ABSTRAK
Permainan tradisional atau sering disebut permainan rakyat merupakan pemainan yang sudah
ada sejak zaman nenek moyang kita yang kemudian turun-temurun secara lisan sampai ke
zaman kita. Dalam permainan tradisional tersebut mengandung banyak sekali nilai-nilai dasa
dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan modal bagi pembentukan karakter
bangsa. Akan tetapi seiring dengan perkembangan iptek, ada beberapa permainan yang tidak
sampai ke jaman kita sekarang, dan pada jaman sekarang ini permainan tradisional juga mulai
ditinggalkan dengan adanya fasilitas gam komputer yang myngkin lebih menarik tapi
manfaatnya hanya sedikit.
Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, elemen
masyarakat, sekolah sekaligus orang tua untuk kembali menanamkan dan menumbuhkan
kembali permainan-permainan tradisional yang hampir hilang. Karena dengan permainan
tradisional kita dapat mempersiapkan para generasi penerus bangsa yang mewarisi karakter
para leluhur bangsang yang luhur sehingga bangsa Indonesia dapat mencapai cita-cita yang
tlah didambakan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi yang semakin pesat menciptakan berbagai permainan anak yang lebih
menarik dan menyenangkan. Salah satunya adalah game online,permainan yang kini lebih
disukai anak-anak. Selain lebih menarik,cara mengaksesnyapun mudah sehingga
memudahkan si anak untuk menggunakannya. Pilihan permainan yang lebih banyak juga
membuat anak lebih menggemari permainan ini.
Sayangnya,kemajuan teknologi tersebut menyebabkan mulai ditinggalkannya permainan
tradisional yang
dulu lebih sering dimainkan anak-anak. Game online yang kini digemari sering kali
menimbulkan dampak negatif seperti membuat anak ketagihan. Selain membuat ketagihan,
hal ini juga menyebabkan berkurangnya jiwa sosial si anak. Kecenderungan untuk bermain di
depan layar komputer menyebabkan tidak adanya sosialisasi dengan anak-anak yang lain.
Apabila hal ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan bahwa permainan tradisional
yang selama ini telah mengakar dalam jiwa anak-anak Indonesia sejak dulu akan punah. Dan
hal tersebut juga akan berpengaruh pada pembentukan karakter, jiwa dan kepribadian anak
yang cenderung individualisme.
Maka dari itu penulis mengangkat hal tersebut untuk sebagai bahan penelitian yang panulis
kemas dalam suatu karya tulis dengan judul “ PERMAINAN TRADISIONAL
MODAL karakter BANGSA “.
B. FOKUS MASALAH
a. Apa sajakah permainan tradisional yang mulai hilang serta bagaimana cara permainannya?
b. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam permainan tradisional tersebut dan apa
peranannya dalam pembentukan karakter bangsa?
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis terhadap berbagai macam permainan tradisional yang sudah
mulai hilang,
b. Menambah pengetahuan pengenai nilai-nilai yang terkandung dalam permainan – permainan
tradisional.
2. Bagi Masyarakat
a. Sebagai referensi mengenai permainan tradisional yang sudah mulai hilang,
b. Sebagai titik awal untuk mulai mengenalkan permainan tradisional yang mulai hilang
tersebut,
c. Sebagai media sosilisasi mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional.
3. Bagi Pemerintah Daerah
a. Sebagai referensi untuk mulai menumbuhkan kembali permainan-permainan tradisional agar
tidak punah,
b. Sebagai kritik terhadap Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan kelestarian
permainan tradisional sebagai kekayaan budaya daerah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Permainan Tradisional
Permainan tradisional atau sering disebut permainan rakyat merupakan pemainan yang sudah
ada sejak zaman nenek moyang kita yang kemudian turun-temurun secara lisan sampai ke
zaman kita.Permainan tradisional pada dasarnya adalah suatu aktifitas rakyat yang
menyenangkan. Perasaan senang itu akan mengalahkan segalanya. Karena itu, meskipun ada
yang kalah dalam permainan dan terlalu lelah, tetapi tetap merasa puas. Kepuasan dalam
bermain menjadi tolok ukur keberhasilan dalam permainan.
Pada awalnya, permainan rakyat hanya sekedar media ekspresi di waktu sunyi saja. Oleh
karena masyarakat waktu itu masih minim hiburan, maka permainan menjadi aternatif.
Permainan dijadikan arena bertukar pikiran atau sosialisasi apa saja dalam kelompok kecil.
Secara tidak langsung, anak-anak yang bermain juga belajar melalui sebuah permainan.
Apalagi dalam permainan rakyat Jawa memuat nilai—nilai yang penting diserap anak.
Pada giliran selanjutnya, permainan rakyat tidak hanya milik anak saja. Kaum ramaja dan
dewasa juga banyak yang tertarik pada permainan rakyat. Akhirnya permainan rakyat sering
menjadi komoditi penting bagi pengembangan wisata atau bidang-bidang yang lain. Segmen
wisata atau seni-seni lain seringkali berkolaborasi dengan permainan rakyat agar memiliki
daya tarik.
Dan perkara utama yang menjamin kesinambungan permainan tradisional pada masa lalu
ialah keseragaman cara hidup nenek moyang kita. Ada di antara permainan ini yang sekarang
tidak dimainkan lagi tetapi hanya diketahui oleh ibu bapa dan datuk nenek kita saja. Tetapi
ada juga yang masih dimainkan lagi oleh anak-anak sehingga hari ini. Di antara permainan
itu antara lain congkak, wau, batu seremban, sepak raga, gasing dan lain-lain.
B. Karakter Bangsa
Karakter atau watak adalah suatu kalimat yang memang sulit dideginisikan, tetapi lebih
mudah dipahami melalui uraian-uraian berisikan pengertian. Berikut beberapa pengertian
karakter, diantaranya:
1. Menurut Sigmund Freud, “character is a strinving system which underly
behavior”. Maksudnya,karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang
mewujud dalam satu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku.
2. Menurut Soemarno Soedarsono: “karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri
dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan
pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia
menjasi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam sistem daya juang,
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku kita.”
3. Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, “ Karakter adalah keseluruhan kehidupan
psikis seseorang hasil interaksi antara faktor-faktor endosin dan faktor eksogin atau
pengalaman seluruh pengaruh lingkungan”.
4. Pengertian karakter dalam agama islam lebih dikenal dengan
istilah akhlak. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, “ Akhlak adalah sifat
yang tertanam/menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan
secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan, dan perbuatan”.
5. Jika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belum dimasukkan kata karakter, yang
ada adalah kata “watak” yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat.
