Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat


lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Laut Filipina.
Pertemuan keempat lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya tatanan
tektonik yang rumit. Di wilayah Indonesia bagian timur tataan tektoniknya
melibatkan lempeng utama, mikro kontinen, dan busur kepulauan. Daerah
Sulawesi merupakan bagian dari wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki
tataan tektonik rumit.1
Sulawesi merupakan wilayah yang memiliki banyak sesar yang berpotensi
menimbulkan bencana gempa bumi. Potensi bencana yang diakibatkan oleh sesar
aktif di daratan dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan yang lebih parah
dibandingkan dengan gempa bumi yang bersumber di lautan yang terjadi pada
magnitudo yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis
kegempaan di sekitar zona sesar Palu Koro. 1,2
Analisis kegempaan dilakukan dengan menentukan lokasi dan mekanisme
sumber gempa bumi yang terjadi di daerah penelitian. Data yang digunakan
adalah data sinyal gempa bumi yang terekam pada jaringan Mini Regional Palu
dalam kurun waktu Januari 2012 – Maret 2013 dengan magnitudo lebih besar dari
4 Skala Richter. Rekaman sinyal gempa bumi ini tersimpan dalam format SEED
ATLAS. Penentuan lokasi hiposentrum untuk setiap event dilakukan dengan
metode Single Event Determination (SED), selanjutnya dilakukan relokasi
menggunakan metode Joint Hyposentre Determination (JHD). Mekanisme
sumber gempa bumi ditentukan menggunakan software ISOLA dan plot secara
spatial menggunakan software GMT. Hasil analisis kegempaan di sekitar sesar
Palu Koro mengindikasikan bahwa sesar Palu Koro masih sangat aktif. Selain itu,
lokasi dan mekanisme sumber terbagi menjadi beberapa segmen. Seismisitas di
wilayah ini tidak mengindikasikan lineasi yang utuh, tetapi terbagi dalam
beberapa klaster yang diduga disebabkan oleh aktivitas segmen-segmen sesar Palu

1
Koro dan sesar-sesar minor di sekitarnya. Ada tiga segmen sesar Palu Koro yang
teridentifikasi, yaitu segmen Lindu, Toro, dan Balaroa.2
Salah satu sesar aktif di Sulawesi adalah sesar Palu Koro yang memanjang
kurang lebih 240 km dari utara (Kota Palu) ke selatan (Malili) hingga Teluk Bone.
Sesar ini merupakan sesar sinistral aktif dengan kecepatan pergeseran sekitar 25 -
30 mm/tahun. Sesar Palu Koro berhubungan dengan Sesar Matano-Sorong dan
Lawanoppo-Kendari, sedangkan di ujung utara melalui selat Makasar berpotongan
dengan zona subduksi lempeng Laut Sulawesi.2,3
BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia adalah negeri kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.500 pulau


dan 99.000 km garis pantai, kedua terpanjang di dunia. Luas Indonesia 5,8 juta
km² dan ¾ bagiannya adalah laut. Sulawesi merupakan wilayah pertemuan tiga
lempeng, yaitu Ind-Australia, Eurasia, dan Filipina. Kondisi tersebut
menyebabkannya sangat rawan terhadap bencana gempa bumi tektonik. 1
Lempeng Lautan Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar
50 – 70 mm/tahun dan menunjam di bawah palung laut dalam Sumatra – Jawa
sampai ke barat Pulau Timor di NTT. Sementara itu, Lempeng Pasifik menabrak
sisi utara Pulau Irian dan pulau-pulau di utara Maluku dengan kecepatan 120
mm/tahun, dua kali lipat lebih cepat dari kecepatan penunjaman lempeng di
bagian sisi barat dan selatan Indonesia.2
Tekanan akibat pergerakan lempeng-lempeng ini menyebabkan banyak sesar
lokal aktif di wilayah Sulawesi. Dari aspek tenaga tektonik jelas bahwa bagian
Indonesia Timur memiliki potensi ancaman bencana gempa bumi dua kali lipat
dibandingkan dengan Indonesia bagian barat. Namun, jika dipandang dari aspek
kerentanan, bagian barat Indonesia seperti Sumatra dan Jawa, lebih rentan
terhadap bencana gempa bumi karena populasi penduduknya lebih padat dan
infrastrukturnya lebih berkembang.3
Pada umumnya potensi kerusakan akibat gempa bumi yang bersumber dari
sesar aktif menimbulkan kerugian dan kerusakan lebih parah dibandingkan gempa
bumi yang bersumber di lautan pada skala magnitudo yang sama. Contohnya
adalah gempa bumi di Bantul (Yogyakarta) dengan magnitudo 6,3 pada tahun
2006 akibat aktivitas sesar aktif Gempa bumi ini menimbulkan kerusakan
bangunan dan menelan ribuan korban jiwa.4
Gambar 1. Sesar Palu Koro1

Gempa bumi belum dapat diprediksi kapan akan terjadi, sehingga usaha
mitigasi menjadi penting dilakukan untuk menekan kerugian korban jiwa,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Mitigasi bencana gempa bumi
mencakup segala aspek persiapan terkait bencana di suatu wilayah dalam rangka
meminimalisasi korban dan efek kerusakan. Agar usaha mitigasi berhasil dengan
baik, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang potensi dan karakteristik
sumber gempa bumi di wilayah tersebut untuk membuat prediksi dan scenario
potensi bahaya serta risikonya. Salah satu usaha mitigasi dilakukan
dengan melakukan analisis kegempaan untuk melihat keaktifan sesar dan
mekanisme sumber gempa bumi yang terjadi.4,5
Gempa bumi tektonik telah terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah
pada hari Jumat, 28 September 2018, jam 17.02.44 WIB dengan M 7.7 Lokasi
0.18 LS dan 119.85BT dan jarak 26 km dari Utara Donggala Sulawesi Tengah,
dengan kedalaman 10 km. Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan level
tertinggi siaga (0.5m-3m) di Palu dan estimasi waktu tiba jam 17.22 WIB
sehingga BMKG mengeluarkan potensi tsunami. Estimasi ketinggian tsunami di
Mamuju menunjukkan level wasapada yaitu estimasi ketinggian tsunami kurang
dari 0.5m. 6
Setelah dilakukan pengecekan terhadap hasil observasi tide gauge di Mamuju,
tercatat adanya perubahan kenaikan muka air laut setinggi 6 cm pukul 17.27 WIB.
Jarak antara Palu dan Mamuju adalah 237 km. Berdasarkan hasil update
mekanisme sumber gempa yang bertipe mendatar (strike slip) dan hasil observasi
ketinggian gelombang tsunami, serta telah terlewatinya perkiraan waktu
kedatangan tsunami maka Peringatan Dini Tsunami (PDT) ini diakhiri pada pukul
17.36.12 WIB. Dari hasil monitoring BMKG hingga Pukul 02.55 WIB, telah
terjadi 76 Gempabumi susulan yang tercatat, dengan magnitude terbesar M6,3;
dan terkecil M2.9. BMKG terus memonitor perkembangan gempabumi susulan
dan hasilnya akan diinformasikan kepada masyarakat melalui media.6
Guncangan gempabumi ini dirasakan di Donggala VII-VIII MMI, Palu,
Mapaga VI-VII MMI, Gorontalo dan Poso III-IV MMI, Majene dan Soroako III
MMI, Kendari, Kolaka, Konawe Utara, Bone, Sengkang, Kaltim dan Kaltara II -
III MMI, Makassar, Gowa, dan Toraja II MMI.6
Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (APHA) menegaskan pentingnya
tindakan segera untuk mengurangi ancaman penyakit menular dan wabah
pascabencana. Pemerintah dan para tim relawan di lapangan harus menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan di lapangan berangsur-angsur normal. 4,6
Monitoring dan surveilans ketat terhadap faktor lingkungan (air, sanitasi,
penanganan sampah) dan pengendalaian vektor penyakit (nyamuk dan lalat) harus
mulai diperhatikan. Kelompok-kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-
anak, orang tua, serta orang cacat harus didata agar bisa mendapat pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhannya. 4,6
Tindakan promosi kesehatan dan imunisasi terhadap penyakit berpotensi
wabah harus mulai dilakukan di lapangan, dengan mempertimbangkan kondisi
dan kebutuhan setempat. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar,
pembuangan tinja (toilet), mengendalikan vektor penyakit dan manajemen sampah
termasuk pengelolaan air limbah serta pemberian acuan untuk standar minimal
untuk asupan gizi dan keamanan makanan, standar minimal untuk tenda atau
tempat tinggal sementara dan standar minimal pelayanan kesehatan. 4,6
Puskesmas Kawatuna mempunyai wilayah kerja seluas 24.01 km2 berada di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu, meliputi 2 Kelurahan yaitu Kelurahan
Kawatuna dan Kelurahan Tanamodindi. Keadaan Geografis sebagian besar
merupakan tanah pegunungan dan sebagian kecil merupakan dataran rendah.
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kawatuna tahun 2017 adalah 16.626
jiwa yang tersebar di Dua Kelurahan. Kepadatan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kawatuna adalah 621 Jiwa / km2
Kelurahan Kawatuna memiliki luas wilayah 20.67 km2 dengan jumlah
penduduk 4.101 jiwa, jumlah KK 1078, RT 14 dan RW 6.
Kelurahan Tanamodindi memiliki luas wilayah 4.7 km2 dengan jumlah
penduduk 12.525 jiwa, jumlah KK 3564, RT 32 dan RW 9
Batas wilayah kerja Puskesmas Kawatuna sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kel. Poboya dan Kel. Talise
 Sebelah Selatan : Kel. Petobo dan Kel. Birobuli
 Sebelah Timur : Kel. Lasoani dan Kab. Parimo
 Sebelah Barat : Kel. Lasoani dan Kel. Besusu
Dampak dari Bencana Palu 2018 4,6

Tabel 1. Korban meninggal dunia6

Tabel 2. Korban Luka6

Gambar 3. Grafik bencana di Kota Palu6


Dampak Bencana di Wilayah kerja Puskesmas Kawatuna terbagi dalam dua
posko besar yang termasuk hunian padat pengunsi, yaitu Posko Petobo dan Posko
lapngan Kawatuna
POSKO PETOBO
- Jumlah KK : 826 (2895 jiwa)
- Tenda : 112
- Jamban : 81
- Sekolah darurat : 2
- Ketersediaan air minum : Ada
- Ketersediaan air besih : Kurang
- Penyakit yang ditemukan pasca
bencana: gangguan cemas,
GEA, ispa (anak), tinea,
hipertensi, myalgia,
konjungtivitis
POSKO KAWATUNA
- Jumlah KK : 28
- Tenda : 17
- Jamban : 2
- TPS : ada
- Ketersediaan air minum : Ada
- Ketersediaan air besih : Kurang
- Penyakit yang ditemukan pasca
gempa : GEA, ispa (anak),
gangguan cemas, hipertensi,
urtikaria, tinea
- Telah dilakukan penyemprotan
lalat
BAB III

DOKUMENTASI KEGIATAN

 Membantu kegiatan pelayanan kesehatan di poliklinik umum puskesmas


Kawatuna

Gambar 4. melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tanda vital

Gambar 5. Membantu Pelayanan di IGD Puskesmas Kawatuna


Gambar 6. Membantu Kegiatan Posyandu

Gambar 7. Membantu Kegiatan Pelayanan Kesehatan bersama Organisasi


Kesehatan Internasional “Project HOPE” di Posko Petobo
Gambar 8. Kunjungan Posko Pengungsian di Kelurahan Kawatuna

Gambar 9. Suasan Posko Petobo dengan Tim Relawan dari Kalimantan Selatan
BAB IV
LESSON LEARN

Pada hari jumat 28 september 2018 terjadi bencana gempa, tsunami dan likuifaksi
yang melanda wilayah palu, sigi, donggala di Sulawesi Tengah. Banyak korban
berjatuhan, banyak manusia yang kehilangan tempat berlindung, banyak anak-
anak yang terpisah dari keluarga dan orang tuanya, banyak yang kehilangan kedua
orang tuanya.
Apa yang menjadi kekuatan kita untuk menjadi lebih tegar? Jawabannya
iyalah saling menguatkan. Kita berjalan bersama meskipun dari dalam diri masih
takut, tetapi dengan kita bersama saling membantu dan saling menenangkan yakin
Allahpun tak akan tega melihat kita yang sudah bangkit dari kesedihan.
Dengan adanya upaya-upaya membantu saudara kita yang tertimpa
musibah tanpa kita sadari kita juga telah membangun suatu hubungan yang
mungkin tak akan mereka lupakan yang nantinya akan sangat berarti bagi
mereka.. Dalam kesedihan mereka dan kita tau bahwa Allah akan membantu
melalui tangan-tangan manusia yang lain.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Baeda, Yasir. A., 2011, Seismic and Tsunami Hazard Potential in Sulawesi
Island, Indonesia. Journal of International Development and Coorperation,
Vol. 17, No. 1, h. 17-30.
2. Supartoyo, Sulaiman, C., Junaedi, D., 2014. Kelas Tektonik Sesar Palu Koro,
Sulawesi Tengah, Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No.2, 111-
127
3. Villeneuve, M., Gunawan, W., Cornee, J.J., dan Vidal O., 2002. Geology of
the central Sulawesi belt (eastern Indonesia): constraints for geodynamic
models. Int J Earth Sci (Geol Rusdsch), 91: 524-537.
4. Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesia Region, Geological Survey
Professional Paper, United States Government Printing Office, Washington.
5. Hall, R. dan Wilson, M.E.J., 2000: Neogene sutures in eastern Indonesia,
Journal of Asian Earth Sciences, Vol. 18, hal. 781-808.
6. Laporan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana gempa bumi dan
tsunami di Sulawesi tengah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2018

16

Anda mungkin juga menyukai