MAKALAH
BADAN USAHA BADAN HUKUM (YAYASAN)
DISUSUN OLEH :
ALIANI FAUZIYAH 41033300161092
A WAHID HASYIM 41033300161093
M ASSYIFA PATRIA 41033300161094
Fakultas Hukum
Universitas Islam Nusantara
Bandung
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Suyud Margono, Mencermati KUH Perdata terdapat beberapa Komponen pasal-pasalyang
mengatur secara tidak tegas mengenai keberadaan yayasan, ketentuan tersebut dapat kita
temukan dalam beberapa Pasal 365, 899, 1954 KUH Perdata. Dalam ketentuan-ketetuan tersebut,
perhimpunan sebagai fungsi sosial atau perwalian, artinya terdapat fungsi karikatif dan tiap-tiap
anggota dapat menarik manfaat dari perkumpulan-perkumpulan (vereniging) tersebut. Beberapa
pengaturan-pengaturan tersebut dapat kiranya disamakan sebagai yayasan sebgai badan hukum
yang mempunyai fugsi sosial dan kemanusiaan, dijelaskan dalam bukunya, Badan Hukum Yayasan
(Dinamika Praktik, Efektifitas dan Regulasi di Indonesia), cetakan -1, Penerbit PRC (Pustaka Reka
Cipta), Bandung, 2015. Hal 134.
1
2
digunakan tidak pada tujuan yang sebenarnya yaitu dijadikan sebagai sumber
keuntungan sehingga akhirnya yayasan yang terdiri dari macam-macam bentuk dan
latar belakang yang beragam tersebut tidak dapat dikatakan lagi sebagai organisasi
sosial tetapi lebih kepada organisasi yang mencari profit/keuntungan bagi
pendirinya dengan mengatas namakan sosial dan kemanusiaan dalam
melaksanakan kegiatannya.
Adapun masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah :
2
Suyud Margono, Aspek Hukum Yayasan : Antara Fungsi Karitatif & Kegiatan Komersial.,
cetakan-1, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2002. Hal 4.
BAB II
LANDASAN TEORI
Istilah Yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai terjemahan dari istilah
“stichting” dalam Bahasa Belanda dan “foundation” dalam Bahasa Inggris.3
Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari
segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah
yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan,
akan tetapi tujuannya tidak lebih dari dari membantu atau meningkatkan
kesejahteraan hidup orang lain.4
3
Chatamarassjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bhakti, 2000), hal. 5.
4
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Cetakan ke-1, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2008. Hal 1.
3
4
Prof. Soebekti menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah
pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan yang legal. 5
“ Yayasan adalah badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”
5
Prof.Soebekti, Kamus Hukum.
6
Basuki Juni Nugraha, Tesis, Pelakasanaan Pendirian Yayasan Berdasarkan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004, Universitas
Diponegoro, Semarang,2006.
5
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sehingga tidak digunakan untuk tujuan yang
bersifat komersil.
Yayasan sebagai badan hukum mempunyai karakter yang khas. Jenis badan
hukum ini lahir karena adanya suatu perbuatan hukum yakni pemisahan sejumlah
kekayaan dari pendiri dengan tujuan tertentu. Dalam Undang-undang Yayasan
yaitu Undang-undang nomr 16 tahun 2001 jo. Undang-undang nomor 28 Tahun
2004 mengatur secara tegas tentang Yayasan sebagai badan hukum. Pada Pasal 1
angka 1 Undang-undang yayasan, disebutkan bahwa Yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.
7
Pendapat R. Subekti dalam Suyud Margono, Badan Hukum Yayasan ( Dinamika Praktek,
Efektifitas dan Regulasi di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015. Hal. 38
6
Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badang yang membentuk
kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut.8 Sebagai
sebuah organisasi dalam hukum, segala tindakan yayasan diwakilkan oleh organ
pengurus yang terdapat didalamnya, dan keputusan organ tersebut adalah keputusan
dari sebuah yayasan.
“ yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.”
a. Pembina
Pembina yayasan menurut Pasal 2 ayat (1) adalah organ yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
undang Yayasan dan/atau anggaran dasar, yang meliputi kewenangan yang
dimaksud dalam pasal 28 ayat 2 meliputi:
8
Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1997. Hal 32
7
b. Pengurus
Menurut Basuki juni Nugraha, S.H. pengurus adalah organ dalam yayasan yang
melaksanakan kegiatan/ kepengurusan yayasan didalam maupun diluar yayasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 1. Organ pengurus terdiri dari :
8
Seorang ketua;
Seorang sekretaris;
Seorang bedahara.
Kewenangan pengurus meliputi :
- Melaksanakan kepengurusan yayasan ;
- Mewakili yaysan baik didalam maupun diluar pengadilan;
- Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan ;
- Bersama-sama dengan anggota pengawas mengangkat anggota pembina
jika yayasan tidak lagi memiliki pembina;
- Mengajukan perpanjangan jangka waktu endirian, jika yayasan didiriakn
untuk jangka waktu tertentu;
- Menandatangani laporan tahunan bersama-sama dengan pengawas;
- Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan (merger)
yayasan;
- Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator dalam likuidasi
atau pembubaran yayasan.
c. Pengawas
Sebagai badan hukum yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan
memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebesar kekayaan awal sesuai
dengan Pasal 9 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Adapun
yang dimaksud sebagai orang dalam ketentuan tersebut di atas, dalam
penjelasannya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang
perseorangan atau badan hukum. Disamping itu yayasan juga dapat didirikan
berdasarkan surat wasiat [Pasal 9 ayat (3)]. Disini penerima wasiat bertindak
mewakili pemberi wasiat [Pasal 10 ayat (2)]. Pendirian yayasan berdasarkan wasiat
dilaksanakan karena bila tidak dilaksanakan, maka pihak yang berkepentingan
dapat meminta pengadilan pemerintah, ahli waris atau menerima wasiat yang
bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut [Pasal 10 ayat (3)]. Pendirian
yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam Bahasa Indonesia, hal ini
sudah ditentukan tegas dalam Pasal 9 ayat (2), sehingga pembuatan akta secara
notarial adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi dengan memenuhi segala
ketentuan notaris dalam pembuatan akta, baik pembacaan, waktu, wilayah
kewenangan notaris maupun penandatanganan. Tidak seperti Perseroan Terbatas
yang didirikan berdasarkan perjanjian, maka pendirian yayasan dapat dilakukan
melalui perjanjian jika dilakukan oleh 2 (dua) orang pendirian atau lebih namun
dapat juga dilakukan tanpa perjanjian yaitu melalui wasiat, sebagaimana dilakukan
10
Yayasan dapat dikatakan sebagai badan hukum, berarti Yayasan adalah subjek
hukum karena memenuhi hak-hal sebagai berikut:9
9
Suyud Margono, Opt.Cit. Hal 8.
11
PEMBAHASAN
Chatamarrasjid Ais10, menyebutkan: dalam hubungan ini ada dua sisi yang
harus diperhatikan, yaitu kekuasaan pengurus untuk mewakili, pembatasannya
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Standard of care and diligence
untuk pengurus mensyaratkan pengurus untuk bertindak diwakili oleh pengurusnya
dimana tindakan tersebut bersumber dari kontak, kepatutan/kewajaran, peraturan
perundang-undang serta anggaran dasar.
10
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. Hal.111.
12
13
orientasi yayasan yang menerima profit baik dari donasi masyarakat maupun
lembaga lain, ini menimbulkan maraknya kegiatan-kegiatan yang melanggar dan
menabrak aturan hukum yang ada.
Dalam hal pelaksanaan tugas dalam organ yayasan, Pengurus dan pengawas harus
bekerja dengan itikad baik. sebagaimana tercantum dalam undang-undang yayasan
yang menerapkan prinsip fiduciary duty bagi para pengurus/ pengawas yayasan.
Prinsip-prinsip dari doktrin fiduciary adalah :
11
Fendi Supriono, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015.
15
Selain organ yayasan yang dapat bertanggung jawab, yayasan sebagai badan
hukum pun memiliki tanggung jawab atas yayasan. Undang-undang yayasan
mengatur sanksi terhadap yayasan yang berdiri sebelumnya dan tidak mau
mematuh ketentuan undang-undang.Sanksi sengaja diatur karena merupakan
konsekuensi dari suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh yayasan
tersebut.sanksi yang diatur didalam undang-undang yayasan bersifat
administratif,berupa tidak dapat lagi menggunakan kata yayasan,dan yayasan itu
dapat dibubarkan dengan uraian berikut ini :
Bagi yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya baik yayasan yang telah
didaftarkan ke pengadilan negeri maupun yang tidak pernah mendaftarkan,
undang–undang yayasan mengancam para yayasan tersebut tidak boleh memakai
kata “YAYASAN” didepan namanya. Dan sanksi yang demikian merupakan
sebuah cara yang pasif,untuk membubarkan yayasan yg tidak mematuhi undang-
undang yayasan. Tanpa ada pemberitahuan, penegoran, pemaksaan terhadap
yayasan, tetapi diharapkan yayasan dapat bubar secara damai.
Sanksi yang lain terhadap yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya
adalah, yayasan dapat dibubarkan. Pembubaranya dilalukan dengan putusan
pengadilan, atas permintaan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
Pembubaran yayasan dengan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud disini,
merupakan cara yang aktif. Dikatakan demikian, karena tanpa legal action yayasan.
Cara ini juga dimaksudkan sebagai upaya pencegahan, agar pihak luar yayasan
tidak bertindak main hakim sendiri.
Dalam memutuskan perkara permohonan ini yang harus diperhatikan hakim, selain
masalah pembuktian, juga mengenai hubungan yayasan dengan pihak ketiga,
hubungan dengan pihak ketiga ini sangat penting karena untuk mengetahui pihak
yayasan mempunyai kewajiban untuk membayar utangnya, sehingga merugikan
pihak ketiga, Dalam undang-undang yayasan sepertinya ini tidak diatur secara
tegas,dan perlu ketelitian bagi hakim yang menyidangkan dan memutus perkara
tersebut.
1. Yayasan dapat mendirikan dan/ atau turut serta dalam badan usaha yang
kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yakni bersifat sosial,
keagamaan dan kemanusiaan.
2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha dengan
menanamkan modalnya pada badan usaha lain baik dalam bentuk perseroan
terbatas, dengan ketentuan usaha tersebut tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan dan/ atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penyertaan modal yayasan yang bersifat prosfektif dalam suatu
badan usaha jumlahnya tidak boleh melebihi 25% dari seluruh nilai
kekayaan yayasan.
12
Ibid.
19
Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa dewasa ini telah banyak
yayasan yang telah berorientasi pada kegiatan yang dapat menghasilkan profit
keuntungan secara finansial. Namun disamping terdapat yayasan yang telah
berubah tujuannya menjadi komersil, masih terdapat juga yayasan yang hanya
berfokus pada pengumpulan dana yang diperuntukan untuk sumbangan-sumbangan
sosial kemasyarakatan atau dengan kata lain yayasan tersebut benar-benar murni
tidak bertujuan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha yayasan melainkan
hanya berfokus pada kegiatan-kegiatan yang menjadi tujuan utama didiraikannya
yayasan. Terdapat tiga tipe yayasan yaitu : 13 Tipe yang pertama, kegiatan yayasan
hanya semata-matamengumpulkan dana-dana dari para dermawan, untuk dana-
dana yang terkumpul disumbangkan kepada badan-badan kegiatan sosial, seperti
memberikan beasiswa, menyumbang panti-panti asuhan, rumah sakit, dan lain-lain.
Dengan yayasan sama sekali tidak ikut campur dalam penyelenggaraan sosial
seperti bahan pendidikan, panti, rumah sakit, dan lain-lain lembaga sosial yang
bersangkutan. Tipe ini adalah tipe yayasan yang klasik kuno.
13
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia Eksistensi, Tujuan dan Tanggung Jawab
Yayasan Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hal. 153. Yang dikutip dari Jurnal ilmu
hukum legal opinion, edisi 1, volume 3, tahun 2015.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. SIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Chatamarassjid, 2000, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan
Laba, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
B. Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Atas Perubahan Undang-undang
nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan.
C. Sumber lain/Jurnal/Makalah/Artikel
Basuki Juni Nugraha, 2006. Tesis, Pelakasanaan Pendirian Yayasan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2004, Universitas Diponegoro, Semarang.
Fendi Supriono, 2015. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 1, Volume 3,
Tahun 2015.