Dari lima definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter secara singkat
adalah sifat yang diperoleh dari pengalaman hidup.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Permainan Tradiosional yang Mulai Hilang
Permainan tradisional atau permainan rakyat jumlahnya sangatlah banyak sekali. Akan tetapi
pada masa sekarang ini, permainan-permainan tersebut nampaknya lambat laun mulai
memudar karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi. Dan pada
akhirnya hal tersebut berimbas kepada permaian tradisional yang mulai ditinggalkan anak-
anak karena mereka lebih memilih permaian-permainan modern yang tampilannya menarik
dan lebih seru.
Walaupun masih ada sebagian dari anak-anak desa yang masih tetap eksis memainkan
permainan-permainan tradisional tersebut, tapisudah banyak sekali permainan-permaian
tradisional yang mulai menghilang dan mungkin hanya akan menjadi rahasia anak-anak
terdahulu yang sekarang telah tumbuh dewasa. Beberapa permaian tradisional yang mulai
menghilang tersebut antara lain :
1. Delikan
Delikan atau lebih dikenal dengan sebutan “petak umpet” merupakan salah satu permainan
yang sangat digemati anak-anak. Permaianan yang satu ini dapat diikuti oleh banyak anak
yang jumlahnya bebas tapi paling tidak diikuti oleh 3 anak, satu anak sebagai pencari /
penjaga markas yang biasanya barupa pohon atau tiang, sedangkan pemaian yang lain
sebagai anak yang barsembunyi dan mencoba mencapai tian atau markas tersebut tanpa
diketahui olah anak yang jaga. Untuk mengawali permainan ini perlu ditentukan dulu siapa
yang bertugas sebagai penjaga. Untuk menentukannya dapat dilakukan
dengan hompimpah atau jingjring.
Setelah sang penjaga telah siap maka permainan simulai dengan anak yang penjaga menutup
matanya sampil menghadap ke tiang / markas. Biasanya anak-anak yang bersembunyi diberi
batasan waktu sesuai kesepakan para pemain tersebut. Hitungannya misalnya berupa
meneriakkan angka mulai dari 1 sampai dengan 20 Hitungan tersebut diteriakkan oleh si
penjaga. Setelah hitungan selesai maka semua anak yang akan mendapat bagian bersembunyi
harus sudah bersembunyi karena kalau tidak maka ia akan kena atau mendapat kesempatan
jaga kalau teman yang lain tidak ada yang kena. Maka si penjaga memulai pencariannya
dengan tetap memperhatikan tiang agar tidak ada anak yang bersembunyi dapat lolos dari
pengawasannya untuk menyentuh tiang. Apabila si penjaga berhasil mengetahui / melihat
salah temannya yang bersembunyi dia bisa mengatakan door sambil diikuti nama dari anak
itu, lalu berlari menyentuh tiang lebih dulu sebelum anak yang di tempbak itu menyentuh
tiang. Akan tetapi jika si penjaga kalah cepat maka anak itu menjadi bebas jadi kesempatan
jaga. Lalu jika ada anak yang bersembunyi berhasil menyentuh tiang is harus menyentuhnya
sambul mengatakan jethung.
Setelah semua anak yang bersembunyi keluar baik itu ia bebas atau kena maka permainan
berakhir. Kemudian untuk menyambungnya dilakukan dengan hompimpahkembali tapi hanya
antara anak-anak yang kena / tertangkap tadi. Tapi apabila semua anak yang bersembunyi
tidak ada yang kena maka penjaga harus jaga sekali lagi. Dan permaianan ini terus berlanjut
sampai beberapa kali pergantian penjaga sampai diperoleh kesepakatan antara pemaian untuk
berakhir. Jika belum mendapat kesepakatan berakhir, maka permainan ini akan terus
berlanjut tidak ada habisnya.
2. Gobag Sodor
Permaian Gobag Sodor merupakan permaian tradisional yang dimainkan secara beregu atau
kolektif. Permainan ini bertempat pada suatu pentuk lapangan atau petakan tanah yang telah
dibatasi dengan garis-garis. Bentuk lapangannya seperti (gambar 1) di bawah ini. Seperti
yang terlihat di gambar bahwa ada 5 orang penjaga, maka permainan ini paling tidak
dimainkan oleh 10 anak yang terbagi menjadi 2 regu. Satu regu menjadi penjaga dan yang
satunya sebagai penyerang. Akan tetapi permainan ini juga bisa dimainkan oleh anak kurang
dari 10, tapi minimal 6 orang, 3 pejaga dan 3 penyerang. Untuk 3 orang penjaga berada pada
tempat penjaga 2, 3, dan 4. Untuk memulai permainan ini hal pertama yang harus dilakukan
setelah semua pemain misal berjumlah 10 anak yaitu membaginya menjadi 2 regu.
Pembagian dapat dilakukan dengan suit. Caranya, setiap anak mencari pasangan masing-
masing yang kiranya memiliki kakuatan yang setara, lau mereka melakukan suit. Anak yang
menang menjadi satu regu penyerang dan yang kalah menjadi satu regu yang bertugas jaga
terlebih dahulu. Setelah siap pada posisi masing-masing permainan dapat dimulai. Dan
khusus
penjaga 4 dipilih yang paling lincah karena dia bertugas menjaga garis yang panjang mulai
dari penjaga 1 sampai 5.
Aturan permianannya yaitu para pemain penerobos yang menang suit tadi haru bisa
menerobos kotak sampai akhir tanpa tersentuh olah pemain penjaga. Setelah sampai di
sebrang maka ia harus kembali lagi ke tempat semula, barulah jika ia berhasil melewati
semuanya pergi puleng maka ialah yang menang. Tapi jika semua anggota tim penerobos
gagal semua, maka tim penerobos berganti manjadi tim penjaga dan sebaliknya.
3. Luncatan
Luncatan atau sering disebut karetan merupakan salah satu permainan tradisional yang
menggunakan alat bantu berupa karet gelang atau tali yang lain. Sebenarnya karet gelang ini
tidak hanya dimanfaatkan untuk permainan luncatan saja melainkan telah dimanfaatkan untuk
permainan tradisional yang lain, antara lain jepret panggang, kejar-kejaran, dll.
Karet yang digunakan dalam permainan luncatan adalah karet gelang yang telah dirangkai
sangat panjang sehingga membentuk suatu tali. Tali dari karet ini yang kemudian dijadikan
sebagai alat utama dalam permainan Luncatan. Selain menggunakan karet gelang, luncatan
juga bisa dimainkan dengan menggunakan tali yang lain seperti tampar atau talu yang lain.
Akan tetapi para anak-anak lebih sering menggunakan karet gelang karena jika terkena badan
tidak terlalu sakit.
Permainan loncatan ini dapat dilakukan secara individu maupun ckepompok. Dan dalam
permainan loncatan ini memiliki 15 tingkatan dan ditambah satu tinggkat penyelesaian
permainan. Jika dimainkan individe maka masing-masing individe harus menyelesaikan 16
tingkatan gerakan itu sendirian, siapa yang lebih dulu menyelesaikannya, dia yang menang.
Jika dimainkan secara berkelompok, maka masing-masing anggota kelompok harus
menyelesaikan ke 16 tingkatan. Akan tetapi, bedanya kalau individu gagal melakukan salah
satu tingkatan maka ia harus menjadi pemutar karet, sedangkan kalau kelompok, jika salah
satu anggotanya gagal melakukan salah satu gerakan maka anggota yang lain boleh
membantu menyelesaikan baru setelah semuanya tidak mampu melakukan maka kelompok
itu baru menjadi pemutar karet.
Ke 16 tingkatan gerakan tersebut yaitu :
I. Gerakan berlari melewati putaran karet tanpa terkena karet atau tanpa putaran karetnya
berhenti,
II. Gerakan meloncat sebanyak 2 kali dari sisi setelah gerakan lari pada tingkat pertama lalu
keluarnya kempali ke sisi awal sebelum tingkatan pertama,
III. Gerakan meloncat sebanyak 3 kali, dan kembali ke posisi awal,
IV. Gerakan meloncat sebanyak 4 kali, dan kembali ke posisi awal,
V. Gerakan meloncat sebanyak 5 kali sambil salan satu kakinya di tekuk, jadi melompat
dengan satu kaki,
VI. Gerakan meloncat sebanyak 6 kali sambil memejamkan mata. Jadi pada tingkatan ini para
pemain harus berkonsentrasi menyesuaikan loncatan dengan irama putaran karet,
VII. Gerakan meloncat sebanyak 7 kali sambil dodok,
VIII. Gerakan meloncat sebanyak 8 kali dengan putaran karet yang menggantung (tidak
menyentuh tanah, jadi pemain harus loncat lebih tinggi agat kakinya tidak tersangkut karet
yang menyembabkan ia gagal,
IX. Gerakan meloncat sebanyak 9 kali sambil tepuk tangan,
X. Gerakan meloncat sebanyak 10 kali sambil menempelkan jari telunjuk di bibir (seperti
gerakan mengisin-isin orang lain), dan giginya tidak boleh sampai terlihat atau ketawa saat
diganggu lawan atau pemain lain yang tidal meloncat,
XI. Gerakan meloncat sebanyak 11 kali sambil hormat,
XII. Gerakan meloncat sebanyak 12 kali sambil meletakkan kedua tangan di belakang badan
sepeti posisi orang yang sedang istirahat di tempat pada orang yang sedang melakukan
kegiatan baris-berbaris,
XIII. Gerakan meloncat sebanyak 13 kali sambil menggabungkan kedua telapak tangan dan
meletakkannya di pipi seperti orang tidur / bobok,
XIV. Gerakan meloncat sebanyak 14 kali sambil meletakkan kedua tangan di pinggan,
XV. Gerakan meloncat dan mengambil batu sambil jongkok sebanyak 15 kali, atau kalau tidak
melakukan gerakan itu juga bisa gerakan meloncat biasa sebanyak 60 kali atau meloncat
dengan kaki jinjit sebanyak 30 kali,
XVI. Gerakan ke 16 ini sering disebut gerakan mek wah / mengambil hadian / panen, gerakannya
meliputi gerakan dari tingkatan ke 3 sampai dengan ke 8 tanpa putus.
4. Gelud Cina
Gelud cina adalah permainan adu kekuatan. Permainan ini merupakan permainan individu
yang hanya bisa dimainkan olah 2 orang, tidak bisa lebih tidak bisa kurang. Aturan mainnya
sangat sederhana. Yaitu kdua pemain saling duduk berhadapan, kaki kaduanya diletakkan di
depan mereka masing-masing dan dilipat ke dan kamudian kaki mereka diposisikan beselang
seling. Lalu tangan kanan dilewatkan lipatan kaki memegang tangan kiri lawan. Setelah itu
adu kekuatan untuk menjatuhkan dengan daling membanting ke sampi dimulai. Siapa yang
jatuh maka ia yang kalah. Akan tetapi pisisi kaki harus tetap rapat.
5. Suramanda / Engklek
Suramanda atau engklek merupakan permaian individu tapi juga bisa dimainkan secara
berkelompok. Permaian ini adalah permainan yang memanfaatkan petakan-petakan yang
dibentuk sedemikian rupa. Aturan mainnya yaitu setiap pemain harus melempar sebuah batu
atau pecahan genteng sebagai penanda dari satu kotak ke kotak yang lain
kemudian engklek atau melompat lompat kari satu kotak ke kotak lain dengan gerakan
tertentu sanpai semua kotak dilewati kecuali kotak yang ada batu tadi. Tantangan berikutnya
adalah melempar batu sehinggha tepat masuk berada di dalam kotak yang dituju.
Permaianan suramanda ini ada beberapa jenis, antara lain :
a) BUTANI & PAK TANI
Suramanda pak tani dan bu tani adalah suramanda yang kotaknnya disusun sehingga
menyerupai pak tani dan bu tani. (Gambar 2)
b) BROK
Suramanda brok adalah suramanda yang terdiri dari tiga kotak yang kamudian dibagi dua
sehingga menjadi enam kotak. Lalu bagian tegah diberi perpanjangan sebanyak tiga kotak.
(Gambar 3)
c) SOROK/SARUK
Suramanda saruk ini agak berbeda dengan suramanda yang lain, yaitu kalau suramanda yang
lain kita melompat, pada suramanda saruk ini kita menyaruk batu yang telah kita lempar.
Bentuk kotakannya juga agak berbeda, ini terdiri dari 2 kotak memenjang lalu dibagi 3. Dan
jujung deret bagian kanan ditambahkan gambar 2 gambar trapesium yang saling menempel
berhadapan dengan bagian atasnya gambar lingkaran. Pada ketiga bangun itu kita tuliskan
sejumlah angka dan pada lingkaran adalah perolehan tertinggi agar kita bisa membeli salah
satu kotak sampai akhirnya semuanya terbeli.
Cara bermainnya misalnya, kita melempar batu pada kotak pertama, lalu kita menyaruknya
sampai pada tempat pendaratan / brok. Setelh dari brok, kita meletakkan batu itu di kota
tempak kita melakukan kegiatan menyaruk menuju salah satu dari tiga bangun bertuliskan
sejumlah nilai tadi sampai akhirnya kita dapat mengumpulkan nilai sebesar yang tertera di
lingkaran. Baru setelh itu kita membbeli salah satu kotak dengan melempar batu pada salah
satu kotak. Tapi melemparnya sambil membelakangi kotak. Jadi perlu pengarahan yang baik.
(Gambar 4)
d) KUPING/+/ kinciran
Suramanda kinciran adalah suramanda yang bentuknya plus (+). Atau lebih tepatnya kali (x)
karena kita menambahkan 2 kotak lagi pada salah satu sela persilangan. Dengan bagian
tengah sebagai tempat pendaratan. (Gambar 5)
Selain keempat permainan yang peneliti uraikan di atas masih ada beberapa permainan yang
mulai hilang dari tengah kehidupan anak-anak. Permainan-permainan tuersebut adalah :
1. Beteng-betengan
2. Pasaran
3. Tekongan
4. Dakon
5. Sawah-sawahan / gunung-gunungan
6. Macan-macanan
7. Nit-nitan
8. Maling-malingan
9. Mul-mulan
10. Omah-omahan dari debu
11. User-useran
12. Toktokan bambu
13. Pestol peluru kuncup glemot
14. Plentengan / ketapel
15. Sorkah sorgung
16. Cublek-cublek suweng
17. Pece-pecenan
18. Dingklik ongklak angklek
19. Kotak pos
20. Jim-jiman
21. Jarate
22. Ulo-ulonan
23. Keder
24. Benthik
25. Kekehan
26. Bak cu (lari sambil bersuara “cu”)
27. Otek-otek
28. Kartu umbul
29. Karetan
30. Nekeran
2. Harapan setelah bermaian bukanlah pada menang kalah, melainkan pada kepuasan batin,
Mengetahui
Kepala SMAN 1 GRATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke – Hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis berjidul “MENGKAJI PERMAINAN TRADISIONAL BENDAN DALAM
IMPLIKASINYA PADA KARAKTER ANAK-ANAK DUSUN PASAR KECAMATAN NGULING
KABUPATEN PASURUAN “ dengan tepat waktu.
Karya tulis ini ditulis sebagai pemenuhan nilai tugas Bahasa Indonesia yang berkenaan dengan
Menulis Karya Tulis Ilmiah. Sesungguhnya penulis meyakini tanpa bantuan dan uluran tangan,
pendapat atau input dari berbagai pihak, penulisan karya ilmiah ini tidak akan membawa hasil
yang maksimal.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Nur Hasan, M.Pd, selaku Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Grati.
2. Ibu Dwi Hariyanti, S.Pd, selaku pengajar Bahasa Indonesia kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Grati
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.
Kami sebagai penulis telah menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata maksimal, jadi
kritik dan saran yang membawa ke arah positif masih kita nantikan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan karakter secara individual. Semua yang
dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
merupakan kebudayaan. Kebudayaan selalu dipergunakan sebagai pedoman hidup artinya
sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tatanan kehidupan warga masyarakat tersebut
(Atik Catur Budiati: 2009: 86).
Kebudayaan terlahir dari berbagai sumber kearifan lokal maupun secara spontanitas dari
masyarakat tersebut. Bentuk dari kebudayaan sangatlah beranekaragam. Dalam bidang seni
yang meliputi seni tari, seni tulis, seni sandiwara, seni lukis, dan lain-lain. Sedangkan banyak lagi
kebudayaan yang masing-masing teraplikasikan dalam berbagai kategori. Salah satunya adalah
kebudayaan yang berupa permainan tradisional.
Permainan tradisional merupakan sarana interaksi tempo dulu yang bersifat rekreatif atau
menghibur. Jenis permainan sangatlah bermacam-bacam, dari yang menggunakan peralatan
sederhana hingga peralatan yang rumit sudah mendarah daging pada masayarakat tradisional
kemudian terbawa hingga masyarakat modern kini. Salah satu permainan tradisional yang
sangat sederhana yaitu Bendan.
Bendan merupakan nama permainan yang umum dikenal pada masyarakat Kabupaten
Pasuruan. Cara bermain yang unik, mudah, sederhana dan edukatif merupakan faktor
pendukung proses penanaman nilai-nilai pada anak-anak usia dini.
Berangkat dari keadaan demikian penulis mengangkat judul “Mengkaji Permainan Tradisional
Bendan dalam Implikasinya pada Karakter Anak-Anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling
Kabupaten Pasuruan” dalam karya tulis ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah: “Bagaimana Peranan Permainan Tradisional Bendan dalam Proses
Pembentukan Karakter Anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peranan permainan tradisional Bendan dalam proses pembentukan karakter
anak-anak di Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.
Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang
dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan
tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta
disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun
sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari
aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dan sebagainya.
(http://www.scribd.com/doc/55865763/Modul-4-Permainan-Tradisional-1, 29 April 2012, 17:57
WIB)
2.2.1 Definisi
Permainan Bendan merupakan permainan klasik yang dilakukan dengan menggunakan kaki dan
strategi dalam bidang datar yang dimainkan sesuai dengan pola yang dibuat sebelumnya.
(Sumber: menurut masyarakat Pasuruan).
Setiap permaian tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan anak.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan permainan modern yang berkembang saat ini. Adapun
pesan moral yang dapat disampaikan oleh permainan bendan ini adalah
a. Permainan ini mengajarkan untuk berbagi kepada sesama teman.
b. Harus dapat bersikap sportif terhadap setiap permaian yang dilakukan serta harus dapat
menerima jika dia kalah.
c. Setiap orang jika ingin sukses harus berjalan mulai bawah setelah itu baru dia akan
merasakkan hasil kerja kerasnya selama ini.
d. Anak akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga diharapkan
kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif serta berperilaku positif.
e. Seseorang jika ingin sukses harus berjalan satu per satu terlebih dahulu.
a. Semua pemain melakukan hompimpa yang menang berhak melakukan permaian terlebih
dahulu. Pemain pertama melemparkan gaco (pecahan enternit di kotak nomor satu). Saat
melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka
dinyatakan gugur.
b. Pemain Pertama melompat dengan satu kaki, dari kotak 1 sampai kotak 6 kemudian berhenti
sejenak di kotak A kemudian kembali lagi dengan mengabil gaco yang ada di kotak satu dengan
posisi kaki satu masih diangkat.
c. Setelah itu pemain melemparkan gaco tersebut sampai ke kotak 2 jika keluar dari kotak 2
maka pemain dinyatakan gugur dan diganti oleh pemain berikutnya.
d. Begitu seterusnya sampai semua kotak sudah dilempar dengan gaco. Pergiliran dilakukan jika
pemain pelempar gaco melewati sasaran, atau menampak dua kaki dikotak 1,2,3,4,5,6 dan
berhenti sejenak di kotak A kemudian lompat lagi di kotak 3 dan berhenti di kotak 2 untuk
mengambil gaco di kotak 1.
e. Jika gaco berada dikotak 2 maka pemain mengambilnya di kotak 3, jika gaco berada di kotak
4, 5 dan 6 maka pemain mengambilnya di kotak A.
f. Kemudian jika semua telah dilakukan oleh semua pemain maka pemain melemparkan gaco
dengan membelakangi gambaran Bendan-nya jika pas pada kotak yang dikehendaki maka kota
itu akan menjadi rumahnya maka boleh berhenti dikotak tersebut seperti pada kotak A tapi hanya
berlaku pada pemain yang menang pada permaian tersebut begitu seterusnya sampi kotak-
kotak mulai dari angka 1 sampai 6 menjadi milik para pemain. Jika semua telah dimiliki oleh
sang pemain maka permainan dinyatakan telah selesai.
g. Pemenang adalah pemain yang paling banyak memiliki rumah dari kotak-kotak pada yang
digambar.
