasi,
dokumentasi dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa realitas kehidupan sehari-
hari penderita kusta pada masa sebelum dan ketika berada dirumah sakit mengalami
transformasi. Objektifikasi yang didapat sebelum masuk rumah sakit adalah penyakit kusta
adalah penyakit kutukan, menurun hal tersebut menyebabkan internalisasi dan eksternalisasi
penderita kusta mengarah pada putus asa. Berbeda, saat dirumah sakit objektifikasi yang didapat
adalah penyakit kusta dapat disembuhkan sehingga memberikan pengaruh positif pada
internalisasi dan eksternalisasi penderita kusta yakni harapan hidup.
ABSTRACT
The research examined objective social construction in Kediri Leprosy Hospital and its
subjective reality in before and while it happened in Kediri Leprosy Hospital. The objective of
the research was determining the objective reality which construct leprosy patients as long as
they lived at the hospital, and also the subjective reality in leprosy patients before and at the time
they entered the hospital. The benefit of this research is provide awareness to the society
concerning about social phenomenology about leprosy patients, so in the future discrimination
against them could be minimized or even more diminished. Perspective which used in the
research is Peter L. Berger’s theory. The theory argued that researcher should understand the
objectification process, internalization and externalization of the observed subject’s daily lives.
Human being, according to Berger is divided into two realities, which called objective and
subjective reality. In the end two of them composed the social construction. Taking social
construction as starting point, the researcher desired to explore towards leprosy patient’s daily
lives deeper. The method of the research is qualitative methods accompanied with
phenomenology’s approach. Data collection on this research was using qualitative observation,
thick interview and four main respondents. The result of the research shows that daily lives of
leprosy patients before and at the moment they entered the hospital suffered different social
reality. Their daily lives inside the neighborhood are constructed by people’s social reality. This
condition creates objectification on people’s mind that the disease was cursed, infectious and
transmitted through generations. So the outcome from of people externalization is discriminating
them. This construction gives big impact to them in the moment of objectification,
internalization and externalization. This condition make them look like desperate, have poor self-
esteem, and knowing nothing to do towards their lives from the outside. This condition is
different when they entered the hospital. The hospital managements design a place for
rehabilitation and giving treatment to them. The building object even encourages patients to the
positive objectification that: a leprosy disease is able to be cured. in the hospital, trough
internalization, their hope for better living is grow, so the externalization results is a good self
esteem.
ANTARA AKU dan PENYAKIT KUSTA MU kebingungan, sakit apa sebenarnya yang
ia alami. Akhirnya MU memutuskan untuk
1) MU, Informan I berobat kedokter. Dari dokter, MU
Tahun 2005 adalah tahun terberat dinyatakan terkena alergi, dokter pun
bagi MU, pada tahun itu ia baru menyadari memberinya resep untuk diminumnya.
terkena penyakit kusta. Sebelumnya MU Resep telah habis ia minum, bengkak
tidak mengira sama sekali karena pada saat dikakinya tetap saja tak kunjung
itu kaki MU membengkak. Hingga mengempes. Suatu saat tiba-tiba, kaki MU
berbulan-bulan lamanya MU hanya tidak bisa digerakan sebelah. MU pun
mengobati kakinya dengan supertetra. merasa ketakutan, bingung namun ia tidak
Secara perlahan-lahan kaki MU berani menceritakan ke anak-anaknya.
membengkak semakin besar, disaat itulah Untuk kedua kalinya MU memanggil dokter,
namun tetap saja, dokter masih mengatakan Melalui Gus Endrik, MU pun
ia terkena alergi. akhirnya dapat dirawat dirumah sakit kusta.
Dugaan Gus Endrik terhadap MU mengira
Sebagai orang yang awam dengan terkena penyakit kusta ternyata benar setelah
medis MU hanya bisa menurut apa yang MU diuji lab dirumah sakit kusta. MU
dikatakan oleh dokter. Namun rupanya, merasa bersyukur, hingga akhirnya ia
kondisi kakikanya tidak segera pulih. MU mendapatkan perawatan medis. Kesabaran
yang sudah tidak memiliki uang untuk dan ketegaran MU selama ini telah dijawab
berobat akhirnya hanya bisa pasrah Tuhan sudah. Prinsipnya yang mandiri tidak
membiarkan bengkak dikakinya. Disaat mau merepotkan anaknya telah membuatnya
kondisinya yang sedang kesakitan jauh dari menjadi kuat menghadapi cobaan.
anak-anaknya, ia semakin terpuruk dengan
perlakuan lingkungan sekitarnya yang 2) EN, Informan II
menjauhi dirinya. Sebelum ia sakit,
hubungannya dengan tetangga kanan dan Suatu saat ditelapak tangan EN
kirnya amatlah baik dekat sekali. Namun muncul bercak putih, waktu itu EN mengira
saat ia sakit mereka semua para tetangganya itu adalah panu, dibelikannya obat panu.
menjauh. Kondisi yang serba terbatas Lama kelamaan bercak putih ditelapak
membuatnya terperangkap dalam tangannya mulai menyebar, EN pun merasa
keterbatasannya. kebingungan. Akhirnya ia pun
memeriksakannya ke dokter, kata dokter ia
Hampir setahun MU membiarkan terkena alergi. Resep telah habis ia minum
kakinya membengkak. Suatu saat, MU namun bercak pada tangannya tak kunjung
benar-benar merasakan kesakitan yang amat hilang. EN pun memerikasakan ke dokter
sangat diseluruh tubuhnya. Tidak ada siapa- lain, ke puskesmas, ke tabib namun tetap
siapa dirumah itu, ia merintih dengan saja bercak putih pada telapak tangannya
kesendiriannya. Tubuh MU terasa panas tidak hilang. Usaha memeriksakan dirinya
seperti terkena api, MU pun merasa keberbagai macam medis, tentunya
kehausan. Ia menyeret tubuhnya keluar pintu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
rumah untuk meminta tolong kepada para Merasa sudah pasrah dan tidak ada biaya,
tetangganya agar dibelikan air minum. MU EN pun akhirnya membiarkan penyakitnya.
berteriak kepada tetangga-tetangganya, tak Suatu saat, EN pun bertemu dengan dokter
ada yang menghiraukannya. Kesabaran MU tetangga sebelah desanya, dari situ EN pun
benar-benar diuji, tubuhnya yang terasa diberitahu kemungkinan ia terkena penyakit
panas harus bersabar menahan. Sudah tiga kusta.
hari MU menunggu uluran tangan, tiba-tiba
disore itu datanglah Gus Endrik beliau Merasa kaget dengan pemberitahuan
adalah tokoh agama dirumahnya, dengan tersebut, EN pun akhirnya memeriksakan
tulus Gus Endrik menawarkan bantuan diri ke rumah sakit di kota. Darah EN pun
untuk membawa MU segera mendapatkan diambil oleh dokter untuk diuji
pertolongan medis. laboratorium, untuk membuktikan dugaan
atas penyakit yang ia alami. Dari hasil uji
laboratorium ternyata benar, EN positive Enam bulan sudah berlalu, penyakit
terkena penyakit kusta. Mengetahui dirinya kusta yang dialaminya tak kunjung sembuh.
positive terkena penyakit kusta, EN merasa EN pun akhirnya meminta rujukan ke
shock dan ketakutan. Ia tidak tau, harus puskesmas agar ia dipindah dirujuk ke RS
bagaimana nanti ia menceritakan kepada Kusta Kediri. EN mengetahui rumah sakit
suaminya. Rumah sakit pun akhirnya tersebut dari tetangga desanya yang pernah
memberikan rujukan kepada EN agar dirawat di RS Kusta Kediri dapat sembuh.
dirawat dipuskesmas. Selama enam bulan EN merasa bersyukur dapat dirawat di RS
EN menjalani rawat jalan dipuskesmas. Kusta Kediri karena fasilitas yang ia dapat
Kondisinya yang mengalami sakit kusta, dengan sebelum berada disini jauh berbeda.
tidak membuat berubah hubungannya Disini pun EN tidak perlu malu dengan
dengan suami dan anak-anaknya. Orang- pasien-pasien lainnya karena mereka semua
orang terdekat EN tersebut masih sama berobat agar sembuh dari penyakit
menerimanya, ia masih sebagai seorang istri kusta.
dan ibu bagi anak-anaknya. Semenjak EN
sakit, suami EN lebih giat bekerja mencari 3) AN, Informan III
nafkah. Meskipun begitu suaminya tidak AN adalah seorang pedagang biasa
lupa membawakan sesuatu untuk EN setelah yang tidak mengenyam pendidikan tinggi,
ia pulang bekerja. wajar jika ia tidak mengerti penyakit kusta.
Waktu bertemu dengan suaminya Saat itu tidak tahu kenapa kakinya
hanya dimalam hari, pagi hari suaminya membengkak, ia pun mengira hanya karena
harus bekerja kembali, anak-anaknya yang kecapekan. AN pun mengobatinya dengan
masih kecil dan remaja setiap harinya supertetra, untuk beberapa saat saja bengkak
menghabiskan waktunya bermain bersama dikakinya mengempes. Begitu terus, setiap
teman-temannya. Keadaan seperti ini kali kakinya membengkak ia oabti dengan
membuat EN yang sedang sakit yang ingin supertetra. Hal ini ia lakukan berbulan-bulan
diperhatikan lebih harus menerima lamanya dan disaat kondisinya seperti itu ia
kenyataan. EN merasakan kesepian berada tetap bekerja seperti biasanya. AN takut
dirumah, seringkali ia merasa murung memeriksakan dirinya, ia takut akan biaya.
dengan keadaanya. Mau bagaimana lagi, Dalam pikirannya ia berpikir jika saja nanti
jika tidak begini, asap dapur tidak mungkin ia harus rawat inap, harus berapa banyak
bisa membumbung. Setelah ia sakit, EN uang yang dikeluarkan. Tiba-tiba saja
tidak berani bermain pergi ketempat telapak kaki AN merasakan nyeri yang amat
saudaranya. Hubungannya dengan sangat hingga merasuk keseluruh tubuhnya,
saudaranya sudah tidak seperti dahulu lagi. disaat itulah ia baru memeriksakan dirinya
Sehari-harinya ia habiskan waktunya ke puskesmas. Dokter puskesmas pun
dirumah. Suaminya pun memintanya agar mengatakan bahwa ia terkena alergi.
tinggal dirumah saja. Kondisinya yang sakit, tidak ia
pedulikan tetap saja AN bekerja berjualan
dipasar. Sehabis shubuh AN sudah
berangkat ke grosir buah untuk membeli Menjadi bahan buah bibir itu sudah menjadi
buah-buah yang akan ia jual. Buah yang hal wajar, apalagi kabar AN terkena
datang dari grosir dalam kranjang-kranjang penyakit kusta tersiar begitu cepat
besar ia angkat sendiri. Pagi sekitar jam 7 didesanya. Namun AN tak mempedulikan
dagangan buahnya siap ia jual. Ketika waktu keributan omongan orang-orang diluar sana.
sudah menjelang maghrib AN pun baru Ia tetap berpikir positive terhadap kondisnya
memberesi dagangannya untuk segera saat ini. Dukungan dari istri dan anak-
pulang. Kerja kerasnya yang ia lakukan anaknya adalah harapa motivasi yang
secara pelan-pelan membuat telapak kakinya menguatkan dirinya. AN tidak menutup diri
menjadi luka. Telapak kakinya yang terbiasa dari masyarakat, ia tetap bergaul dengan
ia pijakan dibawah sengatan matahari itu siapa saja yang mau bergaul dengannya.
tiba mengeluarkan dar ah dan nanah, dengan
kepolosannya ia obati lukanya dengan Setelah mengetahui hasil uji
betadine kemudian ia perban. Kondisinya laboratorium, dokter rumah sakit pun
yang sudah parah seperti itu ia paksakan memberi rujukan agar AN dapat dirawat di
tetap bekerja tapi untuk kali ini ia dibantu RS Kusta Kediri. Tawaran dari dokter
dengan anak istrinya. nampaknya tidak mudah langsung ia terima.
