Anda di halaman 1dari 22

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DAN PENGEMBANGANNNYA MENUURUT PAVLOV

DAN BANDURA

Mini Research Ini Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

PENGEMBANGAN TEORI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Hamruni M, si.

STATE ISLAMIC UNIVERSITY


SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Nurjannah Rahmayani Htb

Nim: 17204010086

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan kebutuhan primer dan berperan penting dalam kehidupan
manusia. Hal ini disebabkan sehingga dengan belajar individu mampu
mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut secara maksimal. Oleh karena itu, belajar
ini dilakukan oleh manusia secara terus-menerus, sepanjang hayat (life long
education), di sekolah maupun di luar sekolah, dibimbing atau tidak. Premis ini
diperkuat oleh kenyataan bahwa walaupun manusia mempunyai kelemahan, tetapi di
sisi lain ia adalah makhluk yang dinamis bukan makhluk yang statis manusia terlahir
tidak mengetahui apa-apa, ia hanya dibekali potensi jasmaniah dan rohaniah.
Bagi sebagian orang, belajar dianggap sebagai kegiatan untuk mengumpulkan
atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Bagi yang
berasumsi demikian, mereka akan bangga ketika melihat anak-anaknya mampu
mengungkapkan kembali secara lisan atau verbal, sebagian besar informasi yang
sudah disampaikan oleh guru ataupun yang tersedia dalam buku teks.
Bagi sebagian lainnya, belajar dipandang sebagai pelatihan belaka, seperti
pada pelatihan membaca dan menulis. Sehingga jika melihat anak-anak mereka
tumbuh dengan memiliki keterampilan tertentu mereka akan puas. Walaupun
keterampilan tersebut ada kalanya tidak diiringi dengan arti, hakikat, dan tujuan
keterampilan tersebut.1
Sebagai pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor),
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari sekian banyak teori yang
berkembang, maka kemudian muncul berbagai teori belajar, diantaranya adalah teori
belajar tingkah laku atau behavioristik.
Teori belajar behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus
pada prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran atau konstruksi
mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah guru bersikap otoriter dan
sebagai agen induktrinasi dan propaganda dan sebagai pengendali masukan prilaku.
Hal ini karena teori belajar behavioristik menganggap manusia itu bersifat pasif dan
segala sesuatunya tergantung pada stimulus yang didapatkan.
1
Muhibbin Syah , Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hlm.88.
2
Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu adanya
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Hasil
belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap
lingkungan belajar, baik yang internal maupun eksternal. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat, dan kecenderungan untuk merubah perilaku. Teori belajar
behavioristik dalam pembelajaran merupakan upaya membentuk tingkah laku yang
diinginkan. Pembelajaran behavioristik sering disebut juga dengan pembelajaran
stimulus respons. Tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan
dan segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Pembelajaran behavioristik
meningkatkan mutu pembelajaran jika dikenalkan kembali penerapannya dalam
pembelajaran.2 Berdasarkan permasalahan tersebut maka dalam hal ini penulis tertarik
untuk mengulas tentang teori belajar behavioristik dan pengembangannya menurut
Pavlov dan Bandura.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran behavioristik?
2. Bagaimana konsep utama (pokok) teori ini dalam pembelajaran?
3. Bagaimana pengembangannya menurut Pavlov dan Bandura ?
4. Bagaimana relevansinya dengan pendidikan Islam?

C. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan dari hasil penelusuran dari beberapa kajian dan penelitian
sebelumnya, penulis mendapatkaan beberapa tema yang serupa dengan tema yang
akan diteliti dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:
Pertama, penelitian Fera Andriyani, Teori Belajar Behavioristik Dan Pandangan
Islam Tentang Behavioristik, Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam, Vol. 10 No. 2:
2015. Kedua, Ningsih Fadhilah, Model Bimbingan Belajar Behavioristik dan
Pandangannya Dalam Perspektif Islam, Jurnal Hikmatuna, Vol. 2 No. 2: 2016.

Ketiga, Irwan, Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam


Pembelajaran Improvisasi Jazz, Jurnal PPKN & Hukum, Vol. 10 No. 2: 2015.
Keempat, Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1 Desember 2016. Kelima, ,
Achmad Pandu Setiawan, Aplikasi Teori Behavioristik Dan Konstruktifistik Dalam
Kegiatan Pembelajaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, Vol. 6 No. 2 Nop 2016.
2
Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial, Volume 1 Desember 2016, Hlm, 64-65.
3
Dari kelima penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, objek yang dikaji dalam
penelitian tersebut adalah tentang konsep teori belajar behavioristik dan tidak fokus
ke pengembangannya menurut pavlov dan bandura. Oleh karena itu penulis akan
mencoba mengkaji teori belajar behavioristik dan pengembangannya menurut pavlov
dan Bandura.

