BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Definisi
Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau lebih
sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian. Meskipun
kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh kehamilan, sebagian di
antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam
memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama kehamilan
cukup jelas, karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada
didalam rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami
gangguan yang berat (Cunningham, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu
lengkap (Sarwono, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu dihitung
berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam, 1998).
Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum terjadi persalinan (Manuaba, 1998).
3. Etiologi
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini belum diketahui
secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan serotinus adalah:
a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT, perdarahan
selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa pasca persalinan ( oxorn,
2003 ).
b. Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus – kasus kehamilan
serotinus dianggap merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak cukup untuk
menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid didalam membrane janin. Pada jumlah
estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga kepekaan terhadap oksitosin
meningkatkan dan merangsang kontraksi ( wiliams, 1995 ).kadarestrogen tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang namun factor yang lebih menentukan adalah belum diproduksinya prostaglandin
yang berpengaruh terhadap terjadinya kontraksi uterus pada akhir kehamilan.
c. Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu ( rustam, 1998
)
4. Patofisiologi
a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang mengakibatkan
bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan hipoglikemia.
b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat. Janin
akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi penyusutan lemak subkutan
terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur janin , terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas
janin:
1) Tahap I insufisiensi plasenta kronis
Penampilan malnutrisi
Terwarnai mekonium
Depresi perinatal
3) Tahap III insufisiensi plasenta subakut
5. Gambaran klinis
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:
a. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan demikian
menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat postterm serta
berukuran besar menurut usia gestasionalnya.
b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan amnion
disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi
dan aspirasi mekonium yang kental.
d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu bermusuhan sehingga
pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi postterm serta mengalami
retardasi pertumbuhan.
Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:
a. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas dan kulit kuku dan
tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
b. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion yang bercampur
dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium mengotori pita suara.
7. Penatalaksanaan medis
Penalaksanaan pada ibu
a. Pengelolaan persalinan
1) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat
kematangan serviks.
2) Bila serviks matang (skor bishop > 5)
Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000 gram, dilakukan
SC.
Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter spesialis anak
apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.
3) Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut
apabila kehamilan tidak diakhiri.
NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal kehamilan dibiarkan berlanjut dan
penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau indeks cairan
amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan kontraksi (CST) harus
dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien, dan kehamilan
harus diakhiri bila serviks matang.
4) Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM, preeklamsi, PJT,
kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan
resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.
b. Pengelolaan intrapartum
1) Pasien tidur miring sebelah kiri
2) Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin berikan oksigen bila ditemukan keadaan
jantung yang abnormal.
3) Perhatikan jalannya persalinan.
b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu kemudian
mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan
kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan plasenta
maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping dengan adanya spasme arteri
spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat dalam hal ini
dapat disebut dismatur. Sirkulasi utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit.
Kematian janin akibat kehamilan serotinus terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam
persalinan dan 15% dalam postnatal. Penyebab utama kematian perinatal adalah hipoksia dan
aspirasi mekonium. Tanda-tanda partus postterm dibagi menjadi tiga stadium:
1) Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,
rapuh dan mudah mengelupas.
2) Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium (kehijauan
pada kulit).
3) Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik secara
anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen kepada fetus
untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini dapat
menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml,
warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini
mengandung sekitar 98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu rambut
lanugo (rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang
meliputi kulit bayi.
Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus fungsi
plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion juga akan berkurang.
Dengan jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40 minggu atau lebih
mempunyai hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan dengan fungsi cairan amnion yaitu
melindungi janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi
suhu janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka,
membersihkan jalan lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka
tekanan pada uterus tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali pusat dan
menimbulkan gawat janin. Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan
mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.
POST MATUR
1. Pengertian
Definisi post matur merupakan kehamilan yang melampaui umur 42 minggu dengan segala
kemungkinan komplikasinya. Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat
menentukan:
a. HPL menurut Negle
b. Hasil pemeriksaan perawatan antenatal berupa :
1) Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
2) Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
3) Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)[14]
3. Tanda-tanda Postmatur[17]
a. Tak ada lanugo
b. Kuku panjang
c. Rambut kepala banyak
d. Kulit keriput, mengelupas sering bewarna kekuningan
e. Kadang-kadang anak agak kurus
f. Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium.
6. Penatalaksanaan PostMatur
1) Expectative Management (Manjemen Menunggu)[18]
1) Prinsipnya yaitu mengharapkan proses spontan tanpa rangsangan dari luar.
2) Sambil menunggu juga harus dilakukan evaluasi janin dalam uterus dengan beberapa
tekhnikyang adekuat sehingga dapat diketahui terjadinya gangguan janin dalam bentuk gawat
janin.
3) Gawat janin merupakan indikasi mutlak untuk melakukan terminasi secara induksi atau
langsung SC.
4) Metode yang dipilih tergantung pada keadaan janin dan keadaan maternal saat itu.
2) Induksi oksitosin
1) Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah pada pematangan serviks.
2) Saat ini induksi harus dilakukan observasi ketat terhadap kesejahteraan janin dalam uterus
dengan alat yang cukup memadai.[19]
3) Evalusi bishop skore
a) Kurang 4, SC
b) Anatar 5 dan 6 coba mematangkan serviks
c) Diatas 7, sebagian berhasil
3) Secsio sesarea
1) Salah satu pertimbangan SC yaitu AFI kurang dari 5 cm, yang merupakan indikasi mutlak untuk
SC.
2) Tanda asfiksia intrauteri
3) Makrosomia
4) Kelainan letak janin
5) Bad obstetric history
6) Induksi gagal
7) Infertilitas primer-sekunder
8) Ibu dengan penyakit tertentu