Anda di halaman 1dari 23

“Pertanggungjawaban Organ Yayasan dalam Pengelolaannya ”

MAKALAH
BADAN USAHA BADAN HUKUM (YAYASAN)

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur kelompok mata kuliah Hukum


Perbankan dan Perseroan
Dosen Pembimbing : Happi Yulia Anggraeni, S.T., S.H., M.Kn

DISUSUN OLEH :
ALIANI FAUZIYAH 41033300161092
A WAHID HASYIM 41033300161093
M ASSYIFA PATRIA 41033300161094

Fakultas Hukum
Universitas Islam Nusantara
Bandung
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

BAB I (PENDAHULUAN) ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

BAB II (LANDASAN TEORI) ........................................................................... 3

2.1. Badan Usaha Badan Hukum (Yayasan) ......................................................... 3

2.1.1. Pengertian Yayasan .............................................................................. 3

2.1.2. Yayasan sebagai Badan Hukum ........................................................... 5

2.1.3. Organ Yayasan ..................................................................................... 6

2.1.4. Pendirian Yayasan ............................................................................... 9

2.2. Regulasi Yayasan di Indonesia ...................................................................... 10

BAB III (PEMBAHASAN) ................................................................................. 12

3.1. Pertanggungjawaban Yayaysan dalam Pengelolaan Yayasan ...................... 15

3.2. Pertanggungjawaban Yayasan sebagai Subjek Hukum Badan Hukum (Recht


Persoon)................................................................................................................. 15

3.3. Penerapan Undang-undang Yayasan dalam Berjalannya Organ Yayasan ..... 18

BAB IV (KESIMPULAN) .................................................................................. 20

4.1. Kesimpulan .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Yayasan adalah suatu organisasi yang didirikan untuk melakukan kegiatan


dibidang kemanusiaan, atau kegiatan dalam lingkup sosial sehingga kita dapat
mengenalnya sebagai lembaga sosial yang dikenal memiliki aktifitas sosial-nirlaba,
oleh karena itu yayasan didirikan tidak untuk tujuan yang komersial atau mencari
keuntungan, melainkan untuk membantu atau meningkatkan kesejahteraan hidup
orang lain.

Pendirian yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu


misalanya di bidang sosial, keagamaan, pendidikan dan kemanusiaan, maka karena
praktik demikian berkembang secara terus menerus pada gilirannya status yayasan
dalam kenyataannya diterima sebagai suatu bentuk badan hukum seperti halnya
Perseroan Terbatas,1 akibatnya yang sering kita temukan dalam praktik di
masyarakat adalah banyaknya pendirian yayasan dengan bermacam bentuk yayasan
dengan latar belakang, tujuan yang berbeda-beda, sehingga dalam penggunaan
yayasan ini akhirnya menjadi tidak ada batasan apapun dan beberapa yayasan

1
Suyud Margono, Mencermati KUH Perdata terdapat beberapa Komponen pasal-pasalyang
mengatur secara tidak tegas mengenai keberadaan yayasan, ketentuan tersebut dapat kita
temukan dalam beberapa Pasal 365, 899, 1954 KUH Perdata. Dalam ketentuan-ketetuan tersebut,
perhimpunan sebagai fungsi sosial atau perwalian, artinya terdapat fungsi karikatif dan tiap-tiap
anggota dapat menarik manfaat dari perkumpulan-perkumpulan (vereniging) tersebut. Beberapa
pengaturan-pengaturan tersebut dapat kiranya disamakan sebagai yayasan sebgai badan hukum
yang mempunyai fugsi sosial dan kemanusiaan, dijelaskan dalam bukunya, Badan Hukum Yayasan
(Dinamika Praktik, Efektifitas dan Regulasi di Indonesia), cetakan -1, Penerbit PRC (Pustaka Reka
Cipta), Bandung, 2015. Hal 134.

1
2

digunakan tidak pada tujuan yang sebenarnya yaitu dijadikan sebagai sumber
keuntungan sehingga akhirnya yayasan yang terdiri dari macam-macam bentuk dan
latar belakang yang beragam tersebut tidak dapat dikatakan lagi sebagai organisasi
sosial tetapi lebih kepada organisasi yang mencari profit/keuntungan bagi
pendirinya dengan mengatas namakan sosial dan kemanusiaan dalam
melaksanakan kegiatannya.

