Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 2460 – 7797

______________.
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc
Email : fibonacci@umj.ac.id Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

PENERAPAN LEGO BRICKS DALAM PEMBELAJARAN SEBAGAI


STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIS
SISWA DALAM MENGHITUNG BILANGAN BERPANGKAT

Mutia Rahma Setyani1)*, Sylmi Wulan Dita2), Intan Nur Tunggadewi3)


Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Jakarta

*
mutiarahmasetyani@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran dan mendeskripsikan


kecerdasan matematis siswa dalam menghitung bilangan berpangkat setelah menggunakan
lego bricks pada siswa kelas III Tahassus MIS Ta’allamul Huda. Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas ini dengan model pembelajaran Cooperative Learning. Subjek
penelitian adalah siswa kelas III ahassus MIS a’allamul Huda yang berjumlah 24 siswa. Data
dikumpulkan melalui observasi dan wawancara, selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan lego bricks pada perhitungan bilangan
berpangkat meningkat pada setiap siklusnya. Pada tahap Pra Siklus, hanya 40% siswa yang
lulus dalam mengerjakan soal-soal dari bilangan berpangkat, kemudian pada Siklus I
berdasarkan hasil observasi didapatkan kenaikan yang signifikan yaitu 80% siswa yang lulus
dalam mengerjakan soal mengenai bilangan berpangkat. Masih ada 20% siswa yang masih
kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut. Selanjutnya setelah dilakukan perbaikan, pada
Siklus II didapat kenaikan yang luar biasa yaitu seluruh kelompok siswa lulus dalam
mengerjakan soal mengenai bilangan berpangkat. Hal tersebut dibuktikan kembali melalui
hasil post test pada tahap Pasca Siklus dimana nilai seluruh siswa berada diatas kriteria
ketuntasan minimum, yaitu 85-100 sehingga penerapan lego bricks untuk meningkatkan
kecerdasan matematis siswa dalam menghitung bilangan berpangkat dikatakan berhasil.

Kata Kunci: lego bricks, kecerdasan matematis, bilangan berpangkat.

PENDAHULUAN masing-masing anak memiliki kecerdasan


Sejatinya, setiap anak dilahirkan matematis logis. Dapat diartikan bahwa
cerdas dengan membawa potensi dan kecerdasan matematis logis menurut
keunikan masing-masing. Seperti halnya Gardner adalah kemampuan penalaran

53
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
Volume 3 No. 1 Bulan Juni Tahun 2017

ilmiah, perhitungan secara matematis, Berdasarkan latar belakang yang telah


berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, diuraikan di atas, maka penulis akan
dan ketajaman pola-pola abstrak dan mengadakan penelitian tentang upaya
hubungan-hubungan (Suyono dan peningkatan kecerdasan matematika siswa
Hariyanto, 2014). Sehingga anak memiliki dalam mengolah bilangan berpangkat yang
kemampuan menyelesaikan masalah yang berjudul: “Penerapan Lego bricks dalam
berkaitan dengan kebutuhan matematika Pembelajaran Sebagai Strategi untuk
sebagai solusinya, atau setidaknya anak Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa
dapat memahami pembelajaran matematika dalam Menghitung Bilangan Berpangkat”.
yang diberikan. Kemudian, dari latar belakang dan fokus
Dalam perkembangannya, ada banyak masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
anak yang belum memahami pelajaran suatu masalah yang ada yaitu, “Apakah lego
matematika dengan baik, dimana salah satu bricks dapat meningkatkan kecerdasan
bukti nyatanya adalah kesulitan anak untuk matematis siswa dalam kemampuan
mengerjakan soal-soal matematika yang menghitung bilangan berpangkat pada siswa
diberikan. Hal tersebut berhubungan dengan kelas III Tahassus MIS Ta’allamul Huda?”.
kecerdasan matematis masing-masing Tujuan penelitian ini adalah untuk
individu. Berdasarkan observasi yang mengetahui hasil pembelajaran dan
dilakukan di SDN Serua Indah I dan MIS mendeskripsikan kecerdasan matematis
Ta’allamul Huda, terdapat beberapa siswa siswa dalam menghitung bilangan
yang belum dapat mengerjakan soal materi berpangkat setelah menggunakan lego
bilangan berpangkat dengan baik. Menurut bricks pada siswa kelas III Tahassus MIS
Fistianti (2013) dalam penelitiannya yang Ta’allamul Huda. Adapun kegunaan dari
berjudul “Pengaruh Permainan Konstruktif penelitian ini adalah sebagai berikut:
untuk Mengembangkan Kreativitas Anak” 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
diketahui bahwa siswa yang diterapkan digunakan oleh semua kalangan,
media pembelajaran permainan konstruktif terutama untuk disiplin ilmu pendidikan
berupa lego bricks dapat mengembangkan dalam bagaimana cara pengajaran yang
kreativitasnya sebesar 73,87%. Hal tersebut diterapkan untuk meningkatkan
dibuktikan dengan adanya pencapaian ide- kecerdasan matematis siswa dalam
ide dan bentuk-bentuk baru hasil kreasi mengolah bilangan berpangkat melalui
siswa menggunakan lego bricks. media lego bricks.
Berdasarkan observasi dan hasil 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan
penelitian sebelumnya, peneliti memiliki oleh guru kelas dan guru-guru lainnya
gagasan bahwa dalam mensiasati kecerdasan sebagai referensi metode mengajar
matematika siswa dalam kemampuan matematika yang menyenangkan,
menghitung bilangan berpangkat, guru harus khusunya pada materi bilangan
memberikan upaya atau inovasi dalam berpangkat.
pembelajaran yang menarik minat siswa
tersebut dan juga mampu menjelaskan Topik pada penelitian ini dapat
materi bilangan berpangkat tersebut dengan dijadikan sumber referensi bagi para
mudah. Dalam hal ini akan dibuktikan peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan
dengan media permainan lego bricks. penelitian serupa menggunakan media lego
bricks.
54
Mutia Rahma Setyani, Sylmi Wulan Dita, dan Intan Nur Tunggadewi : Penerapan Lego Bricks dalam Pembelajaran
Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa dalam Menghitung Bilangan Berpangkat
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 3 (1), pp: 53-64.