D. Metodologi Penelitian (Pengumpulan Data dan Analisis Data


Penelitian ini mencoba mejabarkan kajian teori dan pengembangan tentang
pembelajaran behavioristik dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan
(library research),yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka. Adapun pendekatan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan model pendekataan content analysis (kajian isi), penelitian ini
bersifat pembahasan yang mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau
tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian
kualitatif content analysis (kajian isi) secara umum diartikan sebagai metode
yang meliputi semua analisis mengenai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi
juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis khusus.
2. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.3
Jenis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
dokumentatif dalam penelitian kepustakaan ini berupa fakta yang dinyatakan
dengan kalimat. Karena itu, pembahasan dan analisisnya mengutamakan
penafsiran-penafsiran obyektif, yaitu berupa telaah mendalam atas suatu
masalah. Data penelitian diuraikan dengan analisis isi (content analysis) ,
analisis deskriptif (descriptive analysis) inter-text analysis (analisis atau jenis
analisis lain yang relevan dengan fokus penelitiannya.

3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007),hlm. 334.

4
BAB II

PEMBEHASAN

A. Pengertian Teori Pembelajaran Behavioristik


Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia.4 Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai
respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain,
perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan
diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang
mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik.5
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang

4
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm,
44.
5
Laura King, Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),
hlm, 15.
5
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi
dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini,
seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut
dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah
laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku
yang dipelajari.6
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.7
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon
perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku
memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-
prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah
perilakunya ke arah yang lebih baik.8
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar behavioristik
adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.

B. Konsep Utama (pokok) Teori Pembelajaran Behavioristik

6
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar, (Sidoarjo, Nizamia Learning Center,
2016), hlm:26- 27.
7
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran, (Bali: Undiksha Press, 2013), hlm, 42.
8
A Laura King, Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),
hlm, 66.
6
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan dan praktik pendidikan serta
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus-responsnya mendudukkan siswa yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.9
Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia
sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di
lingkungannya. Pada dasarnya manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat
dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam
lingkungannya.10
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran
ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori
mental state. Hal ini karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi
kesadaran saja. Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbulah aliran
baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri
karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons-respons psikologis. Aliran terdahulu
memandang bahwa badan adalah skunder, padahal sebenarnya justru menjadi titik
tolak. Natural science melihat semua realita sebagai gerakan-gerakan dan pandangan
natural science mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Dalam behaviorisme,
masalah metter (zat) menempati kedudukan yang paling utama dengan tingkah laku
tentang sesuatu jiwa dapat diterangkan. Behaviorisme dapat menjelaskan kelakuan
manusia secara seksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif .11
(Hamalik, 2008:43)
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan

9
Rusli Dan Kholik, Theory Of Learning According To Educational Psychology, Jurnal Sosial
Humaniora Vol. 4 No. 2: 2013, hlm. 62.
10
Mukminan, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: P3G IKIP, 1997), hlm, 7.
11
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm, 43.
7
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya.12
Peristiwa belajar semata-mata dilakukan dengan melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Para ahli
behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus (S)
dengan respons (R). Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya
input berupa stimulus dan output yang berupa respon.13
Menurut teori behavioristik tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran
atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioristik dengan stimulusnya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respons. Proses terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Oleh karena itu apa
yang diberikan oleh guru dan apa yang diterima harus dapat diamati dan diukur.
Hal ini menurut Sujanto, teori belajar behaviorisme adalah objek ilmu jiwa yang
harus terlihat, dapat di indera, dan dapat diobservasi. Metode yang dipakai yaitu
mengamati serta menyimpulkan.14
Menurut Abu Ahmadi teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu:15
a. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan serta gerak-gerak
pada badan yang dipelajari.
b. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-
unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu
mesin.
c. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya
12
Achmad Pandu Setiawan, Aplikasi Teori Behavioristik Dan Konstruktifistik Dalam Kegiatan
Pembelajaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto, Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama
Islam, Vol. 6 No. 2 Nop 2016, Hlm, 37.
13
Fera Andriyani, Teori Belajar Behavioristik Dan Pandangan Islam Tentang Behavioristik, Jurnal
Pendidikan Dan Pranata Islam, Vol. 10 No. 2: 2015, Hlm. 165-166.
14
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara.2009), Hlm 118.
15
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003), Hlm. 46.
8
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi reflek keinginan hati.
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)
dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus
dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif
apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement
(penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal
dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam
konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Menurut
Mukinan beberapa prinsip tersebut adalah:16

a. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
b. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya
stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi
diantaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
c. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respon
merupakan faktor penting dalam belajar. Respon akan semakin kuat apabila
reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.
Adapun tokoh-tokoh penganut teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, Edward L.
Thorndike, B.F. Skinner, J.B. Watson, E.R.Guthrie, Edward Chace Tolman, Clark
leonard Hull, Kohler, Albert Bandura, dan R.M. Gagne.17 Berikut adalah sekilas
riwayat hidup dan teori yang mereka kembangkan, yaitu:
a. Ivan Petrovich Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rusia Tengah pada tahun 1849 dan ia
wafat pada tahun 1936. Ia mulanya belajar di Siminari Teologi, tetapi pikirannya
banyak dipengaruhi oleh Charles Darwin. Ia meninggalkan seminari dan masuk
ke Universitas St. Petersburg untuk belajar Kimia dan Fisiologi, yang kemudian
menerima gelar doktor pada tahun 1879. Ia melanjutkan studinya dan memulai
risetnya sendiri dalam topik sistem pencernaan dan peredaran darah. Karyanya
pun terkenal, dan ia diangkat sebagai profesor fisiologi di Akademi Kedokteran

16
Mukminan, Teori Belajar..................Hlm. 23.
17
Khoe Yao Tung, Pembelajaran Dan Perkembangan Belajar, (Jakarta: Indeks, 2015), Hlm. 151-169.
9
kekaisaran Rusia. Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang behavioristik terkenal
dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus respons dan hal ini yang dikenang
darinya hingga kini.
b. Edward L. Thorndike
Edward L. Thorndike lahir pada tahun 1874 dan wafat pada tahun 1949.
Edward L. Thorndike adalah psikologi Amerika yang menghabiskan hampir
seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Karyanya pada
perilaku binatang dan proses pembelajaran menghasilkan teori koneksionisme dan
membantu meletakkan dasar ilmiah untuk psikologi pendidikan modern. Dia juga
bekerja pada pemecahan masalah industri, seperti ujian karyawan dan pengujian.
Dia adalah anggota dewan Corporation Psychoologist, dan menjabat sebagai
presiden American Psychoological pada tahun 1912.
c. B.F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner adalah psikologi Amerika serikat terkenal dari aliran
behaviorisme. B.F. Skinner lahir pada tahun 1904 dan ia wafat pada tahun 1990.
Adapun inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat
rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan “cara kerja yang
menentukan”.
d. J.B. Watson
John Broadus watson dilahirkan di Greenville, Carolina Selatan pada tahun
1878 dan ia wafat pada tahun 1958. Semasa remaja kehidupannya bermasalah,
ayahnya berselingkuh, meninggalkan rumah sedangkan ibunya sangat religius dan
berjuang sendiri. Pada tahun 1903, ia menerima gelar doktor dibidang psikologi
dari University of chicago. Menurut John Watson semua hewan termasuk
manusia, adalah mesin kompleks yang menanggapi situasi sesuai dengan cara otak
yang terhubung “kabel” bersama dengan pengalaman yang terkondisikan dalam
pikiran mereka. Dengan konsep itu, Watson percaya bahwa pemahaman tentang
perilaku dapat digunakan untuk mencari sebab orang yang menderita gangguan
mental.
e. E.R.Guthrie
Edwin Ray Guthrie lahir pada tahun 186 dan ia wafat pada tahun 1959, E.R
Guthrie mengembangkan teori belajar S-R di Universitas Washington. Menurut
Guthrie, prinsip “Kontigitas” adalah kombinasi stimuli yang dihasilkan dari
respon yang dieruskan sehingga stimulus-stimulus berdekatan waktunya dengan
respon tadi. Guthrie menolak terdapatnya hukum terjadinyaa pengulangan yang
dianut Watson.
f. Edward Chace Tolman
10
Edward Chace Tolman adalah psikologi Amerika. Ia paling terkenal atas studi
tentang prilaku psikologi. Lahir di West Newton, Massachusetss. Edward C.
Tolman belajar psikologi di massachusetts Institute Of Technology dan menerima
Ph.D. dari Universitas Harvard pada tahun 1915. Sebagian besar karirnya
dihabiskan di University of California, Berkeley yang disitu dia mengajar
psikologi. Penelitian Tolman yang terkenal adalah tentang perilaku sekelompok
tikus dalam mazes. Dan Kontribusi teori utamanya terdapat dalam buku 1932,
Perposive Behavior in Animal and Man, dan dalam serangkain karya dalam
Psychological Review. “Cognitive map” dan prinsip kinerja.

