Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS JURNAL

“KARAKTERISTIK KETOASIDOSIS DIABETIK PADA ANAK”

A. Resume Jurnal

Nama Peneliti : Bina Aksara

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran karakteristik diabetes

mellitus yang datang dengan ketoasidosis metabolik di RSUP Fatmawati

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Bulan Juni 2012 di RSUP Fatmawati

D. Psikomotor pico

Problem : Semua pasien-pasien diabetes mellitus tipe 1 yang berobat ke

RSUP Fatmawati dalam kurun waktu tersebut di masukkan ke

dalam sampel penelitian. Dari semua subjek yang berobat ke

RSUP Fatmawati di dapatkan 20 pasien, namun hanya 13 subjek

yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Tujuh orang

subjek dikeluarkan dari penelitian karena tidak didapatkan

episode ketoasidosis diabetik. Tujuh orang pasien tersebut tidak

datang ke RSUP Fatmawati dengan kondisi ketoasidosis

diabetik. Dari 20 subjek penelitian yang memenuhi syarat hanya

13 pasien. Dari 13 pasien tersebut didapatkan 2 pasien


mengalami 2 kali episode ketoasidosis diabetik. Dari 2 episode

tersebut, maka diambil episode ketoasidosis diabetik yang

terberat yang pernah dialami pasien.

Intervention : Penelitian ini dilakukan secara retrospektif. Data-data yang

dikumpulkan menggunakan kuesioner serta dengan melihat

rekam medis sejak tahun 2002-2012.

Comparison : Dalam penelitian lainnya yang dilakukan di IKA-RSCM pada

tahun 1989-1999 didapatkan 41 kasus dengan DM tipe-1 dengan

sebagian besar anak perempuan. Usia terbanyak saat datang

pertama kali ke Bagian IKA-RSCM pada usia 5-10 tahun (56%).

Saat datang ke Bagian IKA-RSCM 66% dengan katoasidasis

diabetik, 71% menderita gizi kurang dan seluruh pasien datang

dengan keluhan poliuria, polidipsia, polifagia dan adanya

penurunan berat badan yang progresif. Gangguan kesadaran

juga menyertai pasien dengan KAD. Kadar gula darah pasien

DM tipe-1 terbanyak antara 300-500 mg/dl (51%).Pada

penelitian ini didapatka rasio antara laki laki dan perempuan

hampir sama, berbeda dengan yang didapatkan di RSCM. Usia

terbanyak mengalami KAD pada penelitian ini pada usia 5-9

tahun, yang hamper sama dengan yang didapatkan di RSCM.

Subjek penelitian di RSCM mengalami gangguan kesadaran dan

termasuk KAD berat.


13 Hal ini sesuai dengan yang didapatkan di RSUP Fatmawati

dengan sebagian besar KAD berat. Pada penelitian di RSCM

didapatkan kadar gula darah pasien DM tipe-1 saat datang

pertama kali terbanyak antara 300-500mg/dl (51 kasus), lebih

dari 500 mg/dl (37 kasus), antara 200-300 mg/dl sebanyak 12

kasus. Pada penelitian tersebut juga didapatkan kadar HbA1c

10,6 (7,0-17,0%). 13 Hal ini sesuai dengan penelitian ini dimana

kadar gula darah di dapatkan 339 mg/dL dan kadar HbA1c 11,1

mg/dL.

Outcome : 1. Subjek penelitian hampir sama rasio antara laki-laki dan

perempuan.

2. Sebagian besar subjek berusia 5-9 tahun.

3. Sebagian besar subjek mengalami episode ketoasidosis berat.

4. Kadar glukosa darah didapatkan median 339 (203-577) mg/dL

dan kadar keton 2,88±1,0 mg/dL

5. Kadar HbA1c 11,1±1,9 %


ANALISIS JURNAL

“HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI

BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS”

A. Resume jurnal

Nama Peneliti : Mardiana, Warida, Siti Rismini

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah

dengan beta-OH butirat pada penderita DM dan dapat digunakan sebagai

acuan oleh tenaga medis dan paramedis dalam pengelolaan pasien DM

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Selama bulan Januari sampai Oktober 2013 di Unit Gawat Darurat RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo

D. Psikomotor Pico

Problem Sample dalam penelitian ini sejumlah 778 data hasil

pemeriksaan glukosa darah dan beta hidroksi butirat

penderita DM periode Januari sampai Oktober 2013.

Intervention Pemeriksaan glukosa darah menggunakan : - Bahan

pemeriksaan : serum - Reagensia : Glukosa GOD-PAP - Alat

: Fotometer - Metode : GOD-PAP Pemeriksaan beta hidroksi

butirat (beta OHbutirat) menggunakan : - Bahan pemeriksaan


: darah kapiler - Reagensia : keton strip - Alat : Optium

Xceed - Metode : biosensor

Comparison Dalam penelitian ini tidak terdapat peneliatian pembanding.

Outcome Ada hubungan antara kadar glukosa darah dengan kadar beta

OH butirat dengan nilai korelasi Pearson sebesar 0.286

(lemah), artinya apabila terjadi kenaikan kadar glukosa darah

tidak selalu diikuti dengan kenaikan kadar beta-OH butirat.


ANALISIS JURNAL

”Karakteristik Penderita Rawat Inap Diabetes Melitus Komplikasi di Bagian

Penyakit Dalam RS Muhammadiyah Palembang Periode Januari 2013 -

Desember 2013”

A. Resume Jurnal

Nama Peneliti : KHM Arsyad, Nyanyu Fitriani

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan

karakteristik penderita DM yang dirawat inap di Bagian Penyakit Dalam

RS Muhammadiyah Palembang periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1 Januari 2013-31 Desember 2013 di RS Muhammadiyah Palembang

D. Psikomotor pico

Problem : Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita diabetes

melitus dengan dengan komplikasi dan tanpa komplikasi yang

dirawat inap di bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang tahun 2013 terdiri dari 195 orang

Intervention : Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder

dari pasien penderita diabetes melitus yang dirawat inap di


bagian penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang. Analisis data dianalisa dengan menggunakan SPSS

dengan menganalisis distribusi, kemudian data disajikan dalam

bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie, dan

diagram bar.

Comparison :1. Angka kejadian penderita diabetes melitus berdasarkan

tipe 1 dan 2 didapatkan bahwa penderita diabetes melitus

tipe 2 sebanyak 193 orang (99%) sedangkan diabetes

melitus tipe 1 sebanyak 2 orang (1%). Dalam penelitian

ini tidak terdapat penelitian pembanding.

2. Angka kejadian penderita diabetes melitus tipe 1 dengan

komplikasi sebanyak 2 orang (100%). Angka kejadian

penderita diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi

sebanyak 162 orang (83,9%) dan tanpa komplikasi

sebanyak 31 orang (16,1%). Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian di RSUP Adam Malik Medan dimana

didapatkan penderita DM tipe 1 sebanyak 66,7% dan DM

tipe 2 sebanyak 85,4% mengalami komplikasi.

3. Angka kejadian Penderita diabetes melitus tipe 1 dengan

komplikasi kronik sebanyak 2 orang (100%). Pada

penderita diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi

kronik sebanyak 101 orang (51,8%); komplikasi akut


sebanyak 49 orang (25,1%); tidak mengalami komplikasi

sebanyak 31 orang (15,9%) dan yang mengalami

komplikasi akut dan kronik sebanyak 14 orang (7,2%)

hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Rumah

Sakit Umum Pemantang Siantar dimana sebanyak 93,94%

penderita diabetes melitus tipe 1 dan 2 mengalami

komplikasi kronik

4. Angka kejadian berrdasarkan jenis komplikasi pada

penderita DM tipe 1 yaitu Neuropati sebanyak 1 orang

(50%) dan Nefropati sebanyak 1 orang (50%). Sedangkan

pada penderita diabetes melitus tipe 2 angka kejadian jenis

komplikasi adalah Gangren sebanyak 39 orang (20,2%);

tidak mengalami komplikasi sebanyak 31 orang (16,1%);

