SKRIPSI
OLEH :
SEDAR MALEM SEMBIRING
NIM: 101000386
SKRIPSI
OLEH :
SEDAR MALEM SEMBIRING
NIM: 101000386
Tim Penguji :
i
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by the bacteria
Mycobacterium tuberculosis. Germs will grow optimally at temperatures around 37 °
C according to the normal temperature of the human body, tuberculosis bacilli
survive for months at room temperature and in a dark and damp, and die quickly in
direct sunlight.
This study aims to describe the behavior of patients with positive pulmonary
TB in preventing transmission of TB to families in District Pandan Central Tapanuli
2012.
Type of study design is a descriptive survey method. The study population was
all patients with positive pulmonary TB in Pandan districts and as many as 138
people sampled 58 respondents drawn by simple random sampling. Data were
obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by univariate,
presented in frequency distribution.
Research results showed that based on the characteristics of the respondents
obtained most aged> 30 years 40 people (69.0%), male Sex in 38 people (69.0%),
level of education high school 30 people (51.7%), not worked a total of 35 people
(60.3%). Knowledge of respondents in the category of either the 36 people (62.1%),
attitude of the respondents in both categories is 54 people (93.1%). Measures most
respondents in this category is less than 56 people (96.6%).
Expected for health workers to provide health services effectively and
efficiently, the importance of prevention of Tuberculosis information on the family
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Agama : Katolik
Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Tengah.”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh
Sumatera Utara.
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Bapak Drs. Eddy Syahrial selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji
skripsi ini.
iv
5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah
dapat diselesaikan.
skripsi ini.
Sumatera Utara.
Tapanuli Tengah.
Tengah.
nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Sebagai
13. Terkhusus buat Istri tercinta Christyn Hutasoit dan Ananda Gregory
skripsi ini.
v
14. Kepada semua Kakanda dan Adinda Maria Gurky, teristimewa terima
kasihku.
15. Kawan – kawan Adinda Darly, Dikri, Divo, Ozik, Jon Wardani, Lenni, Mei,
Zul, dan rekan-rekan Peminatan PKIP FKM USU, mari mencapai sukses
barsama.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................ i
ABSTRACT....................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
vii
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 48
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 48
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 48
3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................... 48
3.2.2. Waktu penelitian ................................................................ 48
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 48
3.3.1 Populasi .......................................................................... 48
3.3.2 Sampel ........................................................................... 48
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 49
3.4.1. Data Primer ....................................................................... 49
3.4.2. Data Sekunder ................................................................... 49
3.5 Definisi Operasional .................................................................... 49
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 50
3.7 Aspek Pengukuran....................................................................... 50
3.7.1 Pengetahuan .................................................................... 50
3.7.2 Sikap ............................................................................... 51
3.7.3 Tindakan ......................................................................... 52
3.8 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data ................................. 52
3.8.1 Pengolahan Data .............................................................. 52
3.8.2. Analisa Data .................................................................... 53
viii
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90
6.1 Kesimpulan................................................................................... 90
6.1 Saran ............................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
x
4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Penderita TB Paru
Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga
Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 ....................... 71
4.13. Tabulasi Silang Antara Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru Positif
Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga
Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012. ...................... 72
xi
ABSTRAK
i
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by the bacteria
Mycobacterium tuberculosis. Germs will grow optimally at temperatures around 37 °
C according to the normal temperature of the human body, tuberculosis bacilli
survive for months at room temperature and in a dark and damp, and die quickly in
direct sunlight.
This study aims to describe the behavior of patients with positive pulmonary
TB in preventing transmission of TB to families in District Pandan Central Tapanuli
2012.
Type of study design is a descriptive survey method. The study population was
all patients with positive pulmonary TB in Pandan districts and as many as 138
people sampled 58 respondents drawn by simple random sampling. Data were
obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by univariate,
presented in frequency distribution.
Research results showed that based on the characteristics of the respondents
obtained most aged> 30 years 40 people (69.0%), male Sex in 38 people (69.0%),
level of education high school 30 people (51.7%), not worked a total of 35 people
(60.3%). Knowledge of respondents in the category of either the 36 people (62.1%),
attitude of the respondents in both categories is 54 people (93.1%). Measures most
respondents in this category is less than 56 people (96.6%).
Expected for health workers to provide health services effectively and
efficiently, the importance of prevention of Tuberculosis information on the family
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Satu visi atau gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang
Indonesia Sehat 2010 yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI,
1999).
kesehatan tersebut dilihat dari empat aspek yaitu upaya pemeliharaan kesehatan yang
meliputi pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan yang setelah sembuh dari
Menurut Depkes RI, (2006) upaya yang dilakukan oleh sektor kesehatan akan
lebih mengutamakan upaya preventif dan promotif tanpa meninggalkan upaya kuratif
dan rehabilitatif yang terdapat dalam paradigma sehat untuk mencapai sehat 2010.
Penyakit Tuberculosis (TBC) Paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
tersebut menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC, dengan
kematian karena TBC sekitar 140.000, secara kasar diperkirakan setiap 100.000
penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB Paru dengan BTA Positif
(Depkes RI 2008).
ini termasuk daerah endemis TBC. Kasus TB Baru di dunia sekitar 40% berada di
kawasan Asia. Indonesia menduduki kedudukan ketiga di bawah Cina dan India.
Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB
di dunia, yaitu diantara 100.000 penduduk terdapat 100-300 orang yang terinfeksi TB
Paru. TB Paru di kawasan ini menjadi pembunuh nomor satu, kematian akibat TB
Paru lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS yang berada di urutan kedua. Hasil
dengan BTA Positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara Regional TB
wilayah Jawa dan Bali diikuti dengan wilayah Indonesia Timur (Depkes,2008).
2010, tercatat 73,8 persen penderita TB Paru BTA Positif di Sumatera Utara atau
BTA Positif tahun 2010, diketahui BTA Positif yang diobati sebanyak 444 orang
dengan perincian laki-laki sebanyak 263 orang dan perempuan sebanyak 181 orang
2
Untuk mengatasi masalah Tuberkulosis diperlukan peran serta baik dari
pemeriksaan mikroskopik. Ketiga, pemberian obat secara langsung yang diawasi oleh
PMO. Keempat, jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat
waktu. Kelima, sistem monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baik (Depkes
RI, 2002).
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut
tertentu pula.
pasien TB paru. Pengetahuan pasien mengenai menjaga kesehatan agar tetap dalam
kondisi yang sehat baik jasmani maupun rohaninya, maka tak terlepas juga peran
3
Faktor pengetahuan yang merupakan ilmu yang diketahui seseorang ataupun
pengalaman yang dialami oleh seseorang maupun orang lain. Dan klien yang
terdiagnosa TB Paru seharusnya mengetahui secara jelas dan benar apa sebenarnya
penyakit TB Paru ini, dan bagaimana cara penularan dan pencegahannya. Sikap
pasien sangat menentukan dalam mencegah penularannya, karena jika sikap pasien
yang terdiagnosa TB Paru Positif mengerti apa yang sebenarnya dia lakukan maka
secara otomatis dia juga bisa dan mampu melindungi anggota keluarga lainnya.
Perilaku di sini adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoatmodjo,2003). Jika
perilakunya baik maka akan membawa dampak positif bagi pencegahan penularan
TB paru.
tersebut adalah respon dan tindakan penderita TB paru masih sangat kurang, akibat
sosialisasi dan pengetahuan yang kurang mengenai penyakit TB paru secara detail
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagak Kabupaten Malang, ada hubungan yang
penderita TB Paru.
4
Kabupaten Cirebon, Menunjukkan ada hubungan yang bermakna antar tingkat
terjadi peningkatan penderita TB Paru positif tiap tahunnya. Pada tahun 2010 terjadi
peningkatan yang sangat besar, yaitu mencapai 111 orang dari 93 orang penderita TB
positif pada tahun 2009 sebelumnya. Pada tahun 2011 jumlah penderita TB Paru
TB Paru Positif saat bersin dan batuk tidak menutup mulutnya baik dengan kertas
tissue, lap tangan ataupun dengan tangan dan membuang ludah atau dahak di
sembarangan tempat. Dari hasil wawancara peneliti dapatkan jawaban dari beberapa
orang penderita TB Paru Positif bahwa di rumah alat makan seperti piring, gelas, dan
sendok penderita tidak berbeda dengan anggota keluarga lainnya, serta penderita
5
1.2. Perumusan Masalah
Tapanuli Tengah.
Tapanuli Tengah.
6
1.4. Manfaat Penelitian
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif
dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi,
domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003).
terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat di amati dan bahkan dapat di
pelajari. Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu
dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahluk hidup
adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati
akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini
kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kita hanya
berbicara mengenai prilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitanya dengan
yang sama sekali berbeda (menurut Gochman,1988 yang dikutip Lukluk A, 2008).
H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak
yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang
menyebabkan dehidrasi.
9
b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :
kejahatan lain.
lain-lain.
a) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua,
c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,
10
Komponen prilaku menurut Gerace & Vorp,1985 yang dikutip Lukluk A,
penyakit tertentu.
b. Perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko. contoh : merokok dianggab
sebagai faktor resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun
kanker Paru karena kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak
dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang
nyata.
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
11
2.1.4. Perilaku Kesehatan
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan. Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang
masih tertutup) dan aktif (respons terbuka, tindakan yang nyata atau
practice/psychomotor).
kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan
yang bersifat respons internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar
dirinya), baik respons pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif
(praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku seseorang
kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yaitu:
12
2.1.6. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih
padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah
13
2.1.8. Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang Sehat
Menurut Sarwono (2004) yang dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat
sebagai berikut :
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman
adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat
dilihat.
14
i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga,
yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya
dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk – bentuk
lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja
perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
nilai, sifat kpribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor – faktor
dalam menentukan perilaku, bahkan kadang – kadang kekuatannya lebih besar dari
pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih
kompleks.
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya
15
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu.
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma – norma
subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya
bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana
norma–norma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen
ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan
menentukan apakah perilaku yang bersangkutan dilakukan atau tidak (Azwar, 2007).
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor
dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
16
kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan
sebagainya.
perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak
berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi
kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena
17
b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection).
ditempat kerja.
c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early
kanker serviks.
berpenyakit menular.
menimbulkan komplikasi.
18
3) Perbaikan fasilitas kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan
masyarakat.
bertahan.
2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006),
yaitu:
atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun
19
faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup
pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non
verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific
details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan
2. Pengetahuan Konseptual
dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama.
Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang
3. Pengetahuan Prosedural
4. Pengetahuan Metakognitif
seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan
semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka
20
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:
1. Menghafal (Remember)
mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan
bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam
2. Memahami (Understand)
mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
3. Mengaplikasikan (Applying)
mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan
prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan
prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan
21
4. Menganalisis (Analyzing)
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga
5. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan
mengritik (critiquing).
6. Membuat (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
1. Pendidikan
lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
22
2. Pekerjaan
3. Umur
fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir
4. Minat
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik
6. Informasi
2007)
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
23
1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
sistematik dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain
meliputi:
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba – coba atau dengan kata yang
lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
peradaban. Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
kemungkinan lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)
Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk
memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih
sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara
dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
24
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada
upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui
harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya.
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak
25
akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat
berhasil memecahkannya.
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya
maupun deduksi.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih
popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula – mula
26
Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam
a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
c. Gejala – gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala – gejala yang
atau unsur – unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut
dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melalukan penelitian,
yang dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research
mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan
27
b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan
motif tertentu.
seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin
terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
28
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui
b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok
lainnya.
Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada.
Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat
berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia
memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
29
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat
sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan
akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat
dibedakan menjadi :
a. Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-
ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya
oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual
berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi
bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu respon
30
3. Relatif mantap
4. Dapat dirubah
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu
Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude),
adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang
lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap
tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu
Pengukuran sikap dapat dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui
pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
31
terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons,
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata.
Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan
itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk
perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah
laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu
kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum
otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu
tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh
Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak
pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena
32
Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan adalah :
merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu
faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan
perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung
33
Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-
tingkatan, yaitu :
a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
ini. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan
34
tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta
adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB
terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila
dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika
hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta
setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat
di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita
TB Paru merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.
TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun (Depkes RI, 2002).
kasus kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok umur,
paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia
produktif dan usia angkatan kerja. Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki (54,5%)
35
dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9% .
Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil
yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan
panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh
optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh
manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam
ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung
(sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant (tertidur lama)
selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh
Kuman TB Paru bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu
optimum pertumbuhannya 37-38oC. Kuman TB Paru cepat mati pada paparan sinar
matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan
lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat pada
Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita batuk,
berbicara atau meludah (Soediman, 1995). Kuman TB Paru dari percikan tersebut
melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi
36
dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya.
Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit TB
Paru dapat terjadi akibat dari komponen lingkungan yang tidak seimbang
(pencemaran udara). Masalah pencemaran udara di permukaan bumi sudah ada sejak
zaman pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan manusia, tentu
dimulai sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah satu media transmisi
penularan TB Paru dimana manusia memerlukan oksigen untuk kehidupan. Jadi jika
Kuman TB Paru dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih
bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi
utama kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah
bagian tubuh ekstra paru yang sering terkena TB Paru adalah pleura, kelenjar getah
konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh (Depkes RI, 2002). Sumber
penularan adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
37
yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang arnat
penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen
38
Tujuan pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis dan
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
b. P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit
Pelayanan Kesehatan).
dahak pagi.
ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan foto rontgen
dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan
paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan penderita yang buruk. Penentuan
39
klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
Paru (Dinkes Provinsi SU, 2007). Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai
berikut :
1. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan
terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi
peradangan.
2. Dahak
40
3. Batuk darah
bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang
4. Sesak Nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
5. Nyeri Dada
lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot
karena batuk.
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
b. Kambuh (Relaps)
41
c. Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
e. Lain-lain
1). Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
1. Infeksi Primer
Tuberkulosis paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil
tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan yang
spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
42
Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai kuman persisten
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan (Depkes RI, 2002).
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar (eksogen) yaitu infeksi
ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam (endogeny
yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan proses lama
yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya
karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
1. Host
a. Umur
tetap tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang
cenderung terjadi pada kelompok umur produktif (15-50 tahun), hal ini disebabkan
43
karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk
b. Jenis Kelamin
TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas
yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru (Crofton, 2002).
Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada
d. Faktor Toksik
Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan
e. Penyakit lain
penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem pertahanan tubuh
(Crofton, 2002).
2. Agent
44
2. Virulensi yang tinggi dari basil Tuberkulosis.
3. Lingkungan
Lingkungan yang buruk, misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah
yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang jelek akan
1. Isoniasid (H)
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolic akti, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis
harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
2. Rifampisin (R)
tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk
3. Pirasinamid (Z)
45
Penderitaberumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur
4. Etambutol (E)
BB.
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari bebrapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC
BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada
tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
46
2.4. Kerangka Konsep
Karakteristik Penderita TB
Paru Positif :
Pencegahan Penularan
• Umur
TB Paru pada keluarga
• Pekerjaan
• Pendidikan
• Pengetahuan
• Sikap
47
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tengah.
3.3.1. Populasi
Populasi atau subjek dalam penelitian ini adalah semua Penderita TB Positif yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pandan, dengan jumlah populasi sebanyak 138.
3.3.2. Sampel
menjadi sampel. Menurut Notoatmodjo (2005) apabila besar populasi lebih dari
10.000 maka ketepatan besarnya sampel tidak begitu penting. Tetapi bila populasi
lebih kecil dari 10.000, ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan. Untuk
populasi lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan formula sebagai berikut :
n = N / 1 + N (d 2)
Keterangan :
n= Besar sampel.
dimana :
= 138 / 1 + 1,38
= 138 / 2,38
= 58.
Jadi besarnya sampel yang didapat adalah sebesar 58 penderita TB Paru positif
3.5.Definisi Operasional
1. Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir.
49
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil
ditamatkan responden yang dibedakan atas: tidak tamat SD, SD, SLTP,
SLTA, DIII/Sarjana.
sumber pendapatan utama, yang dibedakan atas bekerja dan tidak bekerja.
penularan TBC.
3.6.Instrumen Penelitian
3.7.1. Pengetahuan
dengan 14 pertanyaan dari nomor 1-14 dengan total skor adalah 24. Ada 5 pertanyaan
yaitu nomor 2,4,6,11,14 dengan skor tertinggi 3 sehingga jumlah skor 15. Dan ada 9
skor 9. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan
50
tingkat pengetahuan Penderita TB Paru dalam pencegahan penularan Tuberkulosis
1. Pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar > 75% dari total nilai (>18).
2. Pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar 45-75% dari total nilai
(11-18).
3. Pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar <45% dari total nilai
(<11).
3.7.2. Sikap
pertanyaan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban sikap
• Sangat setuju :5
• Setuju :4
• Netral/ragu-ragu :3
• Tidak setuju :2
Adapun skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah berjumlah 50. Cara
(Arikunto, 2007) :
51
3. Sikap kurang, apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (<20).
3.7.3. Tindakan
Paru
penularan TB Paru
Adapun skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah berjumlah 9. Cara
(Arikunto, 2007) :
1. Tindakan baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan jawaban (>7)
3.8.1.Pengolahan Data
a. Editing
52
b. Coditing
Teknik ini dilakukan dengan memberi tanda atau klasifikasi pada masing-masing
c. Tabulating
computerisasi.
dan di analisis mengunakan analisis Univariat yaitu data dianalisis secara deskriptif
dalam bentuk distribusi frekuensi dan dinarasikan sehingga dapat diketahui perilaku
Tengah.
53
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kabupaten Tapanuli Tengah kira-kira 0,25 Km2, Dengan letak geografis antara 01º
33´ LU dan 99º 08´ LS dan ketinggian dari permukaan air laut antara 0-800 meter.
Kecamatan Pandan memiliki 9 Desa dengan luas 36,31 Km2, dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut:
Tapanuli Tengah terlihat bahwa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berada pada
urutan pertama dengan jumlah kunjungan sebanyak 4180. dapat dilihat pada tabel 4.4
Berikut ini :
frekuensi berdasarkan karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.5. berikut ini:
55
Tabel lanjutan 4.5
No Jenis Kelamin Responden Jumlah %
1 Laki-laki 38 65,5
2 Perempuan 20 34,5
Jumlah 58 100
No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah %
1 4 Orang 13 22,4
2 5 Orang 21 36,2
3 6 Orang 10 17,2
4 7 Orang 13 22,4
5 8 Orang 1 1,7
Jumlah 58 100
No. Pendidikan Responden Jumlah %
1. Tidak Tamat SD/Tamat SD 6 10,3
2. Tamat SMP 14 24,1
3. Tamat SMA 30 51,7
4. Tamat Akademi/Sarjana 8 13,8
Jumlah 58 100
No Pekerjaan Responden Jumlah %
1 Tidak Bekerja 35 60,3
2 Petani 16 27,6
3 Pegawai Swasta/Wiraswasta 7 12,1
Jumlah 58 100
responden terbanyak berusia >30 tahun sebanyak 40 orang (69,0%) paling sedikit
berusia 20-30 tahun sebanyak 20 orang (31,0%). Jenis kelamin responden terbanyak
(31,0%). Jumlah anggota keluarga paling banyak 5 orang anggota keluarga sebanyak
21 orang (36,2%). Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tamat SMA yaitu
sebanyak 30 orang (51,7%) dan yang paling sedikit yaitu Tamat Akademi/Sarjana
tidak bekerja yaitu sebanyak 35 orang (60,3%) dan yang paling sedikit adalah sebagai
56
4.3.Pengetahuan Responden
Keluarga Kecamatan Di Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 dapat dilihat pada
57
Lanjutan Tabel 4.6
7 Perilaku membuang dahak di sembarang tempat
• Membuang dahak di tempat umum 52 89,7
• Perilaku batuk dengan menutup mulut 4 6,9
• Menampung dahak dalam wadah/pot 2 3,4
8 Tempat pembuangan dahak terakhir
• Saluran pembuangan kamar mandi 10 17,2
• Mengubur 5 8,6
• Toilet dan disiram dengan air lisol 43 74,1
9 Riwayat terjadinya tuberculosis
• Tahu 43 74,1
• Tidak tahu 15 25,9
10 Riwayat terjadinya tuberkulosis melalui
• Tubuh tidak mempunyai daya kekebalan 30 69,8
• Penyakit kambuh tak ada daya kekebalan 9 20,9
• Perjalanan alamiah TBC tidak diobati 4 9,3
11 Tujuan pengobatan tuberculosis
• Jawaban >4 11 19
• Jawaban 2-4 26 44,8
• Jawaban <2 21 36,2
12 Tahap pengobatan TBC
• 1 tahap 10 17,2
• 2 Tahap 38 65,5
• 3 Tahap 10 17,2
13 Tahapan Pengobatan tuberculosis
• Tahap intensif dan tahap lanjutan 30 78,9
• BenarTahap awal dan lanjutan 8 21,1
14 Penyuluhan TBC
• Jawaban >4 20 34,5
• Jawaban 2-4 20 34,5
• Jawaban <2 18 31
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang Upaya
(Microbacterium tuberculosis).
58
Berdasarkan pengetahuan tentang kuman TB paru dapat berada pada dengan
jawaban lebih dari satu yaitu dahak penderita TB Paru Positif, ludah penderita TB
Paru Positif, Alat makan penderita TB Paru Positif, bekas makanan TB Paru Positif,
bekas minuman TB Paru Positif, kamar penderita TB Paru Positif yang gelap dan
lembab, yang paling banyak yaitu 50 orang (86,2%) dengan menjawab 2-4 pilihan
jawaban.
jawaban yang benar batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
gejala tuberkulosis dengan jawaban lebih dari satu pilihan jawaban yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah dan
nafsu makan menurun, berat badan turun dan rasa kurang enak badan, berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan yang paling
banyak yaitu 31 orang (53,4%) yang menjawab <2 pilihan jawaban dan yang paling
menular yang paling banyak yaitu 42 orang (72,4%) yang menjawab Ya.
jawaban benar lebih dari satu yaitu pada waktu batuk atau bersin, peredaran darah,
berbicara terlalu dekat, saluran napas, melalui alat makan, yang paling banyak yaitu
34 orang (58,6%) menjawab <2 pilihan jawaban dan yang paling sedikit sebanyak 24
59
Berdasarkan pengetahuan tentang perilaku membuang dahak di sembarang
tempat dengan pilihan jawaban yang benar yaitu membuang dahak sembarangan di
tempat-tempat umum, yang paling banyak yaitu 52 orang (89,7%) menjawab benar.
jawaban yang benar adalah toilet dan disiram dengan air lisol yang paling banyak
jawaban yang benar tubuh yang tidak mempunyai daya kekebalan, yang paling
jawaban benar lebih dari satu yaitu menyembuhkan penderita, mencegah kematian,
terhadap keluarga yang paling banyak yaitu 26 orang (44,8) menjawab 1-4 pilihan
jawaban.
dengan jawaban yang benar adalah 2 tahap yang paling banyak yaitu 38 orang
jawaban yang benar adalah Tahap Intensif dan Tahap Lanjutan yang paling banyak
60
Berdasarkan pengetahuan tentang penyuluhan tuberkulosis dengan pilihan
jawaban yang benar lebih dari satu yaitu penyuluhan langsung perorangan,
penyuluhan terhadap organisasi kesehatan yang paling sedikit yaitu 18 orang (31,0%)
menjawab <2.
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut
ini:
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada pada kategori baik yaitu 36
orang (62,1%).
61
4.4. Sikap Responden
Tapanuli Tengah Tahun 2012. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8. Distribusi Sikap Responden Penderita TB Paru Positif Dalam Upaya
Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga Di Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012
No Sikap Frekuensi Proporsi
1. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang
sangat menular
• Sangat Setuju 6 10,3
• Setuju 14 24,1
• Netral 4 6,9
• Tidak Setuju 27 46,6
• Sangat Tidak Setuju 7 12,1
2. Penderita TB Paru Positif sebaiknya tidak
membuang dahak di sembarang tempat
• Sangat Setuju 9 15,5
• Setuju 6 10,3
• Netral 2 3,4
• Tidak Setuju 30 51,7
• Sangat Tidak Setuju 11 19
3. Setiap orang batuk terus menerus lebih dari 3
minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak
• Sangat Setuju 47 81
• Setuju 10 17,2
• Netral - -
• Tidak Setuju 1 1,7
• Sangat Tidak Setuju - -
62
Lanjutan Tabel 4.8
4. Penderita TB Paru Positif tidak menularkan
penyakit TB paru kepada orang lain
• Sangat Setuju - -
• Setuju 1 1,7
• Netral 4 6,9
• Tidak Setuju 19 32,8
• Sangat Tidak Setuju 34 58,6
5. Untuk menghindari risiko penularan, saat batuk
sebaiknya menutup mulut dengan tissue, sapu
tangan
• Sangat Setuju 34 58,6
• Setuju 22 37,9
• Netral - -
• Tidak Setuju 2 3,4
• Sangat Tidak Setuju - -
6. Agar orang lain tidak tertular penyakit TB Paru,
penderita TB Paru sebaiknya berbicara tidak
terlalu dekat
• Sangat Setuju 41 70,7
• Setuju 15 25,9
• Netral - -
• Tidak Setuju 1 1,7
• Sangat Tidak Setuju 1 1,7
7. Penderita TB Paru Positif tidak perlu
mempunyai alat makan tersendiri
• Sangat Setuju 3 5,2
• Setuju 8 13,8
• Netral 2 3,4
• Tidak Setuju 19 32,8
• Sangat Tidak Setuju 26 44,8
8. Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus
dan diberi cairan lisol
• Sangat Setuju 41 70,7
• Setuju 15 25,9
• Netral - -
• Tidak Setuju - -
• Sangat Tidak Setuju 2 3,4
63
Lanjutan Tabel 4.8
9. Penderita TB Paru Positif tidak perlu tidur sendiri
diruang khusus hingga pasien sembuh
• Sangat Setuju 4 6,9
• Setuju 2 3,4
• Netral 1 1,7
• Tidak Setuju 16 27,6
• Sangat Tidak Setuju 35 60,3
10. Setuju kalau penderita tuberkulosis dapat
disembuhkan
• Sangat Setuju 37 63,8
• Setuju 16 27,6
• Netral 1 1,7
• Tidak Setuju 1 1,7
• Sangat Tidak Setuju 3 5,2
merupakan penyakit yang sangat menular yang paling banyak yaitu 27 orang (46,6%)
sebaiknya tidak membuang dahak di sembarang tempat yang paling banyak yaitu 30
Sikap responden tentang setiap orang batuk terus menerus lebih dari 3 minggu
sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak yang paling banyak yaitu 47 orang (81,0%)
TB paru kepada orang lain yang paling banyak yaitu 34 orang (58,6%) menjawab
64
Sikap responden tentang cara menghindari risiko penularan, saat batuk
sebaiknya menutup mulut dengan tissue, sapu tangan yang paling banyak yaitu 34
Sikap responden tentang agar orang lain tidak tertular penyakit TB Paru,
penderita TB Paru sebaiknya berbicara tidak terlalu dekat yang paling banyak yaitu
mempunyai alat makan tersendiri yang paling banyak yaitu 26 orang (44,8%)
Sikap responden tentang pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus dan
diberi cairan lisol yang paling banyak yaitu 41 orang (70,7%) menjawab sangat
setuju.
tidur sendiri diruang khusus hingga pasien sembuh yang paling banyak yaitu 35 orang
Sikap responden tentang pernyataan apakah setuju kalau penderita TBC dapat
disembuhkan yang paling banyak yaitu 37 orang (63,8%) menjawab sangat setuju.
pada pengukuran sikap maka tingkat sikap responden tentang pencegahan penularan
TB paru selanjutnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu sikap baik, cukup dan
65
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Penderita TB Paru
Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada
Keluarga Di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
2012
No. Tingkat Sikap Jumlah %
1. Baik 54 93,1
2. Cukup 4 6,9
Jumlah 58 100
Berdasarkan tabel 4.9. diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden Dalam
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada pada kategori baik yaitu 54 orang
(93,1%).