g. Clark leonard Hull


Clark leonard Hull adalah psikologi Amerika yang berpengaruh. Hull berusaha
menjelaskan belajar dan memotivasi menurut hukum ilmiah tentang perilaku. Ia
dikenal karena perdebatannya dengan Edward Chace Tolman. Ia juga dikenal
karena karyanya dalam teori drive. Ia menghabiskan sebagian hidupnya berkarir
di yale University. Ia melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa teori-
teorinya bisa memprediksi perilaku. Karyanya yang paling signifikan adalah
mathematico-deductive Theory Of Rote Learning dan Principles of Behavior.
h. Wolgang Kohler
Wolgang Kohler lahir pada tahun 1887 dan ia wafat pada tahun 1967.
Wolgang Kohler adalah ahli psikologi Jerman yang selama perang dunia I berada
pada pusat penelitian di Pulau Tenerife. Kohler berada beberapa tahun disana
untuk lebih dalam memelajari sekelompok simpanse. Kohler menyempurnakan
penelitian yang dilakukan Thorndike dengan kucingnya. Kucing berada dalam
kotaknya dan yang tidak diberi sandi yang memungkinkan mereka dapat
memecahkan masalah yang telah ditentukan.
i. Albert Bandura
Albert Bandura lahir tahun 1925. Pada tahun 1949, Bandura lulus sarjana dari
University of Britsh Colombia dalam bidang psikologi. Pada tahun 1952 Bandura
memperoleh gelar Ph.D. Pada Clinical Psychology dari the University of Lowa.
Bandura memulai karirnya pada tahun 1953 dengan mengajar di Stanford
University. Pada tahun 1974, Bandura menjabat presiden American Psychological
Association (APA). Bandura sebagai seorang behavioristik, percaya bahwa
perkembangan kognitif saja tidak cukup menjelaskan perilaku pada anak. Ia yakin,
proses meniru juga berpengaruh terhadap perkembangan mereka.
j. R.M. Gagne

11
Robert Mills Gagné, adalah seorang psikolog Amerika dan pedagog.
Ia lahir pada tanggal 21 Agustus 1916, belajar di Yale, dan menerima gelar doktor
di Brown University pada tahun 1940. Dia meninggal pada tanggal 28 April 2002.
Gegne memiliki pendapatnya sendiri mengenai istilah belajar, yaitu sebagai proses
suatu organisasi atau siswa berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman
yang pernah dialamainya.
Teori behavioristik ini dikenal sebagai teori pembelajaran yang paling tua.
Sebagai teori yang pertama dikeluarkan dalam mempelajari pola belajar individu,
teori ini pun tak lepas dari segala kelebihan dan kekurangannya. Beberapa hal terkait
dengan nilai plus dan minus teori belajar ini akan disampaikan secara ringkas berikut
ini.
1) Kelebihan teori behavioristik
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
b. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.18
2) Kekurangan teori behavioristik
a. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar
adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat
kecuali melalui gejalanya.
b. Proses belajar dipandang bersifat otomatis mekanis sehingga terkesan seperti
mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang
bersifat kognitif, sehingga dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak
kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.

18
Irwan, Teori, Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Improvisasi Jazz,
Jurnal PPKN & Hukum, Vol. 10 No. 2: 2015, Hlm. 109.
12
c. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima,
mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.19

C. Pengembangan Teori Pembelajaran Behavioristik Menurut Pavlov dan Bandura


1. Pengembangan Teori Pembelajaran Behavioristik Menurut Pavlov
Pavlov lahir di Ryazan, Rusia 26 September1849 dan wafat pada 27 Februari
1936. Dia adalah seorang dokter yang pernah meraih nobel dalam bidang fisiologi
pada tahun 1909. Pada tahun 1927, Pavlov mengadakan percobaan pada anjing.
Anjing akan mengeluarkan air liur jika melihat atau mencium bau makanan.
Terlebih dahulu Pavlov membunyikan bel sebelum anjing diberi makanan. Pada
percobaan berikutnya begitu mendengar bel, otomatis air liur anjing akan keluar
walau belum melihat makanan. Artinya, perilaku individu dapat dikondisikan.
Belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respon
terhadap sesuatu.20
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov, ilmuan
Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan tentang anjing dan air
liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov, karena perangsang yang asli dan netral
atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan dengan unsur penguat
yang menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral disebut perangsang bersyarat atau
terkondisionir, yang disingkat dengan CS (conditioned stimulus). Penguatnya adalah
perangsang tidak bersyarat atau US (unconditioned stimulus). Reaksi alami atau
reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR (conditioned response).
Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah tersebut sebagai suatu penguat. Maksudnya
setiap agen seperti makanan, yang mengurangi sebagaian dari suatu kebutuhan.
Dengan demikian dari mulut anjing akan keluar air liur (UR) sebagai reaksi terhadap
makanan (US). Apabila suatu rangsangan netral, seperti sebuah bel atau genta (CS)
dibunyikan bersamaan dengan waktu penyajian maka peristiwa ini akan
memunculkan air liur (CR).21
Melalui paradigma kondisioning klasiknya, Pavlov memperlihatkan anjing dapat
dilatih mengeluarkan air liur bukan terhadap rangsang semula (makanan), melainkan
terhadap rangsang bunyi. Hal ini terjadi pada waktu memperlihatkan makanan kepada
anjing sebagai rangsang yang menimbulkan air liur, dilanjutkan dengan
19
Ibid, Hlm, 110.
20
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
27.
21
Desmita, Psikologi Perkembangan..........., hlm, 55.
13
membunyikan lonceng atau bel berkali-kali, akhirnya anjing akan mengeluarkan air
liur apabila mendengar bunyi lonceng atau bel, walaupun makanan tidak
diperlihatkan atau diberikan. Disini terlihat bahwa rangsang makanan telah berpindah
ke rangsang bunyi untuk memperlihatkan jawaban yang sama, yakni pengeluaran air
liur. Paradigma kondioning klasik ini menjadi paradigma bermacam-macam
pembentukan tingkah laku yang merupakan rangkaian dari satu kepada yang lain.
Kondisoning klasik ini berhubungan pula dengan susunan syaraf tak sadar serta otot-
ototnya. Dengan demikian emosional merupakan sesuatu yang terbentuk melalui
kondisioning klasik.22
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing, di mana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari contoh
tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan strategi
Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara dengan mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.23
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya
dalam mengembangkan suatu respon. Prosedur ini disebut klasik karena prioritas
historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori
ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu
dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori
conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk mengadakan
respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut
pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai
hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya pengulangan
tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat.24

2. Pengembangan Teori Pembelajaran Behavioristik Menurut Bandura

22
Ibid, hlm, 56)
23
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenamadia Group, 2013), hlm: 100-
102.
24
Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial , Volume 1 Desember 2016, hlm, 69-70.
14
Albert Bandura lahir tahun 1925. Pada tahun 1949, Bandura lulus sarjana dari
University of Britsh Colombia dalam bidang psikologi. Pada tahun 1952 Bandura
memperoleh gelar Ph.D. Pada Clinical Psychology dari the University of Lowa.
Bandura memulai karirnya pada tahun 1953 dengan mengajar di Stanford
University. Pada tahun 1974, Bandura menjabat presiden American Psychological
Association (APA). Bandura sebagai seorang behavioristik, percaya bahwa
perkembangan kognitif saja tidak cukup menjelaskan perilaku pada anak. Ia yakin,
proses meniru juga berpengaruh terhadap perkembangan mereka.25
Albert Bandura dikatakan sebagai neo-behaviorism muncul dengan teorinya
Social Learning Theory (Teori belajar sosial). Teori ini merupakan kombinasi
antara teori classical dan operant conditioning. Hal yang paling asas dalam teori
ini adalah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku
orang lain kemudian mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan
ditiru yang selanjutnya akan dilakukan sesuai dengan pilihannya. Artinya tingkah
laku manusia itu bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif manusia itu sendiri.26
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan
moral siswa adalah dengan mengadakan conditioning (pembiasaan merespon) dan
imitation (peniruan). Dalam conditioning ini diperlukan adanya reward (ganjaran)
dan punishment (hukuman). Sedangkan dalam imitasi, seorang guru dan orang tua
memainkan peranan penting sebagai model yang akan dicontoh perilaku
sosialnya.27
Secara filosofis, behavioristik meletakkan manusia dalam kutub yang
berlawanan, dimana seharusnya manusia bersifat dinamis, akan tetapi dituntut
untuk bersifat mekanistik. Namun demikian, pandangan behavioris modern
menjelaskan bahwa faktor lingkungan memiliki kekuatan alamiah bagi manusia
dalam stimulus-respon, sesuai dengan konsep social learning theory dari Albert
Bandura. Artinya manusia merupakan hasil dari pengkondisian sosio kultural
bukan semata-mata terbentuk dari hubungan antara stimulus dan respon. Konsep
ini menghilangkan pandangan manusia secara mekanistik dan deterministik,

25
Khoe Yao Tung, Pembelajaran Dan Perkembangan Belajar, (Jakarta: Indeks, 2015), Hlm. 151
26
Izzatur Rusuli, Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam, Jurnal Pencerahan,
Volume 8, Nomor 1: 2014, hlm, 45.
27
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004), Hlm, 107.
15
sehingga memberikan peluang kebebasan dan menambah keterampilan untuk
memiliki lebih banyak opsi dalam melakukan respon.28

D. Relevansi Teori Pembelajaran Behavioristik Dengan Pendidikan Islam


Dalam perspektif Islam, Pendidikan Islam memberikan jalan pemecahan
masalah melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental spiritual, penguatan
tingkah laku kepada akhlakul karimah, pengubahan lingkungan dan upaya perbaikan.
Tujuan bimbingan dalam Islam adalah manusia mempunyai hubungan baik dengan
Allah sebagai hubungan vertikal (hablun minallah) dan hubungan baik dengan sesama
manusia dan lingkungan sebagai hubungan horizontal (hablun minannas). Dalam hal
ini, dapat dikatakan bahwa agama sangat diperlukan oleh individu, terutama sebagai
cara untuk mendorong mereka menangguhkan pemuasan kebutuhan masa kini.29
Jika dikorelasikan dengan teori belajar Behavioristik, Dalam Islam, dijelaskan
mengenai pentingnya unsur lingkungan dalam pembelajaran sudah tersirat dalam
hadits Nabi Muhammad Saw:
‫س السسيورء كككحارمرل ايلرميسرك كونَا كفررخ ايلككبرييرر فككحارملل ايلميسرك إرصما‬ ‫ح كوايلكجلريي ر‬
‫صالر ر‬ ‫إرنَصكما كمثكلل ايلكجرلي ر‬
‫س ال ص‬

‫طييبكةة كونَا كفرلخ ايلككبرييرر إرصما أكين يليحرر ك‬


‫ق‬ ‫ك كوإرصما أكين تكيبكتاكع رمينهل كوإرصما أكين تكرجكد رمينهل ررييةحا ك‬
‫أكين يليحرذيك ك‬
‫ك كوإرصما أكين تكرجكد ررييةحا كخبرييكشةة‬ ‫ثركيابك ك‬
Perumpamaan teman yang baik dan teman buruk seperti pedagang minyyak
kasturi dan peniup api tukang besi. Si pedagang minyak kasturi mungkin akan
memberinya kepadamu atau engkkau membelinya kepadanya atau setidaknya engkau
dapat memperoleh bau yang harum , tapi si peniup api tukang besi mungkin akan
membuat badanmu atau pakaian terbakar atau mungkin engkau akan mendapat bau
yang tidak sedap darinya. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-‘Asy’ari).30

Menurut islam lingkungan sangat berpengaruh pada seseorang. Individu bisa


dikondisikan, bisa dibentuk lingkungan sekitarnya. Maka lingkungan yang baik akan
membentuk keperibadian yang baik, demikian juga sebaliknya lingkungan yang tidak
baik akan membentuk keperibadian yang tidak baik pula.
Tabiat manusia adalah makhluk yang mudah terpengaruh dengan kebiasaan,
akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Seseorang akan berperilaku seperti kebiasaan
temannya, dan juga menurut jalan, serta perilaku temannya. Maka hendaknya setiap
kita merenungkan dan memikirkan dengan siapa kita bersahabat. Siapa yang kita

28
Izzatur Rusuli, Jurnal.........Hlm, 45-46.
29
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, (Bandung: Mizan, 2005), hal. 168.
30
Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, Fathu Bari Syarhu Shahih Al-Bukhari, Dar-al kutub al-Ilmiyah, (Beirut,
jilid 4, 1997), hlm, 406.
16
senangi agama dan akhlaknya, maka kita jadikan ia sebagai teman dan yang
sebaliknya kita jauhi. Karena yang namanya tabiat akan saling meniru, dan
persahabatan itu akan berpengaruh, baik atapun buruk. 31
Dalam Al quran juga terdapat ayat yang menunjukkan pentingnya lingkungan
dan pengkondisian.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah


kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang Baik) itu adalah bagi orang yang
bertaqwa. (Q.S. Thaha: 132).32

Dalam ayat tersebut, perintah untuk sabar dalam menyuruh keluarga untuk
sholat merupakan isyarat dari teori belajar behavioristik yang mengutamakan
pengkondisian atau latihan-latihan. Sebab menyuruh untuk sholat tidak dapat
dilakukan hanya sekali dua kali, atau sehari dua hari, tetapi membutuhkan proses dan
latihan panjang. Disinilah pentingnya pengkondisian seperti yang dijargonkan teori
belajar behavioristik.
Dalam ayat tersebut, perintah untuk sabar dalam menyuruh keluarga untuk
sholat merupakan isyarat dari teori belajar behavioristik yang mengutamakan
pengkondisian atau latihan-latihan. Sebab menyuruh untuk sholat tidak dapat
dilakukan hanya sekali dua kali, atau sehari dua hari, tetapi membutuhkan proses dan
latihan panjang. Disinilah pentingnya pengkondisian seperti yang dijargonkan teori
belajar behavioristik. Namun, dalam ajaran Islam pula terdapat hal lain yang seolah
berseberangan dengan teori belajar ini. Ada faktor lain yang tidak kalah penting dari
lingkungan, pengkondisian, dan berbagai pembiasaan atau latihan. Yaitu faktor
bawaan, keturunan atau hereditas. 33Sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Quran Surat
Al-A’raf: 58

31
Ningsih Fadhilah, Model Bimbingan Belajar Behavioristik dan Pandangannya Dalam Perspektif
Islam, Jurnal Hikmatuna, Vol. 2 No. 2: 2016, hlm 254.
32
Mushaf Fatimah, Al-Quran dan Terjemahannya, ( Jakarta: PT I, nsan Media Pustaka, 2013), hlm.
321.
33
Ningsih Fadhilah, Model..............., hlm, 255-256.
17
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizing
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur. (Q.S. Al-A’raf: 58).34

Dalam dunia psikologi, ada yang dikenal dengan istilah teori konvergensi.
Aliran konvergensi, yang dipelopori oleh William Stern (1871-1929) menggabungkan
dua aliran di atas. Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan factor
lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku. Hereditas tidak akan
berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan.
Sebaliknya rangsangan lingkungan tidak akan membina perkembangan yang ideal
tanpa didasari oleh faktor hereditas. Karenanya penentuan kepribadian seseorang
ditentukan dengan kerja integral antara faktor internal (potensi bawaan) dan faktor
eksternal (lingkungan pendidikan).
Dalam konsep pendidikan Islam, ada yang lebih jauh lebih penting diatas
semuanya, yaitu faktor kehendak atau iradah Allah, dan persetujuan atau taufiq dari
Allah. Biarpun seseorang sudah berada di lingkungan yang terbaik, berasal dari
keturunan terbaik, tetap saja semuanya bergantung pada kehendak dan persetujuan
Allah. Disinilah doa sangat berperan penting. Dalam Al-Quran banyak termaktub doa-
doa para Nabi maupun orangorang shalih. Karena mereka meyakini bahwa yang bisa
dilakukan manusia untuk mendapatkan keturunan baik tidak hanya membutuhkan
ikhtiar, tapi juga doa.35 Seperti halnya doa Nabi Ibrahim AS, yaitu:

“Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan anak keturunanku orang yang


menegakkan shalat. Wahai Rabb kami, terimalah doa kami!” (QS. Ibrahim: 40)36

34
Mushaf Fatimah, Al-Quran dan Terjemahannya, ( Jakarta: PT Insan Media Pustaka, 2013), hlm, 158.
35
Fera Andriyani, Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam tentang Behavioristik, Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam. 2015. hal. 177
36
Mushaf Fatimah, Al-Quran dan Terjemahannya, ( Jakarta: PT I, nsan Media Pustaka, 2013), hlm,
260.
18
Ini menunjukkan pentingnya doa di dalam pendidikan Islam. Dengan Doa,
mengiringi ikhtiar yang sudah dilakukan dalam mendidik anak keturunan pada
khususnya dan peserta didik dalam dunia pendidikan pada umumnya.

BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah
laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Konsep dasar teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus-
respons mendudukkan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan. Menurut
aliran-aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara stimulus dan respons.
Relevansi Teori Pembelajaran Behavioristik Dengan Pendidikan Islam
merupakan kumpulan penjelasan dan penemuan tentang prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan peristiwa belajar yang dibangun berdasarkan pandangan dunia Islam
yang bersumber dari al-Qur’an dan Al Sunah yang dikembangkan oleh cendikiawan
muslim. Oleh karena itu, teori belajar ini tidak hanya bersifat rasional-empiris,
melainkan juga bersifat normatif-kualitatif. Dalam hal ini, teori belajar akhlak
merupakan pembentukan tingkah laku dengan mengedepankan aspek spiritual dan
berorientasi pada pembentukan individu secara holistik.
Menurut Pavlov dengan teori kondisioning klasik merujuk pada sejumlah
prosedur pelatihan karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan
stimulus lainnya dalam mengembangkan. Sedangkan Bandura dengan teori belajar
sosialnya, lebih menekankan belajar sebagai proses pengambilan keputusan dalam
bertingkah laku dengan cara peniruan dan pembiasaan melalui informasi yang
didapatkan dari lingkungan sekitarnya.

B. Saran
Dunia pendidikan islam harus mau membuka diri dan memberi kesempatan
terhadap konsep pemikran behavioristik untuk mengambil peran dalam rangka
mendidik manusia, Karena sebagaimana yang telah dikaji dalam penelitian ini Teori
behavioristik ini relevan digunakan dalam pembelajaran sekarang ini. Penerapan teori
belajar behavioristik mudah sekali ditemukan di sekolah. Hal ini dikarenakan mudahnya
penerapan teori ini untuk meningkatkan kualitas peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003.

20
Al-‘Asqolani, Ibnu Hajar Fathu Bari Syarhu Shahih Al-Bukhari, Daral kutub Al-
Ilmiyah, Beirut, jilid 4, 1997.

Andriyani, Fera Teori Belajar Behavioristik Dan Pandangan Islam Tentang


Behavioristik, Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam, Vol. 10 No. 2: 2015.

Andriyani, Fera, Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam tentang


Behavioristik, Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam. 2015.

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2009.

Fadhilah, Ningsih, Model Bimbingan Belajar Behavioristik dan Pandangannya Dalam


Perspektif Islam, Jurnal Hikmatuna, Vol. 2 No. 2: 2016.

Fahyuni, Eni Fariyatul Istikomah, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sidoarjo, Nizamia
Learning Center, 2016.

Fatimah, Mushaf, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: PT Insan Media Pustaka,


2013

Hariyanto, Suyono, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2011.

Irwan, Teori, Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran


Improvisasi Jazz, Jurnal PPKN & Hukum, Vol. 10 No. 2: 2015.

Jahja, Yudrik Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana Prenamadia Group, 2013.

Kholik, Rusli Dan Theory Of Learning According To Educational Psychology, Jurnal


Sosial Humaniora Vol. 4 No. 2: 2013.

King, A Laura Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif, Jakarta: Salemba


Humanika, 2010.

Mukminan, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta: P3G IKIP, 1997.

Nahar, Novi Irwan, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1 Desember 2016.

Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial , Volume 1 Desember 2016.

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

21
Putrayasa, Ida Bagus, Landasan Pembelajaran, Bali: Undiksha Press, 2013.

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Agama, Bandung: Mizan, 2005.

Rusuli, Izzatur Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam, Jurnal
Pencerahan, Volume 8, Nomor 1: 2014.

Setiawan, Achmad Pandu, Aplikasi Teori Behavioristik Dan Konstruktifistik Dalam


Kegiatan Pembelajaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya
Mojokerto, Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, Vol. 6 No. 2 Nop 2016.

Sujanto, Agus Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara.2009.

Syah, Muhibbin Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta,


2007.

Tung, Khoe Yao, Pembelajaran Dan Perkembangan Belajar, Jakarta: Indeks, 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai