Anda di halaman 1dari 51

PERMAINAN TRADISIONAL MODAL KARAKTER BANGSA

ABSTRAK
Permainan tradisional atau sering disebut permainan rakyat merupakan pemainan yang sudah
ada sejak zaman nenek moyang kita yang kemudian turun-temurun secara lisan sampai ke
zaman kita. Dalam permainan tradisional tersebut mengandung banyak sekali nilai-nilai dasa
dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan modal bagi pembentukan karakter
bangsa. Akan tetapi seiring dengan perkembangan iptek, ada beberapa permainan yang tidak
sampai ke jaman kita sekarang, dan pada jaman sekarang ini permainan tradisional juga mulai
ditinggalkan dengan adanya fasilitas gam komputer yang myngkin lebih menarik tapi
manfaatnya hanya sedikit.
Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, elemen
masyarakat, sekolah sekaligus orang tua untuk kembali menanamkan dan menumbuhkan
kembali permainan-permainan tradisional yang hampir hilang. Karena dengan permainan
tradisional kita dapat mempersiapkan para generasi penerus bangsa yang mewarisi karakter
para leluhur bangsang yang luhur sehingga bangsa Indonesia dapat mencapai cita-cita yang
tlah didambakan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi yang semakin pesat menciptakan berbagai permainan anak yang lebih
menarik dan menyenangkan. Salah satunya adalah game online,permainan yang kini lebih
disukai anak-anak. Selain lebih menarik,cara mengaksesnyapun mudah sehingga
memudahkan si anak untuk menggunakannya. Pilihan permainan yang lebih banyak juga
membuat anak lebih menggemari permainan ini.
Sayangnya,kemajuan teknologi tersebut menyebabkan mulai ditinggalkannya permainan
tradisional yang
dulu lebih sering dimainkan anak-anak. Game online yang kini digemari sering kali
menimbulkan dampak negatif seperti membuat anak ketagihan. Selain membuat ketagihan,
hal ini juga menyebabkan berkurangnya jiwa sosial si anak. Kecenderungan untuk bermain di
depan layar komputer menyebabkan tidak adanya sosialisasi dengan anak-anak yang lain.
Apabila hal ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan bahwa permainan tradisional
yang selama ini telah mengakar dalam jiwa anak-anak Indonesia sejak dulu akan punah. Dan
hal tersebut juga akan berpengaruh pada pembentukan karakter, jiwa dan kepribadian anak
yang cenderung individualisme.
Maka dari itu penulis mengangkat hal tersebut untuk sebagai bahan penelitian yang panulis
kemas dalam suatu karya tulis dengan judul “ PERMAINAN TRADISIONAL
MODAL karakter BANGSA “.
B. FOKUS MASALAH
a. Apa sajakah permainan tradisional yang mulai hilang serta bagaimana cara permainannya?

b. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam permainan tradisional tersebut dan apa
peranannya dalam pembentukan karakter bangsa?

c. Bagaimana peran permainan tradisional dalam pembentukan karakret bangsa ?


C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui permainan tradisional yang mulai punah di kalangan anak-anak. Selain itu untuk
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional serta kelemahan dan
kelebihannya dengan permainan modern yang saat ini lebih diminati anak-anak.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis terhadap berbagai macam permainan tradisional yang sudah
mulai hilang,
b. Menambah pengetahuan pengenai nilai-nilai yang terkandung dalam permainan – permainan
tradisional.
2. Bagi Masyarakat
a. Sebagai referensi mengenai permainan tradisional yang sudah mulai hilang,
b. Sebagai titik awal untuk mulai mengenalkan permainan tradisional yang mulai hilang
tersebut,
c. Sebagai media sosilisasi mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional.
3. Bagi Pemerintah Daerah
a. Sebagai referensi untuk mulai menumbuhkan kembali permainan-permainan tradisional agar
tidak punah,
b. Sebagai kritik terhadap Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan kelestarian
permainan tradisional sebagai kekayaan budaya daerah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Permainan Tradisional
Permainan tradisional atau sering disebut permainan rakyat merupakan pemainan yang sudah
ada sejak zaman nenek moyang kita yang kemudian turun-temurun secara lisan sampai ke
zaman kita.Permainan tradisional pada dasarnya adalah suatu aktifitas rakyat yang
menyenangkan. Perasaan senang itu akan mengalahkan segalanya. Karena itu, meskipun ada
yang kalah dalam permainan dan terlalu lelah, tetapi tetap merasa puas. Kepuasan dalam
bermain menjadi tolok ukur keberhasilan dalam permainan.
Pada awalnya, permainan rakyat hanya sekedar media ekspresi di waktu sunyi saja. Oleh
karena masyarakat waktu itu masih minim hiburan, maka permainan menjadi aternatif.
Permainan dijadikan arena bertukar pikiran atau sosialisasi apa saja dalam kelompok kecil.
Secara tidak langsung, anak-anak yang bermain juga belajar melalui sebuah permainan.
Apalagi dalam permainan rakyat Jawa memuat nilai—nilai yang penting diserap anak.
Pada giliran selanjutnya, permainan rakyat tidak hanya milik anak saja. Kaum ramaja dan
dewasa juga banyak yang tertarik pada permainan rakyat. Akhirnya permainan rakyat sering
menjadi komoditi penting bagi pengembangan wisata atau bidang-bidang yang lain. Segmen
wisata atau seni-seni lain seringkali berkolaborasi dengan permainan rakyat agar memiliki
daya tarik.
Dan perkara utama yang menjamin kesinambungan permainan tradisional pada masa lalu
ialah keseragaman cara hidup nenek moyang kita. Ada di antara permainan ini yang sekarang
tidak dimainkan lagi tetapi hanya diketahui oleh ibu bapa dan datuk nenek kita saja. Tetapi
ada juga yang masih dimainkan lagi oleh anak-anak sehingga hari ini. Di antara permainan
itu antara lain congkak, wau, batu seremban, sepak raga, gasing dan lain-lain.