Beriringan dengan diterbitkannya Undang-undang Yayasan Nomor 28 Tahun


2004 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 16 tahun 2001 Tentang
Yayasan, kecenderungan akan timbul berbagai masalah, berkaitan dengan kegiatan
yayasan, maksud dan tujuan didirikannya Yayasan, Anggaran Dasar, sengketa
antara Pengurus dan Pendiri (tanggungjawan internal), ataupun masalah dengan
pihak lain atau pihak yang berkepentingan (tanggungjawab eksternal), misalnya
tanggungjawab terhadap pemberian dana (donatur), keterbukaan informasi publik,
maupun dugaan adanya Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan dari
Pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum (misal: money
laundering).2

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana seharusnya organ yayasan melaksanakan pertanggungjawaban


dalam pengelolaan yayasan?
2. Apakah penerapan undang-undang yayasan sudah berjalan dengan baik?

2
Suyud Margono, Aspek Hukum Yayasan : Antara Fungsi Karitatif & Kegiatan Komersial.,
cetakan-1, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2002. Hal 4.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Badan Usaha Badan Hukum ( Yayasan)

2.1.1. Pengertian Yayasan

Istilah Yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai terjemahan dari istilah
“stichting” dalam Bahasa Belanda dan “foundation” dalam Bahasa Inggris.3

Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari
segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah
yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan,
akan tetapi tujuannya tidak lebih dari dari membantu atau meningkatkan
kesejahteraan hidup orang lain.4

Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang - undang


yang mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia salah satunya Prof. Soebekti
dan Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang - undang yang
mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia diantaranya Prof, Soebekti dan
Prof. Warjono Projodikoro berpendapat bahwa Yayasan merupakan badan hukum.
Adapun pengertian yayasan menurut para Ahli diantaranya :

3
Chatamarassjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bhakti, 2000), hal. 5.
4
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Cetakan ke-1, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2008. Hal 1.

3
4

Prof. Soebekti menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah
pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan yang legal. 5

Prof. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya berjudul “Hukum Perdata Tentang


Persetujuan - Persetujuan Tertentu”, berpendapat bahwa Yayasan adalah badan
hukum. Dasar suatu Yayasan adalah suatu harta benda kekayaan yang dengan
kemauan memiliki ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pengurus
yayasan juga ditetapkan oleh pendiri Yayasan itu. Pendiri dapat mengadakan
peraturan untuk mengisi lowongan dalam pengurus. Sebagai badan hukum yang
dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat, artinya dapat dijual beli,
sewa-menyewa dan lain - lain dengan mempunyai kekayaan terpisah dari barang -
barang, kekayaan orang - orang yang mengurus Yayasan itu.6

Adapun pengertian menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang


Yayasan yaitu :

“ Yayasan adalah badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”

Berdasarakan pada pengertian diatas, terdapat batasan yang sangat jelas


pada yayasan, serta diharapkan pada masyarakat dapat menerima juga memahami
bentuk dan tujuan dari pendirian Yayasan tersebut. Sehingga semua pihak sama
persepsi tentang diberikannya yayasan dan tujuannya yang hanya bergerak dibidang

5
Prof.Soebekti, Kamus Hukum.
6
Basuki Juni Nugraha, Tesis, Pelakasanaan Pendirian Yayasan Berdasarkan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004, Universitas
Diponegoro, Semarang,2006.
5

sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sehingga tidak digunakan untuk tujuan yang
bersifat komersil.

2.1.2. Yayasan sebagai Badan Hukum

Menurut Prof.Subekti,7 pengertian badan hukum adalah suatu badan atau


perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti
menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan menggugat dimuka
hakim.

Yayasan sebagai badan hukum mempunyai karakter yang khas. Jenis badan
hukum ini lahir karena adanya suatu perbuatan hukum yakni pemisahan sejumlah
kekayaan dari pendiri dengan tujuan tertentu. Dalam Undang-undang Yayasan
yaitu Undang-undang nomr 16 tahun 2001 jo. Undang-undang nomor 28 Tahun
2004 mengatur secara tegas tentang Yayasan sebagai badan hukum. Pada Pasal 1
angka 1 Undang-undang yayasan, disebutkan bahwa Yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.