Kecerdasan Matematis kepingan lain pada lego dapat disusun


Kecerdasan logika matematis menjadi model apa saja, seperti bangunan,
merupakan salah satu kecerdasan yang kota, mobil, patung, kapal, pesawat terbang,
terdapat dalam kecerdasan multiple pesawat ruang angkasa, bahkan robot pun
intelegences.Kecerdasan matematis-logis dapat dibuat. Ada beragam jenis lego, mulai
adalah kecerdasan yang melibatkan dari lego dasar atau lego bricks (batu bata),
keterampilan mengolah angka dengan baik lego creator yang dapat menjadikan anak
dan atau kemahiran menggunakan penalaran kreatif dalam membuat benda-benda yang
atau logika dengan benar. Kecerdasan ini ada di imajinasinya, hingga lego karakter
meliputi kepekaan pada hubungan logis, atau minifigure lego yang kepingannya
hubungan sebab akibat, dan logika-logika sangat kecil dan melatih ketelitian anak
lainnya. Proses yang digunakan dalam untuk merangkai dan menjadikannya seperti
kecerdasan matematis-logis ini antara lain karakter yang ia inginkan. Semua jenis lego
klasifikasi (penggolongan atau memiliki banyak manfaat. Namun, ada satu
pengelompokan), pengambilan kesimpulan jenis lego yang dapat digunakan untuk
dan perhitungan. membantu anak belajar matematika, yaitu
Menurut Prasetyo dan Andriyani lego bricks atau mungkin yang lebih dikenal
dalam Uno (2010:45), kecerdasan logika- dengan lego batu bata.
matematika diartikan sebagai kapasitas Lego bricks adalah sebuah mainan
untuk menggunakan angka, berpikir logis plastik yang berwarna-warni dan dapat dan
untuk menganalisa kasus atau permasalahan dibongkar dengan berbagai macam cara.
dan melakukan perhitungan sistematis. Lego bricks sangat cocok untuk anak karena
Sementara menurut Yus dalam Uno sifat dari permainan ini adalah bongkar dan
(2010:46), kecerdasan logika matematis pasang, hal itu sesuai dengan rasa ingin tahu
bertujuan untuk memahami dasar-dasar anak. Dimana mereka selalu mencoba
operasional yang berhubungan dengan menemukan hal-hal baru untuk dicoba. Lego
angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan bricks sendiri juga merupakan sebuah alat
melihat pola dan hubungan sebab akibat dan untuk membentuk karakter dan kemampuan
pengaruh. Oleh karena itu, dapat disimpukan motorik kepada individu yang
bahwa kecerdasan logika matematika adalah memainkannya. Lego bricks adalah sarana
kemampuan untuk memahami dasar-dasar belajar yang tepat bagi anak. Menurut
operasional, berpikir logis untuk Suryadi (2009:41), permainan motorik dapat
menganalisa suatu kasus atau permasalahan membantu anak untuk melatih
dan melakukan perhitungan sistematis. kecerdasannya, baik itu kecerdasan
intelektual, matematis, sosial, ataupun
Lego bricks emosinya. Untuk itu, diperlukan mainan
Menurut Kamus Besar Bahasa yang bersifat membangun dan
Indonesia (KBBI), lego adalah permainan menyenangkan untuk membantu anak dalam
bongkar plastik. Sedangkan dalam perkembangan dirinya, seperti belajar
definisinya lego merupakan sejenis alat ataupun interaksi sosial.
permainan bongkah plasterk kecil yang
terkenal di dunia, khususnya di kalangan Bilangan Berpangkat
anak-anak hingga remaja, baik laki-laki Menurut Suyono (2013:71), bilangan
ataupun perempuan. Bongkahan serta berpangkat adalah apabila sebuah bilangan
55
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
Volume 3 No. 1 Bulan Juni Tahun 2017

real dilambangkan dengan huruf a kemudian tersebut. Padahal, guru merupakan variabel
bilangan bulat dilambangkan dengan huruf yang paling mempengaruhi dalam proses
n, maka bilangan berpangkat dapat kita perancangan sebuah pembelajaran. Sebuah
tuliskan menjadi an (a pangkat n) yang mana alternatif pembelajaran yang menyenangkan
merupakan perkalian bilangan a secara dan dapat menarik minat siswa untuk
berulang sebanyak n faktor. Bilangan memperlajarinya merupakan hal yang harus
berpangkat dapat dinyatakan dengan rumus disiasati guru untuk menunjang keberhasilan
di bawah ini: siswa dalam memahami materi-materi yang
diberikan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
model pembelajaran Cooperative Learning.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pembelajaran Bilangan Berpangkat menekankan pada pengamatan dan
Melalui Permainan Lego bricks keberhasilan yang didapat pada masing-
Hakikat belajar matematika adalah masing siklusnya. Didalam penelitian ini,
suatu aktivitas manusia untuk memahami peneliti bertindak sebagai guru dan
arti dan hubungan-hubungan serta simbol- memberikan materi. Peneliti juga
simbol yang kemudian diterapkan pada memodifikasi rangkaian siklus dengan
situasi nyata yang menyenangkan (Uno, menambahkan tahap Pasca Siklus sebagai
2010:110). Belajar matematika bagi para siklus penutup yang digunakan untuk
siswa merupakan alat untuk menyampaikan semakin mendukung pembuktian dari hasil
informasi melalui persamaan-persamaan pada Siklus II. Penelitian ini berlangsung
atau tabel pembelajaran matematika. Dalam dalam dua siklus, dan pada setiap Siklus I
pelaksanaannya, menurut siswa dan II dilakukan dua kali pertemuan.
pembelajaran matematika merupakan Adapun konsep materi bilangan
pembelajaran yang tidak sederhana, terlalu berpangkat menggunakan lego bricks
sulit atau bahkan menakutkan sehingga dilakukan dengan cara menyusun kumpulan
menyebabkan matematika tidak mudah bricks sesuai dengan bilangan yang akan
dipelajari dan banyak siswa yang tidak dihitung. Teknik pemakaiannya adalah
tertarik yang pada akhirnya siswa tidak dengan mengalikan baris dan kolom yang
menyukai pembelajaran matematika. ada pada lego bricks. Sebagai contoh, untuk
Begitupula dalam pembelajaran bilangan perhitungan hasil dari 22 digunakan dua
berpangkat, dimana siswa mengalami bricks dari lego bricks bermata dua.
kesulitan dalam menghitung hasil dari Kemudian dua bricks tersebut disusun
bilangan berpangkat tersebut. Hal itu bisa seperti berikut:
terjadi dikarenakan kurang mampunya siswa
dalam perkalian dan pemahaman siswa
terhadap konsep dari bilangan berpangkat itu
sendiri. Hal lain yang mempengaruhi adalah
peran guru dalam menjelaskan materi
56
Mutia Rahma Setyani, Sylmi Wulan Dita, dan Intan Nur Tunggadewi : Penerapan Lego Bricks dalam Pembelajaran
Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa dalam Menghitung Bilangan Berpangkat
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 3 (1), pp: 53-64.

baris adalah empat dan jumlah kolom adalah


empat. Kemudian, kita kalikan baris dan
kolom yaitu 4 x 4 dan hasil perkalian yang
didapat adalah 16. Untuk membuktikan
kebenaran hasilnya, kita dapat menghitung
jumlah mata yang ada pada lego bricks
tersebut. Hasil dari perhitungan jumlah mata
Gambar 1. Perhitungan 22 menggunakan yang ada pada lego bricks adalah 16. Kedua
lego bricks hasil terbukti benar dan dapat diterima.
Selanjutnya rangkaian siklus dalam
Cara selanjutnya adalah dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
mengalikan baris dan kolom dari bricks 1. Tahap Pra Siklus
tersebut. Dapat dilihat dengan jelas pada Tahap ini dilakukan pada pertemuan
Gambar 3.1, diketahui jumlah baris adalah pertama, yaitu siswa diberikan soal pre
dua dan jumlah kolom adalah dua. test untuk menguji tingkat pemahaman
Kemudian, kita kalikan baris dan kolom dan kemampuan berpikir matematis
yaitu 2 x 2 dan hasil perkalian yang didapat siswa dalam menjawab soal bilangan
adalah 4. Untuk membuktikan kebenaran berpangkat.
hasilnya, kita dapat menghitung jumlah mata
yang ada pada lego bricks tersebut. Hasil 2. Tahap Siklus I
dari perhitungan jumlah mata yang ada pada Setelah hasil pre test didapat, maka
lego bricks adalah 4. Kedua hasil terbukti diketahui seberapa besar pemahaman
benar dan dapat diterima. dan kemampuan berpikir matematis
siswa dalam menjawab soal bilangan
Contoh bilangan lain yang dapat kita berpangkat. Selanjutnya, penelitian
hitung adalah 42. Cara yang dilakukan dalam masuk kepada Siklus I yang dilakukan
perhitungan ini sama dengan cara yang pada dua pertemuan, yaitu pertemuan
dilakukan pada perhitungan bilangan kedua dan ketiga. Pada siklus ini,
sebelumnya. Kita dapat mencari bricks peneliti akan membagi siswa menjadi
bermata tiga sebanyak tiga buah. Kemudian lima kelompok. Langkah-langkah
kita susun sebagai berikut: pembelajaran (treatment) yang
dilakukan pada siklus ini juga dibagi
kedalam dua petemuan, dimana untuk
pertemuan kedua adalah sebagai
berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi lima
kelompok.
b. Guru menerangkan konsep
menghitung bilangan berpangkat
Gambar 2. Perhitungan 32 menggunakan
secara konvensional.
lego bricks
c. Guru menerangkan konsep
Selanjutnya kita mengalikan baris dan
menghitung bilangan berpangkat
kolom dari bricksyang telah disusun
menggunakan lego bricks.
tersebut. Pada Gambar 4.2, diketahui jumlah

57
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
Volume 3 No. 1 Bulan Juni Tahun 2017

d. Guru memberikan contoh soal dan mengerjakan contoh soal bersama


mengerjakannya secara bersama dengan seluruh kelompok siswa. Proses
dengan seluruh kelompok siswa pembelajaran langsung masuk pada
menggunakan lego bricks yang langkah (5) dan (6), yaitu guru
tersedia di masing-masing memberikan contoh soal lain dan
kelompok. menyuruh siswa mengerjakan secara
e. Guru memberikan contoh soal lain berkelompok menggunakan lego bricks
dan menyuruh siswa mengerjakan yang tersedia di masing-masing
secara berkelompok menggunakan kelompoknya dan guru mengontrol
lego bricks yang tersedia di masing- masing-masing kelompok dan
masing kelompoknya. membantu kelompok yang kesulitan.
f. Guru mengontrol masing-masing Kemudian dilanjutkan pada pertemuan
kelompok dan membantu kelompok kelima, dengan treatment yang sama
yang kesulitan. pada pertemuan ketiga Siklus I.
Sehingga dalam siklus II ini hanya
Kemudian dilanjutkan pada terdiri dari 8 treatment saja.
pertemuan ketiga dengan treatment
sebagai berikut: 4. Tahap Pasca Siklus
a. Guru memberikan Lembar Kerja Tahap ini dilakukan pada pertemuan
(LK I) pada masing-masing keenam. Adapun dalam tahap ini,
kelompok. peneliti sudah mendapatkan data dari
b. Masing-masing kelompok Siklus I dan Siklus II. Akan tetapi untuk
mengerjakan LK yang diberikan. memperoleh hasil akhir yang signifikan,
c. Guru mengoreksi hasil kerja peneliti melakukan pengujian terakhir
kelompok siswa. melalui post test yang diberikan kepada
d. Guru memberikan reward berupa masing-masing individu siswa. Setelah
bermain lego secara bebas bagi siswa selesai mengerjakan post test,
siswa yang telah selesai siswa diberikan kebebasan untuk
mengerjakan LK. bermain lego bricks sesuai dengan daya
kreativitasnya.
3. Tahap Siklus II 5. Tahap Wawancara
Secara garis besar, treatment yang Tahap ini dilakukan pada pertemuan
dilakukan pada Siklus II sama dengan ketujuh dengan tujuan untuk mencari
treatment yang dilakukan pada Siklus I. data lainnya yang mendukung hasil
Siklus ini juga dilakukan pada dua penelitian melalui wawancara guru wali
petemuan, yaitu pertemuan keempat dan kelas dan beberapa siswa.
kelima. Hal yang membedakan pada
siklus ini adalah tidak adanya langkah Selanjutnya, tindak pembelajaran
(2) dan langkah (4) yang dilakukan pada dianggap berhasil apabila: nilai dari 70%
pertemuan keempat, dimana didalam siswa pada post test yang diberikan
Siklus II ini guru sudah tidak lagi mencapai/berada diatas standar ketuntasan
menerangkan konsep menghitung minimal, dimana standar ketuntasan
bilangan berpangkat secara minimal tersebut adalah 70. Jika hasil post
konvensional dan guru tidak test tidak mencapai standar ketuntasan
58
Mutia Rahma Setyani, Sylmi Wulan Dita, dan Intan Nur Tunggadewi : Penerapan Lego Bricks dalam Pembelajaran
Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa dalam Menghitung Bilangan Berpangkat
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 3 (1), pp: 53-64.

minimal tersebut, maka tindak pembelajaran yang telah dicontohkan oleh guru. Siswa
dianggap gagal dan perlu diperbaiki serta dengan mudahnya mencari, menyusun, dan
diulang kembali pada siklus berikutnya menghitung hasil dari perkalian tersebut.
hingga mencapai indikator keberhasilan Masing-masing kelompok sangat aktif
yang telah ditetapkan. bertanya dan dapat mengerjakannya dengan
baik, namun terdapat kendala yang terjadi
pada siklus ini, dimana ada dua siswa di
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam satu kelompok yang berisikan siswi
Pra Siklus perempuan menangis karena merasa teman
Pada tahap Pra Siklus, peneliti sekelompoknya terlalu menguasai lego
melakukan penilaian awal berupa pre test bricks kelompoknya dan mereka tidak dapat
untuk mengukur sejauh mana kemampuan ikut menyusun lego bricks tersebut. Akan
siswa kelas III Tahassus MIS Ta’allamul tetapi, dalam kasus ini peneliti dapat
Huda dalam mengerjakan soal bilangan menyelesaikannya dengan baik dan mudah.
berpangkat. Pre test dilakukan pada Kelompok tersebut diberi pemahaman
pertemuan pertama, tanggal 25 Maret 2017 dengan baik bahwa dalam menyelesaikan
dengan alokasi pengerjaan 30 menit. Setelah perhitungan bilangan berpangkat itu secara
itu masing-masing siswa mengumpulkan berkelompok.
hasil jawaban kepada peneliti yang bertindak Pada hasil uji LK I, terdapat kemajuan
sebagai guru. Selanjutnya guru mengoreksi yang cukup signifikan dari siswa terhadap
hasil jawaban siswa, dan didapatkan hasil mengerjakan soal-soal bilangan berpangkat.
bahwa 37,5% siswa yang lulus dalam Dapat diketahui bahwa 80% kelompok siswa
mengerjakan soal yang diberikan dengan dapat mengerjakan soal bilangan
rentang nilai 70-85. Dan 63.5% siswanya berpangkat, dengan perincian sebagai
sisanya tidak lulus dengan nilai dibawah 70. berikut: kelompok I, II, dan III mendapatkan
nilai sempurna, kelompok IV mendapatkan
Siklus I nilai 85, dan kelompok V mendapatkan nilai
Tahap Siklus I dilakukan sebanyak 65. Adapun, 1 kelompok yang mendapat
dua kali pertemuan yaitu pada pertemuan nilai 65 adalah kelompok dua siswanya
kedua tanggal 1 April 2017 dan pertemuan menangis, dan peneliti sangat memahami
ketiga tanggal 8 April 2017. Masing-masing kondisi tersebut.
pertemuan memiliki alokasi waktu 40 menit.
Seluruh langkah-langkah pada treatment Siklus II
Siklus I dilakukan dengan lengkap dan baik. Tahap Siklus II dilakukan sebanyak
Peneliti menemukan fakta bahwa siswa lebih dua kali pertemuan yaitu pada pertemuan
tertarik belajar menggunakan lego bricks keempat tanggal 15 April 2017 dan
dibandingkan dengan pembelajaran pertemuan kelima tanggal 22 April 2017.
konvensional yang dilakukan oleh guru Masing-masing pertemuan memiliki alokasi
kelas. Seluruh siswa sangat bersemangat waktu 40 menit. Pada Siklus II, terdapat 8
ketika peneliti yang bertindak sebagai guru treatment saja yang akan diberikan kepada
menerangkan konsep menghitung bilangan siswa. Hal tersebut dikarenakan untuk
berpangkat menggunakan lego bricks. Siswa membedakan dari Siklus I dan juga sebagai
dengan antusias mencoba sendiri persiapan untuk diambilnya kesimpulan
menghitung bilangan berpangkat seperti apa sementara, yaitu berdasarkan hasil post test
59
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
Volume 3 No. 1 Bulan Juni Tahun 2017

yang nanti akan dilakukan. Pada penerapan lego bricks dalam dalam
pelaksanaan Siklus II, peneliti sudah bisa menghitung bilangan berpangkat ada
menguasai kelas dengan baik. Selain itu, peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun
siswa juga sangat aktif dalam pembelajaran. untuk semakin memperkuat dan
Fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah mengakuratkan kesimpulan tersebut,
bahwa siswa semakin memahami konsep peneliti akan menggabungkan hasil uji LK I
menghitung bilangan berpangkat tersebut. dan II dengan data pre test pada tahap
Mereka sudah bisa mengerjakan sendiri sebelumnya, post test pada tahap pasca
konsep perhitungan bilangan berpangkat siklus dan wawancara.
tanpa harus dibimbing, dan mereka dapat
menemukan hasilnya dengan tepat. Pasca Siklus
Perkembangan siswa terlihat cukup pesat Pada tahap Pasca Siklus ini, peneliti
dan ditemukan pula bahwa tingkat melakukan penilaian akhir berupa post test
kreativitas siswa semakin meningkat. untuk mengukur sejauh mana perkembangan
Walaupun dalam penelitian ini tingkat kemampuan siswa kelas III MIS Tahassus
kreativitas siswa tidak dilihat dan Ta’allamul Huda dalam mengerjakan soal
ditekankan, namun dapat menjadi rujukan bilangan berpangkat. Post test ini dilakukan
bagi peneliti lain yang ingin melakukan sebagai penguatan dari kesimpulan yang
penelitian mengenai tingkat kreativitas telah didapat pada tahap Siklus II. Post test
siswa menggunakan lego bricks sangat dilakukan pada pertemuan keenam, tanggal
direkomendasikan. 29 April 2017 dengan alokasi pengerjaan 30
Berdasarkan hasil uji LK II, dapat menit. Setelah itu masing-masing siswa
diketahui bahwa terdapat kenaikan yang mengumpulkan hasil jawaban kepada
signifikan dari nilai-nilai yang didapat pada peneliti untuk segera dikoreksi. Berdasarkan
siklus sebelumnya, dimana pada siklus ini hasil jawaban siswa, 100% siswa lulus
100% kelompok siswa dapat mengerjakan dalam mengerjakan soal bilangan
soal bilangan berpangkat, dengan perincian berpangkat yang diberikan dengan rentang
sebagai berikut: kelompok I dan III nilai 85-100, dengan perincian 20 siswa
mendapatkan nilai 100, kelompok II mendapat nilai 100, 2 siswa mendapat nilai
mendapatkan nilai 98, dan kelompok IV dan 95, 1 siswa mendapat nilai 92, dan 1 siswa
V mendapatkan nilai 95. Rata-rata letak sisanya mendapat nilai 85. Adapun
kesalahan yang mengurangi nilai siswa penyebab beberapa siswa tidak
adalah pada penulisan, yaitu tertukarnya mendapatkan nilai sempurna dikarenakan
menulis angka 8 menjadi angka 6, atau kesalahan siswa pada menulis angka, dan
sebaliknya. Ada pula tertukarnya menulis kekeliruan dalam menuliskan hasil jawaban,
jawaban soal yang satu dengan yang lainnya. seperti yang terjadi pada Siklus II.
Namun, terlepas dari itu semua dapat Berdasarkan hasil analisis data Pra
disimpulkan bahwa pembelajaran bilangan Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Pasca Siklus,
berpangkat dengan menggunakan lego dapat diketahui secara keseluruhan bahwa
bricks dapat dikatakan berhasil, penerapan lego bricks dalam pembelajaran
sebagaimana dengan hasil dari uji LK II sebagai strategi untuk meningkatkan
bahwa 100% atau keseluruhan kelompok kecerdasan matematis siswa dalam
siswa dapat mengerjakan soal-soal bilangan menghitung bilangan berpangkat dikatakan
berpangkat. Dapat disimpulkan pula bahwa berhasil. Hal tersebut dibuktikan pada
60
Mutia Rahma Setyani, Sylmi Wulan Dita, dan Intan Nur Tunggadewi : Penerapan Lego Bricks dalam Pembelajaran
Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa dalam Menghitung Bilangan Berpangkat
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 3 (1), pp: 53-64.

perkembangan yang signifikan pada Siklus I


dan Siklus II dengan hasil uji pada LK I dan Kemudian, dapat disajikan dengan
LK II dengan tabel sebagai berikut: diagram sebagai berikut:
100% 100%
Tabel 1. Hasil Uji Siklus I dan Siklus II 100% 80%
80% 60%
Jenis Kel. Kel. Kel. Kel. Kel.
60% 40%
Uji I II III IV V
40% 20%
LK I 100 100 100 85 65 20% 0% 0%
LK II 100 98 100 95 95 0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II Pasca
Siklus
Dari tabel tersebut, dapat diketahui
Lulus Tidak Lulus
bahwa ada kenaikan pada dua kelompok,
yaitu kelompok IV dan kelompok V. Gambar 3. Diagram Keberhasilan Tahapan
Namun, kenaikan yang signifikan terjadi Siklus
pada kelompok V, yaitu nilai LK I 65 dan
nilai LK II 95. Selain itu, terdapat penurunan Pada diagram keberhasilan tahapan
nilai pada kelompok II, tetapi tidak siklus, terlihat dengan jelas bahwa antara
berdampak signifikan pada kesimpulan uji. tahap Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan
Hal tersebut dikarenakan, penurunan nilai Pasca Siklus terdapat peningkatan pada
LK I 100 dan nilai LK II menjadi 98 tetap setiap siklusnya. Peningkatan tersebut
berada diatas standar nilai kelulusan 70. dilihat dari presentase lulus yang semakin
Kemampuan keberhasilan dari naik dan presentase tidak lulus yang semakin
penerapan lego bricks ini dapat kita lihat dari menurun. Peningkatan tersebut dikarenakan
hasil pada masing-masing tahapan, yaitu siswa kelas III Tahassus semakin akrab
tahap Pra Siklus dengan uji pre test, dengan media pembelajaran lego bricks, dan
kemudian pada tahap Siklus I dan Siklus II semakin mengerti konsep perhitungan
dengan uji LK I dan LK II, dan terakhir bilangan berpangkat menggunakan lego
dibuktikan oleh uji post test pada tahap bricks. Berdasarkan hasil observasi yang
Pasca Siklus. Post test disini sebagai penguji dilakukan pada setiap siklus, siswa merasa
akhir untuk semakin mendukung dan senang dan antusias ketika melakukan
membuktikan bahwa penerapan lego bricks pembelajaran dengan menggunakan media
dalam perhitungan konsep bilangan lego bricks.
berpangkat dikatakan berhasil. Adapun, Selain itu, berdasarkan hasil
perkembangan keberhasilan tersebut dapat wawancara dengan tiga orang siswa, dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut: diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan lego bricks lebih
Tabel 2. Presentase Keberhasilan Tahapan menyenangkan dan membuat siswa mudah
Siklus memahami konsep perhitungan bilangan
Tidak berpangkat. Siswa juga menjadi semakin
Tahap Lulus
Lulus aktif dan memiliki kreativitas yang tidak
Pra Siklus 40% 60% terbatas. Dari hasil wawancara dengan guru
Siklus I 80% 20% wali kelas III Tahassus, yaitu Ibu Siska
Siklus II 100% 0% Indriyanti dapat disimpulkan bahwa dengan
Pasca Siklus 100% 0% pembelajaran menggunakan media lego
61
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
Volume 3 No. 1 Bulan Juni Tahun 2017

bricks membuat siswa semangat belajar disampaikan untuk menjawab rumusan


dibandingan dengan menggunakan masalah yang ada dalam penelitian ini
pembelajaran konvensional seperti biasanya. adalah penerapan lego bricks dalam
Menurut ketiga siswa, dengan menggunakan pembelajaran sebagai strategi untuk
media lego bricks siswa merasa tidak bosan meningkatkan kemampuan matematis siswa
mengikuti pembelajaran dan mereka dalam menghitung bilangan berpangkat
berharap agar lego bricks dapat dijadikan pada kelas III Tahassus MIS Ta’allamul
media pembelajaran materi matematika Huda dikatakan berhasil. Hal itu didasarkan
yang lainnya. pada analisis data yang telah dilakukan dan
Berdasarkan dari data hasil uji Siklus I dengan melihat tabel dan diagram
dan Siklus II dan didukung dengan hasil dari keberhasilan tiap siklus. Dengan demikian
pre test dan post test, dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi
pembelajaran menggunakan media lego “Penerapan lego bricks dalam pembelajaran
bricks dapat meningkatkan kemampuan sebagai strategi untuk meningkatkan
matematis siswa. Kemampuan matematis kemampuan matematis siswa dalam
siswa sendiri adalah kemampuan siswa menghitung bilangan berpangkat pada kelas
dalam memahami, memecahkan, dan III Tahassus MIS Ta’allamul Huda” terbukti
menyelesaikan soal dari konsep bilangan benar.
berpangkat itu sendiri. Semakin siswa dapat
menyelesaikan soal dari konsep bilangan Saran
berpangkat dengan baik setelah dilakukan Peneliti memberikan saran bagi
pembelajaran menggunakan media lego peneliti-peneliti lain bahwa apabila ingin
bricks, maka dapat dikatakan bahwa mengembangkan dan menggunakan
pembelajaran tersebut berhasil penelitian menggunakan lego, baik itu lego
meningkatkan kemampuan matematis siswa. bricks atau lego jenis lainnya agar
Oleh karena itu, secara kesuluruhan dapat melakukan pengamatan lebih mendalam.
disimpulkan bahwa penerapan lego bricks Kemudian, di dalam penelitian sebaiknya
dalam pembelajaran sebagai strategi untuk diberikan jeda waktu bagi siswa untuk
meningkatkan kecerdasan matematis siswa bermain dengan lego-lego tersebut, karena
dalam menghitung bilangan berpangkat hal ini dapat membantu peneliti untuk
siswa kelas III Tahassus MIS Ta’allamul melihat karakteristik masing-masing siswa
Huda. dan membuat pembelajaran semakin
menarik. Selain itu, lego bricks ini sangat
direkomendasikan sebagai media
SIMPULAN DAN SARAN pembelajaran bagi peneliti yang akan
Simpulan melakukan penelitian lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka simpulan yang dapat

62
Mutia Rahma Setyani, Sylmi Wulan Dita, dan Intan Nur Tunggadewi : Penerapan Lego Bricks dalam Pembelajaran
Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa dalam Menghitung Bilangan Berpangkat
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 3 (1), pp: 53-64.

DAFTAR PUSTAKA
Fistianti, Devita Norma. 2013. “Pengaruh Permainan Konstruktif untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak”. Jurnal Pendidikan UMS.

Rohmitawati. 2011. Mengasah Kecerdasan Matematis Logis Anak Sejak Usia Dini. PPPPTK
Matematika Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Siska. 2013. Penerapan Kecerdasan Logika Matematika. [Online] Tersedia:


http://raudathulathfal.blogspot.com/2013/04/penerapan-kecerdasan-logika-matematika
[11 Maret 2017].

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryadi. 2009. Permainan Edukatif Yang Mencerdaskan. Yogyakarta: Power Books.

Suyono, Ahmad. 2013. Konsep Materi Matematika dan Pembahasannya. Jakarta: Grafindo
Persada.

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2010. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep


Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen
DIKTI) yang telah membiayai sepenuhnya penelitian ini dalam Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) dalam Skema Penelitian tahun 2016 (Pendanaan tahun 2017).

63
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika
Volume 3 No. 1 Bulan Juni Tahun 2017

64

Anda mungkin juga menyukai