B. Karakter Bangsa
Karakter atau watak adalah suatu kalimat yang memang sulit dideginisikan, tetapi lebih
mudah dipahami melalui uraian-uraian berisikan pengertian. Berikut beberapa pengertian
karakter, diantaranya:
1. Menurut Sigmund Freud, “character is a strinving system which underly
behavior”. Maksudnya,karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang
mewujud dalam satu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku.
2. Menurut Soemarno Soedarsono: “karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri
dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan
pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia
menjasi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam sistem daya juang,
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku kita.”
3. Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, “ Karakter adalah keseluruhan kehidupan
psikis seseorang hasil interaksi antara faktor-faktor endosin dan faktor eksogin atau
pengalaman seluruh pengaruh lingkungan”.
4. Pengertian karakter dalam agama islam lebih dikenal dengan
istilah akhlak. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, “ Akhlak adalah sifat
yang tertanam/menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan
secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan, dan perbuatan”.
5. Jika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belum dimasukkan kata karakter, yang
ada adalah kata “watak” yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat.
Dari lima definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter secara singkat
adalah sifat yang diperoleh dari pengalaman hidup.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Permainan Tradiosional yang Mulai Hilang
Permainan tradisional atau permainan rakyat jumlahnya sangatlah banyak sekali. Akan tetapi
pada masa sekarang ini, permainan-permainan tersebut nampaknya lambat laun mulai
memudar karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi. Dan pada
akhirnya hal tersebut berimbas kepada permaian tradisional yang mulai ditinggalkan anak-
anak karena mereka lebih memilih permaian-permainan modern yang tampilannya menarik
dan lebih seru.
Walaupun masih ada sebagian dari anak-anak desa yang masih tetap eksis memainkan
permainan-permainan tradisional tersebut, tapisudah banyak sekali permainan-permaian
tradisional yang mulai menghilang dan mungkin hanya akan menjadi rahasia anak-anak
terdahulu yang sekarang telah tumbuh dewasa. Beberapa permaian tradisional yang mulai
menghilang tersebut antara lain :
1. Delikan
Delikan atau lebih dikenal dengan sebutan “petak umpet” merupakan salah satu permainan
yang sangat digemati anak-anak. Permaianan yang satu ini dapat diikuti oleh banyak anak
yang jumlahnya bebas tapi paling tidak diikuti oleh 3 anak, satu anak sebagai pencari /
penjaga markas yang biasanya barupa pohon atau tiang, sedangkan pemaian yang lain
sebagai anak yang barsembunyi dan mencoba mencapai tian atau markas tersebut tanpa
diketahui olah anak yang jaga. Untuk mengawali permainan ini perlu ditentukan dulu siapa
yang bertugas sebagai penjaga. Untuk menentukannya dapat dilakukan
dengan hompimpah atau jingjring.
Setelah sang penjaga telah siap maka permainan simulai dengan anak yang penjaga menutup
matanya sampil menghadap ke tiang / markas. Biasanya anak-anak yang bersembunyi diberi
batasan waktu sesuai kesepakan para pemain tersebut. Hitungannya misalnya berupa
meneriakkan angka mulai dari 1 sampai dengan 20 Hitungan tersebut diteriakkan oleh si
penjaga. Setelah hitungan selesai maka semua anak yang akan mendapat bagian bersembunyi
harus sudah bersembunyi karena kalau tidak maka ia akan kena atau mendapat kesempatan
jaga kalau teman yang lain tidak ada yang kena. Maka si penjaga memulai pencariannya
dengan tetap memperhatikan tiang agar tidak ada anak yang bersembunyi dapat lolos dari
pengawasannya untuk menyentuh tiang. Apabila si penjaga berhasil mengetahui / melihat
salah temannya yang bersembunyi dia bisa mengatakan door sambil diikuti nama dari anak
itu, lalu berlari menyentuh tiang lebih dulu sebelum anak yang di tempbak itu menyentuh
tiang. Akan tetapi jika si penjaga kalah cepat maka anak itu menjadi bebas jadi kesempatan
jaga. Lalu jika ada anak yang bersembunyi berhasil menyentuh tiang is harus menyentuhnya
sambul mengatakan jethung.
Setelah semua anak yang bersembunyi keluar baik itu ia bebas atau kena maka permainan
berakhir. Kemudian untuk menyambungnya dilakukan dengan hompimpahkembali tapi hanya
antara anak-anak yang kena / tertangkap tadi. Tapi apabila semua anak yang bersembunyi
tidak ada yang kena maka penjaga harus jaga sekali lagi. Dan permaianan ini terus berlanjut
sampai beberapa kali pergantian penjaga sampai diperoleh kesepakatan antara pemaian untuk
berakhir. Jika belum mendapat kesepakatan berakhir, maka permainan ini akan terus
berlanjut tidak ada habisnya.
2. Gobag Sodor
Permaian Gobag Sodor merupakan permaian tradisional yang dimainkan secara beregu atau
kolektif. Permainan ini bertempat pada suatu pentuk lapangan atau petakan tanah yang telah
dibatasi dengan garis-garis. Bentuk lapangannya seperti (gambar 1) di bawah ini. Seperti
yang terlihat di gambar bahwa ada 5 orang penjaga, maka permainan ini paling tidak
dimainkan oleh 10 anak yang terbagi menjadi 2 regu. Satu regu menjadi penjaga dan yang
satunya sebagai penyerang. Akan tetapi permainan ini juga bisa dimainkan oleh anak kurang
dari 10, tapi minimal 6 orang, 3 pejaga dan 3 penyerang. Untuk 3 orang penjaga berada pada
tempat penjaga 2, 3, dan 4. Untuk memulai permainan ini hal pertama yang harus dilakukan
setelah semua pemain misal berjumlah 10 anak yaitu membaginya menjadi 2 regu.
Pembagian dapat dilakukan dengan suit. Caranya, setiap anak mencari pasangan masing-
masing yang kiranya memiliki kakuatan yang setara, lau mereka melakukan suit. Anak yang
menang menjadi satu regu penyerang dan yang kalah menjadi satu regu yang bertugas jaga
terlebih dahulu. Setelah siap pada posisi masing-masing permainan dapat dimulai. Dan
khusus
penjaga 4 dipilih yang paling lincah karena dia bertugas menjaga garis yang panjang mulai
dari penjaga 1 sampai 5.
Aturan permianannya yaitu para pemain penerobos yang menang suit tadi haru bisa
menerobos kotak sampai akhir tanpa tersentuh olah pemain penjaga. Setelah sampai di
sebrang maka ia harus kembali lagi ke tempat semula, barulah jika ia berhasil melewati
semuanya pergi puleng maka ialah yang menang. Tapi jika semua anggota tim penerobos
gagal semua, maka tim penerobos berganti manjadi tim penjaga dan sebaliknya.
3. Luncatan
Luncatan atau sering disebut karetan merupakan salah satu permainan tradisional yang
menggunakan alat bantu berupa karet gelang atau tali yang lain. Sebenarnya karet gelang ini
tidak hanya dimanfaatkan untuk permainan luncatan saja melainkan telah dimanfaatkan untuk
permainan tradisional yang lain, antara lain jepret panggang, kejar-kejaran, dll.
Karet yang digunakan dalam permainan luncatan adalah karet gelang yang telah dirangkai
sangat panjang sehingga membentuk suatu tali. Tali dari karet ini yang kemudian dijadikan
sebagai alat utama dalam permainan Luncatan. Selain menggunakan karet gelang, luncatan
juga bisa dimainkan dengan menggunakan tali yang lain seperti tampar atau talu yang lain.
Akan tetapi para anak-anak lebih sering menggunakan karet gelang karena jika terkena badan
tidak terlalu sakit.
Permainan loncatan ini dapat dilakukan secara individu maupun ckepompok. Dan dalam
permainan loncatan ini memiliki 15 tingkatan dan ditambah satu tinggkat penyelesaian
permainan. Jika dimainkan individe maka masing-masing individe harus menyelesaikan 16
tingkatan gerakan itu sendirian, siapa yang lebih dulu menyelesaikannya, dia yang menang.
Jika dimainkan secara berkelompok, maka masing-masing anggota kelompok harus
menyelesaikan ke 16 tingkatan. Akan tetapi, bedanya kalau individu gagal melakukan salah
satu tingkatan maka ia harus menjadi pemutar karet, sedangkan kalau kelompok, jika salah
satu anggotanya gagal melakukan salah satu gerakan maka anggota yang lain boleh
membantu menyelesaikan baru setelah semuanya tidak mampu melakukan maka kelompok
itu baru menjadi pemutar karet.
Ke 16 tingkatan gerakan tersebut yaitu :
I. Gerakan berlari melewati putaran karet tanpa terkena karet atau tanpa putaran karetnya
berhenti,
II. Gerakan meloncat sebanyak 2 kali dari sisi setelah gerakan lari pada tingkat pertama lalu
keluarnya kempali ke sisi awal sebelum tingkatan pertama,
III. Gerakan meloncat sebanyak 3 kali, dan kembali ke posisi awal,
IV. Gerakan meloncat sebanyak 4 kali, dan kembali ke posisi awal,
V. Gerakan meloncat sebanyak 5 kali sambil salan satu kakinya di tekuk, jadi melompat
dengan satu kaki,
VI. Gerakan meloncat sebanyak 6 kali sambil memejamkan mata. Jadi pada tingkatan ini para
pemain harus berkonsentrasi menyesuaikan loncatan dengan irama putaran karet,
VII. Gerakan meloncat sebanyak 7 kali sambil dodok,
VIII. Gerakan meloncat sebanyak 8 kali dengan putaran karet yang menggantung (tidak
menyentuh tanah, jadi pemain harus loncat lebih tinggi agat kakinya tidak tersangkut karet
yang menyembabkan ia gagal,
IX. Gerakan meloncat sebanyak 9 kali sambil tepuk tangan,
X. Gerakan meloncat sebanyak 10 kali sambil menempelkan jari telunjuk di bibir (seperti
gerakan mengisin-isin orang lain), dan giginya tidak boleh sampai terlihat atau ketawa saat
diganggu lawan atau pemain lain yang tidal meloncat,
XI. Gerakan meloncat sebanyak 11 kali sambil hormat,
XII. Gerakan meloncat sebanyak 12 kali sambil meletakkan kedua tangan di belakang badan
sepeti posisi orang yang sedang istirahat di tempat pada orang yang sedang melakukan
kegiatan baris-berbaris,
XIII. Gerakan meloncat sebanyak 13 kali sambil menggabungkan kedua telapak tangan dan
meletakkannya di pipi seperti orang tidur / bobok,
XIV. Gerakan meloncat sebanyak 14 kali sambil meletakkan kedua tangan di pinggan,
XV. Gerakan meloncat dan mengambil batu sambil jongkok sebanyak 15 kali, atau kalau tidak
melakukan gerakan itu juga bisa gerakan meloncat biasa sebanyak 60 kali atau meloncat
dengan kaki jinjit sebanyak 30 kali,
XVI. Gerakan ke 16 ini sering disebut gerakan mek wah / mengambil hadian / panen, gerakannya
meliputi gerakan dari tingkatan ke 3 sampai dengan ke 8 tanpa putus.

4. Gelud Cina
Gelud cina adalah permainan adu kekuatan. Permainan ini merupakan permainan individu
yang hanya bisa dimainkan olah 2 orang, tidak bisa lebih tidak bisa kurang. Aturan mainnya
sangat sederhana. Yaitu kdua pemain saling duduk berhadapan, kaki kaduanya diletakkan di
depan mereka masing-masing dan dilipat ke dan kamudian kaki mereka diposisikan beselang
seling. Lalu tangan kanan dilewatkan lipatan kaki memegang tangan kiri lawan. Setelah itu
adu kekuatan untuk menjatuhkan dengan daling membanting ke sampi dimulai. Siapa yang
jatuh maka ia yang kalah. Akan tetapi pisisi kaki harus tetap rapat.
5. Suramanda / Engklek
Suramanda atau engklek merupakan permaian individu tapi juga bisa dimainkan secara
berkelompok. Permaian ini adalah permainan yang memanfaatkan petakan-petakan yang
dibentuk sedemikian rupa. Aturan mainnya yaitu setiap pemain harus melempar sebuah batu
atau pecahan genteng sebagai penanda dari satu kotak ke kotak yang lain
kemudian engklek atau melompat lompat kari satu kotak ke kotak lain dengan gerakan
tertentu sanpai semua kotak dilewati kecuali kotak yang ada batu tadi. Tantangan berikutnya
adalah melempar batu sehinggha tepat masuk berada di dalam kotak yang dituju.
Permaianan suramanda ini ada beberapa jenis, antara lain :
a) BUTANI & PAK TANI
Suramanda pak tani dan bu tani adalah suramanda yang kotaknnya disusun sehingga
menyerupai pak tani dan bu tani. (Gambar 2)
b) BROK

Suramanda brok adalah suramanda yang terdiri dari tiga kotak yang kamudian dibagi dua
sehingga menjadi enam kotak. Lalu bagian tegah diberi perpanjangan sebanyak tiga kotak.
(Gambar 3)

c) SOROK/SARUK
Suramanda saruk ini agak berbeda dengan suramanda yang lain, yaitu kalau suramanda yang
lain kita melompat, pada suramanda saruk ini kita menyaruk batu yang telah kita lempar.
Bentuk kotakannya juga agak berbeda, ini terdiri dari 2 kotak memenjang lalu dibagi 3. Dan
jujung deret bagian kanan ditambahkan gambar 2 gambar trapesium yang saling menempel
berhadapan dengan bagian atasnya gambar lingkaran. Pada ketiga bangun itu kita tuliskan
sejumlah angka dan pada lingkaran adalah perolehan tertinggi agar kita bisa membeli salah
satu kotak sampai akhirnya semuanya terbeli.
Cara bermainnya misalnya, kita melempar batu pada kotak pertama, lalu kita menyaruknya
sampai pada tempat pendaratan / brok. Setelh dari brok, kita meletakkan batu itu di kota
tempak kita melakukan kegiatan menyaruk menuju salah satu dari tiga bangun bertuliskan
sejumlah nilai tadi sampai akhirnya kita dapat mengumpulkan nilai sebesar yang tertera di
lingkaran. Baru setelh itu kita membbeli salah satu kotak dengan melempar batu pada salah
satu kotak. Tapi melemparnya sambil membelakangi kotak. Jadi perlu pengarahan yang baik.
(Gambar 4)

d) KUPING/+/ kinciran
Suramanda kinciran adalah suramanda yang bentuknya plus (+). Atau lebih tepatnya kali (x)
karena kita menambahkan 2 kotak lagi pada salah satu sela persilangan. Dengan bagian
tengah sebagai tempat pendaratan. (Gambar 5)
Selain keempat permainan yang peneliti uraikan di atas masih ada beberapa permainan yang
mulai hilang dari tengah kehidupan anak-anak. Permainan-permainan tuersebut adalah :
1. Beteng-betengan
2. Pasaran
3. Tekongan
4. Dakon
5. Sawah-sawahan / gunung-gunungan
6. Macan-macanan
7. Nit-nitan

8. Maling-malingan
9. Mul-mulan
10. Omah-omahan dari debu
11. User-useran
12. Toktokan bambu
13. Pestol peluru kuncup glemot
14. Plentengan / ketapel
15. Sorkah sorgung
16. Cublek-cublek suweng
17. Pece-pecenan
18. Dingklik ongklak angklek
19. Kotak pos
20. Jim-jiman
21. Jarate
22. Ulo-ulonan
23. Keder
24. Benthik
25. Kekehan
26. Bak cu (lari sambil bersuara “cu”)
27. Otek-otek
28. Kartu umbul
29. Karetan
30. Nekeran

B. Nilai – nilai yang Terkandung dalam Permainan Tradisional


Permainan tradisional adalah permaian yang tercipta dari kebiasaan yang mencerminkan pola
kehidupan para leluhur bangsa Indonesia yang terkenal dengan sopan-santun dan unggah-
ungguhnya. Dan semua itu telah tertanam dalam setiap jenis permainan tradisional Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam setipa permainan trdisional sangatlah bermacam-macam
dan dalam satu permaianan bisa terkandung nilai lebih dari dua hal.
Pejelasan singkat mengenai nilia-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional adalah
sebagai berikut :
1. Nilai edukasi
Nilai edukasi ini hampir terdapat pada setiap permainan tradisional. Misal pada suramanda
saruk kita terkandung edukasi hitung menghitung. Selain itu pada permainan lain yang
terdapat eduksi menghitung antara lain pada permainan kartu umbul, nekeran karetan, dll.
Ada juga permainan seperti maling-malingan yang melatih konsentrasi dan daya ingat yaitu
terhadap batu-batu yang menjadi maling.
2. Nilai kemanusiaan / dan kerjasama
Nilai kemanusiaan initerdapat pada permainan-permainan yang dapat dilakukan secara
beregu, misalnya pada gobak sodor memrlukan kerjasama yang baik baik dari regu penerobos
untuk menerobos penjagaan serta dari regu penjaga agar tidak ada penerobos yang bisa liwat.
Lalu pada permaian luncatan beregu, apabila ada anggota yang gagal pada salah satu
tingkatan, maka anggota yang telah berhasil menggantikan atau membyarkan hutang pemain
yang gagal pada tingkat terebut.
Kamudian pada permainan beteng-betengan kita perlu mealakkan kerjasama yang baik antar
anggota untuk menjatuhkan beteng lawan dan menjaga beteng dari serangan lawan serta
melatih rasa untuk menolong teman yang tertangkap oleh lawan. Selain itu pada permainan
ini kita juga berlatih mengenai pembagian tugas sesuai kemampuan. Serta pada
permainan dingklik ongklak angklik juga memerlukan kerlasama yang sangat bagus dimana
satu sama lain harus berusaha menjaga keseimbangan dengan tetap memperhatikan kondisi
temannya yang lain.
3. Nilai olah raga
Nilai olah raga pada permainan tradisional sangat banyak sekali. Mulai dari nilai olah raga
lari seperti terdapat pada permainan beteng-betengan, delikan, doncok, nit-nitan, tekong-
tekongan, dan juga bak cu. Kesumua permainan yang telah disebutkan tersebut membutuhkan
kemampuan yang lari yang bagus untuk dapat memenangkan permainan.
Lalu untuk nilai olah raga kakuatan otot antara lain keder, gelud cino, benthik, doncok, serta
plentengan. Pada keder dan gelud cino kita melatih otot tangan untuk mnjatuhkan lawan
main, lalu pada doncok, plentengan, dan benthik kita melatih ketepatan serta kekuatan
sehingga binda yang kita pukul atau lempat mncapai jarak yang jauh dan tepat sasaran.
4. Nilai seni dan kreatifitas
Nilai seni pada permainan tradisional terdapat pada permaian engklek, gobag sodor, dan otek-
otek untuk embuat gambar barupa garis yang lurus dan rapi serta lingkaran yang sempurna
membentuk pola sesuai keinginan para pemaian. Serta dalam permainan plentengan, pistol
pluru kuncup glemot, tembakan tok-tokan dari bambu melatih daya kreatifitas dalam
membentuk alat permainan tersebut sebagus mungkin dan semenarik mungkin.
5. Nilai strategi
Nilai strategi disini maksudnya dalam permaian tradisional ada yang melatih anak untuk
membuat strategi penyerangan untuk mendapat kemenangan.
Permainan yang mengandung nilai strategi yaitu macan-macanan. Permainan itu terlihat
hampir sama dengan catur, bedanya kalau catur jumlahnya banyak, sedangkan pada macan-
macanan ini itu satu lawan banyak. Lalu selain itu juga terdapat dalam permainan mul-mulan
dan beteng-betengan, serta gobag sodor.
Dalam permainan tersebut dituntut untuk menciptakan strategi penyerangan yang nantinya
dapat mematahkan strategi lawan, dan secara otomatis dalam pembentukan strategi ini, salah
satu pasti ada yang manjadi pemimpin atau pemilik ide terbanyak yang melatih anak-anak
mengenai kepamimpinan.
6. Nilai kesenangan
Nilai kesenangan pasti selalu ada dalam permainan tradisional walaupun ada beberapa
permainan yang didominasi oleh suasana persaingan yang serius seperti betengan, gobag
sodor, serta keder. Akan tetapi pasti masih terdapat unsur kesenangan dalam permainan
tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Suwardi (2010:111) bahwa permainan rakyat adalah
aktivitas rakyat yang menyenangkan.
7. Nilai kanakalan
Sebagi makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dan segala sesuatu yang ada di
dunia ini tidak ada yang kekal dan sempurna karena kesempurnaan itu hanya milih Allah.
Maka selayaknya jika permainan tradisional juga memiliki nilai buruk seperti pada
permainan kartu umbul, karetan, nekeran. Pada permainan itu para anak-anak mulai berlatih
berjudi dalam bentuk kecil-kecilan.

C. Peran Permainan Tradisional Dalam Pembentukan Karakter Bangsa


Permainan Tradisioanal adalah permainan hasil kebiasaan orang-orang di jaman dahulu yang
kemudian diwariskan dan disebarluaskan turun-temurun secara lisan tanpa ada dokumen yang
menjelaskan siapa penciptanya, berasal dari daerah mana, bagaimana sejarahnya. Semua itu
tidak ada yang tahu, itu sebabnya permainan tradisional memiliki beberapa ciri khusus yang
begitu unuk, yaitu:
1. Suasana selalu sreing gembira, tanpa ketegangan, tidak ada campur tangan orang lain, tidak
ada tekanan satu sama lain, meski ada kalah dan menang