Hipoglikemi sebanyak 28 orang (14,5%); Neuropati

sebanyak 27 orang (14,4%); KAD sebanyak 21 orang

(10,9%); Nefropati sebanyak 18 orang (9,3%); Retinopati

sebanyak 7 orang (3,6%); KAD dan Neuropati sebanyak 7

orang (3,6%); Neuropati dan Gangren sebanyak 3 orang

(1,6%); Neuropati dan Nerfopati sebanyak 2 orang (1,0%);

Neuropati dan Retinopati sebanyak 2 orang (1,0%);

Neuropati dan Retinopati sebanyak 2 orang (1,0%)

Hipoglikemi dan Gangren sebanyak 1 orang (0,5%);

Hipoglikemi dan Nefropati sebanyak 1 orang (0,5%);


KAD, Nefopati dan Gangren sebanyak 1 orang (0,5%);

Neuropati, Nefropati, dan Retinopati sebanyak 1 orang

(0,5%); Hipoglikemi dan Retinopati sebanyak 1 orang

(0,5%); KAD, neuropati dan Gangren sebanyak 1 orang

(0,5%). Dalam penelitian ini tidak terdapat penelitian

pembanding.

5. Angka kejadian penderita diabetes melitus tipe 1 dengan

komplikasi pada kelompok umur remaja sebanyak 2 orang

(100%). Sedangkan penderita diabetes melitus tipe 2

dengan komplikasi pada kelompok umur lansia sebanyak

100 orang (61,7%); kelompok umur manula sebanyak 38

orang (24%) dan kelompok umur dewasa sebanyak 24

orang (14,8 %). Dalam penelitian ini tidak terdapa

penelitian pembanding

6. Angka kejadian penderita Diabetes Melitus tipe 2 tanpa

komplikasi berdasarkan kelompok umur lansia sebanyak

14 orang (45,2%); dewasa sebanyak 10 orang (32,3%) dan

manula sebanyak 7 orang (22,6%). Dalam penelitian ini

tidak terdapat penelitian pembanding.

7. Angka kejadian penderita Diabetes Melitus tipe 1 dengan

komplikasi pada pasien perempuan sebanyak 1 orang

(50%) dan laki-laki sebanyak 1 orang (50%). Pada


penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi

pasien perempuan sebanyak 101 orang (61,7 %) dan

pasien laki-laki sebanyak 66 orang (38,3 %). Dalam

penelitian ini tidak terdapat penelitian pembanding.

8. Angka kejadian penderita diabetes melitus tipe 2 tanpa

komplikasi pada pasien perempuan sebanyak 19 orang

(61,3 %) dan pasien laki-laki sebanyak 12 orang (38,7 %) .

Pada penelitian sebelumnya penderita diabetes melitus tipe

1 dengan komplikasi lebih banyak pada pasien perempuan.

9. Angka kejadian tipe 1 dengan komplikasi pada Pegawai

Negeri Sipil sebanyak 1 orang (50%) dan Swasta 1 orang

(50%) dan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan

komplikasi pada Ibu Rumah Tangga sebanyak 41 orang

(25,3%); buruh sebanyak 40 orang (24,7%); wiraswasta

sebanyak 36 orang (22,2%); swasta sebanyak 28 orang

(16,7%); PNS Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.1), September

2015 60 sebanyak 13 orang (7,4%); pensiunan sebanyak 5

orang (3,1%) dan tidak bekerja sebanyak 1 orang (0,6%).

Dalam penelitian ini tidak terdapat penelitian pembanding.

10. Angka kejadian penderita Diabetes Melitus tipe 2 tanpa

komplikasi berdasarkan pekerjaan yaitu PNS sebanyak 9

orang (29%), Ibu Rumah Tangga sebanyak 9 orang (29%),


wiraswasta sebanyak 6 orang (19,4 %), swasta sebanyak 4

orang (12,9%), buruh sebanyak 2 orang (6,5 %) dan

pensiunan sebanyak 1 orang (3,2 %). Dalam penelitian ini

tidak terdapat penelitian pembanding.

11. Angka kejadian semua penderita diabetes melitus tipe 1

dengan komplikasi mendapatkan pengobatan insulin. Pada

penderita diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi

mendapatkan pengobatan Obat Hipoglikemi Oral

sebanyak 102 orang (63%); obat hipoglikemi oral dan

Insulin sebanyak 60 orang (37%). Dalam penelitian ini

tidak terdapat penelitian pembanding.

12. DM melitus tipe 2 tanpa komplikasi yang mendapatkan

pengobatan obat hipoglikemi oral sebanyak 22 orang

(71%) dan pengobatan obat hipoglikemi oral dan Insulin

sebanyak 9 orang (9%). Dalam penelitian ini sejalan

dengan penelitian di RS Vita Insani dimana penderita DM

tipe 2 banyak mendapatkan pengobatan obat hipoglikemi

oral (99,2%).

Outcome Angka kejadian penderita DM tipe 1 sebanyak 1%; dengan

komplikasi kronik sebanyak 100%; jenis komplikasi yaitu

Neuropati 50% dan Nefropati 50%. Penderita DM tipe 1

dengan komplikasi tertingi pada kelompok umur remaja


sebanyak 100%; pada pasien perempuan sebanyak 50%

dan laki-laki sebanyak 50%; pada Pegawai Negeri Sipil

sebanyak 50% dan Swasta sebanyak 50%; 100% penderita

mendapatkan pengobatan insulin. Angka kejadian

penderita DM tipe 2 sebanyak 83,9%; dengan komplikasi

sebanyak 51,3%; jenis komplikasi terebanyak Gangren

sebanyak 20,2%; Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

tertinggi pada kelompok umur lansia sebanyak 61,7 %;

jenis kelamin perempuan sebanyak 61,7%; pada Ibu

Rumah Tangga sebanyak 25,3%, dan mendapatkan

pengobatan Obat Hipoglikemi Oral sebanyak 63%.

Penderita DM tipe 2 tanpa komplikasi paling banyak pada

kelompok umur lansia sebanyak 45,2%; pada jenis

kelamin perempuan sebanyak 61,3%; pada Pegawai

Negeri Sipil sebanyak 29% dan Ibu Rumah Tangga

sebanyak 29%; dan mendapatkan pengobatan Obat

Hipoglikemi Oral sebanyak 71%.


ANALISIS JURNAL

“RISK FACTORS FOR CEREBRAL EDEMA IN CHILDREN WITH

DIABETIC KETOACIDOSIS”

A. Resume Jurnal

Nama Peneliti : Nicole Galser, M.D., Peter Barnett, M.B. B.S., Ian

Mccaslin, M.D., David Nelso, M.D., Jennifer Trainor,

M.D., Jeffrey Louie, M.D., Francine Kaufman, M.D.,

Kimberly Quayle, M.D., Mark Roback, M.D., Richard

Malley, M.D., And Nathan Kupperman, M.D., M.P.H

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko edema

serebral pada anak dengan ketoasidosis diabetik.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Pada tahun 2001 di 10 tempat pusat pengobatan anak

D. Psikomotor pico

Problem : Terdapat 61 anak-anak yang telah dirawat di rumah sakit untuk

ketoasidosis diabetes dalam periode 15 tahun dan di antaranya


oedema otak yang sudah berekembang.Dua kelompok tambahan

anak-anak dengan ketoasidosis diabetik tetapi tanpa edema

serebral juga diidentifikasi: 181 dipilih secara acak anak-anak

dan 174 anak-anak cocok dengan mereka yang masuk kelompok

edema serebral sehubungan dengan usia saat presentasi, onset

diabetes , konsentrasi glukosa serum awal, dan pH vena awal.

Intervention : Menggunakan regresi logistik, peneliti membandingkan tiga

kelompok sehubungan dengan demografi karakteristik dan

variabel biokimia pada presentasi dan membandingkan

kelompok yang cocok dengan menggunakan intervensi

terapeutik dan perubahan nilai biokimia selama perawatan.

Comparison : Dalam studi saat ini serta beberapa penyelidikan sebelumnya,

penelitian yang di lakukan oleh Edge JA dkk edema serebral

gejalan nya berkembang pada beberapa anak dengan

ketoasidosis diabetik sebelum inisiasi terapi. Pengamatan ini

menunjukkan bahwa meskipun berbagai perawatan dapat

memperburuk suatu proses patologis yang sedang berlangsung,

edema serebral belum tentu disebabkan oleh intervensi

terapeutik.