66
Tabel lanjutan 4.10
2. Jenis penutup mulut yang digunakan
- Tissue atau Sapu Tangan 13 44,8
- Telapak Tangan 16 55,2
3 Tempat tenutup mulut dibuang
- Tissue di buang sembarang tempat 9 69,2
- Sapu Tangan dicuci dan direndam dengan 4 30,8
larutan deterjen
4 Alasan menggunakan penutup mulut
- Mencegah penyebaran kuman penyakit 7 24,1
- Terbiasa bila batuk menutup mulut 22 75,9
5 Membuang dahak di wadah khusus
- Ya 6 10,3
- Tidak 52 89,7
6 Wadah yang saudara gunakan
- Pot bertutup dengan larutan lisol 1 16,7
- Pot biasa 5 83,3
7 Alat makan terpisah dgn anggota keluarga lain
- Ya 1 1,7
- Tidak 57 98,3
8 Tidur terpisah dengan anggota keluarga lain
- Ya 2 3,4
- Tidak. 56 96,6
9 Menjemur kasur pada terik matahari
- Ya - -
- Tidak 58 100
Tapanuli Tengah Tahun 2012. tindakan responden menutup mulut ketika batuk
dengan jawaban yang benar adalah Ya yang menjawab yaitu sebanyak 29 orang
digunakan sebaiknya tissu atau sapu tangan, yaitu sebanyak 13 orang (44,8%)
67
Tindakan responden apabila menggunakan penutup mulut ketika batuk maka
hal yang harus dilakukan yaitu sapu tangan dicuci dan direndam dengan larutan
menjawab yaitu sebanyak 7 orang (24,1%) menjawab benar yaitu untuk mencegah
orang (16,7%) pot bertutup dengan larutan lisol yang menjawab benar.
lainya yang menjawab Ya yaitu hanya 1 orang (1,7%) yang menjawab benar.
Tindakan responden tentang tidur terpisah dengan anggota keluarga lainya yang
terik matahari setiap harinya yaitu seluruh responden yaitu sebanyak 58 orang (100%)
cukup dan kurang. Tingkat tindakan responden dalam upaya pencegahan penularan
Tuberkulosis pada keluarga dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
68
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Penderita TB
Paru Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada
Keluarga Di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
2012
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada pada kategori kurang yaitu 56 orang
(96,6%).
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut
ini:
69
Berdasarkan tabel 4.12. diketahui bahwa dari 36 responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 2 orang (5,6%) yang memiliki tindakan cukup. Dari 22
responden dengan pengetahuan cukup tidak ada (0,0%) yang memiliki Tindakan
cukup.
4.6.2. Tabulasi Silang Antara Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru Positif
Hasil tabulasi silang antara sikap dan tindakan penderita TB Paru Positif
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.dapat dilihat pada table 4.13 berikut
ini:
Tabel 4.13. Tabulasi Silang Antara Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru
Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada
Keluarga Di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2012.
sikap baik sebanyak 2 orang (3,7%) yang memiliki tindakan cukup. Dari 4 responden
dengan sikap cukup tidak ada (0,0%) yang memiliki tindakan cukup.
70
71
BAB V
PEMBAHASAN
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan
kasus kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok umur,
paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia
produktif dan usia angkatan kerja. Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki (54,5%)
dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9% .
ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15-50) tahun. Dewasa ini dengan
terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih
tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun,
21 tahun dimana secara harfiah, dewasa berarti tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang
dewasa lainnya. Dari penelitian diatas menemukan seluruh responden berada pada
usia dewasa yaitu di atas umur 21 tahun, dengan demikian gambaran dari penelitian
diatas karateristik umur responden sesuai, bahwa responden paling banyak diatas
umur 30 tahun yang menderita TB Paru Positif. Dari uraian ini maka dapat kita
(2010), Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa
pada kaum laki-laki lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru.
Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan
minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih
72
Di Eropa dan Amerika Utara insiden tertinggi TB Paru biasanya mengenai
usia dewasa muda. Angka pada pria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka
pada wanita cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita sering
menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Pada wanita prevalensi maksimum pada usia
40-50 tahun dan kemudian berkurang. Pada pria prevalensi terus meningkat sampai
kasus kematian penderita TB paru yaitu Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki
bahwa pada laki-laki mendapatkan TB Paru Pada kasus kontak 0,36 kali pada
perempuan. Menurut Ismen MD (2000) dalam Chandra, dkk (2004) bahwa penelitian
di negara maju didapatkan laki-laki memiliki resiko tertular akibat kontak lebih besar
perempuan sedikit lebih banyak karena berbagai alasan sosial budaya. Peran
perempuan di sini cukup penting, karena selain merawat penderita TB Paru di rumah,
suka melakukan aktivitas rumah tangga untuk anak, suami dan anggota keluarga lain
sehingga penularan dapat dengan mudah dan cepat menular ke anggota keluarga lain
(Chandra, 2004).
TB Paru. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa gambaran jenis
73
perempuan. Pada pria prevalensi TB Paru cukup tinggi akibat dari konsumsi rokok
kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Makin
tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesadarannya tentang hak yang
dimilikinya, kondisi ini akan meningkatkan tuntutan terhadap hak untuk memperoleh
makin mudah seseorang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula
dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan. Pendidikan seseorang
74
pendidikan dasar 9 tahun. Sementara pendidikan baru diajarkan secara lebih
sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial budaya.
Bila tingkat pendidikan dan sosial budaya baik, maka secara relatif pemanfaatan
pelayanan kesehatan akan tinggi. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Lukito (2003),
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
akan semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah perubahan dan manfaat
Dapat diartikan bahwa pendidikan formal merupakan sarana yang dapat mengubah
pola pikir, sikap dan tindakan seseorang kearah kualitas pribadi yang lebih baik,
dengan tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi akan membantu seseorang
kasus penderita TB paru hampir semua dengan berpendidikan rendah (tidak sekolah,
75
Dari gambaran karateristik tingkat pendidikan dalam penelitian diatas bahwa
yang mendapatkan TB Paru lebih banyak pada tingkat pendidikan SMA. Jadi dapat
diasumsikan ini sesuai dengan penelitian diatas bahwa tingkat pendidikan sangat
juga degan sumber pembiayaan pada saat sakit. Responden yang bekerja mempunyai
kematangan secara finansial dibandingkan yang tidak bekerja, maka akses untuk
kasus kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok umur,
paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia
produktif dan usia angkatan kerja. Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki (54,5%)
dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9% .
76
Dalam hasil penelitian diatas menunjukkan kesesuaian bahwa penderita tidak
perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Menurut
Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
menghendaki suatu perilaku yang melembaga atau lestari maka diperlakukan adanya
pengetahuan dan keyakinan/attitude yang positif tentang apa yang akan dikerjakan.
Seseorang yang memperoleh rangsangan dari luar akan timbul proses pengenalan
sesuatu. Hal ini akan membangkitkan faktor kognitif (pengetahuan) dari orang
tersebut. Pada penelitian ini ternyata di dapatkan bahwa sebagian besar responden
penyuluhan tentang TB Paru. Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar
77
Keluarga Di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada
2003). Menurut Gunarso (2000), Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru dan dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer & Bare,
2002).
informasi yang dapat difahami dan diperoleh dari proses belajar selama hidup dan
objek dan merupakan hasil stimulasi informasi untuk terjadinya perubahan perilaku.
mencegah penularan TB paru agar tidak menularkan kepada orang lain maka akan
timbul pemikiran yang positif. Pemikiran ini akan menghasilkan sikap positif yaitu
setuju dalam hal tersebut dan selanjutnya penderita TB paru berniat untuk
dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat memiliki berbagai jenis pengetahuan dan
kebenaran. Pengetahuan yang banyak penting kita miliki, karena merupakan bahan
dan sumber bagi tersusunnya ilmu pengetahuan (Sadulloh, 2007). Pengetahuan atau
78
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
ternyata perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan
tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam perubahanpola pikir dan perilaku
yang didapat tentang upaya pencegahan penularan TB paru akan berdampak pada
pemahaman dari orang akan pentingnya menjaga diri agar tidak menularkan TB paru
bahwa dari 36 responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang (5,6%)
yang memiliki tindakan cukup. Dari 22 responden dengan pengetahuan cukup tidak
ada (0,0%) yang memiliki Tindakan cukup. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Toni Lumban Tobing tentang Pengaruh Prilaku Penderita TB Paru dan Kondisi
79
Kabupaten Tapanuli Utara, dari hasil penelitian tersebut ditemukan faktor perilaku
memiliki hubungan yang signifikan terhadap penyakit TB. Dapat dilihat dari factor
pengetahuan Ods Ratio sebesar 2,5 artinya yaitu pengetahuan yang rendah
mempunyai resiko tertular TB Paru sebesar 2,5 kali lebih banyak dari orang yang
pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) yang dilakukan oleh
keluarga sangatlah berperan supaya tidak terjadi penularan dalam anggota keluarga
lainnya. Akan tetapi penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) dapat dicegah dengan
berbagai cara yaitu dengan hidup sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah
raga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius dan hindari stres), bila batuk mulut
Tuberkulosis paru dengan baik, maka sulit bagi keluarga untuk menentukan sikap
menyebabkan seseorang mempunyai sifat positif yang akan mempengaruhi niat untuk
melakukan suatu kegiatan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
80
5.3. Sikap Responden
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada pada kategori baik. Secara teori,
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi
untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
Menurut Sarwono (2004) faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah
menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatif
informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar hubungan sosial
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 diketahui bahwa dari 54 responden
yang memiliki sikap baik sebanyak 2 orang (3,7%) yang memiliki tindakan cukup.
Dari 4 responden dengan sikap cukup tidak ada (0,0%) yang memiliki tindakan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain
81
yang dianggap penting, agama serta faktor emosi dalam diri individu yang memegang
responden dengan kejadian TB Paru dimana Odds Ratio sebesar 0,129 artinya pada
responden dengan perilaku sikap kurang baik beresiko terkena TB Paru sebesar 0,129
Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian TB Paru di Kota Solok Tahun 2011
responden yang positif adalah 63,6% dan yang negatif yaitu 36,4%, dalam sikap
negatif yang paling banyak terdapat pada kasus yaitu 54,5% sedangkan pada kontrol
hanya 18,2%. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,028), maka terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian TB Paru di Kota Solok. Odds
ratio 5,4 (1,372-21,26) yang berarti responden yang memiliki sikap tentang
pencegahan TB Paru yang rendah beresiko 5,4 kali tertular TB Paru dibandingkan
TB Paru di Jombang, penelitian ini menggunakan disain cross sectional dari hasil
82
Dari penelitian diatas terdapat kesamaan yaitu sama-sama bermakna antara
bahwa sikap yang kurang baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya penularan
mengambil tindakan. Jika sikap masyarakat sudah baik maka masyarakat akan mudah
untuk melakukan suatu perbuatan yang baik, tapi jika sikap ini masih kurang maka
memiliki dampak yang buruk bagi derajat kesehatan masyarakat. Untuk merubah
sikap pengetahuan harus ditingkatkan dan pemerintah harus memberikan contoh yang
baik kepada masyarakat agar perilaku hidup sehat dapat terlaksana (Azwar, 2009).
Menurut Azwar (2009), sikap terbentuk dari adanya informasi secara formal
maupun informal yang diperoleh setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan
pengetahuan, yaitu jika seseorang berpengetahuan baik maka sikap juga akan baik.
Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang
bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau
tekanan dari kelompok sosialnya. Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden
mempunyai sikap baik terhadap upaya pencegahan TB Paru. Jika dilihat dari tingkat
bahwa pengetahuan penderita TB Paru Positif yang baik mencerminkan sikap yang
83
Sikap adalah salah satu diantara kata yang paling samar namun paling sering
digunakan dalam kamus ilmu perilaku. Sikap merupakan perasaan yang lebih mantap,
ditujukan terhadap sesuatu obyek yang melekat ke dalam struktur sikap yaitu evaluasi
dimana dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting, ternyata dalam penentuan sikap responden positif
maupun dari luar. Faktor yang mempengaruhi responden ini misalnya pekerjaan
responden, pendidikan, kepercayaan atau jarak tempat pelayanan kesehatan yang jauh
motif tertentu (Fatmawati, 2004). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, apabila hal ini
dikaitkan dengan sikap responden, ternyata responden mempunyai sikap yang baik
(positif) yaitu sebanyak 54 orang (93,1%). Dan kaitannya dengan tindakan dalam
upaya pencegahan penularan tuberculosis ternyata sikap tidak memiliki kaitan dengan
84
tindakan dalam upaya pencegahan penularan tuberkulosis, hal ini menunjukkan
bahwa sikap yang positif tidak menjamin responden memiliki tindakan yang positif
pula karena sikap responden hanya pada batas kesediaan dan tidak sampai pada
menyatakan bahwa sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan dan ini
dimengerti, namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak. Analisis akan
komponen dan akibat dari perilaku. Hal ini merupakan alasan yang cukup untuk
memberikan perhatian terhadap sikap, keyakinan dan nilai sebagai faktor predisposisi
(Ahmadi, 2003).
kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut diudara
melalui dahak berupa droplet. Penderita TB Paru Positif yang mengandung banyak
sekali kuman dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya
(penderita BTA positif) adalah sangat menular. Penderita TB Paru BTA positif
mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada
85
waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan
menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Dan dapat bertahan diudara
selama beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang
lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya,
maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada pada kategori kurang yaitu 56 orang
penderita, masyarakat dan petugas kesehatan. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan
menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat.
dan ekstern. Hasil penelitian didapatkan paling banyak responden memiliki perilaku
yang baik dan cukup dalam pencegahan penularan Tuberkulosis. Hal ini disebabkan
dianggap sangatlah penting untuk segera disembuhkan dan dicegah penularannya dari
pada penyakit infeksi lainnya yang dimana dalam satu keluarga terdapat penderita TB
86
Program pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya mencegah penyakit
Tuberkulosis paru (TBC paru) dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment,
Tuberkulosis paru (TBC paru) juga sangat diperlukan. Keluarga melakukan upaya
pencegahan dengan cara menerapkan pola hidup sehat (makan makanan bergizi,
istirahat cukup, olah raga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius dan hindari stres),
bila batuk mulut ditutup, jangan meludah di sembarang tempat (PPTI, 2004). Jika
paru (TBC paru) dengan baik, maka sulit bagi penderita untuk menentukan sikap
kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan atau
tahap yaitu pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan. Pengetahuan penderita TB
Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanum dalam Putra (2011), tentang
penyakit TB Paru di Jombang, penelitian ini menggunakan disain cross sectional dari
87
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Menurut Green (1980) prilaku dapat dipengaruhi oleh 3 faktor utama,
yaitu: (1) faktor predisposisi (Predisposing faktor), faktor ini mencakup lingkungan,
tingkat sosial ekonomi dan status pekerjaan (2) faktor pemungkin (enambling factor),
faktor ini mencakup keterjangkauan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dan faktor
jarak (3) faktor penguat (reinforcing factor), faktor ini meliputi dukungan tokoh
Tindakan merupakan tahap akhir dari perilaku, sehingga tindakan yang baik
atau yang kurang yang dilakukan oleh responden adalah pengaruh dari tingkat
pengetahuan dan sikap responden. Tindakan yang kurang merupakan faktor resiko
untuk penyakit TB Paru, seperti tidak memeriksakan dahak walaupun sudah batuk
lebih dari 3 minggu atau makan obat tidak teratur hal ini dapat memperparah
penyakit. Ketika batuk tidak menutup mulut dengan tissue/sapu tangan, Membuang
dahak disembarang tempat-tempat umum atau tidak dalam wadah khusus dengan
larutan lisol, alat makan dan tidur tidak terpisah dari keluarga lainya dan tidak
menjemur kasur penderita TB Paru Positif pada terik matahari ini menjadi sumber
penularan. Untuk menjadikan tindakan yang baik masyarakat haruslah lebih sering
dipaparkan dengan bagaimana, apa dan dampak dari penyakit TB Paru tersebut serta
ada stimulan atau rangsangan yang baik dalam upaya pencegahan penularan
memberdayakan masyarakat.
88
Sejalan dengan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa dari tingkat
pengetahuan yang baik dan tingkat sikap yang baik tidak selamanya akan
menciptakan tindakan yang baik, malah sebaliknya tindakan dari Penderita TB Paru
89
90
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
diperoleh bahwa:
positif yang berusia >30 tahun yaitu sebanyak 40 orang (69,0%). Responden
yang menderita TB Paru positif pada Jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 38
yang menderita TB Paru Positif yang tidak bekerja yaitu sebanyak 35 orang
(60,3%).
dahak sembarang tempat, alat makan dan tempat tidur terpisah dari anggota
yang efektif dan efisien dengan promosi kesehatan dan informasi yang
91
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2003. Tentang Sikap yang Tercermin dari Perilaku. Rineka Cipta,
Jakarta.
Amiruddin Jakir. 2009. Pengetahuan dipengaruhi oleh sikap
http://www.pdpersi.co.id. 2010, diakses 26 Oktober 2012
Ancok, Djamaluddin. 1999. Pencegahan dan Penularan TBC Paru pada
Keluarga.http://library.usu.ac.id/index.php.component/journals/index.h
p?option-com_journal_review&id=6173&task=view. Diakses tanggal 4
Maret 20012
Arikunto, Suharsimi 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan
Masyarakat. EGC, Jakarta
Chandra W, Maria CH Winarti, H Mewengkang. 2004. Kasus Kontak Tuberkulosis
paru di klinik paru Rumah Sakit Umum Pusat Manado, Majalah
Kedokteran Indonesia, Maret 2004
Crofton SJ, 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi 2. MacMillan Education Ltd. London
Depkes RI. 2000. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta
Depkes RI, 2007. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis edisi 2 tahun 2007.
Jakarta
Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta
Depkes RI. 2008. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Sumut
Depkes RI. 2010. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah, Pandan
Fatmawati, 2004. Ilmu Perilaku, CV Infomedika, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. P.T Rineka
Cipta, Jakarta
Putra, N R. 2011. Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan
Kejadian TB Paru di Kota Solok Tahun 2011. Skripsi Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang. Diakses pada tanggal
26 Mei 2012
PPTI. 2004. Pencegahan Penularan Penyakit TBC. http://www.ppti.co.id. Diakses
pada tanggal 2 November 2012
Riduwan, 2007. Rumus dan Data dalam Analis Statistik. Alfabeta. Cetakan ke-2.
Bandung
Riswan, 2008. Analisis Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit TB Paru
Dengan Perilaku Keluarga Dan Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagak Kabupaten Malang Tahun 2008 . Karya Tulis Ilmiah
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Malang. Diakses pada
tanggal 2 November 2012
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
I. Identitas Responden
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan terakhir :
d. Jumlah anggota Keluarga :
e. Pendidikan terakhir
1. Tidak Tamat SD/Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA
4. Tamat Akademi / Sarjana
f. Pekerjaan :
1. Tidak Bekerja / Ibu ruah tangga
2. Petani
3. Pegawai Swasta / Wiraswasta
4. Pegawai Negeri Sipil
B. PENGETAHUAN RESPONDEN
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang menurut Bapak/Ibu paling
benar tentang pengetahuan penderita TB Paru Positif dalam pencegahan
penularan Tuberkulosis dengan memberikan tanda (X). Jawaban boleh lebih dari
satu.
No Pernyataan Jawaban
5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1 Penyakit TBC merupakan penyakit yang
sangat menular
2 Penderita TB Paru Positif sebaiknya tidak
membuang dahak di sembarang tempat
3 Setiap orang batuk terus menerus lebih dari
3 minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan
dahak
4 Penderita TB Paru Positif tidak menularkan
penyakit TB paru kepada orang lain
5 Untuk menghindari risiko penularan, saat
batuk sebaiknya menutup mulut dengan
tissue, sapu tangan
6 Agar orang lain tidak tertular penyakit TB
Paru, penderita TB Paru sebaiknya berbicara
tidak terlalu dekat
7 Penderita TB Paru Positif tidak perlu
mempunyai alat makan tersendiri
8 Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot
khusus dan diberi cairan lisol
9 Penderita TB Paru Positif tidak perlu tidur
sendiri diruang khusus hingga pasien
sembuh
10 Setuju kalau penderita TBC dapat
disembuhkan
D. TINDAKAN RESPONDEN
Petunjuk : Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan tindakan
penderita TB Paru Positif. Jawablah dengan memberi tanda (X) pada pilihan yang
sesuai dengan pernyataan yang benar-benar anda alami.
Keterangan pilihan jawaban : Ya dan Tidak
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-30 Tahun 18 31,0 31,0 31,0
>30 Tahun 40 69,0 69,0 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 38 65,5 65,5 65,5
Perempuan 20 34,5 34,5 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4 13 22,4 22,4 22,4
5 21 36,2 36,2 58,6
6 10 17,2 17,2 75,9
7 13 22,4 22,4 98,3
8 1 1,7 1,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Tamat SD/Tamat
6 10,3 10,3 10,3
SD
Tamat SMP 14 24,1 24,1 34,5
Tamat SMA 30 51,7 51,7 86,2
Tamat Akademi/Sarjana 8 13,8 13,8 100,0
Total 58 100,0 100,0
Pekerjaan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 35 60,3 60,3 60,3
Petani 16 27,6 27,6 87,9
Pegawai
7 12,1 12,1 100,0
Swata/Wiraswasta
Total 58 100,0 100,0
Menurut saudara apa penyebab dari TB Paru?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuman TB
(Micobacterium 44 75,9 75,9 75,9
tuberculosis)
Kuman bas il tahan basa 4 6,9 6,9 82,8
virus 10 17,2 17,2 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid Tidak t ahu 5 8,6 8,6 8,6
Jawaban < 2 3 5,2 5,2 13,8
Jawaban 2-4 50 86,2 86,2 100,0
Total 58 100,0 100,0
Ge jala uta ma pada tuberkulosis yang sa uda ra keta hui ada lah;
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Batuk menerus dan
berdahak s elama 1 10 17,2 17,2 17,2
minggu
Batuk menerus dan
berdahak s elama 2 8 13,8 13,8 31,0
minggu
Batuk menerus dan
berdahak s elama 3 40 69,0 69,0 100,0
minggu atau lebih
Total 58 100,0 100,0
Ge jala tam ba han yang se ring dijumpai pada gej ala TBC ada lah
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid <2 31 53,4 53,4 53,4
2-4 15 25,9 25,9 79,3
>4 12 20,7 20,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
Apakah saudara tahu kalau penyakit Tuberkulosis sangat menular?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 16 27,6 27,6 27,6
Ya 42 72,4 72,4 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2 24 57,1 57,1 57,1
2-4 18 42,9 42,9 100,0
Total 42 100,0 100,0
Me nurut saudara yang di maksud dengan pe rilaku m em bua ng daha k di sem ba rang te
adalah :
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid membuang dahak
sembarangan di tempat 52 89,7 89,7 89,7
umum
Prilaku bat uk tidak
4 6,9 6,9 96,6
menutup mulut
menampung dahak
2 3,4 3,4 100,0
dalam wadah c airan lisol
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid saluran pembuangan
10 17,2 17,2 17,2
kamar mandi
Mengubur 5 8,6 8,6 25,9
toilet dan disiram
43 74,1 74,1 100,0
larutan lisol
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 15 25,9 25,9 25,9
Tahu 43 74,1 74,1 100,0
Total 58 100,0 100,0
Kalau tahu melalui apa yang saudara ketahui;
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tubuh yang tidak
30 69,8 69,8 69,8
memiliki daya kekebalan
penyakit kambuh
kembali karena daya 9 20,9 20,9 90,7
tahan tubuh menurun
Perjalanan alamiah TBC
4 9,3 9,3 100,0
yang tidak diobati
Total 43 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid <2 21 36,2 36,2 36,2
2-4 26 44,8 44,8 81,0
>4 11 19,0 19,0 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid 1 t ahap 10 17,2 17,2 17,2
2 t ahap 38 65,5 65,5 82,8
3 t ahap 10 17,2 17,2 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Tahap intensif dan
30 78,9 78,9 78,9
tahap lanjutan
tahap awal dan lanjutan 8 21,1 21,1 100,0
Total 38 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid <2 18 31,0 31,0 31,0
2-4 20 34,5 34,5 65,5
>4 20 34,5 34,5 100,0
Total 58 100,0 100,0
Penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat menular
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 6 10,3 10,3 10,3
Tidak Setuju 14 24,1 24,1 34,5
Netral 4 6,9 6,9 41,4
Setuju 27 46,6 46,6 87,9
Sangat Setuju 7 12,1 12,1 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 9 15,5 15,5 15,5
Tidak Setuju 6 10,3 10,3 25,9
Netral 2 3,4 3,4 29,3
Setuju 30 51,7 51,7 81,0
Sangat Tidak Setuju 11 19,0 19,0 100,0
Total 58 100,0 100,0
Setiap orang batuk terus menerus lebih dari 3 minggu sebaiknya melakukan
pemeriksaan dahak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,7 1,7 1,7
Setuju 10 17,2 17,2 19,0
Sangat Setuju 47 81,0 81,0 100,0
Total 58 100,0 100,0
Penderita TB Paru Positif tidak menularkan penyakit TB paru kepada orang lain
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 1 1,7 1,7 1,7
Netral 4 6,9 6,9 8,6
Tidak Setuju 19 32,8 32,8 41,4
Sangat Tidak Setuju 34 58,6 58,6 100,0
Total 58 100,0 100,0
Untuk menghindari risiko penularan, saat batuk sebaiknya menutup mulut
dengan tissue, sapu tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 3,4 3,4 3,4
Setuju 22 37,9 37,9 41,4
Sangat Setuju 34 58,6 58,6 100,0
Total 58 100,0 100,0
Agar orang lain tidak tertular penyakit TB Paru, penderita TB Paru sebaiknya
berbicara tidak terlalu dekat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,7 1,7 1,7
Tidak Setuju 1 1,7 1,7 3,4
Setuju 15 25,9 25,9 29,3
Sangat Setuju 41 70,7 70,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 3 5,2 5,2 5,2
Setuju 8 13,8 13,8 19,0
Netral 2 3,4 3,4 22,4
Tidak Setuju 19 32,8 32,8 55,2
Sangat Tidak Setuju 26 44,8 44,8 100,0
Total 58 100,0 100,0
Pe mbuangan dahak seba iknya dala m pot khusus dan dibe ri ca ira n lisol
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Sangat Tidak S etuju 2 3,4 3,4 3,4
Setuju 15 25,9 25,9 29,3
Sangat Setuju 41 70,7 70,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
Pe nde rita TB Paru Positi f tidak perlu tidur sendiri dirua ng khusus hingga pasi e
se mbuh
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Sangat Setuju 4 6,9 6,9 6,9
Setuju 2 3,4 3,4 10,3
Netral 1 1,7 1,7 12,1
Tidak S etuju 16 27,6 27,6 39,7
Sangat Tidak S etuju 35 60,3 60,3 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 5,2 5,2 5,2
Tidak Setuju 1 1,7 1,7 6,9
Netral 1 1,7 1,7 8,6
Setuju 16 27,6 27,6 36,2
Sangat Setuju 37 63,8 63,8 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 29 50,0 50,0 50,0
Ya 29 50,0 50,0 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Telapak Tangan 16 55,2 55,2 55,2
Tis su atau sapu tangan 13 44,8 44,8 100,0
Total 29 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid Tis su di buang
9 69,2 69,2 69,2
sembarang tempat
Sapu t angan di cuc i
dan direndam dengan 4 30,8 30,8 100,0
larutan det erjen
Total 13 100,0 100,0
Alasan menggunakan penutup mulut
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Terbias a batuk
22 75,9 75,9 75,9
menutup mulut
Mencegah penyebaran
7 24,1 24,1 100,0
kuman penyakit
Total 29 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 52 89,7 89,7 89,7
Ya 6 10,3 10,3 100,0
Total 58 100,0 100,0
W ada h ya ng digunakan
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Pot biasa 5 83,3 83,3 83,3
Pot bertutup dengan
1 16,7 16,7 100,0
larutan lisol
Total 6 100,0 100,0
Apaka h a lat m akan yang diguna kan terpisa h dengan a nggota ke luarga
la in
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Tidak 57 98,3 98,3 98,3
Benar (Ya) 1 1,7 1,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 56 96,6 96,6 96,6
Ya 2 3,4 3,4 100,0
Total 58 100,0 100,0
Apakah kasur dijemur diterik matahari setiap hari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 58 100,0 100,0 100,0
Tingkat pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 36 62,1 62,1 62,1
Cukup 22 37,9 37,9 100,0
Total 58 100,0 100,0
Tingkat sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 54 93,1 93,1 93,1
Cukup 4 6,9 6,9 100,0
Total 58 100,0 100,0
Tingkat tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 2 3,4 3,4 3,4
Kurang 56 96,6 96,6 100,0
Total 58 100,0 100,0
Crosstabs
Cases
Valid Mis sing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat pengetahuan
58 100,0% 0 ,0% 58 100,0%
* Tingkat tindakan
Tingkat sikap *
58 100,0% 0 ,0% 58 100,0%
Tingkat tindakan
Tingkat tindakan
Cukup Kurang Total
Tingkat pengetahuan Baik Count 2 34 36
% within Tingkat
5,6% 94,4% 100,0%
pengetahuan
Cukup Count 0 22 22
% within Tingkat
,0% 100,0% 100,0%
pengetahuan
Total Count 2 56 58
% within Tingkat
3,4% 96,6% 100,0%
pengetahuan
Tingkat tindakan
Cukup Kurang Total
Tingkat Baik Count 2 52 54
sikap % within Tingkat sikap 3,7% 96,3% 100,0%
Cukup Count 0 4 4
% within Tingkat sikap ,0% 100,0% 100,0%
Total Count 2 56 58
% within Tingkat sikap 3,4% 96,6% 100,0%