(martini-pgsdum.blogspot.comlain, 10 April 2012, 14:19 WIB)
2.3 Karakter
Menurut H. Soemarno Soedarsono, karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita
melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkingan, dipadukan
dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam
sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang berusaha
menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan
kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup yang
dinamis, sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa angka-angka, tetapi
lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin disampaikan. Dalam
pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksud untuk
mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk menjelaskan fenomena
atau karakteristik individual, situasi atau kelompok sosial secara akurat.
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 18).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling
kabupaten Pasuruan pada tahun 2012 dengan jumlah populasi lebih dari 75 jiwa.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109).
Besar sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang berusia
5-10 tahun dengan jumlah 20 jiwa secara akumulasi sebanyak 50% dari populasi tersebut,
hingga perkiraan besar sampel 10 orang.
3.3.1 Observasi
Metode observasi adalah teknik penelitian dengan melakukan pengamatan subjek kajian secara
langsung turun ke lapangan untuk mengkaji subjek kajian secara spontan dan alamiah. Melalui
inilah peneliti berusaha menjelaskan realitas dengan berusaha memperkecil atau bahkan
menghilangkan subjektivitas peneliti.
3.3.2 Interview
Metode interview adalah wawancara atau dialog yang dilakukan oleh peneliti dan subjek
penelitian yang bersifat dua arah, adapun pertanyaan telah terlebih dahulu disistematisasi sesuai
dengan tema penelitian, pertanyaan secara fleksibel dapat berubah sesuai dengan arah
pembicaraan agar tidak menimbulkan kecanggungan subjek kajian.
Tempat penelitian Dusun Pasar RT.15/RW.02 Desa Mlaten Kecamatan Nguling ± 1 km ke arah
utara dari jalur perbatasan Pasuruan-Probolinggo Kabupaten Pasuruan pada tanggal 18-19 April
2012.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dusun Pasar ini berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah timur, serta Krajan
sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun keanekaragaman penduduk
yang sebagian besar adalah suku jawa,selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti sukun
madura serta keturunan thionghoa Indonesia dan arab.Adapun potensi yang di miliki dusun
pasar itu sendiri adalah laut.Dusun pasar ini berada pada tanah seluas ±10 hektar. Dusun pasar
mempunyai beberapa lembaga pendidikan keagamaan seperti sekolah madrasah.
Hasil interview yang didapat dari 10 responden Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang berusia 5-10
tahun adalah sebagai berkut:
Tabel.1
Kesimpulan:
Seluruh responden mempunyai tujuan untuk mendapatkan kesenangan. Untuk itu, para pemain
berusaha untuk menang dengan jujur. Namun keadaan dominan akan peranan orang tua yang
membatasi anak bermain hingga memarahi anaknya.
4.2 Pembahasan
Permainan tradisional memberikan kontribusi yang baik bagi anak-anak Dusun Pasar. Nilai-nilai
yang terkandung mampu membuat anak-anak di wilayah tersebut terus berpegang teguh pada
ajaran dan niilai-nilai kemasyarakatan. Beberapa individu yang kami teliti adalah salah satu dari
kelompok bermain yang berdomisili di daerah tersebut. Jika dilihat dari latar belakangnya,
mereka sejak kecil mendapat pengajaran lokal yang kuat sehingga mereka tidak merasa
canggung lagi dengan berbagai macam kebudayaan yang dimiliki. Ketika ditanya tentang
motivasi mereka bermain kegiatan tersebut, mereka menjawab secara normatif misalnya karena
mengisi waktu senggang, mencari kesenangan tersendiri, dan yang paling utama yaitu
mendapat kemenangan dari teman sepermainan lainnya. Dari banyaknya permainan tradisional
yang mereka ketahui, salah satu yang sangat termasyhur adalah permainan Bendan.
Di akhir permainan Bendan, individu yang kalah harus mematuhi dan menjalankan instruksi yang
diinginkan oleh individu yang menang. Hal ini dilakukan sebagai imbalan bagi baik yang menang
atau yang kalah.
Dalam permainan tersebut terdapat pengajaran atau transfer mengenai kompetisi. Mengamati
antara satu dengan lainnya lalu saling berpikir membentuk strategi permainan. Dalam proses
itulah penanaman nilai-nilai dilakukan. Nilai-nilai yang dimunculkan tentu saja nilai-nilai moral.
Proses penciptaan nilai dilakukan antar individu yang bermain. Seorang individu yang lebih
cekatan dalam bermain, secara tidak langsung membuat pemain lainnya merasa geram. Hal ini
mampu memicu munculnya strategi baru yang kemungkinan bisa lebih baik atau bahkan
menjatuhkan mental pemain selanjutnya. Hal tersebut berdampak baik apabila anggota tersebut
telah mengerti dan telah merekam strategi lawan dalam dirinya, dan selanjutnya dengan mudah
mengaplikasikannya. Intinya, proses penanaman nilai-nilai sosial pada permainan tradisional
bendan dikomunikasikan secara serentak ketika pemain lain memegang permainan.
4.2.3 Mengidentifikasi pengaruh tradisional Bendan bagi pola perilaku anak-anak di Dusun
Pasir Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.
Menurut tabel.1 faktor mencari kesenangan adalah yang paling besar dalam memberikan
dorongan memainkan bendan. Bagi mereka bendan dianggap sebagai sarana rekreasi yang
menginterpretasikan permainan desa sederhana sebagai suatu kebutuhan yang mutlak bagi
mereka.
Pembentukan karakter kepribadian bermula dari semenjak kelahiran individu, di mana secara
normal kelompok primerlah yang mengajarkan pertama kali dan selanjutnya kelompok-kelompok
sekunder yang selanjutnya menanamkan pada perilaku-perilaku berikutnya. Dalam kelompok
bermain yang kami teliti, sejak awal permainan berlangsung terlihat ambisi yang besar untuk
menang. Semua individu memiliki cara yang berbeda, hal ini menunjukkan keberagaman cara
berfikir untuk menang. Setiap individu secara tersirat dituntut untuk lenih baik dari individu
lainnya. Pemahaman nilai-nilai berupa intens, sehingga semakin membentuk kesadaran
anggotanya. Selanjutnya, karakter tersebut akan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah. Secara tidak langsung anak-anak yang sering bermain bendan terus berhati-hati dan
berfikir untuk bisa menjadi yang terbaik pada sahabat atau orang di sekitarnya.
Untuk pola pikir sendiri mereka cenderung bersifat kompetitif. Misalnya dalam ulangan harian
sekolah, mereka cenderung bersikap perfeksionis, Dilain sisi pengaruh 8% dari kebiasaan orang
tua memarahi anaknya merupakan hal yang mampu menghambat proses transaksi nilai-nilai
permainan bendan. Dalam artian, tidak sepenuhnya seorang anak dikekang dan diberikan
kebebasan untuk mengisi waktu senggang. Peranan orangtua yang bijak dengan mengatur
jadwal anak lebih diprioritaskan guna menyeimbang antara keinginan anak untuk bermain dan
peran orangtua sebagai controlling.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka kami
dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Sebanyak 100% dari 10 responden menyatakan dirinya bermain untuk merasakan
kesenangan
2. Sebanyak 70% dari 10 responden melalui permainan tradisional bendan dirinya mampu
mengakrabkan diri.
3. 80% responden berusaha untuk menang
4. Tujuan lain responden adalah 60% untuk memperoleh pujian
5. 80% peranan orangtua yang kontra terhadap kebebasan anak dalam bermain
6. Permainan bendan mengandung nilai kompetitif yang mampu memicu anak menjadi pribadi
yang lebih baik dan berhati-hati.
7. Permainan bendan bisa menjadi kegiatan alternatif seorang anak dalam mengisi waktu
senggangnya karena bersifat rekreatif edukatif, dimana dalam bermain mendapatkan dua
manfaat sekaligus.
5.2 Saran
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai sosial yang terkandung dalam setiap
permainan tradisional pada umumnya, dan permainan bendan pada khususnya.
Diharapkan menjadi masukan pada pihak terkait mengenai dampak baik dan potensinya dalam
sumbangsihnya terhadap karakter bangsa, terutama anak-anak sebagai penerus bangsa.
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan penelitian
berikutnya yang berkenaan dengan cara-cara lain pengembangan karakter bangsa.
Permainan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan manusia. Dimulai
dari usia kanak-kanak bahkan sampai usia dewasa sekalipun, manusia
tetap tidak bisa terlepas dari permainan. Hal ini bisa kita lihat dari
banyaknya permainan yang tersedia saat ini di pasaran. Sebagai contoh
adalah permainan Petak Umpet. Sebenarnya permainan-permainan
tradisional (permainan rakyat) itu mengandung unsur-unsur pendidikan
yang sangat baik, misalnya mengajarkan orang untuk sprortif, jujur dan
kreatif.
Permainan Petak Umpet secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan
tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang
akan berkembang dalam diri anak tersebut.
Petak Umpet pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-
an. Permainan Petak Umpet ini menjadi favorit saat “keluar main” di
sekolah dan setelah mandi sore di rumah.
Cara bermainnya dilakukan secara berkelompok.. Jika bermain secara
berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan
gambreng atau hompipah untuk menentukan satu anak yang kalah
sebagai harus menutup mata dan yang lainnya bersembunyi. Meski
demikian, segala permainan Petak Umpet sebetulnya bisa dimainkan anak
laki-laki maupun perempuan tanpa memandang jender. selain
menyenangkan, permainan ini tak banyak memakan waktu, murah, dan
menyehatkan. Jadi cocok untuk mengisi waktu senggang anak-anak
ketimbang mereka main lari-larian tanpa tujuan. Salah satu cara yang
diimbau dengan memberi kesempatan anak untuk main Petak Umpet di
waktu istirahat. Permainan tradisional ini mengasah ketelitian dan
kepekaan anak. Kumpulkan teman-teman balita dan ajak bermain petak
umpet.
Cara bermain:
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata pelajaran Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan kelas X Matimatika Sains 2 dengan guru pendamping Suwarnie, Spd. Tim
penyusun berharap makalah ini nantinya akan dapat membantu sesama siswa di sekolah ini
maupun para pembaca lainnya untuk mengetahui tentang olahraga tradisional Dayak.
Dalam penyelesaian makalah ini, tim penyusun telah banyak mengalami kesulitan, terutama
oleh kurang pengetahuan yang dimiliki. Namun, dengan bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak makalah ini akhirnya dapat terselesaikan, walau masih jauh dari kesempurnaan. Karena
1. Suwarnie, S. Pd, selalu guru pendamping yang telah memberikan arahan tentang standar
2. Orangtua yang telah memberikan motivasi, bantuan dan dukungan baik moral maupun
spiritual.
3. Narasumber terpercaya yang telah membantu terciptanya makalah ini baik langsung
maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Tim penyusun sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu tim penyusun sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran positif, guna penulisan makalahyang lebih baik pada masa mendatang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………… .. 1
BAB II
2. 2 Menyipet…………………………………………………………………………………. 4
BAB III
III. PENUTUP……..……………………………………………………….. 5
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 5
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 6
BAB I
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi telah menyebar keseluruh dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Pekerjaan
manusia pun dapat dipermudah dengan adanya penemuan-penuman alat mutakhir oleh para
ilmuwan luar negeri. Hal tersebut termasuk pula dalam bidang olahraga. Sekarang, olaharaga
dapat dilakukan sendirian dan tidak harus keluar rumah dengan ditemukannya
alat fitnes. Olahraga terasa lebih mudah karena tidak harus terkena sinar matahari dan dapat
Namun, hal tersebut memiliki dampak negatif bagi kebudayaan daerah, khususnya
olahraga tradisional. Kemudahan yang didapat dari mengunakan alat fitnes modern telah
membuat orang-orang kota beralih dari olahraga tradisional yang dianggap kuno dan
merepotkan. Bahkan, ada diantara anak muda zaman sekarang yang tidak tahu bagaimana cara
memainkan olahraga tradisional daerahnya sendiri. Oleh karena itu, kami akan mengingatkan
kembali tentang dua olahraga tradisional yang ada di daerah Kalimantan Tengah dan cara
memainkannya.
Sesuai dengan uraian di atas, untuk memberikan ruang lingkup, maka tim penyusun menegaskan
bahwa makalah ini hanya akan membahas tentang dua olahraga tradisional di Kalimantan
Berdasarkan uraian yang akan kita bahas lebih lanjut pada bab pembahasan, maka akan
1. Remaja Kalimantan Tengah akan tahu bagaimana cara memaikan olahraga tradisional
daerah mereka.
Metode penulisan karya ilmiah ini adalah gabungan dari studi pustaka dan studi
lapangan. Tim banyak melakukan pencarin di internet tentang permainan dan olahraga
tradisional Kalteng. Tidak hanya itu, karya tulis ilmiah ini juga didukung dengan
pengalaman langsung beberapa anggota tim laki-laki kami yang pernah bermain sepak sawut.
BAB II
II. PEMBAHASAN
Beberapa nama olahraga yang akan kita jelaskan pada bab ini adalah Sepak
Sawut dan Menyipet.
Dahulu, sepak sawut merupakan rangkaian ritual adat, dimainkan saat membuka ladang
berpindah/saat menunggu jenazah (untuk umat Kaharingan). Karena kebanyakkan pada tempo
dulu di Kalimantan hampir semua kegiatan dilakukan secara gotong-royong seperti membangun
rumah, membuka ladang, menanam padi, memanen padi yang dilakukan secara bersama-sama
atau dalam bahasa daerahnya “handep”. Permainan sepak sawut sekarang sudah agak jarang
kita temukan. Artinya permainan ini hampir langka hanya pada waktu-waktu tertentu saja kita
dapat menyasikannya, misal pada perayaan ulang tahun Propinsi Kalteng, ulang tahun
Sepak sawut merupakan permainan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat bukan
hanya kalangan muda tetapi banyak juga orang tua yang menggemari permainan yang satu ini
terutama warga masyarakat Kalimantan. Sepak sawut yaitu sebuah permainan seperti
permainan sepak bola pada umumnya. Namun yang membedakan dengan permainan sepak
bola yaitu pada bola yang digunakan untuk bermain merupakan bola yang berapi.
Gambar 1.1 Cara memaikan olahraga Sepak Sawut.
Bolanya dapat terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dengan terlebih
dahulu airnya dibuang lalu bongkahan tersebut direndam menggunakan minyak tanah.
Tujuannya supaya minyak meresap kedalam serat-serat bola kelapa tersebut. Supaya lebih seru
lagi permainan ini dimainkan pada malam hari. Permainan ini memiliki keindahan tersendiri,
karena penerangan hanya menggunakan lampu seadanya dan cahaya kebanyakan bersumber
dari bola api yang dimainkan. Peraturan main juga hampir sama, tidak berbeda jauh dengan
main sepak bola pada umumnya yang terdiri dari dua gawang, gawang kita dan gawang musuh.
Satu tim terdiri dari lima orang pemain. Ada pula peraturan tidak tertulis untuk tidak
menggunakan alas kaki selama permainan. Lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh dengan
luas lapangan bola basket. Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit. Siapa yang banyak
memasukkan bola ke gawang lawan maka tim tersebut yang dinyatakan sebagai pemenang
dalam lomba.
Apabila budaya seperti itu dapat terus dilestarikan sebagai generasi muda Kalimantan maka
tidak menutup kemungkinan budaya tersebut menjadi tontonan yang menarik bagi ratusan
orang dari pulau yang berbeda atau para turis mancanegara yang datang untuk berkunjung ke
Kalimantan hanya ingin menyaksikan pertandingan yang tidak akan terlupakan. Artinya dapat
menjadi suatu objek wisata yang bakal banyak digemari. Secara tidak langsung akan
tumbuh dan banyak sektor lain juga yang akan berkembang oleh hal itu.
2.2 Menyipet
Gambar 2.1 Demek beserta wadahnya
Menyipet atau menyumpit adalah olahraga Dayak yang sekarang diperlombakan diajang
Internasional. Namun sayang, pelestarian olahraga tradisional Dayak yang satu ini kurang
diminati sehingga tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah layaknya yang
dilakukan oleh Malaysia dengan membuat lapang khusus atlet menyumpit. Oleh karena itu,
Adapun cara memainkan adalah dengan memegang batang sumpit menggunakan kedua tangan
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebetulnya, ada banyak sekali permainan tradisional Kalimantan Tengah yang dapat
kita jadikan olahraga, salah satunya tadi adalah Sepak Sawut. Namun, karena kemajuan
teknologi, remaja lebih memilih untuk melakukan olahraga di rumah atau di sekitar kompleks
3.2 Saran
tentang permainan tradisional yang dapat dijadikan sebagai olahraga. Sekolah juga berperan
penting dalam hal mengenalkan olahraga tradisional daerah pada muridnya. Misalnya dengan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://tanahair.kompas.com/read/2011/06/13/11333860/Kearifa
n.Lokal.Dayak.dalam.Sebatang.Sipet.
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/199405255/Sumpi
t-Tradisi-Dayak-Jadi-Olahraga
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/199405255/Sumpi
t-Tradisi-Dayak-Jadi-Olahraga
catatan : buat gambar 2
ABSTRAK
Setyawan, Jefri. 2012. Mengkaji Permainan Tradisional Bendan Dalam Implikasinya Pada
Karakter Anak-Anak Dusun Pasir Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. Karya Tulis
Tradisional, Permainan Bendan, Karakter, Dusun Pasar Sebagian besar masyarakat tidak
menyadari bahwa pembentukan karakter anak-anak tidak hanya melalui transaksi primer,
melainkan juga dari kelompok teman sepermainan. Keadaan tersebut berasal dari
kecenderungan orang tua yang membatasi anaknya dari berbagai kegiatan bermain dengan
alasan kurang bermanfaat. Sehingga karakter anak di usia dini menjadi tertutup dan susah
berpotensi bagi penciptaan karakter yang melandaskan pada nilai-nilai leluhur budaya asli
daerah. Selain itu potensi permainan bendan juga mencptakan nilai kompetitif bagi anak.
kuesioner, observasi dan interview. Hasil penelitian mengenai permainan tradisional bendan
di dapatkan 100% responden mempunyai tujuan untuk mendapatkan kesenangan. Untuk itu,
80% mereka berusaha untuk menang. Namun keadaan 80% masih manyayangkan peranan
orang tua yang membatasi anak bermain. Diharapkan setiap orangtua sadar dan
mengarahkan serta member kebebasan anak mereka untuk berkreasi di usia dini. Guna
tradisional, khususnya bendan mampu dijadikan sarana penciptaan karakter anak-anak lebih
baik.
DAFTAR ISIL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
ABSTRAK v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
2.3 Karakter 7
tradisional Bendan 12
BAB IV PENUTUP 15
5.1 Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan karakter secara individual. Semua yang
dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
Kebudayaan terlahir dari berbagai sumber kearifan lokal maupun secara spontanitas dari
masyarakat tersebut. Bentuk dari kebudayaan sangatlah beranekaragam. Dalam bidang seni
yang meliputi seni tari, seni tulis, seni sandiwara, seni lukis, dan lain-lain. Sedangkan banyak
lagi kebudayaan yang masing-masing teraplikasikan dalam berbagai kategori. Salah satunya
Permainan tradisional merupakan sarana interaksi tempo dulu yang bersifat rekreatif atau
sederhana hingga peralatan yang rumit sudah mendarah daging pada masayarakat
tradisional kemudian terbawa hingga masyarakat modern kini. Salah satu permainan
Bendan merupakan nama permainan yang umum dikenal pada masyarakat Kabupaten
Pasuruan. Cara bermain yang unik, mudah, sederhana dan edukatif merupakan faktor
pendukung proses penanaman nilai-nilai pada anak-anak usia dini.Berangkat dari keadaan
Pasuruan?”