2. Harapan setelah bermaian bukanlah pada menang kalah, melainkan pada kepuasan batin,

3. Seringkali memanfaatkan lirik atau lagu dan iringan


Atas dasar cirri-ciri tersebut memang banyak nilai yang tersimpan dalam permainan rakyat.
Nilai-nilai budi pekerti akan terangkum dalam permainan,baik lewat aktivitas bermaian
maupun lewat kekentalan syair. Irama atau lantunan vocal dalam bermain sedikit banyak
akan membawa pasan positif yang berguna bagi pembentukan karakter anak-anak bangsa.
Dari permainan-permainan tursebut para anak-anak akan mempelajari mengenai cara
bekerjasama, tolong-menolong dalam masyarakat, sikap acuh, pedulu, cerdas, teratur,
kompak, memiliki daya seni, dd. Oleh karena itu tidak salah jika permainan rakyat dijadikan
wahana pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu keinginan bersosialisasi dengan orang
lain. Dorongan sosialisasi itu akan terpantul dalam sendi-sendi bermain yang penuh gelak
tawa, canda ria, dan ada kalanya juga serius. (Suwardi, 2010:112)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Permainan Tradisioanal adalah permainan hasil kebiasaan orang-orang di jaman dahulu yang
kemudian diwariskan dan disebarluaskan turun-temurun secara lisan tanpa ada dokumen yang
menjelaskan siapa penciptanya, berasal dari daerah mana, bagaimana sejarahnya.
Dari permainan-permainan tradisional tursebut para anak-anak akan mempelajari mengenai
cara bekerjasama, tolong-menolong dalam masyarakat, sikap acuh, pedulu, cerdas, teratur,
kompak, memiliki daya seni, dll. Oleh karena itu tidak salah jika permainan rakyat dijadikan
wahana pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu keinginan bersosialisasi dengan orang
lain. Dorongan sosialisasi itu akan terpantul dalam sendi-sendi bermain yang penuh gelak
tawa, canda ria, dan ada kalanya juga serius. Maka dengan begitu apabila permainan
tradisional tetap dilestarikan untuk terus dimainkan oleh anak-anak bangsa, pastilah anak-
anak bangsa akan memiliki karakter sejati dari bangsa Indonesia yang merupakan warisan
para leluhur yang nantinya dapat membawa Indonesia mencapak cita-cita dan tujuan mulia.
B. SARAN
1. Bagi pemerintah daerah khusunya bagi dinas Kenudayaan sebaiknya melakukan administrasi
dan pendataan mengenai permainan tradisional secara terperinci kemudian disosialisaikan
kepada anak-anak di seluruh pelosok Kabupaten, misal melalui suatu kegiatan yang di adakan
di seluruh SD – SD secara serempak sehingga permainan tradisional tetap hidup di
lingkungan masyarakat,
2. Bagi masyarakat sebaikknya juga ikut berperan aktif dalam menumbuhkan kembali
permainan-permainan tradisional yang memiliki nilai-nilai yang luhur guna membentuk
karekter penerus bangsa yang tangguh,
3. Bagi orang tua hendaknya tidak mengenalkan anak-anaknya yang masih kecil dengan
permainan-permainan modern tapi mengenalkannya kepada permainan tradisional yang
mendukung anak-anak untuk aktif bergerak sehingga selain tertanam nilai-nilai luhur dalam
diri anak, mereka juga bisa memiliki badan yang sehat dan pertumbuhanyang baik.

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

NGULING, 5 MEI 2012

Mengetahui
Kepala SMAN 1 GRATI

Nur Hasan, M.Pd


NIP.19570415 198403 1 012
Pembimbing

Dwi Hariyanti S.Pd


NIP. 1972 1022 200902 2 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke – Hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis berjidul “MENGKAJI PERMAINAN TRADISIONAL BENDAN DALAM
IMPLIKASINYA PADA KARAKTER ANAK-ANAK DUSUN PASAR KECAMATAN NGULING
KABUPATEN PASURUAN “ dengan tepat waktu.

Karya tulis ini ditulis sebagai pemenuhan nilai tugas Bahasa Indonesia yang berkenaan dengan
Menulis Karya Tulis Ilmiah. Sesungguhnya penulis meyakini tanpa bantuan dan uluran tangan,
pendapat atau input dari berbagai pihak, penulisan karya ilmiah ini tidak akan membawa hasil
yang maksimal.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Nur Hasan, M.Pd, selaku Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Grati.
2. Ibu Dwi Hariyanti, S.Pd, selaku pengajar Bahasa Indonesia kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Grati
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.

Kami sebagai penulis telah menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata maksimal, jadi
kritik dan saran yang membawa ke arah positif masih kita nantikan

Nguling, 29 April 2012

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan karakter secara individual. Semua yang
dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
merupakan kebudayaan. Kebudayaan selalu dipergunakan sebagai pedoman hidup artinya
sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tatanan kehidupan warga masyarakat tersebut
(Atik Catur Budiati: 2009: 86).

Kebudayaan terlahir dari berbagai sumber kearifan lokal maupun secara spontanitas dari
masyarakat tersebut. Bentuk dari kebudayaan sangatlah beranekaragam. Dalam bidang seni
yang meliputi seni tari, seni tulis, seni sandiwara, seni lukis, dan lain-lain. Sedangkan banyak lagi
kebudayaan yang masing-masing teraplikasikan dalam berbagai kategori. Salah satunya adalah
kebudayaan yang berupa permainan tradisional.

Permainan tradisional merupakan sarana interaksi tempo dulu yang bersifat rekreatif atau
menghibur. Jenis permainan sangatlah bermacam-bacam, dari yang menggunakan peralatan
sederhana hingga peralatan yang rumit sudah mendarah daging pada masayarakat tradisional
kemudian terbawa hingga masyarakat modern kini. Salah satu permainan tradisional yang
sangat sederhana yaitu Bendan.

Bendan merupakan nama permainan yang umum dikenal pada masyarakat Kabupaten
Pasuruan. Cara bermain yang unik, mudah, sederhana dan edukatif merupakan faktor
pendukung proses penanaman nilai-nilai pada anak-anak usia dini.

Berangkat dari keadaan demikian penulis mengangkat judul “Mengkaji Permainan Tradisional
Bendan dalam Implikasinya pada Karakter Anak-Anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling
Kabupaten Pasuruan” dalam karya tulis ini.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah: “Bagaimana Peranan Permainan Tradisional Bendan dalam Proses
Pembentukan Karakter Anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan?”
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui peranan permainan tradisional Bendan dalam proses pembentukan karakter
anak-anak di Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi permainan tradisional Bendan dalam proses pembentukan karakter


anak-anak di Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.2 Mengidentifikasi proses berlangsungnya penanaman nilai-nilai moral dalam permainan
tradisional Bendan.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengaruh tradisional Bendan bagi pola perilaku anak-anak di Dusun
Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat


Masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai sosial yang terkandung dalam setiap permainan
tradisional pada umumnya, dan permainan Bendan pada khususnya

1.4.2 Bagi Anak-Anak


Anak-anak mampu menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
permainan tradisional Bendan sehingga setiap individu menjadi lebih arif dalam menjalani proses
menuju tahap remaja.

1.4.3 Bagi Orangtua


Orangtua dapat menggerakkan putra-putrinya untuk bermainan berbagai permainan tradisional
sebagai alternatif permainan modern.

1.4.4 Bagi Instansi Terkait


Memberikan masukan pada pihak terkait mengenai dampak baik dan potensinya dalam
sumbangsihnya terhadap karakter bangsa, terutama anak-anak sebagai penerus bangsa.

1.4.5 Bagi Peneliti Lainnya


Sebagai masukan atau informasi tambahan dalam mengembangkan penelitian berikutnya yang
berkenaan dengan cara–cara pengembangan karakter bangsa.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang
dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan
tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta
disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun
sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari
aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dan sebagainya.
(http://www.scribd.com/doc/55865763/Modul-4-Permainan-Tradisional-1, 29 April 2012, 17:57
WIB)

2.2 Permainan Bendan

2.2.1 Definisi

Permainan Bendan merupakan permainan klasik yang dilakukan dengan menggunakan kaki dan
strategi dalam bidang datar yang dimainkan sesuai dengan pola yang dibuat sebelumnya.
(Sumber: menurut masyarakat Pasuruan).

2.2.2 Nilai-nilai Moral

Setiap permaian tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan anak.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan permainan modern yang berkembang saat ini. Adapun
pesan moral yang dapat disampaikan oleh permainan bendan ini adalah
a. Permainan ini mengajarkan untuk berbagi kepada sesama teman.
b. Harus dapat bersikap sportif terhadap setiap permaian yang dilakukan serta harus dapat
menerima jika dia kalah.
c. Setiap orang jika ingin sukses harus berjalan mulai bawah setelah itu baru dia akan
merasakkan hasil kerja kerasnya selama ini.
d. Anak akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga diharapkan
kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif serta berperilaku positif.
e. Seseorang jika ingin sukses harus berjalan satu per satu terlebih dahulu.

2.2.3 Tujuan Permainan

Adapun tujuan diadakan ini adalah :


a. Melestarikan permainan tradisional sebagai ciri khas bangsa Indonesia
b. Memperkenalkan permainan tradisional Indonesia terutama ke masyarakat Indonesia sendiri
yang tidak kenal dengan permainan tradisional tersebut.
c. Memberikan pengertian kepada orang tua-orang tua bahwa anak tersebut membutuhkan
hiburan permainan. Bukan suatu kewajiban yang terus dituntutkan yang membuat anak tersebut
stres.
d. Mengajarkan anak-anak Indonesia berfikir kreatif dengan apa yang ada di sekitarnya sehingga
diharapkan kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif.

2.2.4 Tata Cara Permainan

Bendan merupakan permainan tadisional lompat-lompatan pada bidang-bidang datar yang


digambar di atas tanah. Permainan ini berbentuk kotak-kotak yang menyerupai tanda tambah
namun memiliki kotak-kotak. Memainkan harus loncat dengan menggunakan satu kaki dari kotak
satu ke kotak. Kita sebagai pemain memegang sebuah pecahan eternit untuk dilemparkan ke
masing-masing kotak dan kemudian kita melakukan lompatan ke dalam kotak-kotak tersebut.
Setelah selesai lompat ke semua kotak kita mengambil pecahan enternit tersebut kemudian
dilemparkan lagi kotak selanjutnya tapi dalam melempar tidak boleh melebih batas kotak yang
telah disediakan jika kita melebihi batas kotak yang telah disediakan maka kita dinyatkan gugur
dan diganti oleh pemain lagi.
Permainan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih. Hal yang perlu disiapkan dalam permainan ini
adalah sebelum kita memulai permainan ini adalah harus mengambar kotak-kotak dipelataran
semen, aspal atau tanah. Mengambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan
dan kiri diberi lagi sebuah segi empet untuk lebih jelasnya
2.2.5 Cara Bermain

a. Semua pemain melakukan hompimpa yang menang berhak melakukan permaian terlebih
dahulu. Pemain pertama melemparkan gaco (pecahan enternit di kotak nomor satu). Saat
melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka
dinyatakan gugur.
b. Pemain Pertama melompat dengan satu kaki, dari kotak 1 sampai kotak 6 kemudian berhenti
sejenak di kotak A kemudian kembali lagi dengan mengabil gaco yang ada di kotak satu dengan
posisi kaki satu masih diangkat.
c. Setelah itu pemain melemparkan gaco tersebut sampai ke kotak 2 jika keluar dari kotak 2
maka pemain dinyatakan gugur dan diganti oleh pemain berikutnya.
d. Begitu seterusnya sampai semua kotak sudah dilempar dengan gaco. Pergiliran dilakukan jika
pemain pelempar gaco melewati sasaran, atau menampak dua kaki dikotak 1,2,3,4,5,6 dan
berhenti sejenak di kotak A kemudian lompat lagi di kotak 3 dan berhenti di kotak 2 untuk
mengambil gaco di kotak 1.
e. Jika gaco berada dikotak 2 maka pemain mengambilnya di kotak 3, jika gaco berada di kotak
4, 5 dan 6 maka pemain mengambilnya di kotak A.
f. Kemudian jika semua telah dilakukan oleh semua pemain maka pemain melemparkan gaco
dengan membelakangi gambaran Bendan-nya jika pas pada kotak yang dikehendaki maka kota
itu akan menjadi rumahnya maka boleh berhenti dikotak tersebut seperti pada kotak A tapi hanya
berlaku pada pemain yang menang pada permaian tersebut begitu seterusnya sampi kotak-
kotak mulai dari angka 1 sampai 6 menjadi milik para pemain. Jika semua telah dimiliki oleh
sang pemain maka permainan dinyatakan telah selesai.
g. Pemenang adalah pemain yang paling banyak memiliki rumah dari kotak-kotak pada yang
digambar.
(martini-pgsdum.blogspot.comlain, 10 April 2012, 14:19 WIB)

2.3 Karakter

Menurut H. Soemarno Soedarsono, karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita
melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkingan, dipadukan
dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam
sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.

2.4 Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan


Dusun pasar terletak di Desa Mlaten, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Dusun pasar ini
berjarak 500 meter dari pantura yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan, petani dan pedagang. Dinamakan Dusun Pasar karena diantara satu desa
dengan desa lain yang ada pusat perbelanjaan pada zaman dahulu. Sehingga dinamakan Dusun
pasar. Dusun pasar terdapat 2 RT (RT 15 dan RT 16) dan 2 RW(RW 5 dan RW 6).
Dusun pasar berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah timur, serta Krajan
sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun keanekaragaman penduduk
yang sebagian besar adalah suku jawa, selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti sukun
Madura serta keturunan Thionghoa Indonesia dan arab. Adapun potensi yang di miliki Dusun
Pasar itu sendiri adalah wilayah perairan laut. Dusun Pasar ini berada pada tanah seluas ±10
hektar. Ciri khas terkenal di Dusun Pasar ini adalah tersedianya lembaga pendidikan keagamaan
seperti sekolah madrasah.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang berusaha
menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan
kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup yang
dinamis, sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa angka-angka, tetapi
lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin disampaikan. Dalam
pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksud untuk
mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk menjelaskan fenomena
atau karakteristik individual, situasi atau kelompok sosial secara akurat.

3.2 Populasi dan sampel

3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 18).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling
kabupaten Pasuruan pada tahun 2012 dengan jumlah populasi lebih dari 75 jiwa.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109).
Besar sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang berusia
5-10 tahun dengan jumlah 20 jiwa secara akumulasi sebanyak 50% dari populasi tersebut,
hingga perkiraan besar sampel 10 orang.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi

Metode observasi adalah teknik penelitian dengan melakukan pengamatan subjek kajian secara
langsung turun ke lapangan untuk mengkaji subjek kajian secara spontan dan alamiah. Melalui
inilah peneliti berusaha menjelaskan realitas dengan berusaha memperkecil atau bahkan
menghilangkan subjektivitas peneliti.

3.3.2 Interview

Metode interview adalah wawancara atau dialog yang dilakukan oleh peneliti dan subjek
penelitian yang bersifat dua arah, adapun pertanyaan telah terlebih dahulu disistematisasi sesuai
dengan tema penelitian, pertanyaan secara fleksibel dapat berubah sesuai dengan arah
pembicaraan agar tidak menimbulkan kecanggungan subjek kajian.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian Dusun Pasar RT.15/RW.02 Desa Mlaten Kecamatan Nguling ± 1 km ke arah
utara dari jalur perbatasan Pasuruan-Probolinggo Kabupaten Pasuruan pada tanggal 18-19 April
2012.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Dusun Pasar ini berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah timur, serta Krajan
sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun keanekaragaman penduduk
yang sebagian besar adalah suku jawa,selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti sukun
madura serta keturunan thionghoa Indonesia dan arab.Adapun potensi yang di miliki dusun
pasar itu sendiri adalah laut.Dusun pasar ini berada pada tanah seluas ±10 hektar. Dusun pasar
mempunyai beberapa lembaga pendidikan keagamaan seperti sekolah madrasah.

4.1.2 Hasil Interview

Hasil interview yang didapat dari 10 responden Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang berusia 5-10
tahun adalah sebagai berkut:

Tabel.1
Kesimpulan:
Seluruh responden mempunyai tujuan untuk mendapatkan kesenangan. Untuk itu, para pemain
berusaha untuk menang dengan jujur. Namun keadaan dominan akan peranan orang tua yang
membatasi anak bermain hingga memarahi anaknya.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Mengidentifikasi Permainan Tradisional Bendan dalam Proses Pembentukan


Karakter Anak-anak di Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.

Permainan tradisional memberikan kontribusi yang baik bagi anak-anak Dusun Pasar. Nilai-nilai
yang terkandung mampu membuat anak-anak di wilayah tersebut terus berpegang teguh pada
ajaran dan niilai-nilai kemasyarakatan. Beberapa individu yang kami teliti adalah salah satu dari
kelompok bermain yang berdomisili di daerah tersebut. Jika dilihat dari latar belakangnya,
mereka sejak kecil mendapat pengajaran lokal yang kuat sehingga mereka tidak merasa
canggung lagi dengan berbagai macam kebudayaan yang dimiliki. Ketika ditanya tentang
motivasi mereka bermain kegiatan tersebut, mereka menjawab secara normatif misalnya karena
mengisi waktu senggang, mencari kesenangan tersendiri, dan yang paling utama yaitu
mendapat kemenangan dari teman sepermainan lainnya. Dari banyaknya permainan tradisional
yang mereka ketahui, salah satu yang sangat termasyhur adalah permainan Bendan.
Di akhir permainan Bendan, individu yang kalah harus mematuhi dan menjalankan instruksi yang
diinginkan oleh individu yang menang. Hal ini dilakukan sebagai imbalan bagi baik yang menang
atau yang kalah.

4.2.2 Mengidentifikasi Proses Berlangsungnya Penanaman Nilai-nilai Moral dalam


Permainan Tradisional Bendan.

Dalam permainan tersebut terdapat pengajaran atau transfer mengenai kompetisi. Mengamati
antara satu dengan lainnya lalu saling berpikir membentuk strategi permainan. Dalam proses
itulah penanaman nilai-nilai dilakukan. Nilai-nilai yang dimunculkan tentu saja nilai-nilai moral.
Proses penciptaan nilai dilakukan antar individu yang bermain. Seorang individu yang lebih
cekatan dalam bermain, secara tidak langsung membuat pemain lainnya merasa geram. Hal ini
mampu memicu munculnya strategi baru yang kemungkinan bisa lebih baik atau bahkan
menjatuhkan mental pemain selanjutnya. Hal tersebut berdampak baik apabila anggota tersebut
telah mengerti dan telah merekam strategi lawan dalam dirinya, dan selanjutnya dengan mudah
mengaplikasikannya. Intinya, proses penanaman nilai-nilai sosial pada permainan tradisional
bendan dikomunikasikan secara serentak ketika pemain lain memegang permainan.

4.2.3 Mengidentifikasi pengaruh tradisional Bendan bagi pola perilaku anak-anak di Dusun
Pasir Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.
Menurut tabel.1 faktor mencari kesenangan adalah yang paling besar dalam memberikan
dorongan memainkan bendan. Bagi mereka bendan dianggap sebagai sarana rekreasi yang
menginterpretasikan permainan desa sederhana sebagai suatu kebutuhan yang mutlak bagi
mereka.
Pembentukan karakter kepribadian bermula dari semenjak kelahiran individu, di mana secara
normal kelompok primerlah yang mengajarkan pertama kali dan selanjutnya kelompok-kelompok
sekunder yang selanjutnya menanamkan pada perilaku-perilaku berikutnya. Dalam kelompok
bermain yang kami teliti, sejak awal permainan berlangsung terlihat ambisi yang besar untuk
menang. Semua individu memiliki cara yang berbeda, hal ini menunjukkan keberagaman cara
berfikir untuk menang. Setiap individu secara tersirat dituntut untuk lenih baik dari individu
lainnya. Pemahaman nilai-nilai berupa intens, sehingga semakin membentuk kesadaran
anggotanya. Selanjutnya, karakter tersebut akan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah. Secara tidak langsung anak-anak yang sering bermain bendan terus berhati-hati dan
berfikir untuk bisa menjadi yang terbaik pada sahabat atau orang di sekitarnya.
Untuk pola pikir sendiri mereka cenderung bersifat kompetitif. Misalnya dalam ulangan harian
sekolah, mereka cenderung bersikap perfeksionis, Dilain sisi pengaruh 8% dari kebiasaan orang
tua memarahi anaknya merupakan hal yang mampu menghambat proses transaksi nilai-nilai
permainan bendan. Dalam artian, tidak sepenuhnya seorang anak dikekang dan diberikan
kebebasan untuk mengisi waktu senggang. Peranan orangtua yang bijak dengan mengatur
jadwal anak lebih diprioritaskan guna menyeimbang antara keinginan anak untuk bermain dan
peran orangtua sebagai controlling.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka kami
dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Sebanyak 100% dari 10 responden menyatakan dirinya bermain untuk merasakan
kesenangan
2. Sebanyak 70% dari 10 responden melalui permainan tradisional bendan dirinya mampu
mengakrabkan diri.
3. 80% responden berusaha untuk menang
4. Tujuan lain responden adalah 60% untuk memperoleh pujian
5. 80% peranan orangtua yang kontra terhadap kebebasan anak dalam bermain
6. Permainan bendan mengandung nilai kompetitif yang mampu memicu anak menjadi pribadi
yang lebih baik dan berhati-hati.
7. Permainan bendan bisa menjadi kegiatan alternatif seorang anak dalam mengisi waktu
senggangnya karena bersifat rekreatif edukatif, dimana dalam bermain mendapatkan dua
manfaat sekaligus.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai sosial yang terkandung dalam setiap
permainan tradisional pada umumnya, dan permainan bendan pada khususnya.

5.2.2 Bagi Anak-anak

Diharapkan anak-anak mampu menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung


dalam permainan tradisional bendan sehingga setiap individu menjadi lebih arif dalam menjalani
proses menuju tahap remaja.

5.2.3 Bagi Orangtua

Diharapkan orangtua dapat menggerakkan putra-putrinya untuk bermainan berbagai permainan


tradisional sebagai alternatif permainan modern.

5.2.4 Bagi Instansi terkait

Diharapkan menjadi masukan pada pihak terkait mengenai dampak baik dan potensinya dalam
sumbangsihnya terhadap karakter bangsa, terutama anak-anak sebagai penerus bangsa.

5.2.5 Bagi Peneliti Lainnya

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan penelitian
berikutnya yang berkenaan dengan cara-cara lain pengembangan karakter bangsa.
Permainan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan manusia. Dimulai
dari usia kanak-kanak bahkan sampai usia dewasa sekalipun, manusia
tetap tidak bisa terlepas dari permainan. Hal ini bisa kita lihat dari
banyaknya permainan yang tersedia saat ini di pasaran. Sebagai contoh
adalah permainan Petak Umpet. Sebenarnya permainan-permainan
tradisional (permainan rakyat) itu mengandung unsur-unsur pendidikan
yang sangat baik, misalnya mengajarkan orang untuk sprortif, jujur dan
kreatif.
Permainan Petak Umpet secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan
tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang
akan berkembang dalam diri anak tersebut.
Petak Umpet pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-
an. Permainan Petak Umpet ini menjadi favorit saat “keluar main” di
sekolah dan setelah mandi sore di rumah.
Cara bermainnya dilakukan secara berkelompok.. Jika bermain secara
berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan
gambreng atau hompipah untuk menentukan satu anak yang kalah
sebagai harus menutup mata dan yang lainnya bersembunyi. Meski
demikian, segala permainan Petak Umpet sebetulnya bisa dimainkan anak
laki-laki maupun perempuan tanpa memandang jender. selain
menyenangkan, permainan ini tak banyak memakan waktu, murah, dan
menyehatkan. Jadi cocok untuk mengisi waktu senggang anak-anak
ketimbang mereka main lari-larian tanpa tujuan. Salah satu cara yang
diimbau dengan memberi kesempatan anak untuk main Petak Umpet di
waktu istirahat. Permainan tradisional ini mengasah ketelitian dan
kepekaan anak. Kumpulkan teman-teman balita dan ajak bermain petak
umpet.

Persiapan: 3-6 anak, tiang atau dinding, lahan dengan tempat-tempat


persembunyian.

Cara bermain:

1. Gambreng, anak yang kalah menjadi Pencari. Ia menutup mata sambil


bersender ke tiang/dinding sebagai “benteng” dan menghitung 1 sampai 10. Anak-
anak lain cepat-cepat bersembunyi.
2. Pada hitungan ke-10, Pencari membuka mata dan mencari teman-temannya.
Setiap menemukan persembunyian seorang teman, Pencari meneriakkan nama teman
itu lalu lari ke benteng untuk menepuk benteng sambil berkata “hong!”
3. Kalau ada satu anak yang bisa mendahului Pencari untuk menepuk benteng
dan berteriak “hong!”, artinya anak-anak menang dan Pencari kalah. Pencari harus
menutup mata kembali sambil bersender ke tiang/dinding, dan permainan diulang dari
awal.
4. Kalau tidak anak yang bisa melakukan “hong”, maka Pencari menang. Anak
yang ditemukan pertama kali, gantian menjadi Pencari. Download Artikel
Lengkap (Ms.Word)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

karunia-Nyalah tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun

tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata pelajaran Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan kelas X Matimatika Sains 2 dengan guru pendamping Suwarnie, Spd. Tim

penyusun berharap makalah ini nantinya akan dapat membantu sesama siswa di sekolah ini

maupun para pembaca lainnya untuk mengetahui tentang olahraga tradisional Dayak.

Dalam penyelesaian makalah ini, tim penyusun telah banyak mengalami kesulitan, terutama

oleh kurang pengetahuan yang dimiliki. Namun, dengan bantuan dan bimbingan dari beberapa

pihak makalah ini akhirnya dapat terselesaikan, walau masih jauh dari kesempurnaan. Karena

itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Suwarnie, S. Pd, selalu guru pendamping yang telah memberikan arahan tentang standar

dasar membuatan makalah ini.

2. Orangtua yang telah memberikan motivasi, bantuan dan dukungan baik moral maupun

spiritual.

3. Narasumber terpercaya yang telah membantu terciptanya makalah ini baik langsung

maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Tim penyusun sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran makalah ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu tim penyusun sangat mengharapkan adanya kritik

dan saran positif, guna penulisan makalahyang lebih baik pada masa mendatang.

Palangka Raya, 28 Agustus 2013

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii

BAB I

I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………… .. 1

I. 1Latar Belakang …………………………………………………………………………. . 1

I. 2Rumusan Masalah ……………………………………………………………………… 1

I. 3Batasan Masalah ………………………………………………………………………. . 1

I. 4Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………… . 1

I. 5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………………. . 2

I. 6 Metode Penelitian ………………………………………………………………………. 2

BAB II

II. PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….. 2

2. 1 Sepak Sawut ……………………………………………………………………………. 2

2. 2 Menyipet…………………………………………………………………………………. 4

BAB III

III. PENUTUP……..……………………………………………………….. 5
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 5

3.2 Saran ……………………………………………………………………………………. 5

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 6

BAB I
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah menyebar keseluruh dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Pekerjaan

manusia pun dapat dipermudah dengan adanya penemuan-penuman alat mutakhir oleh para

ilmuwan luar negeri. Hal tersebut termasuk pula dalam bidang olahraga. Sekarang, olaharaga

dapat dilakukan sendirian dan tidak harus keluar rumah dengan ditemukannya

alat fitnes. Olahraga terasa lebih mudah karena tidak harus terkena sinar matahari dan dapat

dilakukan sembari menonton televisi.

Namun, hal tersebut memiliki dampak negatif bagi kebudayaan daerah, khususnya

olahraga tradisional. Kemudahan yang didapat dari mengunakan alat fitnes modern telah

membuat orang-orang kota beralih dari olahraga tradisional yang dianggap kuno dan

merepotkan. Bahkan, ada diantara anak muda zaman sekarang yang tidak tahu bagaimana cara

memainkan olahraga tradisional daerahnya sendiri. Oleh karena itu, kami akan mengingatkan

kembali tentang dua olahraga tradisional yang ada di daerah Kalimantan Tengah dan cara

memainkannya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dijadikan pusat perhatian pada makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah cara memainkan beberapa olahraga tradisional di Kalimantan Tengah?

2. Bagaimanakah cara mengajak anak muda kembali memainkannya?

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan uraian di atas, untuk memberikan ruang lingkup, maka tim penyusun menegaskan

bahwa makalah ini hanya akan membahas tentang dua olahraga tradisional di Kalimantan

Tengah dan cara mengajarannya.

1.4 Tujuan Penelitian

Penulisan dari makalah ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kesadaran remaja untuk tetap menjaga kelestarian budaya daerahnya.

2. Mengajak remaja Kalimantan Tengah memainkan dan melestarikan olahraga tradisional.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian yang akan kita bahas lebih lanjut pada bab pembahasan, maka akan

ditemukan manfaat berupa :

1. Remaja Kalimantan Tengah akan tahu bagaimana cara memaikan olahraga tradisional

daerah mereka.

2. Remaja Kalimantan Tengah akan lebih menghargai kebudayaan mereka sendiri.

1.6 Metode Penelitian

Metode penulisan karya ilmiah ini adalah gabungan dari studi pustaka dan studi

lapangan. Tim banyak melakukan pencarin di internet tentang permainan dan olahraga

tradisional Kalteng. Tidak hanya itu, karya tulis ilmiah ini juga didukung dengan

pengalaman langsung beberapa anggota tim laki-laki kami yang pernah bermain sepak sawut.
BAB II

II. PEMBAHASAN
Beberapa nama olahraga yang akan kita jelaskan pada bab ini adalah Sepak
Sawut dan Menyipet.

2.1 Sepak Sawut

Dahulu, sepak sawut merupakan rangkaian ritual adat, dimainkan saat membuka ladang

berpindah/saat menunggu jenazah (untuk umat Kaharingan). Karena kebanyakkan pada tempo

dulu di Kalimantan hampir semua kegiatan dilakukan secara gotong-royong seperti membangun

rumah, membuka ladang, menanam padi, memanen padi yang dilakukan secara bersama-sama

atau dalam bahasa daerahnya “handep”. Permainan sepak sawut sekarang sudah agak jarang

kita temukan. Artinya permainan ini hampir langka hanya pada waktu-waktu tertentu saja kita

dapat menyasikannya, misal pada perayaan ulang tahun Propinsi Kalteng, ulang tahun

kabupaten, festival-festival budaya.

Sepak sawut merupakan permainan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat bukan

hanya kalangan muda tetapi banyak juga orang tua yang menggemari permainan yang satu ini

terutama warga masyarakat Kalimantan. Sepak sawut yaitu sebuah permainan seperti

permainan sepak bola pada umumnya. Namun yang membedakan dengan permainan sepak

bola yaitu pada bola yang digunakan untuk bermain merupakan bola yang berapi.
Gambar 1.1 Cara memaikan olahraga Sepak Sawut.

Bolanya dapat terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dengan terlebih

dahulu airnya dibuang lalu bongkahan tersebut direndam menggunakan minyak tanah.

Tujuannya supaya minyak meresap kedalam serat-serat bola kelapa tersebut. Supaya lebih seru

lagi permainan ini dimainkan pada malam hari. Permainan ini memiliki keindahan tersendiri,

karena penerangan hanya menggunakan lampu seadanya dan cahaya kebanyakan bersumber

dari bola api yang dimainkan. Peraturan main juga hampir sama, tidak berbeda jauh dengan

main sepak bola pada umumnya yang terdiri dari dua gawang, gawang kita dan gawang musuh.

Satu tim terdiri dari lima orang pemain. Ada pula peraturan tidak tertulis untuk tidak

menggunakan alas kaki selama permainan. Lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh dengan

luas lapangan bola basket. Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit. Siapa yang banyak
memasukkan bola ke gawang lawan maka tim tersebut yang dinyatakan sebagai pemenang

dalam lomba.

Apabila budaya seperti itu dapat terus dilestarikan sebagai generasi muda Kalimantan maka

tidak menutup kemungkinan budaya tersebut menjadi tontonan yang menarik bagi ratusan

orang dari pulau yang berbeda atau para turis mancanegara yang datang untuk berkunjung ke

Kalimantan hanya ingin menyaksikan pertandingan yang tidak akan terlupakan. Artinya dapat

menjadi suatu objek wisata yang bakal banyak digemari. Secara tidak langsung akan

meningkatkan perekonomian daerah melalui sektor pariwisata. Ekonomi masyarakat akan

tumbuh dan banyak sektor lain juga yang akan berkembang oleh hal itu.

2.2 Menyipet
Gambar 2.1 Demek beserta wadahnya

Menyipet atau menyumpit adalah olahraga Dayak yang sekarang diperlombakan diajang

Internasional. Namun sayang, pelestarian olahraga tradisional Dayak yang satu ini kurang

diminati sehingga tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah layaknya yang

dilakukan oleh Malaysia dengan membuat lapang khusus atlet menyumpit. Oleh karena itu,

olahraga ini juga sulit untuk dapat dimainkan oleh remaja.


Gambar 2.2 cara menggunakan sipet.

Adapun cara memainkan adalah dengan memegang batang sumpit menggunakan kedua tangan

lalu meniup demek dengan sekuat-kuatnya seperti gambar 2.3.

Gambar 2.3 Perlombaan menyipet dalam festival budaya Isen Mulang


BAB III

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebetulnya, ada banyak sekali permainan tradisional Kalimantan Tengah yang dapat

kita jadikan olahraga, salah satunya tadi adalah Sepak Sawut. Namun, karena kemajuan

teknologi, remaja lebih memilih untuk melakukan olahraga di rumah atau di sekitar kompleks

perumahan karena menganggap kuno permainan ini.

3.2 Saran

Seharusnya, orangtua juga mengajarkan anak-anaknya untuk mengenal lebih jauh

tentang permainan tradisional yang dapat dijadikan sebagai olahraga. Sekolah juga berperan

penting dalam hal mengenalkan olahraga tradisional daerah pada muridnya. Misalnya dengan

membuat ekstrakulikuler khusus olahraga tradisional atau melombakan olahraga tradisional

pada hari-hari tertentu.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://tanahair.kompas.com/read/2011/06/13/11333860/Kearifa
n.Lokal.Dayak.dalam.Sebatang.Sipet.
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/199405255/Sumpi
t-Tradisi-Dayak-Jadi-Olahraga
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/199405255/Sumpi
t-Tradisi-Dayak-Jadi-Olahraga
catatan : buat gambar 2

ABSTRAK

Setyawan, Jefri. 2012. Mengkaji Permainan Tradisional Bendan Dalam Implikasinya Pada

Karakter Anak-Anak Dusun Pasir Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. Karya Tulis

Ilmiah SMAN 1 Grati Pasuruan.Pembimbing :Dwi Hariyanti, S.pd.Kata Kunci : Permainan

Tradisional, Permainan Bendan, Karakter, Dusun Pasar Sebagian besar masyarakat tidak

menyadari bahwa pembentukan karakter anak-anak tidak hanya melalui transaksi primer,

melainkan juga dari kelompok teman sepermainan. Keadaan tersebut berasal dari

kecenderungan orang tua yang membatasi anaknya dari berbagai kegiatan bermain dengan

alasan kurang bermanfaat. Sehingga karakter anak di usia dini menjadi tertutup dan susah

diatur.. Penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan, melalui permainan tradisional

berpotensi bagi penciptaan karakter yang melandaskan pada nilai-nilai leluhur budaya asli

daerah. Selain itu potensi permainan bendan juga mencptakan nilai kompetitif bagi anak.

Melalui responden sebanyak 10 orang yang menggunakan pengumpulan data menggunakan

kuesioner, observasi dan interview. Hasil penelitian mengenai permainan tradisional bendan

di dapatkan 100% responden mempunyai tujuan untuk mendapatkan kesenangan. Untuk itu,

80% mereka berusaha untuk menang. Namun keadaan 80% masih manyayangkan peranan

orang tua yang membatasi anak bermain. Diharapkan setiap orangtua sadar dan

mengarahkan serta member kebebasan anak mereka untuk berkreasi di usia dini. Guna

menghindari probelam anak bermasalah ke depannya. Sehingga berbagai permainan

tradisional, khususnya bendan mampu dijadikan sarana penciptaan karakter anak-anak lebih

baik.

DAFTAR ISIL

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

ABSTRAK v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB II KAJIAN TEORI 3

2.1 Permainan Tradisional 4

2.2 Permainan Bendan 4

2.3 Karakter 7

2.4 Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan 7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian 9

3.2 Populasi dan sampel 9

3.3 Metode Pengumpulan Data 10

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 11

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 11


4.1.2 Hasil Interview 114.2 Pembahasan 12

4.2.1 Mengidentifikasi Permainan Tradisional Bendan Dalam Proses Pembentukan

Karakter Anak-anak di Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan 12

4.2.2 Mengidentifikasi proses berlangsungnya penanaman nilai-nilai sosial dalam permainan

tradisional Bendan 12

4.2.3 Mengidentifikasi pengaruh tradisional Bendan bagi pola perilaku anak-anak di

Dusun Pasir Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan 13

BAB IV PENUTUP 15

5.1 Kesimpulan 15

5.2 Saran – Saran 15

DAFTAR PUSTAKA vi

DAFTAR DIRI PENULIS vii

DAFTAR TABEL

LAMPIRAN: Check List (Daftar Pertanyaan)

DAFTAR GAMBAR

LAMPIRAN: Permain Bendan dan Bentuk Bendan

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan karakter secara individual. Semua yang

dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya

merupakan kebudayaan. Kebudayaan selalu dipergunakan sebagai pedoman hidup artinya

sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tatanan kehidupan warga masyarakat

tersebut (Atik Catur Budiati: 2009: 86).

Kebudayaan terlahir dari berbagai sumber kearifan lokal maupun secara spontanitas dari

masyarakat tersebut. Bentuk dari kebudayaan sangatlah beranekaragam. Dalam bidang seni

yang meliputi seni tari, seni tulis, seni sandiwara, seni lukis, dan lain-lain. Sedangkan banyak

lagi kebudayaan yang masing-masing teraplikasikan dalam berbagai kategori. Salah satunya

adalah kebudayaan yang berupa permainan tradisional.

Permainan tradisional merupakan sarana interaksi tempo dulu yang bersifat rekreatif atau

menghibur. Jenis permainan sangatlah bermacam-bacam, dari yang menggunakan peralatan

sederhana hingga peralatan yang rumit sudah mendarah daging pada masayarakat

tradisional kemudian terbawa hingga masyarakat modern kini. Salah satu permainan

tradisional yang sangat sederhana yaitu Bendan.