Ia masih meminta waktu tiga hari untuk
AN yang biasanya terlihat kuat, tiba- menjawab tawaran dokter. Pikirannya hanya
tiba saja ia tergeletak dikamar. Kakinya terbebani dengan biaya yang akan ia
terasa kaku tak bisa digerakan. Selama keluarkan untuk berobat. Kondisinya yang
berminggu-minggu AN hanya bisa sedang gundah, oleh istri dan anak-anaknya
terbaring. Tulang punggungnya mu pun mencoba meyakinkannya, AN dibujuk agar
digantikan oleh istrinya berjualan makanan mau dirawat di RS Kusa Kediri. Akhirnya
dan kue dipasar. Lama AN terbaring AN pun dengan mantap menerima tawaran
dirumah tapi tetap saja ia berisi keras tidak untuk di rujuk di RS Kusta Kediri. Malam
mau dibawa kerumah sakit. Luka dikakinya itu juga AN langsung diberangkatkan
semakin bertambah parah, jika pada malam dengan ambulance karena saat itu tubuh AN
hari kakinya tidak ia tutup akan keluar menggigil, ia tidak tahu dirinya saat itu
belatung dari telapak kakinya. Melihat masih sadar atau tidak. AN merasa
kondisi ayahnya yang parah, si sulung bersyukur dapat dirawat di RS Kusta
memaksanya untuk segera memeriksakan Kediri, semua kebutuhannya telah mendapat
diri kerumah sakit. Akhirnya AN pun subsidi dari pemerintah.
memeriksakan dirinya ke rumah sakit yang
ada dikotanya. Dari hasil uji laboratorium 4) TD, Informan IV
ternyata AN terkena penyakit kusta. Penyakit kusta sudah digelutinya
Tinggal hidup didesa, sudah pasti sejak masa kecilnya, dia adalah TD yang
ada kabar kabur dari masyarakatnya. kini telah menjadi seorang ayah bagi dua
Sebelum AN tahu ia terkena kusta, banyak anaknya. Masa kecil tinggal didesa
para tetangganya yang menjauhi dirinya. membuatnya kala itu TD kecil menjadi
momok didesanya. Orang tuanya yang polos
tidak tahu menahu sakit yang sedang dialami dengan seorang perempuan yang menerima
TD kecil. Berbagai pengobatan dicobanya dirinya apa adanya. Setelah lama menjalani
mulai dari dukun, TD kecil pun sempat kehidupan berumah tangga, cobaan datang
dikatakan terkena guna-guna, ia disarankan menguji kesabaran TD, penyakit kusta yang
untuk menjalani ritual. Pengobatan medis sempat dialaminya dulu, kini datang
saat itu masih belum secanggih saat ini kembali. Disaat kondisinya yang sedang
apalagi didesa, penyakit kusta memang sakit, kesabarannya masih diuji
sudah ada obatnya dari dulu, namun masih mengahadapi sikap orang-orang yang tidak
belum bisa membunuh dan mematikan bisa menerima kondisinya. Ujian berat
bakterinya. Setelah diobatkan ke mantri TD menghadangnya, namun sang istri masih
kecil baru mengetahui ia terkena penyakit setia mendampinginya beserta anak-anaknya
kusta. Masa kecil yang seharusnya penuh yang selalu menjadi motivasi bagi TD.