Outcome : Anak-anak dengan ketoasidosis diabetik yang memiliki

tekanan parsial rendah karbon dioksida arteri dan konsentrasi

urea nitrogen serum yang tinggi pada presentasi dan yang


diobati dengan bikarbonat berada pada peningkatan risiko

untuk edema serebral.


ANALISIS JURNAL

“CYTOKINE RESPONSE TO DIABETIC KETOACIDOSIS (DKA) IN

CHILDREN WITHTYPE 1 DIABETES (T1DM)”

A. Resume Jurnal

Nama Peneliti : Kyriaki Karavanaki, Evangelia Karanika, Soultana

Georga, Anastasia Bartzeliotou, Manolis Tsouvalas,

Ilias Konstantopoulos, Aspasia Fotinou, Ioannis

Papassotiriou and Christina Karayianni

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memonitor tingkat titik waktu yang berbeda

dan dalam derajat keparahan DKA yang berbeda.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Pada tahun 2011 di “Children Hospital”

D. Psikomotor pico

Problem : Penelitian ini melibatkan 38 anak yang baru didiagnosis dengan

T1DM dan DKA (14 anak laki-laki dan 24 perempuan), yang

dirawat di Departemen Pediatric Universitas selama periode dua

tahun. Kriteria untuk diagnosis T1DM adalah kadar glukosa

plasma puasa 126 mg / dL (7,0 mmol / L), atau gejala


hiperglikemia (poliuria, polidipsia, dan berat yang tidak dapat

dijelaskan kehilangan dengan glukosa plasma acak ≥200 mg /

dL (11,1 mmol / L). DKA didefinisikan sebagai hiperglikemia

dengan kadar glukosa darah melebihi 11 mmol / L, berat

glikosuria (> 55 mmol / L), ketonuria dan metabolik asidosis

(pH <7,30) dengan tingkat bikarbonat <15 mmol / L dan

adanya> 5% dehidrasi.

Intervention : Dengan cara pengambilan sampel darah.Sampel darah diambil:

a. sampel dasar pada presentasi, sebelum hidrasi awal, b. pada 6

jam, c. pada 24 jam dan d. pada 120 jam setelah pemberian

cairan dan insulin. Tes laboratorium termasuk sampel untuk

tingkat sitokin, pH darah dan kadar glukosa, serum elektrolit,

nitrogen urea darah (BUN), osmolalitas (Osm), WBC, jumlah

neutrofil absolut (ANC), hsCRP tingkat, kultur darah dan urin.

Comparison : Peningkatan signifikan kadar GH dan kortisol juga diamati

selama krisis hiperglikemik DKA, yang kembali normal setelah

120 jam. Sejalan dengan Stenz dkk. Yang telah melakukan

penelitian peningkatan sitokin proinflamasi, GH, kortisol dan

FFA selama hiperglikemia ketotis dan non-ketotik pada pasien

kurus dan obesitas, yang kembali ke 24 jam normal setelah

terapi insulin intravena. alam penelitian ini diketahui bahwa

selama berat DKA IL-10 memiliki level tertinggi, yang

signifikan berkurang setelah 6-8 jam pertama. Demikian pula


penelitian oleh Hoffman dkk. melaporkan variasi serupa dalam

IL-10, namun tanpa mengaitkannya dengan tingkat keparahan

DKA. IL-10 telah terbukti menghambat sintesis sitokin oleh

monosit manusia, karena itu memiliki downregulatory yang kuat

efek pada sekresi sitokin proinflamasi, yang terlibat dalam

peradangan akut dan kronis.

Outcome : Dari penelelitian pada anak-anak dengan DKA, dalam

kelompok dengan DKA sedang / berat tingkat IL-10 dikurangi

secara prematur pada 6 jam, sedangkan tingkat IL-6 tetap

tinggi dan berkurang saat 120 jam setelah DKA. Perubahan ini

mungkin mengakibatkan peningkatan gangguan kapiler, yang

dapat menyebabkan perkembangan selanjutnya dari

komplikasi DKA akut.


TUGAS

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN KRITIS

Oleh :
DINI FEBRIYANTI
SNR172120039

PROGRAM NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK
2018

Anda mungkin juga menyukai