Bendan merupakan nama permainan yang umum dikenal pada masyarakat Kabupaten

Pasuruan. Cara bermain yang unik, mudah, sederhana dan edukatif merupakan faktor

pendukung proses penanaman nilai-nilai pada anak-anak usia dini.Berangkat dari keadaan

demikian penulis mengangkat judul “Mengkaji Permainan Tradisional Bendan dalam

Implikasinya pada Karakter Anak-Anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten

Pasuruan” dalam karya tulis ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah: “Bagaimana Peranan Permainan Tradisional Bendan dalam

Proses Pembentukan Karakter Anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten

Pasuruan?”
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang

berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya

permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri

kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan

baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi

waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin sepertibekerja mencari nafkah, sekolah, dan

sebagainya.

(http://www.scribd.com/doc/55865763/Modul-4-Permainan-Tradisional-1, 29 April 2012,

17:57 WIB)

2.2 Permainan Bendan

2.2.1 Definisi

Permainan Bendan merupakan permainan klasik yang dilakukan dengan menggunakan kaki

dan stretegi dalam bidang datar yang dimainkan sesuai dengan pola yang dibuat

sebelumnya.(Sumber: menurut masyarakat Pasuruan).

2.2.2 Nilai-nilai Moral

Setiap permaian tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan

anak. Hal ini sangat berbeda sekali dengan permainan modern yang berkembang saat ini.

Adapun pesan moral yang dapat disampaikan oleh permainan bendan ini adalah

a.Permainan ini mengajarkan untuk berbagi kepada sesama teman.

b. Harus dapat bersikap sportif terhadap setiap permaian yang dilakukan harus dapat

menerima jika dia kalah.


c. Setiap orang jika ingin sukses harus berjalan mulai bawah setelah itu baru dia akan

merasakkan hasil kerja kerasnya selama ini.

d. Anak akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya sehingga diharapkan

kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif (dalam hal positif tentunya).

e. Orang itu jika ingin sukses harus berjalan bendan terlebih dahulu

2.2.3 Tujuan Permainan

Adapun tujuan diadakan ini adalah :

a. Melestarikan permainan tradisional sebagai ciri khas bangsa Indonesia

b. Memperkenalkan permainan tradisional Indonesia terutama ke masyarakat Indonesia

sendiri yang tidak kenal dengan permainan tradisional tersebut.

c. Memberikan pengertian kepada orang tua-orang tua bahwa anak tersebut membutuhkan

yang namanya permainan. Bukan les ini lah, les itu lah ato tetek bengeknya yang membuat

anak tersebut stres.

d. Mengajarkan anak-anak Indonesia berfikir kreatif dengan apa yang ada di sekitarnya

sehingga diharapkan kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif.

2.2.4 Tata Cara Permainan

Bendan merupakan permainan tadisional lompat-lompatan pada bidang-bidang datar yang

digambar di atas tanah. Permainan ini berbentuk kotak-kotak yang menyerupai tanda

tambah namun memiliki kotak-kotak. Memainkan harus loncat dengan menggunakan satu

kaki dari kotak satu ke kotak. Kita sebagai pemain memegang sebuah pecahan eternit untuk

dilemparkan ke masing-masing kotak dan kemudian kita melakukan lompatan ke dalam

kotak-kotak tersebut. Setelah selesai lompat ke semua kotak kita mengambil pecahan
enternit tersebut kemudian dilemparkan lagi kotak selanjutnya tapi dalam melempar tidak

boleh melebih batas kotak yang telah disediakan jika kita melebihi batas kotak yang telah

disediakan maka kita dinyatkan gugur dan diganti oleh pemain lagi. Permainan ini dilakukan

oleh dua orang atau lebih. Hal yang perlu disiapkan dalam permainan ini adalah sebelum

kita memulai permainan ini adalah harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal

atau tanah. Mengambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri

diberi lagi sebuah segi empet untuk lebih jelasnya

2.2.5 Cara Bermain

a.Semua pemain melakukan hompimpa yang menang berhak melakukan permaian terlebih

dahulu. Pemain pertama melemparkan gaco (pecahan enternit di kotak nomor satu). Saat

melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka

dinyatakan gugur.

b. Pemain Pertama melompat dengan satu kaki, dari kotak 1 sampai kotak 6 kemudian

berhenti sejenak di kotak A kemudian kembali lagi dengan mengabil gaco yang ada di kotak

satu dengan posisi kaki satu masih diangkat.

c. Setelah itu pemain melemparkan gaco tersebut sampai ke kotak 2 jika keluar dari kotak 2

maka pemain dinyatakan gugur dan diganti oleh pemain berikutnya.

d. Begitu seterusnya sampai semua kotak sudah dilempar dengan gaco. Pergiliran dilakukan

jika pemain pelempar gaco melewati sasaran, atau menampak dua kaki dikotak 1,2,3,4,5,6

dan berhenti sejenak di kotak A kemudian lompat lagi di kotak 3 dan berhenti di kotak 2

untuk mengambil gaco di kotak 1.

e. Jika gaco berada dikotak 2 maka pemain mengambilnya di kotak 3, jika gaco berada di

kotak 4, 5 dan 6 maka pemain mengambilnya di kotak A.

f. Kemudian jika semua telah dilakukan oleh semua pemain maka pemain melemparkan gaco

dengan membelakangi engkleknya jika pas pada kotak yang dikehendaki maka kota itu akan

menjadi rumahnya maka boleh berhenti dikotak tersebut seperti pada kotak A tapi hanya

berlaku pada pemain yang menang pada permaian tersebut begitu seterusnya sampi kotak-
kotak mulai dari angka 1 sampai 6 menjadi milik para pemain. Jika senua telah dimiliki oleh

sang pemain maka permainan dinyatakan telah selesai.

g. Pemenang adalah pemain yang paling banyak memiliki rumah dari kotak-kotak pada yang

digambar. (martini-pgsdum.blogspot.comlain, 10 April 2012, 14:19 WIB)

2.3 Karakter

Menurut H. Soemarno Soedarsono, karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri

kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkingan,

dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang

mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.

2.4 Dusun Pasar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan

Dusun pasar terletak di desa Mlaten, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Dusun pasar

ini berjarak 500 meter dari pantura yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

sebagai nelayan,petani dan pedagang. Dinamakan dusun pasar karena diantara satu desa

dengan desa lain yang ada pusat perbelanjaan pada zaman dahulu hanya blok dusun ini.

Sehingga dinamakan Dusun pasar. Dusun pasar terdapat 2 RT (RT 15 dan RT 16) dan 2

RW(RW 5 dan RW 6).Dusun pasar berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah

timur, serta Krajan sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun

keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku jawa,selain itu bisa juga

ditemui suku-suku lain seperti sukun Madura serta keturunan thionghoa Indonesia dan arab.

Adapun potensi yang di miliki dusun pasar itu sendiri adalah laut. Dusun pasar ini berada

pada tanah seluas ±10 hektar.

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang

berusaha menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu

kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan

hidup yang dinamis, sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa angka-

angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin

disampaikan. Dalam pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif

dimaksud untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk

menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok sosial secara

akurat.

3.2 Populasi dan sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 18).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak Dusun Pasar Kecamatan Nguling

kabupaten Pasuruan pada tahun 2012 dengan jumlah populasi lebih dari 75 jiwa.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109).

Besar sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang

berusia 5-10 tahun dengan jumlah 20 jiwa secara akumulasi sebanyak 50% dari populasi

tersebut, hingga perkiraan besar sampel 10 orang.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi
Metode observasi adalah teknik penelitian dengan melakukan pengamatan subjek kajian

secara langsung turun ke lapangan untuk mengkaji subjek kajian secara spontan dan

alamiah. Melalui inilah peneliti berusaha menjelaskan realitas dengan berusaha memperkecil

atau bahkan menghilangkan subjektivitas peneliti.

3.3.2 Interview

Metode interview adalah wawancara atau dialog yang dilakukan oleh peneliti dan subjek

penelitian yang bersifat dua arah, adapun pertanyaan telah terlebih dahulu disistematisasi

sesuai dengan tema penelitian, pertanyaan secara fleksibel dapat berubah sesuai dengan arah

pembicaraan agar tidak menimbulkan kecanggungan subjek kajian.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian Dusun Pasar RT.15/RW.02 Desa Mlaten Kecamatan Nguling ± 1 km ke

arah utara dari jalur perbatasan Pasuruan-Probolinggo Kabupaten Pasuruan pada tanggal

18-19 April 2012.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Dusun Pasar ini berbatasan dengan Gudang sebelah barat, Buyuk sebelah timur, serta Krajan

sebelah selatan. Dusun pasar memiliki ±350 jiwa penduduk. Adapun keanekaragaman

penduduk yang sebagian besar adalah suku jawa,selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain

seperti sukun madura serta keturunan thionghoa Indonesia dan arab.Adapun potensi yang di
miliki dusun pasar itu sendiri adalah laut.Dusun pasar ini berada pada tanah seluas ±10

hektar. Dusun pasar mempunyai beberapa lembaga pendidikan keagamaan seperti sekolah

madrasah.

4.1.2 Hasil Interview

Hasil interview yang didapat dari 10 responden Dusun Pasar RT 15/RW 02 yang berusia 5-10

tahun adalah sebagai berkut:

Anda mungkin juga menyukai