dengan keceriaan, nampaknya tidak
dirasakan sepenuhnya oleh TD, ia merasa TD masih bisa bersyukur disaat
ketakutan karena banyak diantara teman- penyakit kusta menghampirinya kembali,
temannya yang menjauhinya. pengobatan penyakit kusta sudah mengalami
banyak kemajuan. Ia pun tidak perlu takut
Selama beberapa tahun lamanya penyakit yang dialaminya akan datang
penyakit kusta yang dialami TD kecil tidak kembali untuk kesekian kalinya. Beberapa
stabil, sembuh kemudian kambuh kembali. bulan TD menjalani rawat jalan di rumah
Hingga akhirnya saat TD memasuki usia sakit dikotanya. Kondisi sebelah kakinya
remaja ia dapat terbebas dari penyakit kusta. yang sudah mengalami kelumpuhan
Saat itulah kepecayaan diri TD mulai membuatnya tidak bisa bekerja terlalu berat,
tumbuh kembali. Memasuki usia dewasa sehari-harinya ia manfaatkan waktunya
layaknya laki-laki normal lainnya TD mulai untuk menjadi seorang aktivis permata
bekerja. Mimpi buruk akan penyakit kusta (persatuan mandiri kusta) didaerahnya.
sudah ia lupakan. Angan-angan dalam benak Mulai dari sanalah TD lebih berani
pikirannya mulai ia tata satu persatu untuk mengahdap masyarakat memberikan
masa depannya. Ia pun berpikir saat dirinya sosialisasi tentang penyakit kusta dan
sudah mampu mencukupi kebutuhan dirinya menjadi fasilitator bagi penyandang
sendiri dan membantu orang tuanya, hal apa penyakit kusta didaerahnya. Setelah
lagi yang harus ia lakukan. Keinginan beberapa bulan menjalani perawatan
menikah sempat terbesit dalam otaknya, ia dirumah sakit dikotanya, akhirnya TD
mencoba membolak-balikan pikirannya. dirujuk untuk dirawat di RS Kusta Kediri.
Terlintas dalam pikirannya, apakah ada Dirumah sakit pun TD masih tetap
perempuan yang mau menikah dengannya menjalankan perannya sebagai aktivis
yang pernah memiliki riwayat penyakit permata, memberikan motivasi kepada
kusta. teman-teman senasibnya. Berkat usahanya,
kini diskriminasi terhadap penderita kusta
Akhirnya dengan keyakinan yang didesanya sudah tidak ada lagi.
mantap TD pun memutuskan untuk menikah
PENDERITA KUSTA DALAM terjadi melalui objektifikasi1, internalisasi2
KACAMATA PETER L BERGER dan eksternalisasi3 yang mana akan
membentuk sebuah fenomena penderita
kusta (Berger, 1991:5).
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Berger, Peter L. 1991. Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial. LP3ES. Jakarta.
_____, dan Thomas Luckmann. 1990.Tafsir Sosial Atas Kenyataan. LP3ES. Jakarta.
Bungin,Burhan. 2010.Metodologi Peneletian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Creswell, W. John. 2010. Research Design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan Mixed. Pelajar
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Penyakit
Kusta. Jakarta.
Ditjen PPM dan PLP. 1996. Buku Pedoman Penyebaran Penyakit Kusta.Jakarta
EB, Surbakti.2009.Lepra Siapa Takut?.Yayasan Transformasi Lepra Indonesia. Bekasi.
Dewi, Gustina (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tindakan Masyarakat Terhadap
Penderita Kusta Di Jorog Kuamang Kanagarian Panti Kecamatan Panti Kabupaten
Pasaman. Skrips Jurusan Ilmu Keperawatan. Tidak Diterbitkan. Universitas Andalas.
Padang.
Maharani, Priscilla Jatu (2010). Konsep Diri Mantan Penderita Kusta di Wisma Rehabilitasi
Sosial Katholik (Wireskrat) Blora. SkripsiJurusan Psikologi. Tidak diterbitkan.
Universitas Katholik Soegijapranata. Semarang.
Mongi, Rilauni Angelina (2012). Gambaran Persepsi Penderita Tentang Penyakit Kusta dan
Dukungan Keluarga Pada Penderita Kusta di Kota Manado. Skripsi. Tidak Diterbitan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
JURNAL:
INTERNET:
DATA PENULIS
NAMA :NUR ISTIFADAH
ALAMAT :JALAN VETERAN 40 KEDIRI
EMAIL :fada.aminudin71@gmail.com
TELEPON :085649100071