BAB II
KAJIAN TEORI
Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang
permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri
kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan
baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi
waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin sepertibekerja mencari nafkah, sekolah, dan
sebagainya.
17:57 WIB)
2.2.1 Definisi
Permainan Bendan merupakan permainan klasik yang dilakukan dengan menggunakan kaki
dan stretegi dalam bidang datar yang dimainkan sesuai dengan pola yang dibuat
anak. Hal ini sangat berbeda sekali dengan permainan modern yang berkembang saat ini.
Adapun pesan moral yang dapat disampaikan oleh permainan bendan ini adalah
b. Harus dapat bersikap sportif terhadap setiap permaian yang dilakukan harus dapat
d. Anak akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga diharapkan
kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif (dalam hal positif tentunya).
e. Orang itu jika ingin sukses harus berjalan bendan terlebih dahulu
c. Memberikan pengertian kepada orang tua-orang tua bahwa anak tersebut membutuhkan
yang namanya permainan. Bukan les ini lah, les itu lah ato tetek bengeknya yang membuat
d. Mengajarkan anak-anak Indonesia berfikir kreatif dengan apa yang ada di sekitarnya
sehingga diharapkan kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif.
digambar di atas tanah. Permainan ini berbentuk kotak-kotak yang menyerupai tanda
tambah namun memiliki kotak-kotak. Memainkan harus loncat dengan menggunakan satu
kaki dari kotak satu ke kotak. Kita sebagai pemain memegang sebuah pecahan eternit untuk
kotak-kotak tersebut. Setelah selesai lompat ke semua kotak kita mengambil pecahan
enternit tersebut kemudian dilemparkan lagi kotak selanjutnya tapi dalam melempar tidak
boleh melebih batas kotak yang telah disediakan jika kita melebihi batas kotak yang telah
disediakan maka kita dinyatkan gugur dan diganti oleh pemain lagi. Permainan ini dilakukan
oleh dua orang atau lebih. Hal yang perlu disiapkan dalam permainan ini adalah sebelum
kita memulai permainan ini adalah harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal
atau tanah. Mengambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri
a.Semua pemain melakukan hompimpa yang menang berhak melakukan permaian terlebih
dahulu. Pemain pertama melemparkan gaco (pecahan enternit di kotak nomor satu). Saat
melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka
dinyatakan gugur.
b. Pemain Pertama melompat dengan satu kaki, dari kotak 1 sampai kotak 6 kemudian
berhenti sejenak di kotak A kemudian kembali lagi dengan mengabil gaco yang ada di kotak
c. Setelah itu pemain melemparkan gaco tersebut sampai ke kotak 2 jika keluar dari kotak 2
d. Begitu seterusnya sampai semua kotak sudah dilempar dengan gaco. Pergiliran dilakukan
jika pemain pelempar gaco melewati sasaran, atau menampak dua kaki dikotak 1,2,3,4,5,6
dan berhenti sejenak di kotak A kemudian lompat lagi di kotak 3 dan berhenti di kotak 2
e. Jika gaco berada dikotak 2 maka pemain mengambilnya di kotak 3, jika gaco berada di
f. Kemudian jika semua telah dilakukan oleh semua pemain maka pemain melemparkan gaco
dengan membelakangi engkleknya jika pas pada kotak yang dikehendaki maka kota itu akan
menjadi rumahnya maka boleh berhenti dikotak tersebut seperti pada kotak A tapi hanya
berlaku pada pemain yang menang pada permaian tersebut begitu seterusnya sampi kotak-
kotak mulai dari angka 1 sampai 6 menjadi milik para pemain. Jika senua telah dimiliki oleh
g. Pemenang adalah pemain yang paling banyak memiliki rumah dari kotak-kotak pada yang
2.3 Karakter
Menurut H. Soemarno Soedarsono, karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri
dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang
mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.
Dusun pasar terletak di desa Mlaten, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Dusun pasar
ini berjarak 500 meter dari pantura yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan,petani dan pedagang. Dinamakan dusun pasar karena diantara satu desa
dengan desa lain yang ada pusat perbelanjaan pada zaman dahulu hanya blok dusun ini.
Sehingga dinamakan Dusun pasar. Dusun pasar terdapat 2 RT (RT 15 dan RT 16) dan 2
RW(RW 5 dan RW 6).Dusun pasar berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah
timur, serta Krajan sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun
keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku jawa,selain itu bisa juga
ditemui suku-suku lain seperti sukun Madura serta keturunan thionghoa Indonesia dan arab.
Adapun potensi yang di miliki dusun pasar itu sendiri adalah laut. Dusun pasar ini berada
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang
berusaha menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu
kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan
hidup yang dinamis, sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa angka-
angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin
dimaksud untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk
menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok sosial secara
akurat.
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling
kabupaten Pasuruan pada tahun 2012 dengan jumlah populasi lebih dari 75 jiwa.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109).
Besar sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang
berusia 5-10 tahun dengan jumlah 20 jiwa secara akumulasi sebanyak 50% dari populasi
3.3.1 Observasi
Metode observasi adalah teknik penelitian dengan melakukan pengamatan subjek kajian
secara langsung turun ke lapangan untuk mengkaji subjek kajian secara spontan dan
alamiah. Melalui inilah peneliti berusaha menjelaskan realitas dengan berusaha memperkecil
3.3.2 Interview
Metode interview adalah wawancara atau dialog yang dilakukan oleh peneliti dan subjek
penelitian yang bersifat dua arah, adapun pertanyaan telah terlebih dahulu disistematisasi
sesuai dengan tema penelitian, pertanyaan secara fleksibel dapat berubah sesuai dengan arah
arah utara dari jalur perbatasan Pasuruan-Probolinggo Kabupaten Pasuruan pada tanggal
BAB IV
Dusun Pasar ini berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah timur, serta Krajan
sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun keanekaragaman
penduduk yang sebagian besar adalah suku jawa,selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain
seperti sukun madura serta keturunan thionghoa Indonesia dan arab.Adapun potensi yang di
miliki dusun pasar itu sendiri adalah laut.Dusun pasar ini berada pada tanah seluas ±10
hektar. Dusun pasar mempunyai beberapa lembaga pendidikan keagamaan seperti sekolah
madrasah.
Hasil interview yang didapat dari 10 responden Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang berusia 5-10