Bab 1-3
Bab 1-3
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu kebijakan Kuliah Kerja Praktek juga dapat mempererat hubungan
kerjasama yang dapat terjalin antara pihak universitas dengan pihak perusahaan.
Sehingga penukaran informasi antara kedua pihak dapat terjalin dengan baik dan
tidak menimbulkan kesenjangan akibat informasi yang tidak tersampaikan.
Kegiatan Kuliah Kerja Praktek ini dilakukan di PT. WIJAYA KARYA BETON.
Tbk yang beralamat di Jalan Raya Kejapanan No.323 ,Kejapanan Gempol
Pasuruan.
ada beberapa hal yang harus diperhatiakan, yaitu kekuatan poros, kekakuan poros,
putaran poros, putaran kritis, korosi, material poros. Pada Kekuatan poros akan
terjadi pada jenis Poros transmisi dimana akan menerima beban puntir (twisting
moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir
dan lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor,
misalnya: kelelahan, tumbukan, dan pengaruh konsentrasi tegangan bila
menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros
tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban
tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Wijaya Karya Beton pada awalnya adalah Divisi produk beton pada
tahun 1997, WIKA Beton memenuhi kebutuhan pelanggan, selain Tiang Listrik
prategang berpenampang H dikembangkan pula Tiang Listrik Bulat Berongga
dengan sistem sentrifugal. Disamping itu, WIKA Beton juga mengembangkan
produk – produk beton pracetak lain. Berikut adalah beberapa hasil produksi Pabrik
Produk Beton PT. Wijaya Karya:
2.5. Produksi
Balok Jembatan.
Sheat Steel
1. Adminixture/adiktive
2. Air
3. Besi
4. Fly Ash
5. Pasir
6. Semen
7. Split
manusia( SDM ) yang baik khususnya para operator yang handal dan
profesional serta alat–alat yang digunakan yang serba otomatis dan modern.
Pemberian Tunjangan–Tunjangan
Melindungi tenaga kerja dan masyarakat sekitar dari hal–hal yang tidak
diinginkan. Misal : pengadaan dokter jaga dan poliklinik selama proses
produksi berlangsung, mewajibkan tenaga kerja untuk menggunakan
perangkat keselamatan kerja ( helm, sepatu, masker, tutup telinga ),
menempatkan slogan–slogan keselamatan kerja di sekitar pabrik di
tempat yang mudah terlihat.
Kesejahteraan dan keselamatan kerja sangat mutlak dan harus dilaksanakan oleh
perusahaan, karena dapat menekan bahkan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi satu dengan driver, seperti pada poros motor dan engine crank shaft, bisa
juga poros bebas yang dihubungakan ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai
dudukan poros, digunakan bantalan.
2. Berdasarkan bentuknya :
a. Poros lurus
b. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin Ditinjau dari segi
besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros merupakan elemen
mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini dimaksudkan agar
terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).
mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi, sehingga timbul getaran,
tegangan dan defleksi yang besar.
3.5.1 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban
lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam
perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya :kelelahan,
tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertingkat
ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut
harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.
b. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam
menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak telitian (padamesinperkakas), getaran mesin (vibration)
dansuara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang
akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
c. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran (vibration)
pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran
normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar ,motor listrik , dll.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran
kritisnya.
d. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka
dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada
pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang
tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.
e. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case
hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja
khrom, baja khrom nikel, baja khrom molibden, baja khrom nikel molebdenum, dll.
Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya
hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat
sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.
3.5.2. Aturan umum perancangan poros :
a. Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek
mungkin dan meminimalisasi keadaan ‘overhang’,
b. Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan
mengusahakan tumpuan sederhana, kecuali karena tuntutan perancangan.
Hal ini karena batang kantilever akan terdefleksi lebih besar.
c. Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa
(kekakuan spesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada
poros pejal, tetapi harganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih
besar
d. Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen
bending yang besar jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya
dengan cara menambahkan fillet dan relief.
e. Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah
baik untuk digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga
yang lebih murah dan pada poros yang dirancang untuk defleksi,
tegangan yang terjadi cenderung kecil,
f. Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh
melebihi 0.005 inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang
dari 0.03º.
g. Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang
bantalan harus kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan,
h. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros pada bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,
i. Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust
bearing untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada
beberapa thrust bearing karena ekspansi termal pada poros akan
mengakibatkan overload pada bantalan.
j. Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi
ketika gaya terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin
besar akan semakin baik, tetapi akan semakin sulit untuk dicapai.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan
beban lentur. Dimana untuk perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya
terjadi karena momen puntir saja dengan harga diantara 1,2-2,3 (jika diperkirakan
tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil 1,0), dalam perencanaan
diambil faktor koreksinya sebesar 1,2. Maka rumus untuk merencanakan diameter
poros ds diproleh:
dimana : ds = diameter poros yang direncanakan (mm)
𝜎a = kekuatan tarik bahan (kg/mm2) aτ
Kt = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya bebanlentur.
Dimana :
T = Momen puntir pada poros
r = Jari – jari poros
J = Momen Inersia Polar
dimana :
M = Momen lentur pada poros
I = Momen Inersia
y = jari-jari poros
𝜎 = Bending stress
Untuk poros yang berbentuk bulat padat besarnya momen Inersia dirumuskan :
a) Maximum shear stress theory atau Guest’s theory Teori ini digunakan
untuk material yang dapat diregangkan (ductile), misalnya baja lunak
(mild steel).
Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat
diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan menggunakan
perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas
kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas
kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME.
Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh
masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan .
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh ini
kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya
1,3 sampai 3,0
Dalam perhitungan poros ini diambil daya rata-rata sebagai daya rencana dengan
faktor koreksi sebesar fc = 2,0. Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya
yang direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan
direncanakan semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu
besar. Sehingga besar daya rencana Pd yaitu :
Dimana :
Pd = daya rencana (kW)
fc = faktor koreksi
N = daya normal keluaran motor penggerak (kW)
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen
puntir. Oleh karena itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama poros akan dihitung
berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan
dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan. Besarnya momen puntir
yang dikerjakan pada poros dapat dihitung :
Dimana :
T = momen puntir rencana (kg.mm)
Pd = daya rencana (kW)
n = putaran (rpm)
Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis baja karbon
tinggi dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan SC)
dihasilkan dari ingot yang dikil (baja yang dioksidasikan dengan
ferrosilikon dan dicor), kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta
dengan kekuatan tariknya dapat dilihat pada tabel 3.9.
Dalam perencanaan poros ini dipilih bahan jenis S45C yang dalam
perencanaannya diambil kekuatan tarik sebesar . Maka tegangan puntir izin dari
bahan dapat diperoleh dari rumus :
Dimana :
Τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan yang bergantung kepada jenis bahan.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung pada bentuk poros (harga 1,3-3,0)
Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari
kekuatan tarik, dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar =5,6.
Harga 5,6 diambil untuk bahan SF dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa
dan baja paduan. Harga Sf1 diambil 6 karena dalam perencanaan pemilihan bahan
diambil jenis S45C. Sedangakan nilai Sf2, karena poros yang dirancang merupakan
poros bertingkat, sehingga dalam perencanaannya faktor keamanan diambil 1,4.
bσ10,18
dimana:
τp = tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm2 )
T = momen puntir yang terjadi (direncanakan) ( kg.mm )
ds = diameter poros ( mm )
juga berbentuk setengah lingkaran . Pasak miring bisa langsung mengunci gerakan
aksial, sedangkan pada pasak paralel atau woodruff, perlu ditambahkan alat untuk
mengunci, seperti retaining ring atau clamp collar.
Tabel. 3.6. Standar USA untuk Pasak dan dimensi Setscrew untuk poros
Pasak paralel biasanya dibuat dari batang yang diroll dingin dengan toleransi
negatif (dimensi sebenarnya selalu lebih kecil dari dimensi nominal). Pada
pembebanan torsi alternating, dengan torsi positif ke negatif tiap siklusnya, suaian
pasak harus diperhatikan. Adanya clearance akan mengakibatkan backlash dan
beban impak. Untuk menghilangkan efek backlash, digunakan setscrew (skrup
pengencang) dan dipasang pada hub, 90° terhadap pasak. Setscrew ini akan
menahan pergerakan hub secara aksial dan menghindarkan pasak dari backlash.
Standar ASME untuk setscrew bisa dilihat pada tabel 3.6. Untuk mencegah
terpuntirnya pasak karena adanya defleksi pada poros, panjang pasak harus lebih
kecil dari 1.5 kali diameter poros. Jika diinginkan lebih kuat, bisa digunakan 2 buah
pasak.
b). Pasak Miring (Tapered Keys)
Lebar pasak miring untuk diameter tertentu sama dengan pasak paralel,
seperti pada tabel 7.1. Kemiringan dan dimensi kepala gib distandarkan.
Kemiringan dimanfaatkan sebagai pengunci terhadap gerakan aksial dengan
memanfaatkan adanya gesekan antar permukaan. Kepala gib digunakan untuk
melepas pasak dengan cara menariknya ketika tidak dimungkinkan mendorong
bagian pasak yang kecil, karena tidak bisa dijangkau. Karena pemasangan pasak
miring pada satu sisi, sehingga terjadi clearance pada satu sisi, maka dimungkinkan
terjadinya eksentrisitas antara hub dan pasak. Pasak Woodruff (Woodruff Keys)
Pasak jenis ini digunakan pada poros ukuran kecil dan ‘self-aligning’, sehingga
sering digunakan pada poros miring. Pemasangan pasak jenis ini pada hub sama
seperti pasak paralel, yaitu setengah bagiannya. Bentuk setengah lingkaran
memungkinkan pasak masuk lebih dalam pada alur pasak, sehingga akan lebih sulit
untuk terguling, tetapi lebih lemah jika dibandingkan dengan pasak paralel. Lebar
pasak woodruff adalah fungsi diameter poros, seperti pada pasak paralel,
ditunjukkan pada tabel 3.6. Standar yang sering digunakan adalah standar ANSI,
seperti pada tabel 3.7. Pada standar ANSI, digunakan penomororan pasak untuk
tiap ukuran. Diameter pasak nominal ditunjukkan
oleh 2 digit terakhir dibagi 8 (dalam inch). Lebar pasak nominal ditunjukkan oleh
digit yang mendahului 2 digit terakhir dibagi 32 (dalam inch). Contohnya, pasak
nomor 808, diameter nominalnya adalah 8/8=1 inch, lebarnya adalah 8/32=1/4 inch.
F adalah gaya yang bekerja, Ashear adalah perkalian antara lebar (w) dengan
panjang (L) pasak. Gaya yang bekerja pada pasak adalah hasil bagi torsi dengan
jari-jari.
dimana Ssy adalah tegangan geser yang diijinkan, Ns faktor keamanan, dan
dimana Sy adalah kekuatan yield. Pada pembebanan dengan torsi yang berubah
terhadap waktu, pasak akan gagal karena fatigue.
Faktor keamanan dicari dengan menghitung tegangan geser rata-rata dan
alternating, menghitung tegangan von misses rata-rata dan alternating. Kemudian
digunakan diagram Goodman yang dimodifikasi.
Kegagalan bearing Tegangan bearing :
F adalah gaya yang bekerja, Abearing adalah luasan kontak antara sisi pasak
dengan poros atau hub. Untuk pasak paralel, Abearing adalah perkalian panjang pasak
(L) dengan setengah tingginya (h/2).
Tegangan bearing dihitung dengan gaya maksimal, baik gaya konstan
maupun berubah terhadap waktu. Karena tegangan tekan tidak mengakibatkan
kegagalan fatigue, pembebanan adalah statik. Faktor keamanan adalah
perbandingan antara tegangan bearing maksimal dengan kekuatan yield material
untuk tekan.
Dari percobaan yang dilakukan oleh Peterson pada alur pasak end-milled,
didapat kurva konsentrasi tegangan untuk pembebanan bending dan torsi pada
poros
Gambar 3.6 Faktor konsentrasi tegangan pada alur pasak dengan ujung di freis
pada pembebanan bending (Kt) dan torsi (Kts)
Tabel 3.8 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang di finis
dingin untuk poros