Sehingga yayasan memenuhi unsur-unsur badan hukum, yaitu sebagai berikut :

a. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari perbuatan hukum


pemisahan;
b. Mempunyai tujuan sendiri (tertentu);
c. Mempunyai alat perlengkapan (organisasi).

7
Pendapat R. Subekti dalam Suyud Margono, Badan Hukum Yayasan ( Dinamika Praktek,
Efektifitas dan Regulasi di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015. Hal. 38
6

Kata “ Badan Hukum’ dalam pengertian yayasan menurut undang-undang, perlu


kita garis bawahi karena itu dapat dikatakan sebagai hukum yang tertulis sekaligus
jawaban atas permasalahan akan status yayasan sebagai badan hukum.

2.1.3. Organ Yayasan

Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badang yang membentuk
kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut.8 Sebagai
sebuah organisasi dalam hukum, segala tindakan yayasan diwakilkan oleh organ
pengurus yang terdapat didalamnya, dan keputusan organ tersebut adalah keputusan
dari sebuah yayasan.

Yayasan dalam melaksanakan kegiatan rutin dan insidentil tertentu


direncanakan, dikelola, diurus dan diawasi oleh organ Yayasan. Sesuai dengan
pasal 2 undang-undnag Nomor 16 Tahun 2001 dikatakan bahwa :

“ yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.”

a. Pembina

Pembina yayasan menurut Pasal 2 ayat (1) adalah organ yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
undang Yayasan dan/atau anggaran dasar, yang meliputi kewenangan yang
dimaksud dalam pasal 28 ayat 2 meliputi:

- Kewenangan mengenai perubahan anggaran dasar;

- pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas;

- penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan;

8
Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1997. Hal 32
7

- penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran dasar tahunan yayasan;

- penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.

Pada saat setelah pembuatan akta dilakukan dihadapan notaris, berdasrkan


undang-undang yayasan para pendiri yaysan tidak disediakan ruang atau badab
yang tersendiri untuk mereka. Namaun mereka dapat diberikan kedudukan sebagai
pembina sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (3) yang menyatakan bahwa :
“ yang dapat diangkat menjadi anggota pembina sebagaimana dimaksud ayat 1
adalah orang atau perseorangan sebagai pendiri yayasan dan atau mereka yang
berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai deadikasi yang
tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan”.

Didalam undang-undang yayasan tidak mengatur akibat hukum dari perikatan


yang dilakukan oleh pendiri yayasan dengan pihak lain untuk kepentingan yang
membawa manfaat bagi yaaysan sebelum adanya pengesahan dari kementrian
kehakiman dan hak asasi manusia, maka dari itu, penting adanya mekanisme
mengenai perolehan manfaat bagi yayasan atas perikatan yang dilakukan oleh
pendiri yayasan dengan pihak lain sebelum yayasan menjadi badan hukum dengan
cara seluruh pendiri yayasan menyetujui, mengakui, serta menerima baik
perolehanmanfaat yang dilakukan oleh pendiri yayasan dengan pihak lain sebelum
yayasan menjadi badan hukum yang dituangkan dalam akta pendirian atau
perubahan akta pendirian yayasan. Keuntunagn yang dimaksudkan sebagai manfaat
adalah keuntungan materiil maupun immateriil.

b. Pengurus

Menurut Basuki juni Nugraha, S.H. pengurus adalah organ dalam yayasan yang
melaksanakan kegiatan/ kepengurusan yayasan didalam maupun diluar yayasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 1. Organ pengurus terdiri dari :
8

Seorang ketua;
Seorang sekretaris;
Seorang bedahara.
Kewenangan pengurus meliputi :
- Melaksanakan kepengurusan yayasan ;
- Mewakili yaysan baik didalam maupun diluar pengadilan;
- Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan ;
- Bersama-sama dengan anggota pengawas mengangkat anggota pembina
jika yayasan tidak lagi memiliki pembina;
- Mengajukan perpanjangan jangka waktu endirian, jika yayasan didiriakn
untuk jangka waktu tertentu;
- Menandatangani laporan tahunan bersama-sama dengan pengawas;
- Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan (merger)
yayasan;
- Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator dalam likuidasi
atau pembubaran yayasan.

c. Pengawas

Menurut pasal 40 ayat 1 undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan,


Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta
nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan, namun dalam
praktiknya yayasan tidak saja memberikan nasihat dan melakukan pengawasan
saja. Pengawas memiliki tanggung jawab atas kegagalan pengurus menjalankan
program kerja atau kegiatan yayasan. Pertanggungjawaban pengurus yayasan
tersebut tidak hanya dalam hal urusan pengelolaan saja namun bertanggung jawab
atas administrasi juga. Pertanggungjawaban pengawas yayasan tersebut berarti
pengawas secara formal dianggap mengetahui dan memberikan persetujuan tertulis
9

atas perbuatan hukum yayasan yang dilaksanakan pengurus, sehingga langsung


atau tidak langsung pengawas yayasan seharusnya mengetahui kegiatan yayasan .
sehingga apabila yayasan melakukan perbuatan melawan hukum, tidak hanya
pengurus saja yang bertanggung jawab namun pengawaspun harus tetap
bertanggung jawab baik mengenai professional liabilities maupunkekayaan
pribadinya.

2.1.4. Pendirian Yayasan

Sebagai badan hukum yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan
memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebesar kekayaan awal sesuai
dengan Pasal 9 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Adapun
yang dimaksud sebagai orang dalam ketentuan tersebut di atas, dalam
penjelasannya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang
perseorangan atau badan hukum. Disamping itu yayasan juga dapat didirikan
berdasarkan surat wasiat [Pasal 9 ayat (3)]. Disini penerima wasiat bertindak
mewakili pemberi wasiat [Pasal 10 ayat (2)]. Pendirian yayasan berdasarkan wasiat
dilaksanakan karena bila tidak dilaksanakan, maka pihak yang berkepentingan
dapat meminta pengadilan pemerintah, ahli waris atau menerima wasiat yang
bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut [Pasal 10 ayat (3)]. Pendirian
yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam Bahasa Indonesia, hal ini
sudah ditentukan tegas dalam Pasal 9 ayat (2), sehingga pembuatan akta secara
notarial adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi dengan memenuhi segala
ketentuan notaris dalam pembuatan akta, baik pembacaan, waktu, wilayah
kewenangan notaris maupun penandatanganan. Tidak seperti Perseroan Terbatas
yang didirikan berdasarkan perjanjian, maka pendirian yayasan dapat dilakukan
melalui perjanjian jika dilakukan oleh 2 (dua) orang pendirian atau lebih namun
dapat juga dilakukan tanpa perjanjian yaitu melalui wasiat, sebagaimana dilakukan
10

tanpa perjanjian yaitu melalui wasiat, sebagaimana ditentukan dalam ketentuan


Pasal 9 ayat (3).

2.2. Regulasi Yayasan di Indonesia

Sebelum berlakunya undang-undang Yayasan Indonesia, ada kecenderungan


masyarakat memilih bentuk yayasan karena alasan proses pendiriannya sederhana
tanpa harusa adanya pengesahan dari pemerintah dan adanya persepsi yang salah
dari masyarakat bahwa yayasan bukan merupak an subjek pajak. Untuk menjamin
kepastian dan ketertban hukum agara yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan
tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaaan dan tujuannya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas, maka disahkan Undang-undang Nomor 16 Tahun
2016.

Keberadaan lembaga Yayasan dimasa lalu sebelum Negara Indonesia


memiliki Undang-undang Yayasan Tahun 2001 Nomor 16, landasan hukumnya
belum begitu jelas, karena belum ada aturan yang mengaturnya secara tertulis.
Yayasan yang didirikan dahulu menggunakan hukum kebiasaan yang ada dalam
praktik. Demikian pula dalam pelaksanaan kegiatannya, mendasarkan kepada
hukum kebiasaan. Meskipun demikian selama itu yayasan tetap dikehendaki
sebagai badan hukum.

Yayasan dapat dikatakan sebagai badan hukum, berarti Yayasan adalah subjek
hukum karena memenuhi hak-hal sebagai berikut:9

1. Yayasan adalah perkumpulan orang;


2. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan
hukum;
3. Yayasan mempunyai kekayaan sendiri;

9
Suyud Margono, Opt.Cit. Hal 8.
11

4. Yayasan mempunyai pengurus;


5. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan;
6. Yayasan mempunyai kedudukan hukum;
7. Yayasan mempunyai hak dan kewajiban;
8. Yayasan dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan.

Pemberlakuan regulasi tentang yayasan menjadi begitu penting karena landasan


hukum bagi Yayasan sebagai suatu badan hukum di Indonesia ini menjadi semakin
jelas. Disamping itu, melalui undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin
kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai
pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu dengan mentaati dari
Undang-undang ini adalah transparansi dan akuntabilitas, dimana maksud dan
tujuan Yayasan adalah untuk kepentingan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pertanggung Jawaban Yayasan dalam Pengelolaan Yayasan

Pertanggungjawaban pengurus merupakan landasan kegiatan para pengurus


dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Mengenai kewenangan bertindak
pengurus serta pertanggungjawaban yayasan sebagai suatu badan hukum atas
tindakan-tindakan yang dilakukan pengurus terhadap pihak ketiga, maka disini
pengurus yayasan mewakil yayasan didalam dan diluar pengadilan.

Chatamarrasjid Ais10, menyebutkan: dalam hubungan ini ada dua sisi yang
harus diperhatikan, yaitu kekuasaan pengurus untuk mewakili, pembatasannya
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Standard of care and diligence
untuk pengurus mensyaratkan pengurus untuk bertindak diwakili oleh pengurusnya
dimana tindakan tersebut bersumber dari kontak, kepatutan/kewajaran, peraturan
perundang-undang serta anggaran dasar.

Pada mulanya yayasan merupakan organisasi mulia yang bergerak dalam


bidang sosial, keagamaan maupun pendidikan yang non-profit. Namun dewasa ini
terjadi pergerakan fungsi yayasan yang mengalami perubahan orientasi menjadi
organisasi yang bertujuan mendapatkan profit. Pergerakan tersebut tidak dapat
dipungkiri karena butuhnya pembiayaan dalam setiap kegiatan yang dilakukan
yayasan tersebut. Dengan perubahan orientasi tersebut, ini mengakibatkan
maraknya penyelewengan yang dilakukan baik oleh pengurus sebagai penggerak
organ yayasan maupun oleh yayasan itu sendiri sebagai badan hukum. Dengan

10
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. Hal.111.

12
13

orientasi yayasan yang menerima profit baik dari donasi masyarakat maupun
lembaga lain, ini menimbulkan maraknya kegiatan-kegiatan yang melanggar dan
menabrak aturan hukum yang ada.

Banyak sebab mengapa berbagai yayasan di Indonesia menyimpang dari


tujuan filosofis dari didirkannya yayasan. Pertama, sulit untuk mendefinisikan apa
yang dimaksud dengan kegiatan sosial. Apakah pendidikan termasuk dalam definisi
kegiatan sosial,namun dalam kenyataan banyak institusi mendapatkan pendidikan
yang baik seseorang harus membayarnya dengan mahal.

Di dalam melakukan kegiatan usahanya, yayasan dapat saja atau mungkin


melalkukan berbagai perbuatan melawan/melanggar hukum ataupun perbuatan
curang. Dalam hubungan dengan perbuatan melawan/melanggar hukum ini, pasal
1365 KUH-Perdata menyatakan bahwa: Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Selanjutnya, pasal 1366
KUH-Perdata menyatakan bahwa setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatanya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Kealpaan ataupun kelalaian ini termasuk dapat berdampak pada kepailitan


yang harus dipertanggungjawabkan oleh pengelola yayasan khususnya pengurus.
Dalam undang-undang yayasan ditentukan, Persoalanya adalah undang-undang
tidak memberikan ukuran atau standar bagi apa yang dimaksud dengan kecakapan
(Duty Of Skill) yang dibutuhkan bagi seorang pengurus dan pengawas yayasan, dan
juga batasan dari suatu perbuatan yang merupakan suatu kelalaian.kecakapan dan
kemampuan pengurus/pengawas yayasan bersifat subjektif.
14

Pemeriksaan yayasan dapat dilakukan menurut ketentuan Pasal 53 Ayat (1),


jika terdapat beberapa organ yayasan yang melakukan perbuatan berupa11 :

a. Melakukan perbuatan melawan hukum;


b. Lalai dalam melaksanakan tugasnya;
c. Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan;
d. Melakukan perbuatan yang merugikan Negara.

Tujuan dilakukannya pemeriksaan terhadap yayasan yaitu untuk memperoleh


kebenaran tentang adanya dugaan penyimpangan-penyimpangan seperti yang telah
dimaksudkan pada Pasal 53 Ayat (1) diatas. Karena jelas apa yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa secara tidak langsung telah terjadi perbuatan
melawan hukum yang telah dilakukan oleh organ yayasan tersebut. Akan tetapi
sedikit orang yang mau melakukan diadakannya pemeriksaan dikarenakan yang
dapat mengajukan permohonan melakukan pemeriksaan adalah pihak diluar
yayasan yaitu pihak ketiga melalui penetapan pengadilan.

Dalam hal pelaksanaan tugas dalam organ yayasan, Pengurus dan pengawas harus
bekerja dengan itikad baik. sebagaimana tercantum dalam undang-undang yayasan
yang menerapkan prinsip fiduciary duty bagi para pengurus/ pengawas yayasan.
Prinsip-prinsip dari doktrin fiduciary adalah :

1). Bahwa pengurus/pengawas dalam melakukan pekerjaanya tidak boleh


mempunyai kepentingan pribadi atau kepentingan pihak ketiga,tanpa izin atau
sepengetahuan yayasan sebagai suatu badan hukum (the conflict rule)

11
Fendi Supriono, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015.
15

2). Pengurus/pengawas tidak boleh menyalah gunakan kedudukannya untuk


kepentingan dirinya sendiri atau pihak ketiga,tanpa izin atau sepengetahuan
yayasan (the profile rule).

3). Pengurus/pengawas tidak boleh menyalah gunakan milik yayasan bagi


kepentingan dirinya sendiri maupun pihak ketiga (the misappropriation) prinsip ini
dalam konsepnya berbeda satu sama lain,tetapi seringkali ditetapkan bersamaan dan
berhimpitan.

Yang dimaksud dengan “pelaksana kegiatan”adalah pengurus harian yayasan yang


melaksanakan kegiatan yayasan sehari-hari.selanjutnya yayasan wajib membayar
sebala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ yayasan dalam rangka
menjalankan tugas yayasan. Dengan demikian ketentuan undang-undang harus
membayar segala biaya atau ongkos dalam melaksanakan pekerjaan dimaksud.

3.2. Pertanggungjawaban Yayasan sebagai Subjek Hukum Badan Hukum


(Recht Persoon)

Selain organ yayasan yang dapat bertanggung jawab, yayasan sebagai badan
hukum pun memiliki tanggung jawab atas yayasan. Undang-undang yayasan
mengatur sanksi terhadap yayasan yang berdiri sebelumnya dan tidak mau
mematuh ketentuan undang-undang.Sanksi sengaja diatur karena merupakan
konsekuensi dari suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh yayasan
tersebut.sanksi yang diatur didalam undang-undang yayasan bersifat
administratif,berupa tidak dapat lagi menggunakan kata yayasan,dan yayasan itu
dapat dibubarkan dengan uraian berikut ini :

- Kata “yayasan’’ tidak dapat dipakai bila anggaran dasar tidak


disesuaikan.
16

Bagi yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya baik yayasan yang telah
didaftarkan ke pengadilan negeri maupun yang tidak pernah mendaftarkan,
undang–undang yayasan mengancam para yayasan tersebut tidak boleh memakai
kata “YAYASAN” didepan namanya. Dan sanksi yang demikian merupakan
sebuah cara yang pasif,untuk membubarkan yayasan yg tidak mematuhi undang-
undang yayasan. Tanpa ada pemberitahuan, penegoran, pemaksaan terhadap
yayasan, tetapi diharapkan yayasan dapat bubar secara damai.

- Yayasan dapat dibubarkan

Sanksi yang lain terhadap yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya
adalah, yayasan dapat dibubarkan. Pembubaranya dilalukan dengan putusan
pengadilan, atas permintaan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
Pembubaran yayasan dengan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud disini,
merupakan cara yang aktif. Dikatakan demikian, karena tanpa legal action yayasan.
Cara ini juga dimaksudkan sebagai upaya pencegahan, agar pihak luar yayasan
tidak bertindak main hakim sendiri.

- Pembubaran atas permintaan kejaksaan

Yang berwenang mengajukan permintaan pembu-baran yang pertama adalah


kejaksaan.dibidang hukum pidana, daripada memperhatikan pekerjaanya dibidang
hukum perdata, disamping itu para jaksa juga kurang menguasai peraturan undang-
undang yang menyangkut bidang perdata, dan hukum acara perdata mempunyai
pegangan yang memiliki kepastian hukum untuk legal action atas nama negara di
pengadilan.

- Pembubaran atas permintaan pihak yang berkepentingan lansung

Selanjutnya pihak lain yang dapat mengajukan permintaan pembubaran yayasan


adalah pihak yang berkepentingan.Yang dimaksud pihak ketiga ini merupakan
17

pihak yang berkepentingan langsung, tetapi tampaknya masih perlu penafsiran


siapa saja sebenarnya yang dimaksud itu. Sesuai dengan namanya “pihak yang
kepentingan langsung”, maka yang termasuk pihak tersebut antara lain adalah
orang dalam yayasan badan hukum yang berpengaruh terhadap tanggung jawab
yayasan.

- Pembubaran karena termasuk perkara permohonan

Telah disebutkan bahwa pembubaran yayasan dengan putusan pengadilan atas


permohonan, dalam perkara perdata yang disidangkan di pengadilan negeri,
terdapat dua macam perkara, yaitu perkara perdata gugatan dan perkara perdata
permohonan.cara berlaku hukum acara perdata, pihak pemohonan mengajukan
permohonan dengan menulis surat permohonan kepada ketua pengadilan negeri
yang berisi seperti surat gugatan yg terdiri atas (persona standi in judicio) para pihak
yang berpekara, posita (peristiwa hukumnya atau kejadianya), dan petium (yang
dituntut oleh pemohon), maka cara persidangan dilanjutkan dengan pembacaan
surat permohonan, kemudian jawab-menjawab, pembuktian, kesimpulam, dan
akhirnya penetapan oleh pengadilan.

- Perhatian hakim atas perkara permohonan pembubaran yayasan

Dalam memutuskan perkara permohonan ini yang harus diperhatikan hakim, selain
masalah pembuktian, juga mengenai hubungan yayasan dengan pihak ketiga,
hubungan dengan pihak ketiga ini sangat penting karena untuk mengetahui pihak
yayasan mempunyai kewajiban untuk membayar utangnya, sehingga merugikan
pihak ketiga, Dalam undang-undang yayasan sepertinya ini tidak diatur secara
tegas,dan perlu ketelitian bagi hakim yang menyidangkan dan memutus perkara
tersebut.

- Pembubaran tanpa melalui eksekusi


18

Putusan permohonan pembubaran yayasan, sifatnya adalah declaratoir atau berisi


tentang pernyataan. Karena terbukti yayasan tidak menyesuaikan anggaran
dasarnya dengan undang-undang, maka diharapkan yayasan yang bersangkutan
dengan kesadaran hukumnya membubarkan sendiri sesuai dengan putusan itu.

3.3. Penerapan undang-undang yayasan dalam berjalannya organ yayasan

Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) Undang-undang tentang yayasan. Dalam


pasal tersebut menegaskan bahwa yayasan tidak boleh menjadi wadah usaha secara
langsung melainkan harus melalui kegiatan usaha lain yang dibentuk oleh yayasan.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh yayasan diantaranya adalah :12

1. Yayasan dapat mendirikan dan/ atau turut serta dalam badan usaha yang
kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yakni bersifat sosial,
keagamaan dan kemanusiaan.
2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha dengan
menanamkan modalnya pada badan usaha lain baik dalam bentuk perseroan
terbatas, dengan ketentuan usaha tersebut tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan dan/ atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penyertaan modal yayasan yang bersifat prosfektif dalam suatu
badan usaha jumlahnya tidak boleh melebihi 25% dari seluruh nilai
kekayaan yayasan.

Dalam hal yayasan memperoleh kekayaan, bak berupa uang, barang,


maupun kekayaan lainnya yang murni diperoleh dari kegitan yang murni dilakukan
yayasn tidak diperbolehkan untuk menggunakannya demi keperluan pribadi
pengurus yayaan maupun pengawasnya. Ini sesuai dengan pasal 5 undang-undang
yayasan yang berbunyi :

12
Ibid.
19

Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa dewasa ini telah banyak
yayasan yang telah berorientasi pada kegiatan yang dapat menghasilkan profit
keuntungan secara finansial. Namun disamping terdapat yayasan yang telah
berubah tujuannya menjadi komersil, masih terdapat juga yayasan yang hanya
berfokus pada pengumpulan dana yang diperuntukan untuk sumbangan-sumbangan
sosial kemasyarakatan atau dengan kata lain yayasan tersebut benar-benar murni
tidak bertujuan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha yayasan melainkan
hanya berfokus pada kegiatan-kegiatan yang menjadi tujuan utama didiraikannya
yayasan. Terdapat tiga tipe yayasan yaitu : 13 Tipe yang pertama, kegiatan yayasan
hanya semata-matamengumpulkan dana-dana dari para dermawan, untuk dana-
dana yang terkumpul disumbangkan kepada badan-badan kegiatan sosial, seperti
memberikan beasiswa, menyumbang panti-panti asuhan, rumah sakit, dan lain-lain.
Dengan yayasan sama sekali tidak ikut campur dalam penyelenggaraan sosial
seperti bahan pendidikan, panti, rumah sakit, dan lain-lain lembaga sosial yang
bersangkutan. Tipe ini adalah tipe yayasan yang klasik kuno.

13
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia Eksistensi, Tujuan dan Tanggung Jawab
Yayasan Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hal. 153. Yang dikutip dari Jurnal ilmu
hukum legal opinion, edisi 1, volume 3, tahun 2015.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1. SIMPULAN

1. Dalam hal pertanggung jawaban yaysan sebagai badan hukum, pengurus


memegang kendali penuh atas terjadinya perbuatan hukum baik itu dalam
hal pertanggung jawaban pidana, perdata atau yang lainnya.
Pertanggungjawaban tersebut dapat dilakukan oleh pengurus yayasan yang
menjalankan kegiatan atas nama yayasan maupun oleh yayasan itu sendiri.
Selain pengurus yang bertanggung jawab, dalam hal pertanggungjawaban
juga, pengawas dapat bertindak sebagai penaggung jawab sebuah perbuatan
hukum karena secara administratif kegiatan yang dilakukan oleh yayasan
harus diketahui oleh pengawas yayasan. Oleh sebab itu tidak hanya yayasan
dan pengurus yang melakukan perbuatan melawan hukum saja yang dapat
dimintai pertanggung jawabanya melainkan pengawas yayasan yang
mengetahui kegiatan tersebut juga dapat dimintai pertanggungjawabannya.
2. Penerapan aturan mengenai pelaksanaan kegiatan yayasan diatur dalam
undang-undang no 16 tahun 2001 yang diperbarui dengan undang-undang
nomor 28 tahun 2004. Namun dengan diperbaruinya undang-undang
tersebut, masih terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
yayasan. Salah satu contoh yang paling sering terjadi adalah mengenai
pemberian imbalan atau upah yang diberikan kepada pengurus yayasan
yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang no 28 tahun 2004 pasal 5
tentang yayasan.

20
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku
Chatamarassjid, 2000, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan
Laba, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Margono, Suyud. 2015. Badan Hukum Yayasan, Dinamika Praktek, Efektivitas


dan Regulasi di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Supramono, Gatot. 2008. Hukum Yayasan di Indonesia. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Suyud Margono, 2002. Aspek Hukum Yayasan : Antara Fungsi Karitatif &
Kegiatan Komersial., cetakan-1, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri.

B. Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Atas Perubahan Undang-undang
nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan.

C. Sumber lain/Jurnal/Makalah/Artikel
Basuki Juni Nugraha, 2006. Tesis, Pelakasanaan Pendirian Yayasan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2004, Universitas Diponegoro, Semarang.

Fendi Supriono, 2015. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 1, Volume 3,
Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai