Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kerja Praktek

Pabrik Produk Beton Pasuruan


PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan Kuliah Kerja Praktek merupakan bagian dari mata kuliah yang
harus ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Jurusan Teknik
Mesin Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Tujuan kegiatan ini dilaksanakan
sebagai salah satu bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah
didapat selama perkuliahan yang pengimplementasiannya dilakukan dalam
kegiatan ini, salah satu ilmu serta teori yang akan diaplikasikan di tempat Kuliah
Kerja Praktek adalah menganalisis sistem yang berjalan pada perusahaan/instansi
pemerintah. Kegiatan ini juga dapat memupuk disiplin kerja dan profesionalisme
dalam bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan
bermanfaat bagi mahasiswa setelah menyelesaikan perkuliahan.

Selain itu kebijakan Kuliah Kerja Praktek juga dapat mempererat hubungan
kerjasama yang dapat terjalin antara pihak universitas dengan pihak perusahaan.
Sehingga penukaran informasi antara kedua pihak dapat terjalin dengan baik dan
tidak menimbulkan kesenjangan akibat informasi yang tidak tersampaikan.
Kegiatan Kuliah Kerja Praktek ini dilakukan di PT. WIJAYA KARYA BETON.
Tbk yang beralamat di Jalan Raya Kejapanan No.323 ,Kejapanan Gempol
Pasuruan.

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang


bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros inin bekerja dengan
menerima beban berupa lentur, tarikan, tekan dan puntiran. Berdasarkan
pembebanannya poros dibedakan dalam beberapa macam, diantaranya poros
transmisi, gandar, poros spindel. Pada poros transmisi biasa dikenal dengan sebutan
shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur ataupun keduanya.
Pada shaft daya ditransmisikan melalui pulley. Pulley dapat digunakan untuk
mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang lain, dalam suatu perencanaan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
1
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

ada beberapa hal yang harus diperhatiakan, yaitu kekuatan poros, kekakuan poros,
putaran poros, putaran kritis, korosi, material poros. Pada Kekuatan poros akan
terjadi pada jenis Poros transmisi dimana akan menerima beban puntir (twisting
moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir
dan lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor,
misalnya: kelelahan, tumbukan, dan pengaruh konsentrasi tegangan bila
menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros
tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban
tersebut.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan pelaksanaan kerja praktek :
1. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta mampu menyerap
dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.
2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam memberikan
kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
3. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan profesi melalui
penerapan ilmu, latihan kerja, dan pengamatan teknik yang dilakukan di
PABRIK PRODUK BETON PASURUAN PT. WIJAYA KARYA
BETON.
4. Memahami dan mengetahui sistem kerja di dunia usaha sekaligus mampu
mengadakan pendekatan masalah secara utuh.
5. Mengetahui proses produksi beton secara umum
6. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna keluarannya.

1.3. Pembatasan Masalah


Pada laporan kerja praktek di PT Wijaya Karya Beton. Tbk ini,
penulis hanya membahas tentang design dan analisa kegagalan poros trolley

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

yang digunakan di PT Wijaya Karya Beton. Tbk yang bertempat di


Pasuruan.
1.4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktek ini antara lain
sebagai berikut:

a) Pengamatan langsung terhadap kegiatan kerja di PABRIK PRODUK


BETON PASURUAN PT. WIJAYA KARYA BETON, khususnya
mengenai objek-objek yang berkaitan dengan bidang kerja yang diambil.
b) Wawancara dan diskusi dengan pembimbing, staf, dan karyawan.
c) Studi literature dengan mempelajari teori - teori yang ada pada buku
penunjang Maintenance, file – file presentasi dan artikel – artikel dari
internet.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah


sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang Latar Belakang Kerja, Tujuan Penulisan,


Pembahasan Masalah, Sistematika Pembahasan, serta Sistematika
Penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM WIKA

Membahas mengenai sejarah dan perkembangan PT. Wijaya Karya


Beton Pasuruan. Tbk , lokasi PT. Wijaya Karya Beton Pasuruan. Tbk,
struktur Organisasi Perusahaan, Kegiatan Perusahaan, hasil produksi,
bahan Baku, kesejahteraan dan keselamatan kerja.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
3
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Membahas tentang proses produksi, berisi tentang pengertian Poros,


macam-macam poros, standart material poros, pasak (sepi), perencanaan
poros trolly dengan mengggunakan metode ASME

BAB IV DESAIN DAN ANALISA KEGAGALAN POROS TROLLY

Yang meliputi :desain poros, roda , pulley, gear motor , analisa


kegagalan poros trolly.

BAB V PENUTUP

Berisi Tentang Kesimpulan dan Saran.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
4
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. WIJAYA KARYA BETON.


PT Wijaya Karya Beton (WIKA BETON) adalah salah satu dari anak
perusahaan PT Wijaya Karya (WIKA) yang telah berdiri sejak 11 Maret 1997, anak
perusahaan ini merupakan perluasan WIKA di bidang industri beton pracetak.
WIKA telah memulai konsentrasi pada industri beton pracetak di tahun 1977
dengan mengembangkan produk beton pracetak untuk teras perumahan. Sejak saat
itu, WIKA bertekad mempertahankan pengembangan produk tersebut untuk
mengantisipasi adanya pengembangan perencanaan dan datangnya proyek-proyek
infrastuktur lain.
Pengembangan produk tersebut telah menciptakan beberapa hasil seperti
tiang beton untuk jalur pendistribusian energi dan bantalan beton pracetak serta
produk lainnya seperti bantalan, bantalan rel kereta api, produk beton untuk
jembatan, pipa, dinding penahan tanah dan bangunan gedung dan perumahan yang
diimplementasikan untuk berbagai macam proyek. Produk-produk ini dihasilkan
pada waktu yang tepat dan diprediksikan akan menjadi produk pemimpin di
pasaran.
Terlepas dari usaha keras dalam pengembangan produk, WIKA juga
melanjutkan pengembangan produk-produk infrastruktur dengan menambah
jumlah pabrik di beberapa lokasi. Kini, WIKA BETON telah memiliki 7 pabrik di
seluruh Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Bogor, Majalengka,
Boyolali, Pasuruan dan Sulawesi Selatan. Didukung dengan kepemilikan pabrik
sendiri, produk yang bervariasi seperti halnya manajemen yang profesional, WIKA
BETON telah menjadi penghasil utama dan pemimpin dalam industri beton
pracetak di Indonesia. Dalam hal konsistensi jaminan kualitas, WIKA BETON
telah melaksanakan “Quality Management Sistem” yang selaras dengan ISO 9000.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
5
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

2.2. Identitas Perusahaan.


Nama Perusahaan : PT.Wijaya Karya Beton
Nama Pabrik : Pabrik Produk Beton Pasuruan PT.Wijaya Karya Beton
Jenis Badan Hukum : PT (Perseroan Terbatas)
Alamat Perusahaan : Jl Raya Kejapanan No.323 Gempol Pasuruan
Nomor Telepon : (0343)852130
Nomor Fax. : (0343)851480
Status Permodalan : BUMN
Bidang Usaha : Produk Beton

2.3. Struktur Organisasi.


Struktur Organisasi Pabrik Produk Beton Pasuruan PT Wijaya Karya
Beton,Tbk adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pabrik

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
6
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Devisi Peralatan Produk Beton Pasuruan

2.4. Kegiatan Usaha.

PT. Wijaya Karya Beton pada awalnya adalah Divisi produk beton pada
tahun 1997, WIKA Beton memenuhi kebutuhan pelanggan, selain Tiang Listrik
prategang berpenampang H dikembangkan pula Tiang Listrik Bulat Berongga
dengan sistem sentrifugal. Disamping itu, WIKA Beton juga mengembangkan
produk – produk beton pracetak lain. Berikut adalah beberapa hasil produksi Pabrik
Produk Beton PT. Wijaya Karya:

1. Tiang listrik Beton


2. Tiang Pancang Beton
3. Komponen Jembatan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
7
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

4. Bantalan Beton Prategang


5. Komponen Pracetak Lainnya.

2.5. Produksi

 Bentuk Hasil Produksi antara lain :

 Tiang Listrik (TL)

 Tiang Pancang (TP): kotak, segitiga, bulat.

 Batalan Jalan Rel (BJR).

 Balok Jembatan.

 Sheat Steel

2.6. Bahan Baku

Untuk memenuhi syarat standart beton dan untuk mencapai


kepuasaan para konsumen PT.Wijaya Karya Beton. Tbk memanfaatkan
beberapa bahan baku yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Adminixture/adiktive

2. Air

3. Besi

4. Fly Ash

5. Pasir

6. Semen

7. Split

Namun dari banyaknya bahan baku tersebut tidak biasa


menghasilkan beton yang sempurna tanpa didukung oleh sumber daya

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
8
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

manusia( SDM ) yang baik khususnya para operator yang handal dan
profesional serta alat–alat yang digunakan yang serba otomatis dan modern.

2.7. Kesejahteraaan dan Keselamatan Kerja

Untuk meningkatkan produksi maka perusahaan mengambil


kebijaksaan dengan memberikan fasilitas kesejahteraan pada semua
karyawan yang ada, diantaranya ialah :

 Pemberian Asuransi Tenaga Kerja ( ASTEK )

 Pemberian Tunjangan–Tunjangan

 Pemberian Izin dan Cuti

Sedangkan untuk menunjang dan mewujudkan program–progam


yang telah ditetapkan dan untuk memperlancar proses produksi, maka
perusahaaan memberikan sarana keselamatan kerja. Diantaranya berikut :

 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, sehingga dapat


meningkatkan taraf hidup pekerja dan meningkatakan pendapatan
perusahaan.

 Melindungi tenaga kerja dan masyarakat sekitar dari hal–hal yang tidak
diinginkan. Misal : pengadaan dokter jaga dan poliklinik selama proses
produksi berlangsung, mewajibkan tenaga kerja untuk menggunakan
perangkat keselamatan kerja ( helm, sepatu, masker, tutup telinga ),
menempatkan slogan–slogan keselamatan kerja di sekitar pabrik di
tempat yang mudah terlihat.

 Memperbaiki lingkungan kerja, sarana kerja, dan ketrampilan tenaga


kerja dalam mengoperasikan alat–alat mesin.

Kesejahteraan dan keselamatan kerja sangat mutlak dan harus dilaksanakan oleh
perusahaan, karena dapat menekan bahkan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
9
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

2.8. Visi Perusahaan.

"Menjadi Perusahaan Terbaik dalam Industri Beton Pracetak”

2.9. Misi Perusahaan.

1. Memimpin pasar beton pracetak di Asia Tenggara.


2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada Pelanggan dengan kesesuaian
mutu , Kecepatan waktu dan harga bersaing.
3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu
peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan, dan kesehatan kerja
yang berwawasan lingkungan.
4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra secara sehat dan berkesinambungn
5. Mengembangkan potensi dan kesejahteraan pegawai.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
10
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Proses Manufacture Produk Beton.

Dalam aktivitas produksi produk beton sehari-hari umumnya semua pabrik


beton menggunakan jenis proses produksi yang terus menerus (continue). Hal ini
dikarenakan kegiatan produksi dari perusahaan tersebut berlangsung didasarkan
atas banyaknya pesanan yang datang setiap harinya dan persediaan untuk
permintaan yang datang setiap harinya dan persediaan untuk permintaan yang
datang sewaktu-waktu.
Proses produksi dimulai dari proses persiapan tulangan (Reinforcement
Preparation), persiapan cetakan beton, pembuatan adukan beton (Concrete
Mixing), pembuatan benda uji beton, perakitan tulangan (Reinforcement Assembly),
pengecoran adukan beton (Concrete Filling), penutupan cetakan dan penarikan
kawat pratekan (Mould Closing and PreStressing), pemutaran cetakan (Mould
Spinning), perawatan uap (Steam Curing), pembukaan cetakan (Mould Stripping)
dan merek WIKA Beton PPB Pasuruan, perawatan air dan penyelesaian akhir
(Water Curing and Finishing).

3.2 Mesin dan Peralatan Pabrik Produk Beton

Di dalam melaksanakan kegiatan produksi produk beton mutlak dibutuhkan


peralatan dan mesin.. Pada umumnya semua mesin dan peralatan dapat diopersikan,
tetapi untuk meningkatkan produktivitas dilakukan modifikasi-modifikasi terhadap
mesin dan peralatan yang dilakukan oleh bagian seksi peralatan.

3.2.1 Mesin Produksi


Beberapa jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi
dimana prinsip kerja dari setiap mesin masing-masing berbeda dalam sistem
kerja dan hasil dari mesin produksi yang digunakan. Adapun mesin dan
peralatan yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
11
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Tabel 3.1 Mesin Produksi Pabrik Beton


No. Nama Mesin Kegunaan
1 Mixer Batching untuk mencampur atau mengaduk pasir,
Plant koral/split, semen dan air dengan zat additive
selama 80 detik sehingga homogen.

2 Pan Mixer untuk proses pengadukan air, pasir, koral/split,


semen, dan zat additive hingga homogen.
3 Motor Bucket untuk menarik bucket material ke dalam tanki
Material mixer dengan sling

4 Motor screw untuk mendistribusikan semen dari silo ke


semen timbangan sebelum dimasukkan ketanki mixer.

5 Submersible untuk mendistribusikan air dari sumur bor ke


pump tower air

6 Pompa Air untuk mendistribusikan air dari bak ke


timbangan dan dicampurkan kedalam tanki air
sebelum dimasukkan ke tanki mixer
7 Motor hopper untuk mensuplay cor kehopper distribusi
suplay

8 Steam Boiler Untuk mendapatkan uap panas pada proses


perawatan uap (Steam Curing).
9 Gear Motor Untuk menggerakkan motor hopper.
Hopper

10 Gear Motor Untuk menggerakkan motor trolly.


Trolly

11 Motor Spinning Untuk memutar roll spinning agar adukan beton


dan panel didalam cetakan menjadi padat.

12 Mesin Tes Mesin yang digunakan untuk pengujian


Tekan Kubus kekuatan beton.

13 Motor Hoist Untuk mengangkat hoist craine dengan sling dan


rantai
14 Crane Hoist Untuk memindahkan cetakan dengan
menggunakan rantai

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
12
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

15 Compressor Untuk mendapatkan kekuatan angin didalam


Screw pengoperasian.

16 Compressor Untuk mendapatkan kekuatan angin didalam


Piston pengoperasian

17 Mesin Stressing Untuk menegangkan PC Wire pada proses


penulangan
18 Softener Untuk menyaring air dari zat-zat yang dapat
merusak steam boiler
19 Genset dan Untuk mendapatkan arus listrik pengganti bila
Panel Induk arus dari PLN tiba-tiba terputus

20 Bridge Craine Untuk mengangkat cetakan bawah dan end plate


dari atas trolly ke tempat perakitan tulangan
21 Mesin Heading Untuk membentuk kepala pada PC wire

22 Mesin Spiral Untuk membuat spiral sesuai dengan SSP

23 Mesin Vibrator Untuk meratakan cor beton pada cetakan

24 Mesin Conveyor Untuk memindahkan split yang telah dicuci ke


penampungan
25 Motor pintu Untuk membuka dan menutup pintu bucket
bucket material

26 Mesin getar Untuk menggetarkan split

27 Mesin Bar Untuk memotong besi PC wire


Cutter

28 End Carriage Untuk menggerakkan portal

29 Scraper Untuk menarik material di bak

3.2.2 Peralatan Produksi


Dalam Proses produksi diperlukan beberapa alat bantu dalam urusan
material handling, yang umumnya adalah sebagai berikut :

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
13
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Tabel 3.2 Peralatan Produksi Pabrik Beton


No. Nama Mesin Kegunaan
1 Trolly - Membawa cetakan ke bagian bukaan
cetakan dan perakitan
- Tempat cetakan yang akan di cor.
- Membawa cetakan yang telah di cor ke
bagian Stressing, penutupan cetakan, dan
dibawa ke bagian spinning.
- Membawa produk yang telah jadi ke stock
yard
2 Silo Semen Tempat penyimpanan semen sementara

3 Tanki Additive Tempat zat additive yang akan


didistribusikan kedalam mixer

4 Ember Plastik Sebagai tempat penampungan cor dan


diambil sampelnya untuk dicetak di kotak
kubus

5 Hopper Suplay Untuk memindahkan adukan beton dari


molen ke hopper cor

6 Kotak Kubus Tempat untuk mengambil sampel beton yang


akan di uji mutu dan kekuatannya di
laboratorium

7 Tebeng cor Alat yang diletakkan diatas cetakan pada


suplay sebelah kanan dan kiri untuk menahan cor an
yang di supllay dari hopper

8 Sendok semen Untuk meratakan coran semen sebelum


ditutup

9 Kunci pas ring Untuk mengencangkan dan melonggarkan


simultan baut pada ruth

10 Kunci L 24 mm Untuk mengencangkan dan melonggarkan


baut pengunci pada cetakan

11 Inpect tools Untuk mengendorkan baut dorong dan


membuka seluruh baut pengikat pada
cetakan.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
14
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

12 Sapu cetakan Pada perakitan tulangan untuk membersihkan


sisa-sisa hasil cetakan

13 Kuas cetakan Untuk merapikan seluruh cor sebelum


melakukan penutupan cetakan

14 Alat perojok Untuk membersihkan sisa-sisa hasil cetakan

15 Kereta Sorong - Sebagai alat untuk mengangkut limbah ke


bak limbah.
- Alat mengangkut cor an kebagian
pembuatan sepatu beton
16 Scrap/cetok Sebagai alat untuk membersihkan sisa-sisa
hasil cetakan yang melekat pada sisi cetakan

17 Sangkar Untuk tempat gulungan besi prategang


Pengaman

18 Mal cincin Untuk membentuk cincin sesuai type yang


diizinkan

19 Rol spiral Untuk membentuk spiral sesuai type yang


diizinkan

20 Mal PC wire Untuk menentukan panjang PC wire yang


diinginkan sesuai dengan type

21 Alat potong besi Untuk memotong spiral dan membentuk


cincin PC wire secara manual

22 Jembatan Untuk menimbang bahan baku yang masuk


Timbang dari suplayer

23 Timbangan Untuk menimbang bahan baku dan bahan


digital penolong sesuai standar setiap pengadukan.

24 Bucket material Untuk tempat menimbang material dan


mendistribusikan ke mixer

25 Roll spinning Untuk memutar cetakan

26 Hopper cor Untuk memindahkan adukan beton dari


molen ke cetakan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
15
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

3.3 Pengertian Poros


Poros merupakan suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya
berpenampang bulat diameter pasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pully,
flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bias menerima
beban lentur, beban tarikan, beban teka atau beban puntur yang bekerja sendiri-
sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
Berdasarkan pembebanannya poros dibedakan dalam beberapa macam,
diantaranya poros transmisi, gandar, poros spindel. Pada poros transmisi biasa
dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban
lentur ataupun keduanya. Pada shaft daya ditransmisikan melalui pulley. Pulley
dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang lain,
dalam suatu perencanaan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan, yaitu kekuatan
poros, kekakuan poros, putaran poros, putaran kritis, korosi, material poros. Pada
Kekuatan poros akan terjadi pada jenis Poros transmisi dimana akan menerima
beban puntir (twisting moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan
antara beban puntir dan lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan
beberapa faktor, misalnya: kelelahan, tumbukan, dan pengaruh konsentrasi
tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada
poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-
beban tersebut.

3.4 Macam-macam Poros


1. Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros Transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut
dengan poros (shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk metransmisikan
putaran dan rotasi dari satu lokasi kelokasi yang lainnya. Poros mentransmisikan
torsi dan driver (motor atau engine) ke driven. Komponen mesin yang sering
digunakan bersamaan dengan poros adalah roda gigi, puli dan sprocket. Transmisi
torsi antar poros dilakukan dengan pasangan roda gigi, sabuk atau rantai. Poros bisa

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
16
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

menjadi satu dengan driver, seperti pada poros motor dan engine crank shaft, bisa
juga poros bebas yang dihubungakan ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai
dudukan poros, digunakan bantalan.

Gambr 3.1 Poros Transmisi


b. Poros Spindle
Poros Spindle adalah poros tranmisi yang relative pendek, seperti poros
utama mesin perkakas, dimana beban utama berupa puntiran, disebut spindle.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan
bentuk serta ukuran haruslah teliti.

Gambar. 3.2 Poros Spindle


c. Gandar
Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban punter, bahkan
kadang kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang terpasang
diantara roda-roda kereta barang dll.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
17
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

3.3 Gambar Poros Gandar

2. Berdasarkan bentuknya :
a. Poros lurus
b. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin Ditinjau dari segi
besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros merupakan elemen
mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini dimaksudkan agar
terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).

3.5 Perancangan Poros


Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada
perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang
besar akan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya
misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa dihitung
hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan penampang
poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus diketahui terlebih
dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam merancang poros, pertama
kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru kemudian
menghitung defleksi berdasar geometri yang telah ditentukan. Perancangan poros
juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi poros (pada pembebanan bending dan
torsi) terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu. Jika frekuensi pembebanan
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
18
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi, sehingga timbul getaran,
tegangan dan defleksi yang besar.
3.5.1 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban
lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam
perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya :kelelahan,
tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertingkat
ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut
harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.
b. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam
menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak telitian (padamesinperkakas), getaran mesin (vibration)
dansuara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang
akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
c. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran (vibration)
pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran
normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar ,motor listrik , dll.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran
kritisnya.
d. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka
dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
19
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang
tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.
e. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case
hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja
khrom, baja khrom nikel, baja khrom molibden, baja khrom nikel molebdenum, dll.
Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya
hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat
sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.
3.5.2. Aturan umum perancangan poros :
a. Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek
mungkin dan meminimalisasi keadaan ‘overhang’,
b. Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan
mengusahakan tumpuan sederhana, kecuali karena tuntutan perancangan.
Hal ini karena batang kantilever akan terdefleksi lebih besar.
c. Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa
(kekakuan spesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada
poros pejal, tetapi harganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih
besar
d. Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen
bending yang besar jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya
dengan cara menambahkan fillet dan relief.
e. Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah
baik untuk digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga
yang lebih murah dan pada poros yang dirancang untuk defleksi,
tegangan yang terjadi cenderung kecil,
f. Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh
melebihi 0.005 inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
20
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

dari 0.03º.
g. Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang
bantalan harus kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan,
h. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros pada bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,
i. Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust
bearing untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada
beberapa thrust bearing karena ekspansi termal pada poros akan
mengakibatkan overload pada bantalan.
j. Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi
ketika gaya terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin
besar akan semakin baik, tetapi akan semakin sulit untuk dicapai.

3.5.3. Perhitungan Diameter Poros.


Dalam perhitungan diameter poros ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yakni faktor koreksi yang dianjurkan ASME ( American Society of Mechanical
Engineer) dan juga dipakai disini. Faktor koreksi akibat terjadinya tumbukan yang
dinyatakan dengan Kt, jika beban dikenakan beban secara halus, maka dipilih
sebesar 1,0. Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, maka dipilih sebesar 1,0-
1,5. Jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar, maka dipilih
sebesar 1,5-3,0. Dalam hal ini harga Kt diambil sebesar 3 karena cangkang terhisap
langsung kedalam mesin fan sehingga mendapatkan beban kejut atau tumbukan
yang besar secara tiba-tiba. Klasifikasi Diameter Poros menurut ASME dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
21
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Tabel 3.3 Diameter Poros

Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan
beban lentur. Dimana untuk perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya
terjadi karena momen puntir saja dengan harga diantara 1,2-2,3 (jika diperkirakan
tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil 1,0), dalam perencanaan
diambil faktor koreksinya sebesar 1,2. Maka rumus untuk merencanakan diameter
poros ds diproleh:
dimana : ds = diameter poros yang direncanakan (mm)
𝜎a = kekuatan tarik bahan (kg/mm2) aτ
Kt = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya bebanlentur.

3.5.3.1. Pembebanan Tetap (constant loads)


1) Poros yang hanya terdapat momen puntir saja. Untuk menghitung
diameter poros yang hanya terdapat momen puntir saja (twisting moment
only) dapat diperoleh dari persamaan berikut :

Dimana :
T = Momen puntir pada poros
r = Jari – jari poros
J = Momen Inersia Polar

Selain dengan persamaan diatas, besarnya momen puntir pada poros


(twisting moment) juga dapat diperoleh dari hubungan persamaan dengan variable-
variable lainnya, misalnya :

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
22
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Daya yang ditransmisikan

sabuk penggerak (belt drive) : T = (T1 – T2) x R


dimana :
T1 = tarikan yang terjadi pada sisi kencang
T2 = tarikan yang terjadi pada sisi kendor
R = jari-jari pulley
3.5.3.2. Poros yang hanya terdapat momen lentur saja.
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen lentur saja
(bending moment only), dapat diperoleh dari persamaan berikut :

dimana :
M = Momen lentur pada poros
I = Momen Inersia
y = jari-jari poros
𝜎 = Bending stress
Untuk poros yang berbentuk bulat padat besarnya momen Inersia dirumuskan :

3.5.3.3. Poros dengan kombinasi momen lentur dan momen puntir.


Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan
momen puntir maka perancangan poros harus didasarkan pada kedua momen
tersebut. Banyak teori telah diterapkan untuk menghitung elastic failure dari
material ketika dikenai momen lentur dan momen puntir.

a) Maximum shear stress theory atau Guest’s theory Teori ini digunakan
untuk material yang dapat diregangkan (ductile), misalnya baja lunak
(mild steel).

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
23
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

b) Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory Teori ini


digunakan untuk material yang keras dan getas (brittle), misalnya besi
cor (cast iron). Pada pembahasan selanjutnya, cakupan pembahasan
akan lebih terfokus pada pembahasan baja lunak (mild steel) karena
menggunakan material S45C sebagai material poros. Terkait dengan
Maximum shear stress theory atau Guest’s theory bahwa besarnya
maximum shear stress pada poros dirumuskan :

Dengan mensubsitusikan ke persamaan akan diperolah :

Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat
diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan menggunakan
perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas
kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas
kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME.
Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh
masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan .
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh ini
kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya
1,3 sampai 3,0

3.5.3.4. Pembebanan Berubah-ubah (fluctuating loads)


Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembebanan tetap
(constant loads) yang terjadi pada poros. Dan pada kenyataannya bahwa poros
justru akan mengalami pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-
ubah. Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
24
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

poros maka ASME (American Society of Mechanical Engineers) menganjurkan


dalam perhitungan untuk menentukan diameter poros yang dapat diterima (aman)
perlu memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban berulang
Tabel. 3.4 Faktor Koreki

3.5.3.5. Daya Poros


Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat mulai (start), atau mungkin
beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan demikian sering diperlukan
koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi
pada perencanaan.
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan
sesuai dengan tabel
Tabel. 3.5 Faktor Keamanan

Dalam perhitungan poros ini diambil daya rata-rata sebagai daya rencana dengan
faktor koreksi sebesar fc = 2,0. Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya
yang direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan
direncanakan semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu
besar. Sehingga besar daya rencana Pd yaitu :

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
25
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Dimana :
Pd = daya rencana (kW)
fc = faktor koreksi
N = daya normal keluaran motor penggerak (kW)
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen
puntir. Oleh karena itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama poros akan dihitung
berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan
dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan. Besarnya momen puntir
yang dikerjakan pada poros dapat dihitung :

Dimana :
T = momen puntir rencana (kg.mm)
Pd = daya rencana (kW)
n = putaran (rpm)

Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis baja karbon
tinggi dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan SC)
dihasilkan dari ingot yang dikil (baja yang dioksidasikan dengan
ferrosilikon dan dicor), kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta
dengan kekuatan tariknya dapat dilihat pada tabel 3.9.
Dalam perencanaan poros ini dipilih bahan jenis S45C yang dalam
perencanaannya diambil kekuatan tarik sebesar . Maka tegangan puntir izin dari
bahan dapat diperoleh dari rumus :
Dimana :
Τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan yang bergantung kepada jenis bahan.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung pada bentuk poros (harga 1,3-3,0)

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
26
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari
kekuatan tarik, dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar =5,6.
Harga 5,6 diambil untuk bahan SF dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa
dan baja paduan. Harga Sf1 diambil 6 karena dalam perencanaan pemilihan bahan
diambil jenis S45C. Sedangakan nilai Sf2, karena poros yang dirancang merupakan
poros bertingkat, sehingga dalam perencanaannya faktor keamanan diambil 1,4.
bσ10,18

3.5.2.6. Pemeriksaan Kekuatan Poros


Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya.Pengujian
dilakukan dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi (akibat momen
puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan
geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros mengalami kegagalan. Besar
tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros diperoleh dari:

dimana:
τp = tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm2 )
T = momen puntir yang terjadi (direncanakan) ( kg.mm )
ds = diameter poros ( mm )

3.6 Macam – Macam Pasak


Menurut ASME, definisi pasak adalah “demountable elemen mesin yang
ketika dipasang pada alurnya, mempunyai kegunaan untuk mentransmisikan torsi
antara porosdan hub.” Standar pengelompokan pasak berdasarkan bentuk dan
dimensinya. Pasak paralel berpenampang segi empat dengan tinggi dan lebar
konstan pada arah memanjang gambar 3.4 Pasak miring mempunyai lebar konstan
dengan tinggi bervariasi secara linier pada arah memanjang dengan kemiringan 1/8
inch per foot dan dipasang pada alur miring sampai terkunci. Ada 2 macam pasak
miring, yaitu pasak miring tanpa kepala dan dengan kepala gib . Pasak woodruff
berbentuk setengah lingkaran dengan lebar konstan, dipasang pada alur pasak yang

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
27
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

juga berbentuk setengah lingkaran . Pasak miring bisa langsung mengunci gerakan
aksial, sedangkan pada pasak paralel atau woodruff, perlu ditambahkan alat untuk
mengunci, seperti retaining ring atau clamp collar.

Gambar 3.4 macam macam pasak

a). Pasak Paralel (Parallel Keys)


Pasak jenis ini paling sering digunakan. ANSI mendefinisikan dimensi
penampang dan kedalaman alur pasak sebagai fungsi diameter poros di mana alur
pasak berada. Pasak yang digunakan untuk poros diameter kecil ditunjukkan pada
gambar Setengah bagian pasak paralel dipasang masuk pada poros dan setengah
sisanya dipasang pada hub, seperti pada gambar 3.4

Tabel. 3.6. Standar USA untuk Pasak dan dimensi Setscrew untuk poros

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
28
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Pasak paralel biasanya dibuat dari batang yang diroll dingin dengan toleransi
negatif (dimensi sebenarnya selalu lebih kecil dari dimensi nominal). Pada
pembebanan torsi alternating, dengan torsi positif ke negatif tiap siklusnya, suaian
pasak harus diperhatikan. Adanya clearance akan mengakibatkan backlash dan
beban impak. Untuk menghilangkan efek backlash, digunakan setscrew (skrup
pengencang) dan dipasang pada hub, 90° terhadap pasak. Setscrew ini akan
menahan pergerakan hub secara aksial dan menghindarkan pasak dari backlash.
Standar ASME untuk setscrew bisa dilihat pada tabel 3.6. Untuk mencegah
terpuntirnya pasak karena adanya defleksi pada poros, panjang pasak harus lebih
kecil dari 1.5 kali diameter poros. Jika diinginkan lebih kuat, bisa digunakan 2 buah
pasak.
b). Pasak Miring (Tapered Keys)
Lebar pasak miring untuk diameter tertentu sama dengan pasak paralel,
seperti pada tabel 7.1. Kemiringan dan dimensi kepala gib distandarkan.
Kemiringan dimanfaatkan sebagai pengunci terhadap gerakan aksial dengan
memanfaatkan adanya gesekan antar permukaan. Kepala gib digunakan untuk
melepas pasak dengan cara menariknya ketika tidak dimungkinkan mendorong
bagian pasak yang kecil, karena tidak bisa dijangkau. Karena pemasangan pasak
miring pada satu sisi, sehingga terjadi clearance pada satu sisi, maka dimungkinkan
terjadinya eksentrisitas antara hub dan pasak. Pasak Woodruff (Woodruff Keys)
Pasak jenis ini digunakan pada poros ukuran kecil dan ‘self-aligning’, sehingga
sering digunakan pada poros miring. Pemasangan pasak jenis ini pada hub sama
seperti pasak paralel, yaitu setengah bagiannya. Bentuk setengah lingkaran
memungkinkan pasak masuk lebih dalam pada alur pasak, sehingga akan lebih sulit
untuk terguling, tetapi lebih lemah jika dibandingkan dengan pasak paralel. Lebar
pasak woodruff adalah fungsi diameter poros, seperti pada pasak paralel,
ditunjukkan pada tabel 3.6. Standar yang sering digunakan adalah standar ANSI,
seperti pada tabel 3.7. Pada standar ANSI, digunakan penomororan pasak untuk
tiap ukuran. Diameter pasak nominal ditunjukkan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
29
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

oleh 2 digit terakhir dibagi 8 (dalam inch). Lebar pasak nominal ditunjukkan oleh
digit yang mendahului 2 digit terakhir dibagi 32 (dalam inch). Contohnya, pasak
nomor 808, diameter nominalnya adalah 8/8=1 inch, lebarnya adalah 8/32=1/4 inch.

Tabel 3.7 Standar ANSI untuk Pasak woodruff

3.6.1. Tegangan pada Pasak


Ada dua macam kegagalan pada pasak, yaitu geser dan bearing. Kegagalan geser
terjadi ketika pasak dibebani geser pada bidang yang sejajar bidang pertemuan
antara poros dan hub. Kegagalan bearing terjadi karena penekanan pada kedua sisi
pasak.
Kegagalan geser Tegangan karena beban geser langsung :

F adalah gaya yang bekerja, Ashear adalah perkalian antara lebar (w) dengan
panjang (L) pasak. Gaya yang bekerja pada pasak adalah hasil bagi torsi dengan
jari-jari.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
30
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Pada pembebanan dengan torsi konstan terhadap waktu, faktor keamanannya


adalah perbandingan tegangan geser dengan kekuatan yield material

dimana Ssy adalah tegangan geser yang diijinkan, Ns faktor keamanan, dan

dimana Sy adalah kekuatan yield. Pada pembebanan dengan torsi yang berubah
terhadap waktu, pasak akan gagal karena fatigue.
Faktor keamanan dicari dengan menghitung tegangan geser rata-rata dan
alternating, menghitung tegangan von misses rata-rata dan alternating. Kemudian
digunakan diagram Goodman yang dimodifikasi.
Kegagalan bearing Tegangan bearing :

F adalah gaya yang bekerja, Abearing adalah luasan kontak antara sisi pasak
dengan poros atau hub. Untuk pasak paralel, Abearing adalah perkalian panjang pasak
(L) dengan setengah tingginya (h/2).
Tegangan bearing dihitung dengan gaya maksimal, baik gaya konstan
maupun berubah terhadap waktu. Karena tegangan tekan tidak mengakibatkan
kegagalan fatigue, pembebanan adalah statik. Faktor keamanan adalah
perbandingan antara tegangan bearing maksimal dengan kekuatan yield material
untuk tekan.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
31
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

dengan Syc adalah tegangan normal yang diijinkan :

3.6.2. Perancangan Pasak


Diameter poros di mana alur pasak berada mempengaruhi lebar pasak,
tinggi pasak juga dipengaruhi oleh lebar pasak. Sehingga variabel perancangan
yang digunakan adalah panjang dan jumlah pasak tiap hub-nya. Panjang pasak
paralel dan miring bisa sama dengan panjang hub. Untuk lebar pasak woodruff
tertentu, terdapat beberapa diameter dan menentukan panjang masuknya pasak pada
hub. Semakin besar diameter pasak woodruff, semakin dalam alur pasak, sehingga
poros semakin lemah. Kalau dibutuhkan 2 buah, pasak kedua bisa ditambahkan
pada posisi 90° dari pasak pertama. Jika terjadi overload beban, pasak dirancang
supaya gagal terlebih dahulu sebelum alur pasak atau bagian lain dari poros gagal.
Pasak berperan sebagai pengaman untuk melindungi bagian yang lebih mahal
karena pasak relatif lebih murah dan mudah untuk diganti. Hal ini menjadi alasan
kenapa material pasak dipilih ulet dan lunak dengan kekuatan lebih rendah
dibanding dengan material poros. 7-18
3.6.3. Konsentrasi Tegangan pada Alur Pasak
Pasak memiliki sisi relatif tajam (jari-jari<0.02 inch), sehingga alur pasak
juga demikian, dan mengakibatkan adanya konsentrasi tegangan pada alur pasak.
Macam alur pasak bisa dilihat pada gambar dibawah

Gambar 3.5 Macam alur pasak pada poros

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
32
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Dari percobaan yang dilakukan oleh Peterson pada alur pasak end-milled,
didapat kurva konsentrasi tegangan untuk pembebanan bending dan torsi pada
poros

Gambar 3.6 Faktor konsentrasi tegangan pada alur pasak dengan ujung di freis
pada pembebanan bending (Kt) dan torsi (Kts)

3.7. Material Poros


Baja sering digunakan karena modulus elastisitasnya tinggi, sehingga
ketahannyaterhadap defleksi tinggi. Besi cor dan besi nodular digunakan ketika
gear atau komponen lain terintegrasi pada poros. Perunggu dan stailess steel
digunakan di laut atau pada kondisi korisif lainnya. Through atau case hardened
steel sering digunakan pada poros yang digunakan juga sebagai jurnal pada sleeve
bearing. Kebanyakan poros terbuat dari baja karbon rendah dan medium yang dirol
panas (hot rolled) maupun dingin (cold rolled). Ketika diperlukan kekuatan yang
lebih tinggi, bisa digunakan baja paduan. Cold rolled sering digunakan pada poros
diameter kecil (sampai diameter 3 in.), sedangkan hot rolled untuk diameter yang
lebih besar. Untuk material yang sama, sifat mekanik pada cold rolled lebih besar,
tetapi akan terjadi tegangan sisa pada permukaan. Alur pasak, groove dan step akan
melokalisasi adanya tegangan sisa dan akan mengakibatkan ‘warping’. Permukaan
poros yang di roll panas harus dimesin untuk menghilangkan karburizing pada
permukaan, sedangkan permukaan yang di roll dingin dibiarkan, kecuali pada
bagian dispesifikasikan pada perancangan, material yang di gunakan untuk poros
bisa dilihat pada sebagai berikut :
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
33
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Tabel 3.8 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang di finis
dingin untuk poros

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
34
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Tabel 3.9 Baja paduan untuk poros

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
35
Laporan Kerja Praktek
Pabrik Produk Beton Pasuruan
PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

Tabel 3.10. Standar baja

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
36

Anda mungkin juga menyukai